Anda di halaman 1dari 11

Ilmu Penyakit THT-KL JOURNAL READING

Fakultas Kedokteran Universitas FEBRUARY 2019


Pattimura

Diagnosis dan Penatalaksanaan Epistaksis dari Ulasan Sistematis Terbaru


(Diagnosis and management of epistaxis : A Summary from Recent
Systematic Reviews)

OLEH:
Svetlana Solascriptura L
(2018-084-052)
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2019
1
PENDAHULUAN

• Epistaksis merupakan perdarahan dari rongga hidung.


• Diperkirakan sekitar 60% populasi akan mengalami epistaksis dalam hidup
mereka, dengan 6% membutuhkan perhatian medis.
• Laki – laki > Wanita. Laki-laki lebih sering terlibat dalam kegiatan di luar
ruangan seperti olahraga dan kekerasan antarpribadi.
• Epistaksis jarang terjadi pada neonatus tetapi kebanyakan dialami pada anak-
anak dan dewasa muda.
ETIOLOGI
PENYEBAB LOKAL EPISTAKSIS PENYEBAB SISTEMIK EPISTAKSIS
a. Trauma ( Tumpul, Meniup hidung, iatrogenik, iritasi kronis) a. Umur
b. Dehidrasi mukosa (septum menyimpang, lingkungan kering) b. Hipertensi
c. Penyakit radang (Rhinitis, Sinusitis, Gangguan autoimun, Iritasi c. Hemofilia
lingkungan) d. Leukemia
d. Iritan (mis., Asap rokok) e. Koagulopati
02
e. Neoplasia (tidak umum) f. Trombositopenia
Jinak (Papilloma inverted, angiofibroma nasofaring remaja) g. Alkohol
Ganas (Nasofaringeal karsinoma, esthesio neuroblastoma h. Disfungsi platelet
i. Gagal Ginjal
03
j. Kemoterapi kanker
k. Gangguan hati seperti sirosis
l. Hereditary Hemorrhagic Telangiectasia

04
ETIOLOGI

• Kebiasaan meniup hidung, batuk berlebihan pada penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK)
• Mengejan saat konstipasi dan hiperplasia kelenjar prostat (BPH).
• Mengangkat benda berat merupakan faktor yang memperburuk epistaksis.
• Faktor lingkungan seperti kelembaban dan alergen juga harus dipertimbangkan.
• Beberapa Pengobatan misalnya aspirin, antikoagulan, obat antiinflamasi, dan
nonsteroid, dapat menyebabkan epistaksis karena berbagai penyebab.
• 80-90% pasien tidak ditemukan penyebab yang dapat diidentifikasi dan dilabeli
sebagai idiopatik.
KLASIFIKASI

EPISTAKSIS ANTERIOR
Epistaksis terjadi di sepanjang septum nasal anterior,
yang diperdarahi oleh pleksus Keisselbach atau yang 90%
dikenal sebagai Little’s Area.
1

EPISTAKSIS POSTERIOR
Epistaksis posterior umumnya timbul dari rongga
hidung posterior melalui cabang-cabang dari arteri 10%
sfenopalatina.
2
KLASIFIKASI

• Pleksus Keisselbach atau Little’s Area adalah jaringan anastomosis


pembuluh darah yang terletak di septum kartilaginosa anterior. Little’s Area
menerima suplai darah dari arteri karotid interna (ICA) dan eksterna (ECA).
• Epistaksis primer terjadi sekitar 85% karena episode dan idiopatik,
perdarahan spontan tanpa pencetus yang penting.
• Epistaksis sekunder jika ada penyebab yang jelas dan pasti misalnya trauma,
penggunaan antikoagulan, pasca bedah.
DIAGNOSIS

• Rhinoskopi anterior dapat menunjukkan tempat perdarahan, pembuluh darah


septum anterior yang menonjol, dan ulserasi.
• Perdarahan posterior perlu dipertimbangkan jika saat pemeriksaan rhinoskopi
anterior tidak terlihat adanya perdarahan di anterior, ada perdarahan bilateral
dari kedua lubang hidung, atau darah terlihat menetes ke faring posterior.
• Pemeriksaan endoskopi yang berguna untuk mencoba mengidentifikasi
pembuluh darah di area yang mengalami perdarahan. Ini biasanya dilakukan
secara bilateral setelah diberikan dekongestion dan anestesi topikal.
• Studi pencitraan baik untuk mengevaluasi sebagian besar kondisi patologis
hidung dan sinus juga tumor yang menyebabkan epistaksis sering ditemukan.
TATALAKSANA

Tatalaksana Metode
Konservatif Medis Penekanan Lokal
Kompres dengan es batu
Kauterisasi Kauterisasi Kimia- Silver Nitrate

Endoskopi Listrik
Kauterisasi Laser
Tampon Nasal Spons Nasal
Tampon Anterior Gelfoam
Tampon Posterior Balon Nasal
Embolisasi Angiografi embolisasi
Irigasi air hangat
Topikal Dekongestan

Bedah Ligasi Arteri Ligasi arteri karotis eksterna, Li


gasi arteri maxilaris internal, Lig
asi arteri Sfenopalatina
Septoplasti
Septal dermoplasti
ALAT-ALAT

Typical contents of an epistaxis tray. Top row: nasal decongestant sprays and local anesthetic, silver
nitrate cautery sticks, bayonet forceps, nasal speculum, Frazier suction tip, posterior double balloon
system and syringe for balloon inflation. Bottom row: Packing materials, including nonadherent gauze
impregnated with petroleum jelly and 3 percent bismuth tribromophenate (Xeroform), Merocel,
Gelfoam, and suction cautery & nasal anterior pack
KESIMPULAN

Metode manajemen yang tepat harus dipilih setelah melakukan


diagnosa penyakit yang tepat. Sekarang kita memiliki pilihan
yang lebih baik untuk memahami patogenesis dan jenis
epistaksis dan pengembangan alat diagnostik baru, pengobatan
dan pencegahan, dan pedoman berbasis bukti untuk membantu
para profesional kesehatan.
THANK YOU 
DANGKE

Anda mungkin juga menyukai