Anda di halaman 1dari 29

BAB 14

Tata Laksana Nutrisi


Parenteral pada Neonatus

PROTOKOL
Protokol Asuhan Neonatal Essensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

Tatalaksana Nutrisi Parenteral pada Neonatus

Definisi
Nutrisi parenteral (PN) merupakan cara untuk memenuhi persyaratan nutrisi, sebagian
atau seluruhnya, untuk pertumbuhan bayi. Hal ini diindikasikan Indikasi
penggunaannya pada kebutuhan klinis dengan mempertimbangkan keuntungan dan
risikonya. Indikasi pemberian NP adalah sebagai berikut:
1. Neonatus kurang bulan dengan usia kehamilan kurang dari 30 minggu dengan
berat lahir kurang dari 1250 gram.
2. Neonatus yang dicurigai atau pasti mengalami enterokolitis nekrotikans,
diperkirakan mendapat nutrisi parenteral total lebih dari tiga hari
3. Neonatus dengan kasus bedah karena kelainan saluran cerna kongenital dan tidak
dapat menerima asupan nutrisi enteral dalam periode lima hari dengan kecukupan
100 mL/kgBB/24jam.

Komplikasi
1. Komplikasi yang berkaitan dengan kateter, antara lain sepsis, infeksi kulit lokal dan
slough, trombosis dan chylothorax
2. Komplikasi metabolik: hiperglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, asidosis,
osteopenia, kerusakan hati dan kolestasis

Kecukupan Nutrisi pada neonatus


Kecukupan nutrisi pada neonatus adalah jumlah asupan adekuat pada bayi baru lahir
sesuai dengan grafik pertumbuhan baik intra maupun ekstra uteri. Asupan nutrisi
idealnya dicukupkan melalui pemberian secara enteral. Namun demikian pada
neonatus dengan risiko tinggi baik pada periode intra maupun ekstra uteri dapat
terjadi adanya indikasi kontra pemberian asupan nutrisi secara enteral. Kecukupan
asupan nutrisi secara parenteral harus terpenuhi agar tercapai grafik pertumbuhan
yang optimal terutama pada bayi prematur. Bayi prematur membutuhkan jumlah
asupan yang optimal agar mencapai kecepatan dan komposisi tubuh serupa dengan
pertumbuhan janin. Bayi prematur memiliki kebutuhan cairan dan nutrien yang lebih
tinggi dibandingkan bayi cukup bulan. Kebutuhan cairan dan nutrisi tersebut untuk
memenuhi percepatan pertumbuhan yang terjadi pada periode usia gestasi 24 sampai
40 minggu.1

Kecukupan cairan
Sekitar 90% komposisi tubuh janin mulai usia gestasi 24 minggu adalah cairan yang
mengisi ruang ekstraseluler.2 Pascalahir, fungsi diuresis terbagi tiga yaitu fase
pradiuresis (24-48 jam pascalahir), fase diuresis (2-4 hari pascalahir) dan fase
pascadiuresis (sampai minggu ke dua pascalahir).2, 3 Pada fase diuresis, terjadi
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit4 sedangkan pada fase pascadiuresis,
terjadi penurunan berat badan 5-10% karena perubahan komposisi jumlah cairan
ekstraseluler dan peningkatan volume intraselular.2
Cairan yang dibutuhkan bayi prematur dipengaruhi oleh usia kehamilan,
kondisi klinis, dan penyakit yang mendasari. Perhitungan kebutuhan cairan didasarkan
pada insensible water loss (IWL) dan produksi urin. IWL meningkat pada bayi prematur

171
Protokol Asuhan Neonatal Essensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

karena epidermisnya belum mengalami keratinisasi, sehingga perlu dirawat pada


inkubator berdinding ganda dengan kelembaban 7080%.5, 6
Pemberian cairan bertujuan untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
pada fase diuresis dan mencegah kehilangan cairan ekstraseluler pada fase
pascadiuresis. Jumlah diuresis dipertahankan pada 1-3 mL/kgBB/jam. Jumlah cairan
yang diberikan pada fase pradiuresis adalah IWL ditambah jumlah diuresis minimal 1
mL/kgBB/jam. Kebutuhan cairan ditingkatkan 10-20 mL/kgBB/hari sampai 140-160
mL/kgBB/hari pada minggu pertama (fase pascadiuresis), maksimal 200 mL/kgBB/hari
pada minggu kedua agar tercapai pertumbuhan optimal intrauterin.7
Pemberian cairan tidak saja ditujukan untuk mencegah dehidrasi pada bayi
prematur tetapi juga dijaga tidak berlebih untuk mengurangi risiko terjadinya
persistent ductus arteriosus (PDA), displasia bronkopulmonar, enterokolitis
nekrotikans (EKN), dan perdarahan intrakranial. Restriksi cairan secara bermakna
mengurangi risiko terjadinya PDA dan EKN.8 Pemberian cairan baik liberal maupun
restriksi tidak ada perbedaan pada kejaian EKN, intoleransi minum, dan infeksi. Namun
pertambahan pemberian cairan secara enteral >24 mL/kg/hari meningkatkan risiko
kematian (RR: 2,13; 1,02-4,47).9 Rekomendasi ESPGHAN mengenai kebutuhan cairan
terdapat dalam tabel 14.1.10

Tabel 14.1 Insensible water loss (IWL) pada neonatus.

Berat Badan IWL (ml/kg/24 jam)


<1500 gram 38,4 – 56,6
>1500 gram 20,0 – 29,9

Tabel 14.2 Perkiraan Kebutuhan Cairan IV (ml/kg/hari), pertambahan 10-30


ml/kg/24jam, maksimal 150 ml/kg/24 jam pada minggu pertama dan 175
ml/kg/24jam pada minggu berikutnya.
Berat
< 1.000gm 1.000-1,500 gm 1,500-2,500 gm > 2,500 gm
lahir
Hari #1 60-90 D10W 60-80 D10W 60 -70 D10W 60 D10W
Hari #2 90-120 D10W 90-110 D10W 90-100 D10W 90 D10W
Hari #3 120-150 D10W 120-150 D10W 120-150 D10W 100 D10W

Catatan: Kurangi 20 cc/kg/hari jika bayi menderita RDS


Tambahkan 20 cc/kg/hari jika bayi dirawat dalam Inkubator.

Merupakan tugas yang menantang untuk menilai status hidrasi, terutama pada bayi
dengan berat lahir sangat rendah . Parameter berikut harus diukur secara ketat dalam
periode ini.

Tabel 14.3 Penilaian Status Hidrasi Neonatus


Parameter Frekuensi Komentar

172
Protokol Asuhan Neonatal Essensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

Setiap hari, dua kali Kehilangan berat badan setiap


Berat badan
sehari jika < 1000 gm hari tidak boleh melebihi 1-3%.
Setiap hari, setiap 8 jam
Kulit dan fontanel Cari bukti adanya dehidrasi.
jika < 1000 gm
Batasi cairan jika < 130 mEq/l.
Setiap hari, setiap 8-12
Sodium serum Beri cairan bebas jika > 145
jam jika < 1000 gm
mEq/l.
Urin
▪Volume Volume normal 2-3 cc/kg/jam
▪Gravitas spesifik Setiap mengganti popok Gravitas spesifik normal 1,005-
▪Glikosuria* 1,010

* Glikosuria dapat menyebabkan diuresis osmotik dan dehidrasi. Jika kadar glukosa
urin adalah 2+, ukur glukosa serum dan pertimbangkan untuk menyesuaikan infus
glukosa atau pemberian insulin.
Skala Sliding Insulin

Hampir semua bayi yang memiliki berat badan < 800 g menjadi hiperglikemik
pada saat kalori penuh akan tercapai antara hari ke 5-7 seperti halnya yang terjadi
pada 40% bayi dengan berat badan antara 800-1000 g. Ini terjadi bahkan ketika
asupan glukosa telah dihitung secara seksama dan dinaikkan perlahan. Jika asupan
glukosa diturunkan untuk memperbaiki hiperglikemia maka asupan kalori menjadi
tidak memadai.
Infus glukosa dimulai pada kecepatan 6,5 mg/kg/menit dan dinaikkan 2
mg/kg/hari untuk mengurangi insidensi hiperglikemia. Jika terjadi hiperglikemia,
berikan insulin berdasarkan skala sliding berikut ini.

Tabel 14.4. Skala Sliding Pemberian Insulin


Faktor yang Dosis Larutan Awal Dosis Larutan Selanjutnya
Mempengaruhi Dosis (25 U dalam 50 ml) (12,5 U dalam 50 ml)
Konsentrasi insulin
1 U/ml 0,5 ml/jam 0,25 ml/jam
0,1 U/ml 0,05 ml/jam 0,025 ml/jam
Kadar gula darah
< 150 mg/dl 0 0
150-200 mg/dl 0,1 ml/jam 0,2 ml/jam
200-250 mg/dl 0,2 ml/jam 0,4 ml/jam

173
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

Kecukupan energi
Bayi prematur membutuhkan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kecukupan
kalori berbanding lurus dengan kecukupan protein yang digunakan untuk metabolisme. 11, 12
Jumlah yang dianjurkan diberikan secara parenteral adalah 90–100 kkal/kg/hari dan secara
enteral 115120 kkal/kg/hari.13 Jumlah kalori tersebut digunakan untuk metabolisme
protein sebesar 3,54 g/kg/hari. Besaran kalori minimal untuk metabolisme basal sekitar
40–60 kkal/kgBB/hari,14-16 yang digunakan untuk mencegah katabolisme protein 1.5
g/kg/hari sehingga dapat terjadi balans nitrogen yang positif.17

Kecukupan Makronutrien
Kecukupan makronutrien terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak.

Kecukupan Karbohidrat
Kebutuhan metabolisme dan fisiologi mengalami perubahan yang sangat besar dari nutrisi
transplasenta pada kehidupan intrauterin ke ekstrauterin. Bila bayi tidak menerima nutrisi
parenteral atau enteral dini, bayi akan mengalami katabolisme dengan kehilangan nitrogen.
Glukosa merupakan sumber energi utama proses metabolisme dalam tubuh, terutama
untuk otak dan jantung bayi prematur, sebelum oksidasi lipid berkembang dalam beberapa
hari sampai beberapa minggu kemudian. Rata-rata pemakaian glukosa pada bayi prematur
dua kali lebih tinggi dari bayi cukup bulan. Selain itu, akibat hemostasis glukosa yang masih
imatur maka bayi prematur tidak mampu menjamin ketersediaan glukosa di hari-hari
pertama kelahiran dan dapat terjadi abnormalitas hemostasis glukosa.18, 19
Pemberian glukosa pada bayi prematur harus dimulai dalam 24 jam pertama
pascalahir dengan kecepatan infus glukosa (glucose infusion rate, GIR) pada usia gestasi <32
minggu 6-8 mg/kgBB/menit dan pada usia gestasi >32 minggu 46 mg/kgBB/menit,12, 15, 20
kemudian ditingkatkan bertahap 12 mg/kgBB/menit sampai mencapai kecukupan
maksimal dukungan NPT dengan GIR 1213 mg/kgBB/menit.21-23 Dalam pemberian glukosa
ini perlu pemantauan terhadap risiko terjadinya hiperglikemi. Kadar gula darah
dipertahankan 50120 mg/dL.15, 20, 24

Cara menghitung GIR.25


Infus glukosa harus dimulai pada kecepatan 4-6 mg/kg/menit dan sesuaikan untuk menjaga
agar kadar glukosa plasma berada antara 50-120 mg/dl. Jangan menginfuskan cairan
dengan konsentrasi lebih dari D12,5W pada vena perifer. Untuk menghitung kecepatan infus
glukosa/glucose infusion rate (GIR) dapat digunakan persamaan berikut ini:

GIR (mg/kg/menit) = Kec.cairan (cc/jam) x Kons. Dekstrosa


6 x berat badan (kg)

Contoh: Berapa GIR untuk bayi dengan berat badan 1,5 kg yang tengah diberi cairan total
sejumlah 120 cc/kg/hari dengan menggunakan larutan D10W.
Kecepatan asupan cairan per jam adalah (1,5 kg x 120 cc/kg/hari)/24 jam = 7,5 cc/jam
GIR = 7,5 cc/jam x 10 D10W/(6 x 1,5) = 8,3 mg/kg/menit

175
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

Kecukupan Protein
Asupan protein tinggi merupakan bagian dari nutrisi agresif dini sebagai upaya mencegah
gagal tumbuh kembang pascalahir pada bayi prematur.22, 26-30 Bayi prematur dengan berat
lahir amat sangat rendah akan kehilangan protein 12% atau 0,61,2 g/kgBB apabila
sumber kalori hanya berasal dari karbohidrat.31-34 Kehilangan protein semakin bertambah
dengan semakin mudanya usia kehamilan. Defisit protein pada bayi prematur menimbulkan
morbiditas jangka pendek dan panjang.34 Kejar pertumbuhan membutuhkan waktu lama,
dan kurang nutrisi pada awal kelahiran akan berdampak pada gangguan perkembangan,
kognitif, sebanding dengan adanya gangguan pertumbuhan.27
Penelitian merekomendasikan pemberian protein 2,5 g/kgBB/hari pada 24 jam
pertama pascalahir, ditingkatkan 0,51 g/kgBB/hari. Dosis maksimal protein pada minggu
pertama adalah 3,5-4 g/kgBB/hari. Untuk 1 g protein membutuhkan 20-25 kkal non
protein.10, 35-40 Pemberian dosis 1,5 kgBB/hari pada hari pertama pascalahir ditoleransi
dengan baik karena dapat memenuhi kecukupan protein, mencegah katabolisme protein,
menjaga keseimbangan nitrogen sehingga tercapai peningkatan tumbuh kembang. 26, 27, 41
Manfaat lain adalah meningkatkan toleransi glukosa, mengurangi risiko
hiperglikemia melalui sekresi insulin endogen dan glukoneogenesis.42 Protein dalam sediaan
nutrisi neonatus harus mengandung conditionally essential amino acid, yaitu tirosin, sistein,
taurin, histidin, glisin, glutamin, dan arginin.10, 26, 30 Mulai infus asam amino, jika tersedia,
pada usia dua hari dengan jumlah 0,5-1,0 gm/kg/hari.

Kecukupan Lemak
Lemak merupakan energi yang sangat dibutuhkan bayi. Cadangan lemak dalam tubuh bayi
merupakan cadangan energi terbesar pada saat lahir. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR)
dan bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) memiliki cadangan lemak yang sangat
terbatas, sehingga sangat bergantung pada nutrisi enteral dan parenteral. Bukti yang ada
menunjukkan pemberian lemak pada fase awal kehidupan akan menentukan luaran yang
bervariasi pada masa kehidupan mendatang termasuk terhadap pertumbuhan fisik dan
perkembangan intelektual. Pemberian lemak dalam dua hari pertama kehidupan pada bayi
sangat prematur aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Pemberian lipid intravena pada
bayi prematur dimulai dalam 24 jam pertama pascalahir dengan dosis 1 g/kgBB/hari
dinaikkan bertahap sebanyak 0,51 g/kgBB/hari sampai mencapai 2,53,5 g/kgBB/hari.18, 43,
44

Pemberian lipid intravena diindikasikan karena merupakan sumber asam lemak


esensial dan juga sumber kalori yang tinggi. Bayi prematur yang mendapat nutrisi
parenteral tanpa lipid akan mengalami defisiensi asam lemak esensial dalam waktu 23
hari.10 Pemberian lipid intravena konsentrasi 20% lebih dipilih dibandingkan dengan 10%
karena kadar fosfolipid lebih rendah untuk tiap gram trigliserida, sehingga memudahkan
ekskresinya dan mengurangi efek samping hipertrigliseridemia, serta densitas kalori lebih
tinggi (mengurangi pemberian jumlah cairan).45, 46 Pemberian lipid intravena yang dimulai di
24 jam pertama setelah lahir terbukti peningkatan tumbuh kembang dan pengurangan
morbiditas serta mortalitas pada bayi prematur.10, 47
Pada kondisi tertentu pemberian lipid intravena bisa dipertimbangkan untuk
diturunkan dosisnya. Apabila kadar trigliserida dalam darah >200 mg/dL pemberian lipid
intravena bisa dikurangi. Begitu juga pada kondisi sepsis, lipid intravena dapat diturunkan.
Berdasarkan tingkat beratnya sepsis, karena saat sepsis terjadi penurunan ekskresi
trigliserida dan oksidasi asam lemak, yang berakibat meningkatkan kadar trigliserida dalam

176
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

plasma. Pada keadaan peningkatan kadar bilirubin yang mendekati ambang tranfusi tukar,
perlu penyesuaian dosis lipid intravena menjadi 0,51 g/kg/hari.48-50
Mulailah lipid intravena (emulsi 20%), jika tersedia, pada usia dua hari dengan
jumlah 0,5 gm/kg/hari sepanjang 20-24 jam. Berikan melalui jalur IV terpisah dengan
pompa spuit (syringe pump). Jika bayi stabil, mulailah pemberian asupan secara enteral
pada hari kedua atau ketiga setelah lahir.

Kecukupan Mikronutrien
Elektrolit
Terdapat perubahan fisiologis adaptasi bayi baru lahir yang memengaruhi metabolisme air
dan elektrolit. Fase I adalah fase transisi yang ditandai dengan penurunan berat badan bayi
baru lahir dan kontraksi cairan ekstraseluler. Pada bayi prematur sehat, fase ini berlangsung
35 hari. Fase II adalah fase intermediate yaitu bayi mulai diperkenalkan nutrisi enteral,
terjadi penurunan kehilangan air lewat kulit (transcutaneus water loss), diuresis <2
mL/kgBB/hari, dan ekskresi natrium yang masih rendah. Fase III yaitu fase tumbuh stabil
yang ditandai dengan peningkatan berat badan 1520 g/kgBB/hari.2
Pada minggu pertama kehidupan, kebutuhan elektrolit relatif rendah karena fungsi
pemekatan urin masih belum sempurna. Kebutuhan natrium (Na) bervariasi pada minggu
pertama sebesar 03 mEq/kgBB/hari. Setelah terdapat diuresis awal, dapat diberikan
natrium (Na) dan kalium (K) dengan dosis 23 mEq/kgBB/hari disesuaikan dengan kondisi
klinis dan kadar elektrolit.21
Dosis pemberian ion kalsium (Ca2+), fosfat (P) dan magnesium (Mg) sesuai dengan
kecukupan selama pertumbuhan intrauterin, yang bertujuan untuk mencegah timbulnya
osteopeni prematuritas.51 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian elektrolit
tersebut akan meningkatkan konsentrasi P dan mineral tulang mulai dari minggu pertama
sampai ke-26 usia pascakonsepsi.52 Pada trimester ketiga, terjadi akresi harian Ca, P, dan Mg
berturut-urut 120, 70, dan 3 mg/kg/hari. Pemberian Ca dan P bersamaan pada nutrisi
parenteral tidaklah mudah karena masalah kelarutan keduanya. Saat asupan cairan
mencapai 150 mL/KgBB/hari, cairan parenteral haruslah mengandung 12.515 mmol/L Ca
elemental and 1315 mmol/L Phospor. Kebutuhan Ca, P, dan Mg dalam nutrisi enteral
bayi prematur dihitung berdasarkan kandungan komposisi Ca, P, dan Mg dalam ASI dan
variabilitas penyerapan elektrolit tersebut berdasarkan usia gestasi (Ca2+:4070 %,
P:6095%, Mg:40%).51

Tabel 14.5. Kebutuhan Harian Elektrolit, Mineral dan Vitamin dalam Nutrisi Parenteral
Untuk Bayi
Nutrien Kebutuhan Harian
Sodium (sodium klorida) 3-4 mEq/kg
Potasium (potasium fosfat atau
2-4 mEq/kg
potasium klorida)
50-60 mg/kg (bayi cukup bulan)
Kalsium (elemental)
70-85 mg/kg (bayi kurang bulan)
Fosforus (potasium fosfat atau
1.5-2 mmol/kg (1 mmol fosforus = 31 mg)
sodium fosfat)
Magnesium (magnesium sulfat) 0.25-0.5 mEq/kg

177
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

Tabel 14.6 Pemberian Elektrolit hari pertama dan seterusnya


Sodium* Potasium** Kalsium (elemental)
(mEq/kg/hari) (mEq/kg/hari) (mg/kg/hari)
Hari #1 0 0 45
Hari #2 2-3 1-2 45
Hari #3 2-3 1-2 45
*Jangan tambahkan sodium jika > 140 mEq/L.
** Jangan tambahkan potasium sebelum ada produksi urin.
Catatan: Pertahankan rasio Ca:P pada 2:1. Trace element (kecuali zinc)
harus dihilangkan kecuali jika bilirubin direk > 3 mg/dl.

Kecukupan Trace Elements


Data epidemiologi pada studi praklinik menunjukkan pentingnya peran mikronutrien dalam
perkembangan otak normal selama periode fetal akhir dan awal neonatal. Namun studi
terkait peranan mikronutrien dan vitamin terhadap perkembangan otak bayi prematur
masih terbatas dibanding studi mengenai makronutrien. Kecukupan trace elements untuk
bayi prematur menurut AAP terdapat pada tabel 14.7.53
Tabel 14.7 Kecukupan Trace Elements, dosis dan pemantauannya.
Trace Elements Dosis (mcg/kg/hari Pemantauan
Chromium 0,05 - 03 Sesudah 30 hari pemberian
NPT, kemudian setiap bulan
apabila kadarnya tidak
normal, atau apabila
didapatkan kolestasis
Copper 20 Sesudah 30 hari pemberian
NPT, kemudian setiap
bulan.
Iodine 1 Tidak direkomendasikan
Manganese 1 Sesudah 30 hari pemberian
NPT, kemudian setiap
bulan.
Molybdenum 1 Tidak direkomendasikan
Selenium 2 Tidak diperlukan
Zinc 400 Sesudah 30 hari pemberian
NPT, kemudian setiap
bulan.
Carnitine 5 mg/kg/hari Sesudah 30 hari pemberian
NPT, kemudian setiap bulan
apabila kadarnya tidak
normal.
Besi
Besi sangat penting dalam perkembangan otak fetus dan neonatus. Bayi prematur berisiko
tinggi menderita defisiensi besi yang akan berpengaruh pada fungsi dan perkembangan
otak. Defisiensi besi dan anemia terjadi karena 60% penyimpanan total besi terjadi pada
trimester ketiga kehamilan. Pada tahun 2005, hasil metaanalisis dari 17 RCT menunjukkan

178
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

suplementasi besi pada anak (bayi baru lahir sampai remaja) memiliki efek positif pada
indikator perkembangan mental (LoE 1a).54 Sedangkan metaanalisis lain juga menunjukkan
bahwa suplementasi besi pada bayi (mulai 0-6 bulan kehidupan) memiliki efek positif
terhadap perkembangan motorik (LoE 1a).55 Bayi prematur yang mendapat suplementasi
besi memiliki kadar Hb yang lebih tinggi, cadangan besi yang lebih baik dan risiko lebih
rendah untuk mengalami anemia defisiensi besi. Namun masih belum jelas, apakah
suplementasi besi pada bayi prematur dan berat lahir rendah memiliki keuntungan jangka
panjang pada pertumbuhan dan neurodevelopmental.
American Academy of Pediatrics merekomendasikan pemantauan kadar hemoglobin
dan hematokrit pada bayi dengan risiko defisiensi besi atau anemia.56 Pemberian
suplementasi besi untuk BBLSR yang mendapat ASI bila bayi telah memasuki fase
pertumbuhan (growing care), umumnya dimulai pada usia 2 minggu dengan dosis 2
mg/kgBB/hari53 dan dievaluasi setelah pemberian 3 bulan untuk ditentukan apakah
dilanjutkan atau tidak. Telaah sistematik dari Cochrane menyatakan belum terdapat bukti
ilmiah yang jelas manfaat pemberian suplementasi besi pada bayi prematur dan bayi berat
lahir rendah terhadap pertumbuhan dan luaran neurodevelopmental jangka panjang.57

Zinc
Defisiensi zinc masih sering dijumpai dan merupakan masalah pada anak dan bayi terlebih
bayi prematur. Zinc bersifat esensial untuk berbagai enzim dan berperan penting dalam
pertumbuhan dan diferensiasi jaringan. Beberapa uji klinis dengan berbagai dosis zinc telah
dilakukan dan didapati bahwa asupan zinc minimal 1,42 mg/kgBB/hari diperlukan untuk
mencapai pertumbuhan optimal pada bayi prematur. Rekomendasi terkini untuk asupan
zinc enteral pada bayi prematur adalah 12 mg/kg/hari atau maksimal 13 mg/kg/hari.53, 58

Kecukupan vitamin
Vitamin merupakan nutrisi esensial yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit terutama untuk
mendukung reaksi-reaksi enzim dan memelihara metabolisme dalam tubuh.

Vitamin A
Reviu Cochrane (2011) menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin A dapat menurunkan
kematian, kebutuhan oksigen pada 1 bulan, serta kebutuhan oksigen pada usia 36 minggu
masa gestasi, dengan Number Needed to Treat (NNT) 13. Belum ada bukti-bukti yang
menguntungkan atau merugikan terhadap luaran jangka panjang perkembangan
neurologi.59

Vitamin D
American Academy of Pediatrics merekomendasikan pada bayi yang mendapat ASI eksklusif
atau parsial untuk mendapat vitamin D 400 IU/hari selama minimal setahun pertama
kehidupan. Bayi yang tidak mendapat ASI juga sebaiknya mendapat suplementasi, sampai
32 fl.oz. (1000 ml) per hari susu formula fortifikasi vitamin D. Untuk bayi prematur,
pemenuhan dosis ini dapat dipenuhi melalui pemberian multivitamin atau suplemen
vitamin D tunggal.60 Dosis 400 IU/hari diperkirakan cukup adekuat untuk mempertahankan
kadar serum 25 (OH) D >50 nmol/L untuk mencegah rikets akibat defisiensi vitamin D, tanpa
berrisiko intoksikasi vitamin D. Pada saat ini belum cukup data untuk memberikan

179
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

rekomendasi vitamin di daerah tropis. Oleh karena itu, rekomendasi untuk vitamin D
mengacu pada rekomendasi AAP 2014.53

Vitamin E
American Academy of Pediatrics merekomendasikan diet pada bayi prematur sebaiknya
mengandung minimal 1 IU vitamin E/gram asam linoleat, setara ±0.6 mg d-∞-
tocopherol/gram polyunsaturated fatty acids (PUFA). Bayi prematur yang mendapat nutrisi
enteral dan suplemen multivitamin, di mana asupan setiap harinya mengandung 5 IU
vitamin E, mendapat ±5–10 IU/kg/hari vitamin E, tetapi untuk nutrisi parenteral kadarnya
lebih rendah.53

Permintaan nutrisi parenteral total


Permintaan nutrisi parenteral total (NPT) mengikuti prosedur di masing-masing unit
didasari oleh fasilitas yang dimiliki. Untuk peracikan NPT dilakukan di unit farmasi, disimpan
dalam lemari pendingin untuk menjaga stabilitasnya. Perubahan komposisi tidak dapat
dilakukan untuk mencegah adanya kontaminasi. Sediaan baku lebih dianjurkan untuk
mencegah risiko kesalahan dalam membuat racikan NPT.

Pemberian nutrisi parenteral total


1. Rute pemberian.
Pemberian melalui vena sentral lebih diutamakan. Pemasangan akses vena sentral
sesuai dengan prosedur baku yang telah ditetapkan. Osmolaritas maksimal untuk akses
vena perifer adalah 630 mOsm/L setingkat dengan konsentrasi dekstrosa 12,5%.
2. Nutrisi parenteral tidak boleh terpapar sinar matahari untuk mencegah terbentuknya
peroksida yang merusak lipid dan vitamin.

Pemantauan Nutrisi Parenteral Bayi


Anjuran jadwal pemantauan selama pemberian nutrisi parenteral termasuk parameter yang
dinilai dalam tabel di bawah ini.

Tabel 14.7 Pemantauan Bayi Dengan Nutrisi Parenteral


Minggu Periode
Parameter
Pertama Berikutnya
Berat Harian Harian
Panjang, lingkar kepala Mingguan Mingguan
Elektrolit serum, Ca, P, CO2 2 minggu Mingguan
BUN Serum, albumin, pemeriksaan fungsi hati Mingguan Mingguan
Trigliserida serum 2 minggu Mingguan
Hemoglobin 2 minggu Mingguan
Melanjutkan ke Pemberian Asupan Oral
Pengeluaran ASI secara rutin hingga pemberian asupan secara oral sudah tercapai
merupakan hal penting untuk membantu ibu mempertahankan kecukupan produksi ASI.
Perubahan pemberian asupan parenteral menjadi enteral yang bersumber dari payudara
dan/atau puting dapat dimulai dan ditingkatkan secara bertahap, segera setelah bayi

180
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

menunjukkan refleks mengisap dan menelan yang cukup untuk memperoleh asupan secara
oral tanpa mengalami kelelahan atau apnea.

181
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

Referensi:
1. Olsen IE, Groveman SA, Lawson ML, Clark RH, Zemel BS. New intrauterine growth
curves based on United States data. Pediatrics. 2010:peds. 2009-0913.
2. Fusch C, Jochum F. Water, sodium, potassium and chloride. Nutritional Care of
Preterm Infants. 110: Karger Publishers; 2014. p. 99-120.
3. Lee H, Jain L, editors. Physiology of infants with very low birth weight. Seminars in
pediatric surgery; 2000: Elsevier.
4. Bhatia J. Fluid and electrolyte management in the very low birth weight neonate.
Journal of perinatology. 2006;26(S1):S19.
5. Gaylord MS, Wright K, Lorch K, Lorch V, Walker E. Improved fluid management
utilizing humidified incubators in extremely low birth weight infants. Journal of
Perinatology. 2001;21(7):438.
6. Kim SM, Lee EY, Chen J, Ringer SA. Improved care and growth outcomes by using
hybrid humidified incubators in very preterm infants. Pediatrics. 2010;125(1):e137-e45.
7. Oh W, Poindexter BB, Perritt R, Lemons JA, Bauer CR, Ehrenkranz RA, et al.
Association between fluid intake and weight loss during the first ten days of life and risk of
bronchopulmonary dysplasia in extremely low birth weight infants. The Journal of pediatrics.
2005;147(6):786-90.
8. Bell EF, Acarregui MJ. Restricted versus liberal water intake for preventing morbidity
and mortality in preterm infants. The Cochrane database of systematic reviews.
2008(1):CD000503-CD.
9. Morgan J, Young L, McGuire W. Slow advancement of enteral feed volumes to
prevent necrotising enterocolitis in very low birth weight infants. 2015.
10. Koletzko B, Goulet O, Hunt J, Krohn K, Shamir R, Group PNGW. 1. Guidelines on
paediatric parenteral nutrition of the European Society of Paediatric Gastroenterology,
Hepatology and Nutrition (ESPGHAN) and the European Society for Clinical Nutrition and
Metabolism (ESPEN), supported by the European Society of Paediatric Research (ESPR).
Journal of pediatric gastroenterology and nutrition. 2005;41:S1-S4.
11. De Curtis M, Rigo J. The nutrition of preterm infants. Early human development.
2012;88:S5-S7.
12. Ziegler EE. Meeting the nutritional needs of the low-birth-weight infant. Annals of
Nutrition and Metabolism. 2011;58(Suppl. 1):8-18.
13. Kashyap S, Ohira-Kist K, Abildskov K, Towers HM, Sahni R, Ramakrishnan R, et al.
Effects of quality of energy intake on growth and metabolic response of enterally fed low-
birth-weight infants. Pediatric research. 2001;50(3):390.
14. Johnson P. Review of macronutrients in parenteral nutrition for neonatal intensive
care population. Neonatal Network. 2014;33(1):29-34.
15. Nutrition Co. Nutritional needs of the preterm infant. In: Kleinrnan RE, editor.
Pediatric nutrition handbook. 6th ed. Elk Grove Village, IL: American Academy of
Pediatrics; 2009. p. 79-104.
16. Bauer J, Werner C, Gerss J. Metabolic rate analysis of healthy preterm and full-term
infants during the first weeks of life. The American journal of clinical nutrition.
2009;90(6):1517-24.
17. Embleton ND. Optimal protein and energy intakes in preterm infants. Early human
development. 2007;83(12):831-7.
18. Riskin A, Hartman C, Shamir R. Parenteral Nutrition in Very Low Birth Weight
Preterm Infants. The Israel Medical Association journal: IMAJ. 2015;17(5):310-5.
19. Hay Jr WW, Brown LD, Denne SC. Energy requirements, protein-energy metabolism
and balance, and carbohydrates in preterm infants. Nutritional Care of Preterm Infants. 110:
Karger Publishers; 2014. p. 64-81.

182
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

20. ElHassan NO, Kaiser JR. Parenteral nutrition in the neonatal intensive care unit.
NeoReviews. 2011;12(3):e130-e40.
21. Velaphi S. Nutritional requirements and parenteral nutrition in preterm infants. South
African Journal of Clinical Nutrition. 2011;24(3):S27-S31.
22. Hay WW. Aggressive nutrition of the preterm infant. Current pediatrics reports.
2013;1(4):229-39.
23. Embleton ND, Simmer K. Practice of parenteral nutrition in VLBW and ELBW
infants. Nutritional Care of Preterm Infants. 110: Karger Publishers; 2014. p. 177-89.
24. Bottino M, Cowett RM, Sinclair JC. Interventions for treatment of neonatal
hyperglycemia in very low birth weight infants. 2011.
25. Ogilvy-Stuart A, Midgley P. Practical neonatal endocrinology: Cambridge University
Press; 2006.
26. Trivedi A, Sinn JK. Early versus late administration of amino acids in preterm infants
receiving parenteral nutrition. The Cochrane Library. 2013.
27. Ziegler EE, Thureen PJ, Carlson SJ. Aggressive nutrition of the very low birthweight
infant. Clinics in perinatology. 2002;29(2):225-44.
28. Thureen PJ, Melara D, Fennessey PV, Hay WW. Effect of low versus high
intravenous amino acid intake on very low birth weight infants in the early neonatal period.
Pediatric research. 2003;53(1):24.
29. Valentine C, Fernandez S, Rogers L, Gulati P, Hayes J, Lore P, et al. Early amino-
acid administration improves preterm infant weight. Journal of Perinatology. 2009;29(6):428.
30. Poindexter BB, Langer JC, Dusick AM, Ehrenkranz RA, Health NIoC, Network
HDNR. Early provision of parenteral amino acids in extremely low birth weight infants:
relation to growth and neurodevelopmental outcome. The Journal of pediatrics.
2006;148(3):300-5. e1.
31. Van Lingen R, Van Goudoever J, Luijendijk I, Wattimena J, Sauer P. Effects of early
amino acid administration during total parenteral nutrition on protein metabolism in pre-term
infants. Clinical Science. 1992;82(2):199-203.
32. Rivera Jr A, Bell EF, Bier DM. Effect of intravenous amino acids on protein
metabolism of preterm infants during the first three days of life. Pediatric research.
1993;33(2):106.
33. Van Goudoever J, Colen T, Wattimena J, Huijmans J, Carnielli VP, Sauer P.
Immediate commencement of amino acid supplementation in preterm infants: effect on serum
amino acid concentrations and protein kinetics on the first day of life. The Journal of
pediatrics. 1995;127(3):458-65.
34. Denne SC, Poindexter BB, editors. Evidence supporting early nutritional support with
parenteral amino acid infusion. Seminars in perinatology; 2007: Elsevier.
35. Thureen PJ. Early aggressive nutrition in the neonate. Pediatr Rev. 1999;20(9):e45-
e55.
36. Denne S, editor Protein and energy requirements in preterm infants. Seminars in
neonatology; 2001: Elsevier.
37. Thureen PJ, Hay WW, editors. Early aggressive nutrition in preterm infants. Seminars
in Neonatology; 2001: Elsevier.
38. Poindexter BB, Denne SC. Protein needs of the preterm infant. NeoReviews.
2003;4(2):e52-e9.
39. Adamkin DH. Pragmatic approach to in-hospital nutrition in high-risk neonates.
Journal of perinatology. 2005;25(S2):S7.
40. Adamkin DH. Nutrition management of the very low-birth weight infant. Total
parenteral nutrition and minimal enteral nutrition Neonatology Reviews. 2006;7:e602-e7.

183
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

41. Te Braake FW, Van Den Akker CH, Wattimena DJ, Huijmans JG, Van Goudoever
JB. Amino acid administration to premature infants directly after birth. The Journal of
pediatrics. 2005;147(4):457-61.
42. Sunehag AL, Haymond MW, Schanler RJ, Reeds PJ, Bier DM. Gluconeogenesis in
very low birth weight infants receiving total parenteral nutrition. Diabetes. 1999;48(4):791-
800.
43. Simmer K, Rao SC. Early introduction of lipids to parenterally-fed preterm infants.
2005.
44. Vlaardingerbroek H, Veldhorst MA, Spronk S, van den Akker CH, van Goudoever
JB. Parenteral lipid administration to very-low-birth-weight infants—early introduction of
lipids and use of new lipid emulsions: a systematic review and meta-analysis–. The American
journal of clinical nutrition. 2012;96(2):255-68.
45. Haumont D, Deckelbaum RJ, Richelle M, Dahlan W, Coussaert E, Bihain BE, et al.
Plasma lipid and plasma lipoprotein concentrations in low birth weight infants given
parenteral nutrition with twenty or ten percent lipid emulsion. The Journal of pediatrics.
1989;115(5):787-93.
46. Haumont D, Richelle M, Deckelbaum RJ, Coussaert E, Carpentier YA. Effect of
liposomal content of lipid emulsions on plasma lipid concentrations in low birth weight
infants receiving parenteral nutrition. The Journal of pediatrics. 1992;121(5):759-63.
47. dit Trolli SE, Kermorvant-Duchemin E, Huon C, Bremond-Gignac D, Lapillonne A.
Early lipid supply and neurological development at one year in very low birth weight
(VLBW) preterm infants. Early human development. 2012;88:S25-S9.
48. Kao LC, Cheng MH, Warburton D. Triglycerides, free fatty acids, free fatty
acids/albumin molar ratio, and cholesterol levels in serum of neonates receiving long-term
lipid infusions: controlled trial of continuous and intermittent regimens. The Journal of
pediatrics. 1984;104(3):429-35.
49. Adamkin DH. Use of intravenous lipids in very low-birthweight infants. NeoReviews.
2007;8(12):e543-e6.
50. Park W, Paust H, Brösicke H, Knoblach G, Helge H. Impaired fat utilization in
parenterally fed low‐birth‐weight infants suffering from sepsis. Journal of Parenteral and
Enteral Nutrition. 1986;10(6):627-30.
51. Mimouni FB, Mandel D, Lubetzky R, Senterre T. Calcium, phosphorus, magnesium
and vitamin D requirements of the preterm infant. Nutritional Care of Preterm Infants. 110:
Karger Publishers; 2014. p. 140-51.
52. Prestridge LL, Schanler RJ, Shulman RJ, Burns PA, Laine LL. Effect of parenteral
calcium and phosphorus therapy on mineral retention and bone mineral content in very low
birth weight infants. The Journal of pediatrics. 1993;122(5):761-8.
53. Kleinman RE, Greer FR. Nutritional needs of the preterm infant. In: Kleinman RE,
Greer FR, editors. Pediatric nutrition handbook. 7th ed. Elk Grove Village, IL: American
Academy of Pediatrics; 2014. p. 83-110.
54. Sachdev H, Gera T, Nestel P. Effect of iron supplementation on mental and motor
development in children: systematic review of randomised controlled trials. Public health
nutrition. 2005;8(2):117-32.
55. Szajewska H, Ruszczynski M, Chmielewska A. Effects of iron supplementation in
nonanemic pregnant women, infants, and young children on the mental performance and
psychomotor development of children: a systematic review of randomized controlled trials–.
The American journal of clinical nutrition. 2010;91(6):1684-90.
56. Kleinman RE, Greer FR. Pediatric nutrition handbook: Am Acad Pediatrics; 2004.
57. Mills RJ, Davies MW. Enteral iron supplementation in preterm and low birth weight
infants. Cochrane Database of Systematic Reviews. 2012;3(3):CD005095. 1-CD. 83.

184
Protokol Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit pada Neonatus

58. Agostoni C, Buonocore G, Carnielli V, De Curtis M, Darmaun D, Decsi T, et al.


ESPGHAN Committee on Nutrition. Enteral nutrient supply for preterm infants: commentary
from the European Society of Paediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition
Committee on Nutrition. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2010;50(1):85-91.
59. Darlow BA, Graham P. Vitamin A supplementation to prevent mortality and short-
and long-term morbidity in very low birthweight infants. Cochrane Database Syst Rev.
2011;10(10).
60. Abrams SA. Calcium and vitamin D requirements of enterally fed preterm infants.
Pediatrics. 2013:peds. 2013-0420.

185
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

Penilaian Paralel: Pemberian Nutrisi Parenteral pada Neonatus

Indikator Pemantau Kinerja Klinis (Penilaian Paralel)


Definisi Kasus: Pemberian nutrisi
14. Pemberian Nutrisi parenteral diberikan untuk
mempertahankan status hidrasi bayi dan
Parenteral pada Neonatus kecukupan nutrisi secara parenteral pada
neonatus sesuai indikasinya
Informasi Umum Informasi Kasus Informasi Penilaian
Tanggal Kasus
Jenis Penilaian Metode Penilaian
Penilaian: #:
Fasilitas
Pengamatan
(penilaian-
langsung
Propinsi: File #: mandiri)
Tangga
Audit Rekam
l Kabupaten
Medis
Kabupaten: masuk:
Wawancara
Direktorat
Fasilitas: Terstruktur
Unit
Perawatan Pusat
Neonatus:
Tenaga
Kesehatan:
Penyelia
Klinis/Pelatih
Utama :

186
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
10.1 MELENGKAPI PEMERIKSAAN FISIK NEONATUS
Memeriksa tanda vital: FJ, frekuensi napas, suhu, waktu
10.1.1
pengisian ulang kapiler (CRT)
Mendokumentasi berat badan setiap hari atau dua kali
10.1.2 setiap hari jika < 1000 gm, mendokumentasikan dalam
grafik Fenton.
10.1.3 Memeriksa status hidrasi setiap 8 jam
Menghitung dan mendokumentasikan jumlah urin setiap
10.1.4
8 jam dalam sehari
Memeriksa lokasi kanul IV untuk adanya ekstravasasi,
10.1.5
infeksi lokal dan penyulit prosedur akses intravena.
MEMINTA DAN MENGINTERPRETASI PEMERIKSAAN
10.2
YANG SESUAI
10.3.1 Meminta dan menginterpretasi pemeriksaan darah tepi

187
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
lengkap, hitung jenis, CRP dan rasio IT untuk adanya
petanda infeksi.
Meminta dan menginterpretasi Na, K, Ca, BUN, kreatinin
10.3.2
serum
10.3.3 Meminta dan menginterpretasi glukosa serum
10.4 PEMANTAUAN SELAMA DIRAWAT
Memeriksa tanda vital: JAM, RR, suhu, waktu pengisian
10.4.1
ulang kapiler (CRT)
Mendokumentasi berat badan setiap hari atau dua kali
10.4.2 setiap hari jika < 1000 gm dan mencantumkannya dalam
grafik Fenton
10.4.3 Mendokumentasi keluaran urin setiap 8 jam dalam sehari
Memeriksa tanda hidrasi pada kulit dan fontanel setiap
10.4.4
hari atau setiap 8 jam jika < 1000 gm

188
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
Memeriksa Na serum setiap hari atau dua kali setiap hari
10.4.5
jika < 1000 gm
10.4.6 Memeriksa kadar glukosa serial
10,5 TATA LAKSANA PERTOLONGAN PERTAMA
10,5.1 Mengoreksi hipoglikemia jika ditemui sesuai protokol.
10,5.2 Mengoreksi dehirasi sesuai protokol.
Menghitung kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit sesuai
10,5.3 dengan: usia kehamilan, usia kronologis bayi serta berat
badan.
10.5 MANAJEMEN AKTIF
Bayi cukup bulan, hari 1 sampai 3, > 2,5 kg:
10.5.1 Menggunakan D10, dimulai pada 60-70 ml/kg perhari,
dinaikkan sejumlah 10-20 ml/kg per hari

189
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
Bayi kurang bulan, hari 1 sampai 3, < 2,5 kg:
Menggunakan konsentrasi dekstrosa sesuai dengan berat
10.5.2
badan dan glukosa serum, dimulai pada 70-100 ml/kg,
dinaikkan sejumlah 10-20 ml/kg per hari
Meningkatkan cairan IV sebanyak 20% untuk alasan
berikut:
10.5.3
Kelahiran kurang bulan, pemakaian lampu pemanas,
pelaksanaan terapi sinar
Menurunkan cairan IV sebanyak 20% untuk alasan
berikut:
10.5.4
Pelembaban inkubator, intubasi trakel dan pelembaban,
gawat napas, HIE
Memulai nutrisi agresif dini:
10.5.5
-Trophic feeding 10-25 ml/kgBB perhari (kenaikan 5-10

190
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
ml/kgBB perhari tergantung toleransi asupan enteral)
-Asam amino >1g/kgBB per hari untuk koreksi defisit
protein 1g/kgBB perhari pada bayi prematus, dinaikkan
0,5-1g/kgBB perhari sampai maksimal 3,5-4g/kgBB
perhari.
-Memenuhi kecukupan kalori non protein dari asupan
lemak dan karbohidrat dengan perbandingan 1g protein
dengan 30 kalori non-protein atau 1g asam amino
dengan 200 kalori non-protein (1g protein 6,5g asam
amino).
-Solusi lemak 20% dengan dosis awal 0,5-1g/kgBB perhari
-GIR karbohidrat antara 6-8mg/kgBB/menit
Memulai sodium 2-3 mEq/kg per hari dari hari kedua.
10.5.6
Sodium tidak ditambahkan jika sodium serum > 140

191
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
mEq/L
Memulai potasium 1-2 mEq/kg per hari dari hari kedua
10.5.7
jika ditemui jumlah urin yang memadai
Memulai kalsium 45 mg/kg per hari kalsium elemental
10.5.8
dari hari pertama
Memulai GIR at 4-6 mg/kg per menit pada neonatus
10.5.9 cukup bulan dan 6-8mg/kgBB/menit pada neonatus
kurang bulan
10.5.
Menyesuaikan glukosa plasma antara 50-120 mg/dl
10
Memeriksa bahwa konsentrasi glukosa pada akses vena
10.5.
perifer maksimal 12,5%, akses vena sentral maksimal
11
25%.
10.5. Memeriksa glukosa pada urin setiap 8 jam

192
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
12
10.5.
Mengoreksi hipoglikemia dengan D10% 2 ml/kg IV
13
Memulai infus glukosa dengan laju
10.5.
 4-6 mg/kg/min pada BBLR
14
 6-8 mg/kg/min pada bayi cukup bulan
Hari 4 – 6
10.5. Meningkatkan jumlah cairan IV sesuai dengan usia, pada
15 minggu pertama maksimal 150ml/kgBB perhari.
KALORI
10.5. Mengidentifikasi tujuan utama untuk asupan kalori per
16 hari sebesar 90-100 Kcal/kg/hari
10.5. Meningkatkan asupan kalori secara perlahan menurut
17 jadwal ini untuk bayi dengan berat lahir sangat rendah

193
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
Hari ke 1-3: 50-55 Kcal/kg/hari
Hari ke 4-5: 65-75 Kcal/kg/hari
Hari ke 5-7: 85-90 Kcal/kg/hari
GLUKOSA
Memulai laju infus glukosa (GIR) dengan laju 4-6
10.5. mg/kg/min untuk bayi dengan berat lahir sangat rendah;
18 dinaikkan 1-2mg/kgBB/min sampai maksimal 6-
8mg/kgBB/mim.
10.5.
Memulai GIR 4-6 mg/kg/min pada bayi cukup bulan
19
10.5. Gunakan akses vena sentral jika konsentrasi glukosa
20 >12.5%
10.5.
Memulai laju infus insulin jika terjadi hiperglikemia
21

194
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
10.5.
Menurunkan laju infus glukosa jika terjadi hiperglikemia
22
PROTEIN
10.5. Memulai pemberian asam amino >1g/kgBB per hari pada
23 neonatus kurang bulan.
10.5. Meningkatkan infus asam amino 0,5 gm/kg/hari hingga
24 maksimal 3,5-4 gm/kgBB per hari
LIPID
10.5.
Memulai infus intralipid 0,5-1 gm/kg/hari
25
10.5. Meningkatkan infus intralipid 0,5 gm/kg/hari hingga
26 maksimal 3-4 gm/kg/hari
10.5. Memeriksa bahwa infus lipid parenteral dilakukan
25 melalui jalur terpisah selama 24 jam

195
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
10.5.
Menghentikan lipid parenteral jika kadar TG >200 mg%
26
10.5.
Menurunkan infus lipid parenteral ika TG >150 mg%
27
10.5. Menurunkan kandungan protein jika BUN serum
28 meningkat atau pada kasus asidosis metabolik
10.5. Menjaga proporsi 1 g protein atau asam amino dengan
29 kalori non protein dari lipid dan karbohidrat
Menyesuaikan asupan elektrolit untuk mengoreksi
10.5.
kehilangan urin: K 2-4 mEq/kg per hari, Na 4-8 mEq/kg
30
per hari
Meningkatkan tahapan TPN sesuai prosedur, dan
10.5.
meningkatkan asupan nutrisi enteral sesuai toleransi
31
saluran cerna

196
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

INFORMASI UNTUK
KETIDAKSESUAIAN
INFORMASI INDIKATOR
(Lengkapi Bagian Ini Hanya
(diisi lengkap untuk semua indikator, jika tidak berlaku tandai “T / A” )
Jika Kesesuaian dengan
Indikator adalah "TIDAK")
Alasan Utama untuk
Kesesuaian
Ketidaksesuaian dan Rencana

Persen (%) Kesesuaian


# dengan
Perbaikan Mandiri Untuk Hal
Indikator
Rincian Indikator Klinis
T
i T
Ya d /
a A
k
Usia > 7 hari
Jika bayi diberi TPN, kebutuhan total cairan yang diterima
10.5. sebesar 150ml/kg per hari (kalori total 90-100 Kkal/kg per
32 hari) pada minggu pertama; maksimal 175ml/kgBB
perhari pada minggu ke dua.
Jika bayi diberi asupan enteral, memeriksa bahwa bayi
10.6.
menerima total cairan 150 ml/kg per hari (kalori total 120
33
Kkal/kg per hari)
PERSENTASE TOTAL KESESUAIAN

197
Penilaian Paralel Asuhan Neonatal Esensial:
Tata laksana Cairan dan Elektrolit Pada Neonatus

198

Anda mungkin juga menyukai