Anda di halaman 1dari 32

Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan

201
Universitas Jember Jember
9

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN LATIHAN ROM AKTIF


PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN PENURUNAN RENTANG
GERAK DI WISMA MAWAR UPT PSTW PUGER KABUPATEN
JEMBER TAHUN 2019

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Stase Keperawatan Gerontik

oleh
Denny Dwi Kurnia Putra, S.Kep NIM 192311101044
Nisa Tsabita, S.Kep NIM 192311101026
Tria Mega, S.Kep NIM 152310101141

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember Telp./Fax (0331) 323450
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

BAB I. LATAR BELAKANG

1.1 Analisis Situasi


Pada tahun 2010, jumlah lanjut usia (lansia) sebesar 23,9 juta jiwa (9,77%)
dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksikan
jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1%
(Effendi dan Makhfudli, 2009). Bahkan data Biro Sensus Amerika Serikat
memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia
terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 41,4% (Kinsella
dan Tauber, 1993 dalam Maryam dkk,2008).
Pada lansia, sistem muskuloskeletal termasuk didalamnya persendian dan
otot mengalami perubahan. Pada sendi lansia terjadi perubahan pada jaringan ikat
sekitar sendi seperti tendon, ligamen, dan fasia yang mengalami penurunan
elastisitas. Kartilago dan jaringan periartikular juga mengalami penurunan daya
lentur dan elastisitas. Terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi pada kartilago dan
kapsul sendi. Sendi kehilangan fleksibilitasnya sehingga terjadi penurunan luas
gerak sendi (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Seiring penuaan, serat otot akan mengecil, dan massa otot berkurang.
Seiring berkurangnya massa otot, kekuatan otot juga berkurang. Osteoporosis
merupakan ancaman kesehatan utama bagi 44 juta warga Amerika Serikat atau
55% individu usia 50 tahun keatas. Diperkirakan bahwa 10 juta individu telah
menderita penyakit ini dan 34 juta lainnya memiliki massa otot yang rendah
hingga beresiko menderita osteoporosis (National Osteoporosis Foundation, 2006
dalam Potter dan Perry, 2009).
Kekuatan muskuler mulai merosot sekitar usia 40 tahun, dengan
kemunduran yang dipercepat setelah usia 60 tahun. Perubahan gaya hidup dan
penurunan penggunaan sistem muskuler adalah penyebab utama untuk kehilangan
kekuatan otot. Dari 10 sampai 15% kekuatan otot dapat hilang setiap minggu jika
otot beristirahat sepenuhnya, dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada
kondisi istirahat dan imobilitas sepenuhnya (Stanley dan Beare, 2006). Olah raga
telah terbukti dapat menunda perubahan fisiologis yang biasanya terjadi pada
proses penuaan muskuloskeletal seperti penurunan kekuatan otot dan fleksibilitas
(Stanley dan Beare, 2006). Latihan Range Of Motion (ROM) baik sebagai
persiapan untuk lansia yang lemah fisik dalam permulaan program latihan
(Martini, 2004 dalam Uliya, Soempeno, dan Kushartanti, 2007).
Latihan rentang gerak yang aktif dan pasif memberikan
keuntungankeuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot. Sebaliknya, gerakan pasif hanya membantu
mempertahankan fleksibilitas (Stanley dan Beare, 2006). Menurut Kozier dkk
(2010) Latihan ROM aktif merupakan latihan isotonik yang mampu
mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot serta dapat
mencegah perburukan kapsul sendi, ankilosis, dan kontraktur. Pada sendi lutut
lansia sebanyak 25% mengalami kekakuan pada posisi fleksi. Kekakuan tersebut
dapat disebabkan adanya kalsifikasi pada lansia yang akan menurunkan
fleksibilitas sendi (Uliya, Soempeno, dan Kushartanti, 2007). Jika lutut difiksasi
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

dalam keadaan ekstensi penuh maka lansia akan pincang saat berjalan dan bila
kekuatan otot kuadrisep tidak adekuat untuk menahan lutut dalam keadaan
ekstensi penuh maka lutut tidak dapat bertahan stabil saat menopang berat badan
(Potter dan Perry, 2010).
Uji statistik membuktikan bahwa kelemahan otot dorsal fleksor sendi
pergelangan kaki (ankle) dan ekstensor sendi lutut pada lansia berhubungan erat
dengan risiko jatuh dan penurunan kekuatan otot (Pudjiastuti dan Utomo, 2003).
Tanpa adanya ROM yang penuh pada pergelangan kaki (ankle), gaya jalan akan
mengalami deviasi dan jika kaki terfiksasi dalam keadaan plantar fleksi, maka
akan mengganggu kemampuan gerak (Potter dan Perry, 2010).
Berdasarkan hasil pengkajian oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan
Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember pada tanggal 16
September 2019 terhadap lansia di Wisma Mawar UPT PSTW Jember diketahui
data sebagai berikut: lansia nyeri saat bergerak, lansia menyampaikan jarang
berolahrag, lansia mengalami kekakuan otot. Berdasarkan pengkajian tersebut,
mahasiswa Profesi Ners akan memberikan intervensi latihan Range Of Motion
(ROM) atau latihan rentan gerak untuk mengatasi kekakuan sendi akibat
kurangnya gerak dan masalah kesehatan yang dirasakan lansia

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam
kegiatan yang akan dilakukan ini adalah bagaimana melakukan latihan
rentang gerak lansia pada Lansia di PSTW Jember?
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh latihan Range Of Motion (ROM) aktif terhadap
peningkatan rentang gerak sendi dan kekuatan otot kaki pada lansia.

2.1.2 Tujuan Khusus


a. Lansia mampu mengerti tentang gerakan rentang sendi
b. Lansia mampu mengetahui jenis jenis gerakan rentang sendi
c. Lansia mampu mempraktekan gerakan rentang

2.2 Manfaat
a. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam memberikan penatalaksanaan Latihan Rentang
Gerak Lansia.

b. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi atau pengetahuan pada masyarakat tentang
penatalaksanaan Latihan Rentang Gerak Lansia.

c. Bagi Instansi
Sebagai bahan kepustakaan dan sumber bacaan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan khususnya tentang penatalaksanaan Latihan Rentang
Gerak Lansia.

d. Bagi Ilmu Pengetahuan


Sebagai bahan tentang bagaimana cara memberikan penatalaksanaan Latihan
Rentang Gerak Lansia.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

BAB III. KERANGKA PENYELESAIAN MASALAH

3.1 Dasar Pemikiran


Proses menua yang dialami oleh lansia menimbulkan menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan. Salah satu akibat kemunduran fungsi
fisiologis pada lansia mengakibatkan terjadinya hambatan mobilitas fisik pada
lansia tersebut. Perubahan tingkat mobilitas fisik dapat mengakibatkan
pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama
penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan gerak volunter atau kehilangan
fungsi motorik. Beberapa cara dalam mengatasi masalah kesehatan pada klien
dengan Nyeri Sendi yaitu dengan melakukan kegiatan latihan rentang gerak lansia
di PSTW Puger Kabupaten Jember

3.2 Kerangka Penyelesaian


Dalam mengatasi masalah kesehatan lansia kami selaku penyuluh atau
perawat melakukan kegiatan yaitu mengajarkan latihan rentang gerak lansia di
Lingkungan PSTW Puger Kabupaten Jember
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

BAB IV. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Realisasi Penyelesaian Masalah


Pendidikan kesehatan yang disertai demonstrasi merupakan upaya untuk
memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
masyarakat khususnya lansia untuk menerapkan cara-cara hidup sehat dan
memperbaiki status kesehatan lansia. Dalam realisasi penyelesaian masalah
mengenai hipertensi yang dapat dilakukan adalah melakukan latihan rentan
gerak lansia untuk memperbaiki kekakuan sendi yang dialami oleh Lansia.

4.2 Khalayak Sasaran


Khalayak sasaran pada kegiatan pendidikan kesehatan dan demonstrasi ini
yaitu semua lansia di ruang mawar akan diajarkan mengenai latihan latihan
rentan gerak lansia. Latihan ini dilakukan agar dapat diterapkan sehari-hari
oleh semua lansia di ruang mawar untuk meningkatkan toleransi dan
mencegah kekakuan otot pada lansia di ruang mawar, serta membantu
mempertahankan rentang gerak sendi otot pada lansia di ruangan mawar.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

4.3 Metode yang Digunakan


1. Jenis model pembelajaran : konstruktif
2. Landasan teori : diskusi dan demonstrasi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberi komentar
e. Menetapkan tindak lanjut sasaran
=Sasaran

= Pemateri

BAB V. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN

5.1 Analisa Evaluasi dan Hasil-hasilnya


5.1.1 Evaluasi struktur
a. Materi yang akan disajikan terkait latihan mobilitas sendi lansia telah
siap disajikan
b. Tempat yang akan digunakan untuk melakukan latihan mobilitas sendi
lansia telah siap digunakan
c. Persiapan mahasiswa telah dilakukan
d. Persiapan Lansia telah dilakukan.
5.1.1 Evaluasi proses
a. Proses penyuluhan dan demonstrasi latihan rentang gerak lansia pada
Lansia berjalan dengan lancar mulai dari awal hingga akhir latihan sesuai
dengan yang diharapkan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

b. Lansia dan keluarga kooperatif selama dilakukan latihan rentang gerak


lansia
c. Tujuan umum dan tujuan khusus tercapai setelah latihan rentang gerak
lansia dilaksanakan
5.1.2 Evaluasi hasil
Kelompok lansia mampu mejelaskan kembali
a. Menjelaskan pengertian, tujuan, indikasi serta manfaat latihan rentang
gerak lansia
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah rentang gerak
lansia
c. Melakukan konseling untuk membantu lansia dalam mengemukakan
masalah yang dihadapi

5.2 Faktor Pendorong


Faktor yang mendoronng keberhasilan kegiatan ini adalah
a. Kegiatan dilakukan saat lansia sedang bersantai atau tidak memiliki
kegiatan
b. Lansia bersedia meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan dan
berkooperatif dengan baik
c. Materi yang disampaikan sesuai dengan masalah yang dihadapi lansia

5.3 Faktor Penghambat


Faktor yang menghambat keberhasilan kegiatan ini adalah
a. Pemateri membutuhkan kesabaran dalam penyampaian dan pengulangan
materi untuk lansia benar-benar memahami materi karena kemampuan
kognitif yang menurun
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Seiring penuaan, serat otot akan mengecil, dan massa otot berkurang. Seiring
berkurangnya massa otot, kekuatan otot juga berkurang. Osteoporosis merupakan
ancaman kesehatan utama bagi 44 juta warga Amerika Serikat atau 55% individu
usia 50 tahun keatas. Diperkirakan bahwa 10 juta individu telah menderita
penyakit ini dan 34 juta lainnya memiliki massa otot yang rendah hingga beresiko
menderita osteoporosis. Latihan rentang gerak yang aktif dan pasif memberikan
keuntungankeuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan
fleksibilitas sendi dan kekuatan otot. Sebaliknya, gerakan pasif hanya membantu
mempertahankan fleksibilitas. Proses menua yang dialami oleh lansia
menimbulkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan. Salah
satu akibat kemunduran fungsi fisiologis pada lansia mengakibatkan terjadinya
hambatan mobilitas fisik pada lansia tersebut. Perubahan tingkat mobilitas fisik
dapat mengakibatkan pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan
gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal, pembatasan gerak volunter
atau kehilangan fungsi motorik. Beberapa cara dalam mengatasi masalah
kesehatan pada klien dengan Nyeri Sendi yaitu dengan melakukan kegiatan
latihan rentang gerak lansia di PSTW Puger Kabupaten Jember

6.2 SARAN
6.1.1 Bagi Lansia
Informasi yang telah disampaikan perlu diingat kembali dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari
6.1.2 Bagi Instansi
Peningkatan keilmuan dalam perawatan harus tetap dikembangkan
dengan sharing dan diskusi pada seminar hasil dari kegiatan mahasiswa yang
telah melakukan pengabdian ataupun pengembangan ilmu pengetahuan di
Panti Trensa Jember.
6.1.3 Bagi Ilmu Pengetahuan
Kegiatan pendidikan kesehatan dengan pendekatan pengalaman empiris sangat
diperlukan untuk keterbaruan ilmu dan penerapan langsung pada keilmuan
yang telah ada
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

DAFTAR PUSTAKA

Ellis, J.R., & Bentz, P.M. 2005. Modules For Basic Nursing Skills.Edisi VII.
United States of Amerika: Lippincott Williams.

Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.

Maryam, R.Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta;
Salemba Medika.
Maryam, R.Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta;
Salemba Medika.

Suratun, dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta: Trans Info Media.
Potter, P.A., &Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Stanley, Mickey dan Patricia. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2.
Jakarta: EGC
Stockslager, Jaime dan Liz Schaeffer. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran:
Lampiran 1 : Berita Acara
Lampiran 2 : Daftar Hadir
Lampiran 3 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur (SOP)
Lampiran 5 : Materi
Lampiran 6 : Media
Lampiran 7 : Dokumentasi

\
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran 1: Berita Acara

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2018/2019

BERITA ACARA

Pada hari ini, Jumat 20 September 2019 pukul 09.30-10.00 WIB bertempat di
Wisma Mawar di Pelayanan Sosial Tresna Werdha Kabupaten Jember, Provinsi
Jawa Timur telah dilaksanakan Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang diet
hipertensi oleh Mahasiswa Keperawatan Universitas Jember, lansia wanita di
wisma mawar (daftar terlampir)

Jember, 20 September 2019


Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Gerontik FKEP UNEJ

Ns. Latifa Aini S., M.Kep.,Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran 2: Daftar Hadir

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2017/2018

DAFTAR HADIR

Kegiatan Latihan Rentang gerak pada Jumat 20 September 2019 pukul 08.30-
09.00 WIB bertempat di Wisma Mawar Pelayanan Sosial Tresna Werdha
Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur

NO NAMA ALAMAT TANDA TANGAN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Jember, 20 September 2019


Mengetahui,
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Stase Keperawatan Gerontik FKEP UNEJ

Ns. Latifa Aini S., M.Kep.,Sp.Kom


NIP. 19710926 200912 2 001
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran 3: Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2017/2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Latihan Rentan Gerak Lansia


Sasaran : lansia
Waktu : 09.00-09.30 WIB
Hari/Tanggal : Jumat, 20 September 2019
Tempat : Wisma Mawar PSTW Puger Kabupaten/Kota Jember Provinsi
Jawa Timur

1. Standar Kompetensi
Setelah dilakukan demonstrasi mengenai latihan rentan gerak lansia,
sasaran akan dapat mengerti, memahami, dan mampu mendemonstrasikan
latihan rentan gerak lansia.

2. Kompetensi Dasar
Setelah dilakukan demonstrasi latihan mobilitas sendi lansiaasam urat selama
20 menit sasaran akan mampu:
a. Mengerti dan mampu mempraktekkan latihan rentan gerak lansia
b. Mampu menerapkan latihan rentan gerak lansia sehari-hari

3. Pokok Bahasan
Latihan rentan gerak lansia

4. Subpokok Bahasan
a. Pengertian latihan rentang gerak lansia
b. Tujuan latihan rentang gerak lansia

5. Waktu
1 x 30 menit

6. Bahan/Alat yang diperlukan


a. Materi

7. Model Pembelajaran
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

a. Jenis model penyuluhan: Pertemuan Lansia


b. Langkah pokok:
1) Menciptakan suasana ruangan yang baik
2) Mengajukan masalah
3) Membuat keputusan nilai personal
4) Mengidentifikasi pilihan tindakan
5) Memberi komentar
6) Menetapkan tindak lanjut

8. Setting Tempat
Keterangan:
1. Pemateri

2. Peserta

9. Persiapan
Penyuluh menyiapkan materi dan SOP tentang latihan rentang gerak lansia
untuk Lansia

10. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Pemateri Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Salam pembuka Memperhatikan 5 menit
b. Memperkenalkan
diri
c. Menjelaskan tujuan
umum dan tujuan
khusus
Penyajian 1. Menjelaskan Memperhatikan dan 20 menit
tentang: memberi tanggapan
a. Pengertian
latihan mobilitas
sendi lansia
b. Tujuan dan
manfaat latihan
mobilitas sendi
lansia
c. Langkah-langkah
melakukan
latihan mobilitas
sendi lansia
2. Memberikan
kesempatan kepada
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lansia untuk
bertanya
3. Menjawab
pertanyaan
4. Mendemonstrasika
n latihan mobilitas
sendi lansia
5. Memberikan
kesempatan
kepada Lansia
untuk ikut
mempraktikkan /
mendemonstrasika
n latihan rentang
gerak lansia
Penutup a. Menyimpulkan Memperhatikan dan 5 menit
materi yang telah menanggapi
diberikan
b. Mengevaluasi hasil
pendidikan
kesehatan dan
demonstrasi
c. Salam penutup

11. Evaluasi
Setelah mendapatkan asuhan keperawatan lansia dan keluarga
mampu:
a. Menjelaskan pengertian, tujuan, indikasi serta manfaat latihan rentang
gerak lansia
b. Mengetahui dan mampu mempraktikkan langkah-langkah rentang
gerak lansia
c. Melakukan konseling untuk membantu lansia dalam mengemukakan
masalah yang dihadapi
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran 4: Standar Operasional Prosedur

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

LATIHAN RENTANG GERAK LANSIA


PSIK

UNIVERSITAS JEMBER

PROSEDUR TETAP NO DOKUMEN : NO HALAMAN :


REVISI :

TANGGAL DITETAPKAN OLEH :


TERBIT :
1 PENGERTIAN Latihan rentang gerak terkait dengan koordinasi otot, tulang, sendi
dan persyarafannya untuk mempertahankan rentang yang normal.
2 TUJUAN a. Mencegah dan memperbaiki kondisi otot, tulang, dan
persendian.
b. Mencegah masalah terkait dengan kardiovaskuler, pernafasan,
dan meetaabolik.
3. INDIKASI Semua lansia untuk mencegah ganggguan elenturan sendi akibat
kurang aktivitas
4. KONTRAINDIKASI -

5 PERSIAPAN LANSIA a. Lansia diberitahu tindaakan yang akan dilakukan


b. Posisi lansia disesuaikan dengan gerakkan yang akan dilakukan
c. Ruangan yang tenang, beersih, cukup ventilasi, pencahaayaaan
dan suhu yang nyaman (tidak panas)

6 PERSIAPAN ALAT Tidaak ada alat yang dipeerlukan pada latihan ini. Alat yang
digunakan dalam indikator kebersihan adalah geniomeeter dan
penggaris atau midline.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

7 PROSEDUR KERJA a. Kaji kemungkinan adanya nyeri pada sendi tertentu


b. Susun jadwal program latihan: setiap hari dan setiap latihan
diulang lima kali selama periode latihan
c. Anjurkan lansia atau care giver dalam keluarga melakukan
latihan secara berlahan
d. Pada titik yang mengalami tahanan, lakukan dengan hati-hati
dan berhenti jika lansia mengekspresikan nyeri
e. Mulai laatihaan dari bagian atas hingga bagian bawah, dengan
rangkaian gerakan sebagai berikut :
1. Bagian leher : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, dan fleksi
lateral.
2. Bagian bahu : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
3. Bagian siku : fleksi dan ekstensi
4. Bagian lenngan bawah : supinasi dan pronasi
5. Bagian pergelagan tangan : fleksi, ekstensi, hiperekstensi,
abduksi, adduksi
6. Bagian jari-jari : fleksi, ekstensi, hiperekstensi, abduksi,
adduksi
7. Bagian ibu jari : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan
oposisi
8. Bagian pinggul : fleksi, ekstensi, hiperekstensi abduksi,
adduksi, rotasi internal, rotasi eksternal, dan sirkumduksi
9. Bagian lutut : fleksi, dan ekstensi
10. Bagian pergelangan kaki : fleksi dorsal dan fleksi plantar
11. Bagian kaki : inverse, everse, fleksi, ekstensi, abduksi, dan
adduksi

Fleksi Tundukan kepala hingga


dagu menempel ke dada
(450)
Ekstensi Kembalikan posisi kepala
menjadi tegak
Hiperekstensi Dongakan kepala sejauh
mungkin ke arah
belakang (100)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Fleksi lateral Dongakan kepala ke arah


samping sejauh mungkin
hingga menyentuh bahu
(40- 450)

Fleksi Angkat tangan dari posisi


samping mengarah ke
atas kepala (1800 )
Ekstensi Kembalika tangan ke
posisi di samping tubuh
Hiperekstensi Gerakan tangan di
belakaang tubuh, jaga
agar siku tetap lurus (450-
600)

Abduksi Angkat tanga ke arah


samping dan melewati
tubuh sejauh mungkin
(3200)

Rotasi Dengan siku fleksi, putar


Internal bahu dengan menggerkan
tanga sampai ibu jari
terbalik ke dalam dan ke
luar belakang (900)

Rotasi Dengan siku fleksi,


eksternal gerakan tanga sampai ke
arah luar dan lateral
terhadap kepala
Sirkumduksi Gerakan tangan dalam
gerakan melingkar penuh
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Fleksi Bengkokan siku,


sehingga lengan bawah
bergerak ke arah
persendian bahu dan
sejajar dengan bahu
(1500)

Ekstensi Luruska siku dengna


menurunkan tangan

Supinasi Putar lengan bawah


sehingga telapak tangan
menghadap ke atas (70 -
900)

Pronasi Putar lenga bawah


sehingga talapak tangan
menghadap ke bawah 70
- 900)

Fleksi Gerakan telapak tangan


ke arah aspek dalam
lengan bawah (80-900)
Ekstensi Gerakan jari-jari tangan
den lengan bawah berada
dalam bidang yang sama
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Hiperekstensi Gerakan permukaan


dorsal dari punggung
tangan sejauh mungkin

Abduksi Bengkokan pergelangan


tangan secara medial ke
arah ibu jari (sampai 300)
Adduksi Bengkokan pergelangan
tangan secara lateral ke
arah jari ke lima (30 -
500)

Fleksi Gerakan ibu jari


melintang pada
permukaan telapak
tangan (900)
Ekstensi Gerakan ibu jari lurus
menjauhi tangan (900)
Abduksi Luruskan ibu jari secara
laateral (300)
Adduksi Gerakan ibu jari ke
belakang ke arah tangan
(300)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Oposisi Sentuhkan ibu jari ke


masing-masing jari
tangan

Fleksi Buat geenggaman tangan


(900)

Ekstensi Luruskan jari – jari (900)


Hiperekstensi Bengkoka jari – jari
sejauh mungkin (30-600)

Abduksi Rengggangkan jari-jari


(300)
Adduksi Kuncupkan jari-jari (300)

Fleksi Gerakan tungkai ke arah


depan dan ke atas (90-
1200)
Ekstensi gerakan tungkau ke
belakang di samping
tungkai yang lain (90-
1200)
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Hiperekstensi Gerakan tungkai ke


0
belakang tubuh (30-50 )

Abduksi Gerakan tungkai secara


lateral mejauhi tubuh
(30-500)
Adduksi Gerakan tungkai ke
posisi medial dan
melebihi jika mungkin
(30-500)

Rotasi Balikan kaki dan tungkai


internal menjauhi tubuh tungkai
yang lain ke arah dalam
(900)
Rotasi Balikan kaki dan tungkai
eksternal menjauhi tubuh tungkai
yang lain ke arah luar
(900)

Sirkumduksi Gerakan tungkai dalam


gerakan melingkar (3600)

Fleksi Angkat tumit ke arah


belakang paha (120 –
1300 )
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Ekstensi Kembalikan tungkai ke


lantai 120 – 1300 )

Fleksi dorsal Gerakan kaki sehingga


jari-jari kaki menujuk ke
atas (20-300)
Fleksi plantar Gerakan kaki sehingga
jari-jari kaki menujuk ke
bawah (45-500)

Inversi Balikan telapak kaki


secara medial (100)
Eversi Balikan telapak kaki
secara lateral (100)

Fleksi Lipat jaari-jari kaki ke


arah bawah (30 - 600)
Ekstensi Luruskan jaari-jari kaki
(30 - 600)

Abduksi Renggangkan jari-jari


kaki (150)
Adduksi Kuncupkan jari-jari kaki
(150)

8. HASIL a. Lansia merasa badan terasa fit dan sendi-sendi tidak kaku
b. Lansia tidaak mengalami nyeri saat melakukan gerakan
latihaan
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

c. Lansia tidak menngalami gangguan kelenturan sendi, tonus,


dan kekuaatan otot baik.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran 4: Lampiran Materi


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2017/2018

Range Of Motion (ROM)


Latihan Rentang Gerak
A. Pengertian Range of Motion (ROM)
Range of motion atau rentang gerak merupakan jumlah maksimum
gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan
tubuh: sagital, frontal, dan transfersal. Potongan sagital adalah garis yang
melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri
dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi
tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah garis
horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan ROM
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
2. Memelihara mobilitas persendian
3. Merangsang sirkulasi darah
4. Mencegah kelainan bentuk
5. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
6. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
7. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal
dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian
8. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau
berkomunikasi
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

C. Manfaat ROM
1. Memperbaiki tonus otot
2. Meningkatkan mobilisasi sendi
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
4. Meningkatkan massa otot
5. Mengurangi kehilangan tulang
D. Prinsip Dasar Latihan ROM
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dilatih minimal 2 kali sehari.
2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan klien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur klien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang mengalami proses penyakit atau kelemahan.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan
E. Pembagian Range of Motion (ROM)
1. ROM Pasif
Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan klien dengan
bantuan perawat atau keluarga pada setiap gerakan ROM. Indikasi latihan
pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi, tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total (Suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini
berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat
dan menggerakkan kaki pasien.
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

2. ROM Aktif
Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif .
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Lampiran 5: Media
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
T.A 2017/2018
Laporan PSP2N Stase Keperawatan Gerontik – Fakultas Keperawatan
201
Universitas Jember Jember
9

Anda mungkin juga menyukai