Anda di halaman 1dari 19

1

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pengajaran merupakan persoalan yang cukup

kompleks, sebab banyak hal yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor

itu di antaranya adalah guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang

memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses

pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru. Tugas guru adalah

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik dengan menggunakan

metode atau cara dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Keberhasilan guru dalam menyampaikan materinya kepada peserta didik

sangat tergantung pada metode yang digunakan. Minimnya metode yang

digunakan dapat membawa akibat terhadap pesan yang diberikan oleh guru

(Kurniasih dan Sani, 2015:iii). Penerapan metode atau model pembelajaran

yang tepat dapat membantu guru dalam mengaktifkan belajar siswa, selain itu

metode atau model pembelajaran tersebut juga dapat menjadi salah satu hal

yang membantu guru dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan

salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan

berkembang secara optimal. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa

untuk mengoptimalkan memorinya bekerja secara maksimal dengan

bahasanya dan melakukan dengan kreatifitasnya sendiri (Muhaimin,

2001:167-168). Siswa dapat belajar secara aktif ketika dirinya ditempatkan

1
pada posisi kerjasama tim dan diberikan sebuah permasalahan atau

pertanyaan yang harus diselesaikan. Pendidikan Agama Islam adalah salah

satu mata pelajaran yang memiliki banyak persoalan untuk dipecahkan. Mata

pelajaran ini dapat menjadikan siswa lebih aktif apabila guru cukup kreatif

dalam menggunakan media serta metode pembelajaran.

Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diajarkan pada setiap tingkat pendidikan mulai dari MI/MTs/MA dan

sederajat. Pendidikan agama Islam pada tingkatan madrasah meliputi mata

pelajaran fiqih, al Quran hadits, sejarah kebudayaan Islam (SKI), dan akidah

akhlak. Semua mata pelajaran PAI biasanya dianggap sebagai mata pelajaran

yang kurang mengasyikkan atau membosankan. Anggapan tersebut

dikarenakan penerapan metode pembelajaran yang monoton oleh guru PAI.

Metode ceramah merupakan salah satu metode yang paling sering diterapkan

oleh guru PAI dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam hal ini,

perlu adanya inovasi dari guru PAI untuk menerapkan metode atau model

pembelajaran yang beragam disesuaikan dengan materi pembelajaran yang

akan disampaikan.

Penerapan metode atau model pembelajaran yang beragam dan

pengimplementasian yang baik ketika proses pembelajaran mungkin dapat

menjadi salah satu jalan keluar. Selain metode atau model pembelajaran, guru

PAI juga bisa menggunakan game education atau permainan pendidikan

sebagai bahan selingan ketika proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut

dilakukan agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan menyenangkan,

sehingga anggapan siswa bahwa pelajaran PAI membosankan dapat berubah.

2
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan sangat menentukan

efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan

sedikit ceramah dan model pembelajaran kooperatif learning yang berpusat

pada peserta didik. Penggunaan model pembelajaran kooperatif learning akan

sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran bersifat psikologis dideskripsikan dengan merujuk pada hal-hal

yang terjadi dalam diri peserta didik secara psikologis. Ketika dirinya

menunjukkan sikap yang baik, maka proses pembelajaran dapat dikatakan

berhasil (Huda, 2014:6).

Model pembelajaran memiliki beberapa macam, seperti model

pembelajaran kooperatif learning, problem based learning, problem project

learning, dan lain sebagainya. Model pembelajaran tersebut dapat

dikolaborasikan dengan permainan edukasi atau metode pembelajaran.

Pengkolaborasian dilakukan agar proses pembelajaran menjadi lebih hidup

dan siswa menjadi lebih aktif (student centered approach).

Model pembelajaran kooperatif learning adalah kegiatan belajar

mengajar dalam kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai

pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun

kelompok (Nurhadi, 2003:60).

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, diperoleh informasi

bahwa pembelajaran PAI khususnya mata pelajaran al Quran hadits di MI Al

Muttaqien Gambiran masih menggunakan metode ceramah. Penggunaan

metode yang monoton itu mengakibatkan turunnya minat siswa dalam

mengikuti pembelajaran PAI di kelas. Walaupun siswa tetap aktif bertanya,

3
namun keaktifan siswa menjadi berkurang karena proses pembelajaran terpusat

pada guru (teacher centered approach). Proses pembelajaran yang berlangsung

tak jarang membuat siswa merasa tegang bahkan jenuh. Hasil analisis data hasil

belajar siswa sebenarnya sudah baik, tetapi keaktifan siswa di dalam proses

pembelajaran belum begitu maksimal.

Sesuai hasil observasi di atas, menunjukkan bahwa penggunaan model

pembelajaran yang tepat akan dapat membantu proses pembelajaran menjadi

lebih efektif dan menyenangkan. Selain itu, penerapan model pembelajaran

kooperatif leraning dapat menjadi salah satu cara agar keaktifan siswa menjadi

lebih optimal. Dari latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Dalam

Peningkatan Keaktifan Siswa Pada Mata Pelajaran Al Quran Hadits Siswa

Kelas III MI Al Muttaqien.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif

learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran al Quran

hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif

learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran al Quran

hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien?

4
3. Bagaimana hasil pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif

learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran al Quran

hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

proposal ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif

learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran al Quran

hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif

learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran al Quran

hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien.

3. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan penerapan model pembelajaran

kooperatif learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata

pelajaran al Quran hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik

secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan model

pembelajaran kooperatif learning untuk meningkatkan keaktifan siswa

5
dalam mata pelajaran al Quran hadits. Maka, ketika di dalam kelas

siswa tidak hanya menjadi subjek tetapi menjadi objek pembelajaran.

b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pijakan dan pedoman

untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang menerapkan model

pembelajaran kooperatif learning serta dapat dijadikan referensi

penerapan model pembelajaran kooperatif learning dalam proses

pembelajaran PAI bagi guru PAI khusunya dan guru mata pelajaran

lain pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi peneliti, sebagai bahan informasi seberapa besar peningkatan

keaktifan pembelajaran PAI melalui penggunaan model pembelajaran

kooperatif learning serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti mengenai macam-macam model pembelajaran khususnya

model pembelajaran kooperatif learning.

b) Bagi guru, sebagai bahan acuan dan referensi dalam menerapkan

model pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran PAI agar

keaktifan siswa menjadi lebih optimal. Sehingga para guru khususnya

guru mata pelajaran al Quran hadits tidak monoton dalam menerapkan

model pembelajaran.

c) Bagi siswa, sebagai tambahan pengalaman dan wawasan siswa kelas

III MI Al Muttaqien dalam mengikuti proses pembelajaran PAI di

kelas. Sehingga tidak membuat mereka merasa bosan melainkan

menambah minat mereka dalam mengikuti pembelajaran PAI. Hal ini

6
tentunya juga dapat meningkatkan keaktifan mereka dalam bertanya

dan bekerjasama dengan temannya serta memupuk rasa tanggung

jawab, baik secara individu maupun kelompok.

d) Bagi sekolah, sebagai sumbangan pemikiran untuk usaha-usaha

peningkatan kualitas pembelajaran PAI di Madrasah Ibtidaiyah,

khususnya MI Al Muttaqien. Selain itu, diharapkan juga penelitian ini

dapat menjadi sumbangsih referensi bagi sekolah dalam

mengembangkan model pembelajaran guru-guru khusunya guru mata

pelajaran al Quran hadits.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Peneliti memberikan batasan masalah agar penelitian yang dilakukan

tidak terlalu meluas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai yaitu:

1. Menurunnya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran al Quran hadits pada materi pelajaran

hukum bacaan qalqalah dengan kompetensi dasar yang diambil dari KI

3, yaitu memahami hukum bacaan qalqalah yang disampaikan atau

diajarkan pada peserta didik kelas III MI Al Muttaqien.

2. Masih digunakannya model pembelajaran yang terfokus pada guru

sehingga perlu digunakannya model pembelajaran kooperatif learning

sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan keaktifan peserta didik

dalam proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran al Quran

hadits materi hukum bacaan qalqalah.

7
F. Definisi Istilah

1. Model Pembelajaran Kooperatif Learning

Pengertian model pembelajaran kooperatif learning merupakan

model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok

kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda (Amri, 2010:66).

Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

sama yang lainya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010:15).

Model pembelajaran kooperatif learning adalah kegiatan belajar

mengajar dalam kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk

sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu

maupun kelompok. Berbagai hasil penelitian menyimpulkan manfaat

model pembelajaran kooperatif learning tidak hanya menghasilkan

prestasi akademik yang lebih tinggi untuk seluruh siswa namun juga

meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan untuk melakukan hubungan

sosial serta mampu mengembangkan saling kepercayaan sesamanya baik

secara individu maupun kelompok serta kemampuan saling membantu

dan bekerjasama antar teman. Dan pula terhindar dari persaingan antar

individu, dengan kata lain tidak saling mengalahkan antar siswa

(Nurhadi, 2003:60).

Dalam model pembelajaran ini biasanya penekanan yang terjadi

bukan hanya mengandalkan guru sekedar menyampaikan materi

utamanya. Tetapi, ada media penunjang yang berupa kerjasama atau

tugas kelompok yang dapat meningkatkan hasil pembelajaran melalui

8
proses yang telah diberikan. Hal inilah yang dikenal dengan nama

kooperatif atau tindakan kerjasama antar peserta didik dalam

meningkatkan pemahaman dan keaktifan siswa. Dalam hal ini, dengan

diterapkannya model pembelajaran kooperatif learning diharapkan

peserta didik dapat lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran

sehingga hasil belajar merekapun dapat ditingkatkan. Selain itu,

penerapan model pembelajaran kooperatif learning dapat memupuk rasa

tanggung jawab dan kerja sama pada setiap diri anak didik.

2. Keaktifan Siswa

Keaktifan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kegiatan.

Keaktifan belajar dapat dilihat dari kegiatan siswa selama pembelajaran.

Hisyam Zaeni menyebutkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu

pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif.

Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti siswa yang

mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif

menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi,

memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan hal-hal yang baru mereka

pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata (Zaeni,

2007:16). Keaktifan siswa menunjukkan bahwa mereka tidak hanya

menjadi objek pembelajaran tetapi juga sebagai subjek pembelajaran.

Dengan kata lain, pembelajaran yang berlangsung berpusat pada siswa

(student centered approach).

9
Dalam aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran, ada beberapa

asas yang digunakan. Penggunaan asas aktivitas memiliki nilai yang

besar bagi pengajaran siswa karena:

a) Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

c) Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

d) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

e) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.

f) Mempererat hubungan sekolah dengan masyarakat dan hubungan

antara guru dengan orang tua.

g) Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkrit sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis secara

menghindarkan verbalistis.

h) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat (Zaeni, 2007:175).

Berdasarkan alasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan

siswa ketika di dalam kelas memiliki dampak yang besar bagi

kehidupannya di masyarakat. Apabila aktivitas siswa di dalam proses

pembelajaran baik, maka mereka akan lebih mudah dalam hidup

bermasyarakat, sedangkan apabila aktivitas siswa tidak baik, maka

aktivitasnya dalam kehidupan bermasyarakat juga tidak akan baik. Kedua

10
hal ini, antara keaktifan belajar siswa di kelas dan kehidupan

bermasyarakat ternyata memiliki kesinambungan yang cukup besar. Oleh

karenanya, peran guru dalam memupuk keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran sangat diperlukan agar siswa mampu menghadapi aktivitas

lain di kehidupan bermasyarakatnya.

3. Mata Pelajaran Al Quran Hadits

Mata pelajaran al Quran hadits di Madrasah Ibtidaiyah adalah salah

satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan membaca

dan menulis Al Quran dan hadits dengan benar, serta hafalan terhadap

hafalan surat-surat pendek dalam Al Quran, pengenalan arti atau makna

secara sederhana dari surat-surat pendek tersebut dan hadits-hadits

tentang akhlak terpuji untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari

melalui keteladanan dan pembiasaan.

Hal ini sejalan dengan misi pendidikan dasar untuk:

a) Pengembangan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang

menyangkut : rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan

berkomunikasi dan kesadaran diri.

b) Pengembangan kemampuan baca-tulis-hitung dan bernalar,

keterampilan hidup, dasar-dasar keimanan dan ketakwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

c) Fondasi bagi pendidikan berikutnya.

Secara substansial mata pelajaran al Quran hadits memiliki

kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk

11
mencintai kitab sucinya, mempelajari dan mempraktikkan ajaran dan

nilai-nilai yang terkandung dalam al Quran hadits sebagai sumber utama

ajaran Islam dan sekaligus menjadi pedoman dan pegangan hidup dalam

kehidupan sehari-hari (abdimadrasah.com/2014/04/tujuan-dan-ruang-

lingkup-mata-pelajaran-quran-hadits.html).

G. Penelitian Terdahulu

1. Implementasi Model Cooperatif Learning Tipe Make A Match Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam pembelajaran PAI di Kelas XI

IPS 2 SMA Negeri 1 Genteng Tahun Ajaran 2016-2017 oleh M. Aly

Ainurrofiq dengan rumusan masalah sebagai berikut:

a) Bagaimanakah implementasi model Cooperatif Learning Tipe Make

A Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

PAI di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Genteng Tahun Ajaran 2016-

2017?

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) sistem spiral dengan model Hopkins. Hasil dari penelitian

M. Aly Ainurrofiq di atas adalah penerapan strategi pembelajaran

kooperatif "make a match", mampu meningkatkan hasil belajar siswa,

dikarenakan mudah, tidak meyulitkan, menyenangkan dalam permainan

kartu dan tidak membosankan peserta didik, sehingga mereka dapat

merespon materi pembelajaran ssesuai tujuan pembelajaran yang

diharapkan. Setelah penerapan strategi pembelajaran kooperatif "make a

match", hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 2 SMAN 1 Genteng

2016/2017 mengalami peningkatan, siklus 1 dengan rata-rata nilai 62,

12
Siklus 2 dengan rata-rata nilai 68 dan siklus 3 dengan rata-rata nilai 77.

Melalui penerapan strategi pembelajaran "make a match", pada siklus I

dan II dapat diketahui tingkat ketercapaian Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Siklus 1 peserta didik yang tuntas sebanyak 11 dari 17 anak, dan

siklus 3 masing-masing 15 dan 16 anak yang tuntas.

2. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Al Quran Hadits Peserta Didik Kelas III MI

PSM Baran Mojo Kediri oleh Nuri Habibul Hamidah dengan rumusan

masalah sebagai berikut:

a) Bagaimana peningkatan kerjasama, keaktifan, dan hasil belajar

peserta didik melalui penerapan model cooperative learning tipe

make a match pada mata pelajaran al Quran hadits materi hadits

shalat berjamaah peserta didik kelas III MI PSM Baran Mojo Kediri

tahun pelajaran 2016/2017?

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) dengan menggunakan empat tahap yaitu perencanaan

(planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observing), dan

refleksi (reflecting). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuri

Habibul Hamidah menunjukkan bahwa pembelajaran al Quran hadits

menggunakan model cooperative learning tipe make a match dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik materi hadits shalat

berjamaah. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata tes awal (pre test)

adalah 55,14 dengan presentase ketuntasan belajar sebesar 14,28 %

yang meningkat menjadi 45,77% dengan nilai rata-rata 73,4 setelah

13
dilakukan tindakan pada siklus I. Dan setelah dilakukan tindakan

pada siklus II ketuntasan belajar peserta didik meningkat lagi menjadi

88,58% dengan niai rata-rata 89,78.

3. Peningkatan Aktivitas Belajar PAI Melalui Implementasi Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) di Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Genteng Tahun Ajaran 2016-

2017 oleh Amalia Ulfa dengan rumusan masalah sebagai berikut:

a) Bagaimanakah implementasi model Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran PAI di Kelas XI IPA 6 SMA Negeri 1 Genteng

Tahun Ajaran 2016-2017?

Metode penelitian yang digunakan oleh Amalia Ulfa adalah

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sistem spiral dengan model

Hopskin. Hasil penelitian Amalia Ulfa adalah Interaksi yang

ditimbulkan dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student

Teams Achievement Division (STAD) dapat memicu peningkatan

Aktivitas Belajar siswa.

Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut memiliki persamaan model

pembelajaran dan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu model

pembelajaran kooperatif learning dan metode penelitian PTK sistem spiral

dengan model Hopkins. Namun, terdapat perbedaan dalam

pengaplikasiannya, yaitu peneliti terdahulu mengkolaborasikan model

pembelajaran kooperatif learning dengan metode pembelajaran yang lain

sedangkan peneliti hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif

14
learning tanpa mengkolaborasikannya dengan metode pembelajaran yang

lain.

H. Kerangka Berpikir

Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan, pembelajaran al

Quran hadits terasa monoton, menggunakan metode pembelajaran ceramah,

sedangkan keaktifan peserta didik juga rendah. Model pembelajaran

kooperatif learning diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Caranya

adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif learning dalam

proses pembelajaran al Quran hadits. Hasilnya, diharapkan proses

pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan metode

pembelajaran ceramah, serta keaktifan peserta didik dalam proses

pembelajaran juga akan meningkat.

I. Kajian Pustaka

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Learning

Model Pembelajaran Kooperatif Learning adalah suatu strategi

belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama

dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama

yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

Model pembelajaran kooperatif learning adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai

anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

15
Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota

kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk

memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar

dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum

menguasai bahan pelajaran.

2. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning

a) Menyampaikan tujuan (Akademik dan sosial) dan memotivasi siswa

serta aturan main.

b) Menyajikan informasi.

c) Organisasikan siswa dalam kelompok kooperatif.

d) Bimbing melakukan kegiatan/berkooperatif.

e) Kuis/evaluasi.

f) Penghargaan

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Learning

a) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Learning antara lain:

1) Tidak terlalu menggantungkan pada guru atau dosen, akan tetapi

dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri,

menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari

siswa yang lain.

2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya

dengan ide-ide orang lain.

16
3) Dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan

menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala

perbedaan.

4) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih

bertanggung jawab dalam belajar.

b) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Learning antara lain:

1) Penilaian yang diberikan didasarkan kepada hasil kerja

kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa

sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi

setiap individu siswa.

2) Keberhasilan model pembelajaran kooperatif dalam upaya

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode

waktu yang cukup panjang.

3) Walaupun kemampuan bekerjasama merupakan kemampuan

yang sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas

dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan

secara individual (idtesis.com/metode-pembelajaran-

cooperative-learning).

J. Metode penelitian

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan

dalam penelitian yaitu cara-cara yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian

disertai dengan proses-proses pelaksanaannya.

17
Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif

learning dalam peningkatan keaktifan siswa pada mata pelajaran al Quran

hadits siswa kelas III MI Al Muttaqien adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.

Tim Pelatih proyek PGSM (1999) secara singkat merumuskan bahwa

PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh para pelaku

tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional mengenai

tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam

pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta

memperbaiki dimana praktek-praktek pembelajaran dilaksanakan (Hufad,

2009:5).

Ditinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis

penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari

negeri asal yang berbahasa Inggris dengan istilah Classroom Action

Research, disingkat dengan CAR. (Arikunto, 2010:128). Secara etimologis,

ada 3 istilah yang berhubungan dengan PTK (Sanjaya, 2009:25-26), yaitu:

1. Penelitian: suatu proses pemecahan masalaah yang dilakukan secara

sistematis, empiris, dan terkontrol.

2. Tindakan: perlakuan tertentu yang dilakukan oleh peneliti yakni guru.

3. Kelas: menunjukkan pada tempat proses pembelajaran berlangsung.

Secara umum, rancangan penelitian yang digunakan terdapat empat

langkah, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi (Suyadi,

2010:49). Namun, secara khusus rancangan penelitian yang digunakan adalah

Penelitian Tindakan Kelas sistem spiral dengan model Hopskin. Berikut

18
gambaran siklus yang akan dilaksanakan dalam penelitiaan ini (Arikunto,

2008:16):

PERENCANAAN
REFLEKSI N
PELAKSANAAN
SIKLUS I

PENGAMATAN

PERENCANAAN
REFLEKSI N

PELAKSANAAN
SIKLUS II

PENGAMATAN

Gambar 2.1. Desain Penelitian Tindakan Kelas Model Hopskin

19

Anda mungkin juga menyukai