Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kementrian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM) pada tahun 2016 mengatakan bahwa
Potensi energi terbarukan di Indonesia cukup besar diantaranya yaitu mikrohidro, biomassa ,
energi surya dan yang terakhir adalah energy nuklir. Penerapan energy terbarukan menjadi
perhatian penting saat ini, perkembangan ekonomi yang membutuhkan konsumsi energi yang
besar mempercepat eksploitasi sumber daya alam.Amerika, Cina, India dan beberapa negara di
Eropa sudah mulai untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dengan pemanfaatan energi
alternatif seperti turbin angin, panel surya pemanfaatan gelombang pasang surut air laut (Chen,
2016).

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu opsi sumber energi listrik
untuk memenuhi kebutuhan energi di Indonesia. PLTN sebagai sumber energi yang bersih dan
kompetitif saat ini telah banyak digunakan di beberapa negara di dunia. Pada
prinsipnya,pemilihan pemanfaatan PLTN tergantung pada kebutuhan dan kebijakan masing-
masing negara. Pemanfaatan PLTN tersebut berdasarkan atas kajian studi kelayakan teknologi
dan keselamatannya. Potensi kegagalan sistem, struktur dan komponen dapat menyebabkan
kontaminasi terhadap lingkungan dalam reaktor yang tertutup maupun kelingkungan luar.

Thorium berpotensi sebagai pengganti uranium pada bahan baku pltn. Untuk mendapatkan
thorium pada endapan aluvium dan granit tipe S yakni dengan memanfaatkan sinar gamma
spektroskopi RS 125.

Thorium ditemukan dalam jumlah kecil di beberapa batuan dan tanah. Di kerak bumi jumlah
thorium tiga kali lebih banyak daripada timah. Tanah umumnya mengandung thorium rata-rata
sekitar 12 ppm. Thorium terdapat pada beberapa mineral antara lain thorite (ThO 2), thorianite
(ThO2+UO2), monasit (Ce,La,Th)PO4, zirkon (ZrSiO2), xenotim (YPO4) dan alanit (Ca, Ce,
La,Y)2(Al, Fe)3(SiO4)3(OH).

Di Pulau Bangka dan Belitung, thorium terutama terdapat di dalam mineral monasit yang
merupakan mineral ikutan dalam penambangan timah (kasiterit) baik penambangan timah primer
pada batuan granit maupun penambangan timah sekunder pada endapan aluvial. Cebakan
monasit primer terbentuk melalui beberapa fase, yaitu pertama fase pneumatolitik, selanjutnya
fase kontak pneumatolitik–hidrotermal tinggi dan fase terakhir adalah hipotermal–mesotermal.
1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi kandugan thorium pada granit tipe s dan
endapan alvium di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah di jelaskan maka penelitian ini berfokuskan pada rumusan
masalah yang terjadi pada pengembangan potensi kandungan thorium pada granit tipe s dan
endapan alvium sebagai pengganti uranium pada pltn

1.4 Manfaat Penelitian

1. Produk limbahnya tetap berbahaya tetapi hanya untuk jangka waktu yang jauh lebih
pendek dibandingkan limbah uranium

2. Di kerak bumi keterdapatan thorium lebih melimpah dibandingkan uranium dengan


perbandingan sekitar 4 : 1.

3. Thorium lebih aman dibanding uranium

1.5 Relevansi

Relevansi dari penelitian ini terhadap jurusan teknik kimia program studi teknik energi yaitu
teknik pengambilan data serta mengetahui potensi sumber daya thorium pada endapan aluvium.
Dalam penelitian ini memanfaatkan berbagai macam alat untuk melakukan eksplorasi dan
peninjauan lokasi berpotensi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PLTN
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal tempat
panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.

PLTN termasuk dalam pembangkit daya, yang dapat bekerja dengan baik ketika daya
keluarannya konstan (meskipun reaktor air didih dapat turun hingga setengah dayanya ketika
malam hari). Daya yang dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 12 MWe hingga 1400
MWe. Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2019 mempunyai daya 29-1400 MWe.

PLTN dikelompokkan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN yang
menerapkan unit-unit independen, dan hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda.
Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini :

1. Reaktor Fisi

Pada umumnya reaktor jenis ini menggunakan bahan bakar nuklir Uranium dan reaktor jenis
ini akan menghasilkan Plutonium, meskipun dimungkinkan juga menggunakan siklus bahan
bakar Thorium.Reaktor fisi dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan energy neutron
yang digunakan dalam proses fisi, yaitu:

 Reaktor thermal (lambat) menggunakan neutron lambat atau neutron thermal. Reaktor ini
bercirikan mempunyai moderator neutron / material pelambat yang ditujukan untuk
melambatkan neutron sampai mempunyai energi kinetik rerata partikel yang ada disekitarnya,
dengan kata lain, sampai mereka "dithermalkan".
 Reaktor cepat, reaktor jenis ini menggunakan neutron cepat untuk menghasilkan fisi
dalam bahan bakar reaktor nuklir. reaktor jenis ini tidak memiliki moderator neutron, dan
menggunakan bahan pendingin yang kurang memoderasi neutron.

2. Reaktor Fusi

Reaktor jenis ini merupakan teknologi reaktor nuklir yang masih dalam tahap
eksperimental, secara umum menggunakan hydrogen sebagai bahan bakarnya.
2.2 Torium

Torium adalah logam yang radioaktif, terang, lunak, berwarna putih keperakan, yang
memudar sangat lambat (berbulan-bulan) menjadi oksida hitam. Isotop paling stabil adalah
thorium-232, dengan waktu paruh 14,05 miliar tahun. Hampir 100% dari thorium yang
ditemukan di Bumi adalah thorium-232, yang hanya sedikit radioaktif karena memiliki waktu
paruh yang panjang. (Umur uranium-235 adalah 700 juta tahun, lebih pendek dengan faktor 20).
Thorium secara kimiawi reaktif dan bereaksi oleh oksigen, hidrogen, halogen dan belerang.
Bubuk thorium bersifat piroforik (tersulut secara spontan di udara).

Thorium memiliki rentang cairan terbesar dari setiap elemen, mencakup lebih dari 3000 derajat
antara titik leleh 2023 K (1750 oC) dan titik didihnya 5063 K (4790 oC). Hampir semua thorium
yang terjadi secara alami adalah thorium-232 yang meluruh perlahan menjadi radium logam
golongan II A oleh emisi partikel alfa. Thorium-232 dapat dikonversi oleh neutron termal
(lambat) menjadi uranium-233 yang dapat dipecah melalui urutan reaksi berikut:

32Th + n ⇒ 233Th

      ß meluruh      ß meluruh

233Th     ⇒    233Pa     ⇒     233U

Untuk mendapatkan thorium pada endapan aluvium dan granit tipe S yakni dengan
memanfaatkan sinar gamma spektroskopi RS 125.

Sinar gamma adalah sebuah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromaknetik yang di
produksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya seperti penghancuran
elektron-positron. sinar gamma hampir sama dengan seperti sinar-X keras karena bermulai dari
energi 10 KeV/2,42 EHz/124 pm dimana diketahui bahwa sinar-X keras juga memiliki radiasi
elektromagnetik dari sekitar 10 keV sampai beberapa ratus keV. Namun yang membedakan
adalah sumbernya.

Sinar gamma di produksi oleh transisi energi karena percepatan elektron. Karena beberapa
transisi elektron memungkinkan untuk memiliki energi lebih tinggi dari beberapa transisi nuklir,
tumpang-tindih antara apa yang kita sebut sinar gamma energi rendah , dan sinar-X energi tinggi.
dalam spektroskopi gamma juga dicari resolusi tenaganya. Ternyata semakin kecil resolusinya
semakin bagus data yang diperoleh, semakin besar resolusinya maka semakin tidak valid data
yang diperoleh.
2.3 Kelebihan Thorium

Beberapa kelebihan thorium sebagai bahan bakar dibanding uranium adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan bakar reaktor, thorium tidak perlu pengkayaan.

b. Produk limbahnya tetap berbahaya tetapi hanya untuk jangka waktu yang jauh
lebih pendek dibandingkan limbah uranium

c. Di kerak bumi keterdapatan thorium lebih melimpah dibandingkan uranium


dengan perbandingan sekitar 4 : 1.

d. Thorium lebih aman dibanding uranium karena dari hasil percobaan dalam reaktor
air ringan tradisional, uranium-235 berinteraksi dengan uranium-238 menghasilkan
plutonium-239 sebagai produk sampingan-isotop radioaktif yang dapat berubah
menjadi Plutonium-240 untuk digunakan dalam 2 (dua) tujuan yang berbeda yaitu
sebagai bahan bakar reaktor plutonium, dan bahan baku senjata nuklir (bom
plutonium). Uranium, thorium dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir.
Meskipun tidak bersifat fisil, thorium-232 akan menyerap netron secara pelan
berubah menjadi Th-233 yang secara betha decay berubah menjadi protactinium-
233 yang kemudian secara perlahan menjadi U-233 yang bersifat fisil dan berumur
panjang, serta fertil seperti U-235. Kelebihan utama U-233 dibandingkan U-235
maupun Th-239 adalah karena U-233 lebih banyak menghasilkan netron per netron
yang diserap olehnya.

e. Itu berarti bahan nuklir “grade senjata” tidak diproduksi, yang secara teoritis akan
menghilangkan beberapa masalah keamanan terkait dengan PLTN saat ini.

f. Jumlah thorium yang digunakan untuk bahan bakar reaktor lebih sedikit
dibanding uranium yaitu sekitar 1 berbanding 10.
DAFTAR PUSTAKA

IAN HORE LACY, ”Nuclear Energy in the 21st Century”, Word Nuclear Association, London,
2001.
WICKLEDER, MATHIAS S., FOUREST, BLANDINE, DORHOURT, PETER K., "Thorium".
In MORSS, LESTER R., EDELSTEIN, NORMAN M., FUGER, JEAN, “The Chemistry of
Actinide and Elemen Transactinide”, 3rd edition, Springer Science, 2006
SCHWARTZ M.O., RAJAH S.S., ASKURY A.K., PUTTHAPIBAN P., DJASWADI S., “The
Southeast Asian Tin Belt”, Earth Science Review, Elsevier B.V Publisher, Volume 38, Number
2, Hannover, Germany, pp.95-293, July 1995.

https://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_nuklir
https://id.wikipedia.org/wiki/Torium
https://sainskimia.com/sifat-pembuatan-kegunaan-dan-sumber-dari-unsur-thorium/
https://id.wikipedia.org/wiki/Sinar_gama

Anda mungkin juga menyukai