Anda di halaman 1dari 17

REAKTOR

OLEH :
KELOMPOK : VI ( 3 EGD )

RICKY SAMUEL SITUMEANG (061740411848)


RIZKI ARIA PUTRI (061740411849)
ROBY ADI NUGRAHA (061740411850)
VALENCIA TARA SITUMORANG (061740411852)

Dosen Pembimbing
Dr. Ir. A. Husaini, M.T.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang,23 September 2018

kelompok 6
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 1

Daftar Isi................................................................................................................................... 2

BAB 1

Pendahuluan.............................................................................................................................. 3

Latar belakang............................................................................................................... 3

BAB 2

Pembahasan............................................................................................................................... 4

BAB 3

Pertanyaan dan Jawaban.......................................................................................................... 26

Daftar Pustaka......................................................................................................................... 28
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reaktor adalah suatu alat proses tempat dimana terjadinya suatu reaksi berlangsung,
baik itu reaksi kimia atau reaksi nuklir dan bukan secara fisika. Reaktor kimia adalah segala
tempat terjadinya reaksi kimia, baik dalam ukuran kecil seperti tabung reaksi sampai ukuran
yang besar seperti reaktor skala industry. Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state
dan mudah dalam control temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan
oleh laju alir dari umpan yang masuk atau keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas
sehingga sulit mencapai konversi reaktan pervolume reaktor yang tinggi karena dibutuhkan
reaktor dengan volume yang sangat besar (Smith, 1981).
Reaktor adalah jantung dari proses kimia. Reaktor adalah suatu tempat proses dimana
bahan-bahan diubah menjadi produk, dan perancangan reaktor untuk industri kimia harus
mengikuti keperluan:
1. Faktor kimia : reaksi kimia.
2. Faktor transfer panas.
3. Faktor transfer massa.
4. Faktor keselamatan (Coulson, 1983).
Continuous Stirred Tank Reactor adalah reaktor yang dirancang untuk mempelajari
proses-proses penting dalam ilmu kimia. Reaktor jenis ini merupakan salah satu dari 3 tipe
reaktor yang bisa bersifat interchangeable pada unit service reaktor. Reaksi dimonitor oleh
probe konduktivitas dari larutan yang berubah dengan konversi dari reaktan menjadi produk.
Artinya ini merupakan proses titrasi yang tidak akurat dan tidak efisien dimana ini digunakan
untuk memonitor perkembangan reaksi yang tidak begitu penting. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi safonifikasi etil asetat dengan menggunakan NaOH yang dilakukan pada kondisi
tekanan dan temperatur yang aman (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).
Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) bisa berbentuk dalam tanki satu atau lebih
dari satu dalam bentuk seri. Reaktor ini digunakan untuk reaksi fase cair dan biasanya
digunakan untuk reaksi kimia organik. Keuntungan dari reaktor ini adalah kualitas produk
yang bagus, control yang otomatis dan tidak membutuhkan banyak tenaga operator.
Karakteristik dari reaktor ini adalah beroperasi pada kondisi steady state dengan aliran
reaktan dan produk secara kontinyu (Tim Dosen Teknik Kimia, 2009).
Keberhasilan operasi suatu proses pengolahan sering kali bergantung pada efektifnya
pengadukan dan pencampuran zat cair dalam proses itu. Istilah pengadukan dan pencampuran
sebenarnya tidak sinonim satu sama lain. Pengadukan (agitation) menunjukkan gerakan yang
tereduksi menurut cara tertentu pada suatu bahan di dalam bejana, dimana gerakan itu
biasanya mempunyai semacam pola sirkulasi. Pencampuran (mixing) ialah peristiwa
menyebarnya bahan-bahan secara acak, dimana bahan yang satu menyebar ke dalam bahan
yang lain dan sebaliknya, sedang bahan-bahan itu sebelumnya terpisah dalam dua fase atau
lebih. Istilah pencampuran digunakan untuk berbagai ragam operasi, dimana derajat
homogenitas bahan yang bercampur itu sangat berbedas-beda. Tujuan dari pengadukan antara
lain adalah untuk membuat suspense partikel zat padat, untuk meramu zat cair yang mampu
cair (miscible), untuk menyebar (dispersi) gas di dalam zat cair dalam bentuk gelembung-
gelembung kecil. Untuk menyebarkan zat cair yang tidak dapat bercampur dengan zat cair
yang lain, sehingga membentuk emulsi atau suspense butiran-butiran halus, dan untuk
mempercepat perpindahan kalor antara zat cair dengan kumparan atau mantel kalor. Kadang-
kadang pengaduk (agitator) digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus, misalnya dalam
hidrogenasi, gas hidrogen didispersikan melalui zat cair dimana terdapat partikel-partikel
katalis padat dalam keadaan suspense, sementara kalor reaksi diangkat keluar melalui
kumparan atau mantel.
Agitator (pengaduk) biasanya juga digunakan untuk beberapa tujuan sekaligus,
misalnya dalam hidrogenasi katalitik pada zat cair. Dalam bejana hidrogenasi, gas hidrogen
didispersikan melalui zat cair dimana terdapat pertikel-partikel katalis padat dalam keadaan
suspensi, sementara kalor reaksi diangkut keluar melalui kumparan atau mantel (McCabe,
2003).
Ada dua jenis reaktor kimia:
1. Reaktor tangki atau bejana
2. Reaktor pipa
kedua reaktor dapat dioperasikan secara kontinyu maupun partaian/batch. Biasanya, reaktor
beroperasi dalam keadaan ajeg namun terkadang bisa juga beroperasi secara transien.
Biasanya keadaan reaktor yang transien adalah ketika reaktor pertama kali dioperasikan (mis:
setelah perbaikan atau pembalian baru) dimana komponen produk masih berubah terhadap
waktu. Biasanya bahan yang direaksikan dalam reaktor kimia adalah cairan dan gas, namun
terkadang ada juga padatan yang diikutkan dalam reaksi (mis: katalisator, reagen, inert).
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN REAKTOR

Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi berlangsung.
Dengan terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya
ada yang terjadi secara spontan alias terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan
energi seperti panas(contoh energi yang paling umum). Perubahan yang dimaksud adalah
perubahan kimia, jadi terjadi perubahan bahan bukan fase misalnya dari air menjadi uap yang
merupakan reaksi fisika.
Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor
kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor
ini tergantung dari banyak variabel yang dapat dipelajari di teknik kimia, yaitu :
● Waktu tinggal
● Volume (V)
● Temperatur (T)
● Tekanan (P)
● Konsentrasi senyawa (C1, C2, C3, ...,Cn)
● Koefisien perpindahan panas (h, U)
Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan efisiensi kinerja reaktor,
sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan (input) yang besar dengan biaya
yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi. Tentu saja faktor keselamatan pun
tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya termasuk besarnya energi yang akan
diberikan atau diambil, harga bahan baku, upah operator, dll.
Tujuan pemilihan reaktor adalah :
1. Mendapat keuntungan yang besar
2. Biaya produksi rendah
3. Modal kecil/volume reaktor minimum
4. Operasinya sederhana dan murah
5. Keselamatan kerja terjamin
6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan) dijaga sekecil-kecilnya

Pemilihan jenis reaktor dipengaruhi oleh :


1. Fase zat pereaksi dan hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reactor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk
perpindahan panas

B. JENIS-JENIS REAKTOR

 BERDASARKAN BENTUK REAKTOR


1. REAKTOR TANGKI

Dikatakan reaktor tangki ideal jika pengadukannya sempurna,sehingga komposisi dan


suhu di dalamreaktor setiap saat uniform. Dapat di pakai untuk proses batch, semi batch dan
proses alir
2. REAKTOR PIPA
Biasanya digunakan tanpa pengaduk sehingga disebut reaktor alir pipa. Dikatakan ideal jika zat
pereaksi yang berupa gas atau cairan, mengalir di dalam pipa dengan arah sejajar sumbu pipa.

 BERDASARKAN PROSES KERJA REAKTOR

1. SISTEM BATCH

Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan persamaan
kesetimbangan dan stoikiometri.
Reaktor jenis ini biasanya sangat cocok digunakan untuk produksi berkapasitas kecil
misalnya dalam proses pelarutan padatan, pencampuran produk, reaksi kimia, Batch
distillation, kristalisasi, ekstraksi cair-cair, polimerisasi, farmasi dan fermentasi.
Beberapa ketetapan menggunakan reactor tipe Batch :
 Selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan
temperature
 Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik dalam
reaktor adalah sama atau homogen pada waktu yang sama
 Reaktor ideal

Gambar 1. Batch Reactor Gambar 2. Batch Reactor with Coflux Jacket

Konstruksi Batch reactor bisa tersusun oleh sebuah tangki dengan pengaduk serta
sistem pendingin atau pemanas yang menyatu dengan reaktor. Tangki ini memiliki ukuran
yang bervariasi mulai dari < 1 L sampai > 15.000 L tergantung kebutuhan.
Batch reactor biasanya terbuat dari baja, stainless steel atau baja berlapis kaca.Padatan
dan cairan yang akan masuk reaktor biasanya melalui sambungan yang terdapat pada tutup
atas reaktor. Untuk uap dan gas yang keluar reaktor biasanya juga melalui bagian atas,
sedangkan untuk cairan keluar melalui bagian bawah.
Reaktor batch di desain untuk beroperasi dalam proses unsteady – state, banyak
reaktor batch menunjukkan perilaku nonlinier yang dimiliki oleh pasangan reaksi kinetika
dan temperatur reaktor, dimana lebar jarak temperatur berlebih, dengan kata lain reaksi
berjalan eksotermis memproduksi panas berlebih sehingga harus dihilangkan dengan sistem
pendinginan. Sirkulasi pompa untuk pendingan bertujuan meminimalkan waktu tinggal agar
tetap konstan.
Misalkan : A + B  P
Neraca massa untuk komponen A adalah :

• Amasuk = Akeluar + Aterakumulasi + Ayang bereaksi


• FAi = FAC + (dNA/dt) + (-rA)(V)
• FAi = FAC = 0, karena tidak ada reaktan yang masuk atau keluar

 1 dN A
 rA 
V dt
Pada batch reaktor volume tetap
Mole A setelah reaksi berlangsung selama waktu t sebanding dengan konsentrasi A
yang tersisa dalam larutan di kali dengan volume.
NA (mole) = CA . V (mole/volume) x (volume)

dN A d C AV 
Bentuk differensialnya :

dt dt
dN A V .dC A C A .dV
 
dt dt dt
Karena volume tetap maka perubahan volume dV=0

dN A (V )dC A

dt dt

Sehingga :

 1 dN A  dC A
 rA  
V dt dt

Kelebihan dan Kelemahan Batch Reactor

 Kelebihan
1. Ongkos atau harga instrumentasi rendah.
2. Penggunaannya fleksibel, artinya dapat dihentikan secara mudah dan cepat kapan saja
diinginkan.
3. Penggunaan yang multifungsi.
4. Reaktor ini dapat digunakan untuk reaksi yang menggunakan campuran kuat dan
beracun.
5. Mudah dibersihkan.
6. Dapat menangani reaksi dalam fase gas, cair dan cair-padat.
7. Selama reaksi berlangsung tidak terjadi perubahan temperatur
8. Pengadukan dilakukan dengan sempurna, konsentrasi di semua titik dalam reaktor
adalah sama atau homogen pada waktu yang sama
9. Reaktor ideal
10. Lebih mudah pengoperasiannya
11. Lebih mudah dikontrol
• Kelemahan
1. Biaya buruh dan handling tinggi.
2. Kadang-kadang waktu shut downnya besar, yaitu waktu untuk
mengosongkan, membersihkan dan mengisi kembali.
3. Pengendalian kualitas dari produk jelek atau susah.
4. Skala produksi yang kecil.
5. Tidak begitu baik untuk reaksi fase gas (mudah terjadi kebocoran pada lubang
pengaduk) Waktu yang dibutuhkan lama, tidak produktif (untuk pengisian,
pemanasan zat pereaksi, pendinginan zat hasil, pembersihan reactor, waktu
reaksi)

2. SISTEM SEMI BATCH

Biasanya berbentuk tangki berpengaduk

Cara operasinya dengan jalan memasukkan sebagian zat pereaksi ke dalam reaktor,
sedangkan zat pereaksi yang lain atau sisanya dimasukkan secara kontinu ke dalam reaktor.
 Ada material masuk selama operasi tanpa dipindahkan
 Reactant (massa) yang masuk bisa dihentikan dan product bisa dipindahkan selama
operasi waktu tertentu.
 Tidak beroperasi secara steady state
3. SISTEM REAKTOR KONTINYU
Reaktor kontinyu mempunyai aliran masukan dan keluaran (inlet/outlet) yang terdiri
dari campuran homogen/heterogen . Reaksi kontinue di operasikan pada kondisi steady.
Dimana arus aliran masuk sama dengan arus aliran keluar .
Reaktor kontinyu dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu :
1. Reaktor AlirTangki Berpengaduk (RATB) atau Continous Stirred Tank Reaktor
(CSTR)
2. Reaktor Alir Pipa (RAP) atu Plug Flow Reaktor (PFR).
 REAKTOR BERDASAR JUMLAH FASE YANG TERLIBAT
1. REAKTOR HOMOGEN

Reactor homogeny adalah reactant, product dan/atau katalis berada pada phase yang sama
(single phase)

2. REAKTOR HETEROGEN

Reaktor heterogen adalah reactant, product dan/atau katalis beradapada phase yang berbeda

RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)

Reaktor ini termasuk sistem reaktor kontinyu untuk reaksi–reaksi sederhana. Berbeda dengan
sistem operasi batch di mana selama reaksi berlangsung tidak ada aliran yang masuk atau
meningggalkan sistem secara berkesinambungan, maka di dalam reaktor alir (kontinyu), baik umpam
maupun produk akan mengalir secara terus menerus. Sistem seperti ini memungkinkan kita untuk
bekerja pada suatu keadaan dimana operasi berjalan secara keseluruhan daripadab sistem berada
dalam kondisi stasioner. Ini berarti bahwa baik aliran yang masuk , aliran keluar maupun kondisi
operasi reaksi di dalam reaktor tidak lagi berubah oleh waktu. Pengertian waktu reaksi tidak lagi
sama dengan lamanya operasi berlangsung, tetapi akivalen dengan lamanya reaktan berada di dalam
reaktor. Penyataan terakhir ini biasa disebut waktu tinggal campuran di dalam reaktor, yang besarnya
ditentukan oleh laju alir campuran yang lewat serta volume reaktor di mana reaksi berlangsung.

Reaktor tipe ini bisa terdiri dari satu tangki atau lebih. Biasanya tangki–tangki ini dipasang
vertikal dengan pengadukan sempurna. Pengadukan pada masing-masing tangki dilakukan secara
kontinu sehingga diperoleh suatu keadaan di mana komposisi campuran di dalam reaktor benar-benar
seragam. Reaktor tangki ini biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fase cair, untuk reaksi
heterogen cair – padat atau reaksi homogen cair- cair dan sebagainya.

RAP ( Reaktor Alir Pipa )


Biasanya penggunaan model seperti ini digunakan untuk reaktan berfase gas, dan perlu kawan-
kawan ketahui, reaksi kimia tersebut terjadi sepanjang pipa, jadi semakin panjang pipa maka
konversinya juga semakin tinggi. Hmm tapi tidak segampang itu mengasumsikannya kawan. dalam
suatu reaksi terdapat titik optimum, artinya kita perlu mengetahui tentunya dengan menganilisis, di
mana titik optimum itu berada, sehingga tidak membuang2 energi, karena pada treaktor jenis ini,
konversinya terjadi secara gradien) di mana pada saat awal kecepatan reaksinya cepat namun seiring
panjang pipa (melewati titik optimum) jumlah reaktan tersebut akan berkurang dan kecepatan
reaksinya pun akan semakin lambat.

Dikatakan ideal jika zat pereaksi dan hasil reaksi mengalir dengan kecepatan yang
sama diseluruh penampang pipa.

Keuntungan :

Memberikan volume yang lebih kecil daripada RATB, untuk konversi yang sama

Kerugian:

1. Harga alat dan biaya instalasi tinggi.

2. Memerlukan waktu untuk mencapai kondisi steady state.

3. Untuk reaksi eksotermis kadang-kadang terjadi “Hot Spot” (bagian yang suhunya
sangat tinggi) pada tempat pemasukan . Dapat menyebabkan kerusakan pada dinding
reaktor.

Reaktor Gas Cair dengan Katalis Padat


- Packed/Fixed bed reaktor (PBR).
Terdiri dari satu pipa/lebih berisi tumpukan katalis stasioner dan dioperasikan vertikal.
Biasanya dioperasikan secara adiabatis.

Product stream

Cooling/heating
medium in

Out

Feed
- Fluidized bed reaktor (FBR)
 Reaktor dimana katalisnya terangkat oleh aliran gas reaktan.
 Operasinya: isotermal.
 Perbedaan dengan Fixed bed: pada Fluidized bed jumlah katalis lebih sedikit dan katalis
bergerak sesuai kecepatan aliran gas yang masuk serta FBR memberikan luas permukaan
yang lebih besar dari PBR

Product stream

Gelembung gas

Partikel katalis

- Reaktor slurry

Feed

Reaktor ini berisi partikel padat. Untuk fase gas tidak dapat terus-menerus masuk kedalam reactor..
Suatu model umum untuk reaktor gas-cair-padat akan mempunyai reaksi homogeny. Terjadi didalam
bermacam-macam reaksi dan menjadi 3 satuan reaksi heterogen seperti: gas-cair, gas-padat, dan cair-
padat. Jenis katalis yang biasa digunakan dalam reaktor slurry adalah katalis berbasis kobalt (Co) dan
besi (Fe). Suhu dan tekanan tergantung pada jenis reaktan pada pembuatan batu bara, gas bumi.
Slurry reaktor sama seperti fluidized bed reaktor dimana gas melewati reaktor yang mengandung
partikel katalisator padat yang berada dalam cairan gas

Digunakan :
Reaktor slurry biasa digunakan untuk mereaksikan liquid atau larutan yang mengandung reaktan
dengan katalis padatan.

- TRICKLE BED REACTOR

• adalah reaktor dengan packing katalis dimana fasa cair dan gas mengalir searah ke
bawah dan mengalami interaksi pada katalis padatan.
• Trickle bed reactor biasanya digunakan dalam industri perminyakan, pencairan batu
bara dan pengolahan limbah.
Mekanisme reaktor :
Trickle bed reactor melibatkan proses hydrotreating, misalnya: hydrodesulfurisasi dan
hydrocracking.
Pada unit hydrodesulfurisasi, umpan dimasukan ke dalam menara destilasi dalam fase
uap. Kemudian digunakan Hidrogen berlebihan untuk mempertahankan fase uap dan
mencegah terbentuknya deposit cake
• Lalu gas dengan kecepatan rendah dimasukan sehingga umpan dapat tersebar merata
dengan hidrogen.
• Sebagai katalis biasanya digunakan katalis padatan berbentuk mikroporous yang disusun
pada posisi tetap.
• Aliran cairan dalam sebuah regime trickling akan membasahi permukaan luar katalis
namun menyisakan ruang kosong yang akan diisi oleh aliran gas.
- • Keuntungan : proses dapat dijalankan dengan umpan bertitik didih tinggi.
• Kerugian : operasi dengan fase uap akan memungkinkan reaksi samping yang tidak
dikehendaki, contohnya pada proses hidrodesulfurisasi, dimana akan terjadi akumulasi
produk samping yang bersifat korosif (contoh: Mercaptan, siklosulphide, thionic).

Fluid-fluid reaktor
Biasa digunakan untuk reaksi gas-cair dan cair-cair.

- Bubble Tank.

Gas

Liquid Liquid

Gas

- Agitate Tank

3. Spray Tower

Liquid in Gas out

Gas in Liquid out


Pertimbangan dalam pemilihan fluid-fluid reaktor.

1. Untuk gas yang sukar larut (Kl <) sehingga transfer massa kecil maka Kl harus diperbesar
.Jenis spray tower tidak sesuai karena kg besar pada Spray Tower

2. Jika lapisan cairan yang dominan, berarti tahanan dilapisan cairan kecil maka Kl harus
diperbesar

» jenis spray tower tidak sesuai.

3. Jika lapisan gas yang mengendalikan (maka Kg <)

» jenis bubble tank dihindari.

4. Untuk gas yang mudah larut dalam air

» jenis bubble tank dihindari.

 JENIS REAKTOR BERDASARKAN KEADAAN OPERASINYA


1. REAKTOR ISOTERMAL

Dikatakan isotermal jika umpan yang masuk, campuran dalam reaktor, aliran yang keluar dari
reaktor selalu seragam dan bersuhu sama.

2. REAKTOR ADIABATIS

Dikatakan adiabatis jika tidak ada perpindahan panas antara reaktor dan sekelilingnya.Jika
reaksinya eksotermis, maka panas yang terjadi karena reaksi dapat dipakai untuk menaikkan suhu
campuran di reaktor. ( K naik dan –rA besar sehingga waktu reaksi menjadi lebih pendek).

3. REAKTOR NON-ADIABATIS

Reaktor kimia adalah jenis reaktor yang umum sekali digunakan dalam industri. Hal ini
dikarenakan, dalam sintesis bahan kita selalu memerlukan jenis reaktor ini.

1. 6.6.1 Reaktor Air Tangki Berpengaduk dalam Susunan Seri

Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa reaksi berlangsung
pada konsentrasi yang realtif rendah , yaitu sama dengan konsentrasi di dalam campuran yang
meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk reaksi-reaksi berorde positif volume reaktor yang
diperlukan menjadi besar, Salah satu cara untuk menghindari kerugian ini adalah dengan
mempergunakan beberapa reaktor tangki yang dipasang seri , sehingga konsentrasi reaktan tidak
turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya (Gambar 6.3)

Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di masing-masing tangki akan turun menurun secara
bertahap pula, sehingga volume total seluruh reaktor untuk mendapatkan besarnya konversi
tertentu akan lebih kecildibandingkan dengan sistim reaktor tunggal.

FA0

υo

1 2 N FAN FAi,
CAi FAi , CAi υo -rA XA1 -rA
CAN
XA2 -rA XAN V1 V2 VN

Gambar 6.3. N-Reaktor tangki yang dipasang seri

Neraca Panas pada Reactor


a. Panas Reaksi
Panas reaksi (Notasi ∆H) merupakan ukuran tentang banyaknya panas yang diserap
atau dikeluarkan pada saat suatu reaksi berlangsung. Misalnya untuk reaksi berikut ini :
aA + bB rR + sS ∆Hr kkal/mol
Panas reaksi (∆Hr) didefinisikan sebagai panas yang dibutuhkan/dihasilkan bil a mol
zat A bereaksi dengan b mol zat B membentuk r mol zat R dan s mol zat S. Besarnya panas
reaksi ini selain, selain tergantung pada temperatur dan tekanan operasinya, juga tergantung
pada keadaan sistim itu sendiri, yaitu apakah sistim tempat reaksi berlangsung merupakan
sistim terbuka atau tertutup.

1. Sistim terbuka
Secara termodinamika bisa dibuktikan bahwa panas reaksi untuk sistim terbuka
adalah sama dengan perbedaan entalpi produk total dengan entalpi reaktan total, atau :
∆Hr = ∑ ni hi ............................................. (1)
di mana : hi adalah entalpi molar komponen i
Kalau entalpi produk total lebih besar dari pada entalpi reaktan total, maka ∆H r akan
berharga positif. Ini berarti bahwa sejumlah panas harus ditambahkan agar reaksi dapat
berlangsung. Reaksi yang semacam ini disebut reaksi endotermik. Untuk keadaan
sebaliknya, yaitu ∆Hr < 0 , berarti bahwa sejumlah panas akan dibebaskan pada saat reaksi
berlangsung dan reaksi ini disebut reaksi eksotermik. Harga panas reaksi pada suhu standar
untuk reaksi-reaksi tertentu biasanya telah tersedia di dalam tabel-tabel termodinamika. Bila
seandainya untuk reaksi-reaksi tertentu data panas reaksinya tidak bisa diperoleh secara
langsung, maka bisa saja ditempuh cara lain, yaitu dengan menghitungnya berdasarkan :
1. Data entalpi pembentukan standar (∆Hfo) atau
2. Data entalpi pembakaran (∆Hco).

2. Sistim Tertutup
Sistim tertutup dapat dibagi dalam 2 (dua) katagori, yaitu :
- Sistim tertutup pada tekanan konstan
Untuk sistim seperti ini, panas reaksi dihitung tepat sama dengan apa yang telah
diturunkan untuk sistim terbuka, yaitu panas reaksi adalah sama dengan perbedaan entalpi
produk dan reaktan.
- Sisitim tertutup pada volume konstan
Menurut hukum termodinamika panas reaksi untuk sistim tertutup pada volume
konstan, adalah sama dengan perbedaan energi dalam (internal energi)antara produk dan
reaktan, atau dituliskan :
∆Ur = ∑ ni Ui ....................................(2)
di mana : Ui adalah energi dalam molar senyawa i.

b. Estimasi Efek Panas


Penentuan panas reaksi biasanya dilakukan di dalam suatu alat yang disebut “Bomb
calometri”. Alat ini berupa suatu sistim reaktor tertutup dengan volume konstan, sehingga
panas reaksi yang kita dapatkan adalah sama dengan perubahan enrgi dalamnya.
Untuk merubah panas reaksi pada volume konstan menjadi panas reaksi pada tekanan
konstan seperti dinyatakan dalam banyak literatur, dipakai korelasi sebagai berikut :
H = U + pV .....................................(3)
Perubahan entalpi pada temperatur dan tekanan konstan adalah :
∆HP,T = ∆UP,T + p(∆V)T .....................................(4)
di mana :
∆UP,T adalah perubahan energi dalam pada temperatur dan tekanan konstan Untuk gas-gas
yang mendekati hukum gas ideal dan perubahan tekanan di dalam alat bomb calorimeter
tidak terlalu besar, nilai ∆UP,T kira-kira sama dengan perubahan energi dalam pada
temperatur dan volume konstan, atau dituliskan :
∆UP,T = ∆UV,T .....................................(5)
Sehingga persamaan (4) menjadi :
∆HP,T = ∆UV,T + p(∆V)T .....................................(6)

Apabila selama reaksi jumlah mol total adalah tetap (atau kalau di dalam sistim terjadi proses
pengembunan, sehingga jumlah mol di dalam fasa adalah tetap), maka :
∆HP,T = ∆UV,T .....................................(7)
Apabila campuran reaksi di dalam reaktor dianggap mengikuti hukum gas ideal, maka :
p(∆V)T = ∆n RT ................................... (8)
Sehingga persamaan (8.6), dapat dituliskan menjadi :
∆HP,T = ∆UV,T + ∆n RT .....................................(9)
Pada perhitungan-perhitungan praktis harga p(∆V)T ini biasanya relatif kecil dibandingkan
dengan ∆UV,T , sehingga kalau diambil saja : ∆HP,T = ∆UV,T , kesalahan yang dibuat bisa
diabaikan.

c. Pengaruh Temperatur Terhadap Panas Reaksi


Panas reaksi pada temperatur T2 (keadaan akhir) dapat ditentukan berdasarkan data
panas reaksi pada temperatur T1 (keadaan awal) yang diketahui menurut korelasi.
di mana :
= Σ ni Cpi
Cpi = panas jenis komponen i
= panas reaksi molar pada temperatur T1 dan T2
Karena panas jenis Cp dari masing-masing komponen biasanya dinyatakan dalam bentuk
fungsi temperatur yaitu :
Cp = α + β T + γ T2
di mana :
∆α = Σ ni α
∆β = Σ ni β
∆γ = Σ ni γ

d. Neraca Energi untuk Reaktor Batch


Hal yang pertama diperhatikan untuk menurunkan persamaan neraca energi di dalam
reaktor batch adalah diketahui dahulu apakah sistim operasi pada volume konstan atau pada
tekanan konstan. Untuk keadaan yang pertama (volume konstan) setiap perubahan energi
yang dialami sistim adalah ekivalen dengan perubahan energi dalamnya. Sedangkan untuk
sistim yang kedua (tekanan tetap) setiap perubahan energi yang dialami sistim adalah
ekivalen dengan perubahan entalpi.
Dengan demikian neraca energi untuk reaksi :
aA + bB rR + sS
dapat dituliskan sebagai berikut :
Panas yang + Panas yang dihasilkan = Panas yang .......... (13)
masuk reaksi terakumulasi

Kedua prinsip diatas harus betul-betuk dipahami, walaupun di dalam perhitungan-


perhitungan praktis seringkali hanya dipakai model persamaan (15), baik untuk sistim dengan
volume tetap maupun sistim dengan tekanan tetap (konstan). Kesalahan yang terjadi relatif
kecil sekali dan dapat diabaikan).
 Reaktor Batch dengan Operasi Adiabatik
Dalam operasi adiabatik tidak ada sama sekali panas yang masuk maupun yang keluar
dari sistim, atau :
Q = 0
 Reaktor Batch dengan Operasi Isotermal
Temperatur adalah konstan selama berlangsung, yang berarti bahwa semua panas
yang dihasilkan/diserap adalah sama dengan panas yang dipindahkan melalui dinding media
pemindah panas, sehingga tidak ada akumulasi panas di dalam sistim.
Persamaan neraca energi untuk sistim operasi semacam ini adalah :

Panas yang dihasilkan = Panas yang


reaksi dipindahkan
= - UA (Tk – T) ........(23)
di mana :
Tk = temperatur medium penukar panas
T = temperatur reaksi
U = over all heat tranfer coefficient
A = luas bidang penukar panas
Tk - T = perbedaan temperatur antara campuran reaksi dengan media
penukar panas

Jika sebagai medium penukar panas dipakai suatu fluida yang mengalir di dalam pipa
(heat exchanger), dengan temperatur masuk dan keluar masing-masing adalah Tk1 dan Tk2,
maka perbedaan temperatur rata-rata antara medium pemindah panas dan campuran reaksi.
DAFTAR PUSTAKA

- http://dokumen.tips/documents/makalah-reaktor.html
- http://dokumen.tips/documents/reaktor-558f323d4c697.html
- http://dokumen.tips/documents/reaktor-558dd5ef9d844.html
- http://dokumen.tips/documents/reaktor-558b08adecdd4.html
- http://dokumen.tips/documents/reaktor-55c9c8d42ab1c.html
- http://dokumen.tips/documents/reaktor-558b08adecdd4.html

Anda mungkin juga menyukai