Oleh:
Kelompok 4
i
ASPEK PSIKOLOGIS MENJELANG AJAL
Oleh:
Kelompok 4
Siti Ariatus Ayina NIM 162310101053
Roihana Jannatil F. NIM 162310101079
Alfin Nura Febrianti NIM 162310101080
Venti Kristian U. NIM 162310101098
Nia Nofilia Widarto NIM 162310101101
Afni Nahdhiya D. NIM 162310101102
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual
(Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan
gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang
normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien
terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan
baik dan tenang (Bertens, 2009).
Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien
yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana sering kali prioritas
utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien.
Salah satunya paliatif yang merupakan bagian penting dalam perawatan
pasien terminal yang dapat dilakukan secara sederhana. Metode yang
dilkukan adalah mengulas literatur keperawatan dengan menggunakan 15
jurnal yang menggunakan pasien kanker stdiumm IV. Berdasarkan keputusan
menteri kesehatan RI Nomor: 812/kemenkes/SK/VII2007 meningkatnya
jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit
paru obstruktifkronis, cytis fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit
genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS.
1
Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap kematian sebagai proses normal, tidak mempercepat atau
menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan
agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan
membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Namun masih jarang terdapat
perawatan paliatif dirumah sakit berfokus kepada kuratif,. Sedangkan
perubahan pada fisik sosial dan spiritual tidak bisa intervensi . Reaksi
emosional tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining, depression dan
acceptance (Kubler-Ross,2003).
Undang-undang Kesehatan No. 36/2009 menyapaikan bahwa kesehatan
adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial dan
ekonomis. Sakit adalah gangguan keseimbangan status kesehatan baik secara
fisik, mental, intelektual, sosial dan spiritual (Kozier, 2010). Prevalensi
penyakit tidak menular di Indonesia seperti tumor merupakan penyakit urutan
keempat (4,3 per mil), sedangkan tumor ganas yang merupakan penyebab
kematian semua tumor. Sebagian dari penderita penyakit tumor ganas akan
masuk pada stadium lanjut diamana pasien tidak lagi merespon terhadap
tindakan kuratif (Riset Kesehatan Dasar, 2009).
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi
pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Durand dan
Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan
di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut Carpenito
(2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat
mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom
dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik.
2
1. 2 Tujuan
1. 3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait dengan perawatan paliatif
mulai dari menjelaskan pengertian perawatan paliatif, prinsip perawatan
paliatif serta cara mampu menjelaskan peran fungsi perawat dalam merawat
pasien yang memiliki penyakit terminal.
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif
pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat
penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap
terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien
dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit
terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap
pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert, 2003).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien
dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan
sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek
spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk
membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan
dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi
mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap
kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek
spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010).
4
2.2.Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan
bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Durand
dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati
yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah
dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau
kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut
Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok
saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf
otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak
spesifik. Menurut para ahli psikologi kecemasan manusia dan
ketakutannya akan kematian pada esensinya merupakan ketakutan akan
kehilangan pribadi.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan
tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom,
perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan tanda waspada yang memberi tanda individu akan adanya
bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
Pasien dengan penyakit parah mungkin merasa kehilangan kendali,
takut, atau marah dan kerabat mereka juga mungkin mengalami emosi ini
dan konsekuensi menyedihkan yang membuat jarak di antara mereka.
Perawatan psikososial berfokus pada pasien dan keluarga mereka dan
teman-teman untuk mengekspresikan emosi mereka yang dapat
mengurangi rasa takut dan kecemasan dan membantu mereka
menjembatani hubungan keluarga (Rego dkk., 2018).
2.3.Menjelang Ajal
Menjelang ajal merupakan suatu kondisi dimana seseorang
semakin mendekati kematian. Kematian merupakan kondisi dimana semua
fungsi tubuh yang vital berhenti secara permanen dan merupakan akhir
5
dari kehidupan manusia. Tanda-tanda kematian dapat dilihat dari Tonus
otot menurun, Sirkulasi melambat, Adanya Kegagalan fungsi sensorik, dan
Adanya Perubahan tanda-tanda vital (Maghfiroh, 2019).
Konsep persiapan menjelang ajal erat katitannya dengan harapan
individu terkait kematiannya. Sehingga dapat ditarik benang merah jika
individu dewasa madya yang memiliki pengalaman personal dan role
model lalu berproses dalam menginternalisasikan pengalamannya hingga
kemudian menemukan makna. Sejalan dengan makna hidup yang
ditemukan individu akan mendapati krisis berupa rasa takut akan
bagaimana ia mati Individu yang berhasil melakukan coping, akan
menumbuhkan harapan kematian dan gambaran husnul khotimah yang
diinginkannya. Bukan hanya persiapan spiriual, namun persiapan
menjelang ajal ini membutuhkan persiapan lain seperti persiapan material,
kognitif, afektif-emotif dan persiapan sosio-kultural (Shobah, 2014).
1. Persiapan material
Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan
macarn barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya, Manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan akan
segala sesuatunya, akan tetapi kctika manusia mati, ia hanya
membutuhkan beberapa barang Bahkan manusia akan meninggalkan
semua harta yang diperjuangkannya selama di dunia ketika malaikat maut
menjemput (Shobah, 2014).
2. Persiapan non material
Disebut sebagai persiapan non-material karena temuan bentuk-bentuk
persiapan menghadapi kematian selanjutnya terlepas dari barang, benda,
ataupun materi Sebagaimana pemaparan penulis jika ketakutan akan
kematian menjadi energi positif bagi ketiga partisipan untuk semakin
mempersiapkan segala sesuatunya, agar ketika maut menjemput masing-
masing dari mereka sudah merasa siap (Shobah, 2014).
6
BAB 3. EVIDENCE BASED NURSING
b. Intervention
7
pada model empiris martabat pada orang yang sakit parah (Chochinov et al.,
2002).
c. Comparasion intervention
DT (Dignity Therapy)
d. Outcome
8
3.1.4 Jurnal Databased yang digunakan
a. http://www.sciencedirect.com/
b. https://scholar.google.co.id/
c. http://e-resources.perpusnas.go.id/search.php
didapatkan 10 judul artikel, kemudian dipilih sebanyak 4 journal yang
relevan. Kesesuaian dengan intervensi keperawatan yang dilakukan
membuat peneliti memilih 2 artikel pilihan untuk kemudian memilih 1
artikel sebagai rujukan dan sisanya sebagai artikel pendukung.
3.1.5 Temuan Artikel Pilihan dari Kata Kunci PICO yang Digunakan
Sebagai Rujukan
9
Hasil : Dari 80 peserta, 41 diacak untuk DT dan 39 untuk SPC.
Karakteristik dasar adalah serupa antara kedua kelompok. DT
dikaitkan dengan penurunan DS yang signifikan dibandingkan
dengan SPC (prevalensi DT DS12,1%; prevalensi SPC
DS60,0%; p, 0,001). Demikian pula, DT dikaitkan dengan
penurunan yang signifikan dalam prevalensi DfD (prevalensi
DfD DT -0%; Prevalensi DfD SPC -14,3%; p -0,054).
Dibandingkan dengan peserta yang dialokasikan ke grup
kontrol, mereka yang menerima DT menunjukkan penurunan
yang signifikan dalam 19 dari 25 item PDI. Terapi martabat
memiliki efek menguntungkan pada tekanan psikologis yang
ditemui oleh pasien di dekat akhir kehidupan. Penelitian kami
menunjukkan bahwa DT adalah pendekatan psikoterapi yang
penting yang harus dimasukkan dalam program perawatan
klinis, dan itu dapat membantu lebih banyak pasien untuk
mengatasi pengalaman akhir hidup mereka.
10
3.2 Prosedur Aplikasi Evidence Based Nursing
3.2.1 Subjek
a. Kriteria Inklusi :
a. Berusia 18 tahun
b. Kriteria Eksklusi :
11
ke DT diberikan kerangka pertanyaan standar, sehingga memberi mereka
waktu untuk merefleksikan dan membentuk respons akhirnya. Sesi terapi
berlangsung antara 30 dan 60 menit, pasien ditawarkan untuk melakukan
terapi di tempat tidurnya. Sesi DT yang direkam dijadwalkan berlangsung
dalam dua atau tiga hari. Sesi terapi dipandu oleh kerangka kerja DT.
Setelah sesi rekaman selesai, dialog yang direkam pasien menerjemahkan
kata demi kata lalu diedit dan dibentuk kembali menjadi narasi tertulis
selama dua hingga tiga hari ke depan. Proses pengeditan dilakukan
sepenuhnya oleh terapis (M.J.) dan terdiri dari menghilangkan percakapan
sehari-hari, nonstarter, dan interupsi, dan juga memperbaiki kesalahan
kronologis. Setelah proses pengeditan ini selesai, sesi lain disusun sebagai
tempat untuk mempelajari apakah dokumen ini dapat dibaca oleh pasien,
yang memungkinkan dilakukannya perbaikan dan revisi editorial akhir.
Versi terakhir dari dokumen generativitas diberikan kepada pasien, untuk
dibagikan kepada individu yang mereka pilih.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed.
New York, NY:Oxford University Press
Woodruff Asperula Melbourne 4th edn 2004. Standards for Providing Quality
Palliative Care forall Australians. Palliative Care Australia.Palliative
Medicine.
Rego, F., C. Pereira, G. Rego, dan R. Nunes. 2018. The psychological and
spiritual dimensions of palliative care : a descriptive systematic review
review. 8:484–494.
Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. ( 2008). Panduan Pelayanan Medik:
Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC.
13
Nurwijaya, H., dkk. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta :
Gramedia.
IAHPC, I. A. (2016). For Hospice & Palliative Care (IAHPC) Web site:
http://hospicecare.com/about-iahpc/publications/manuals-
guidelinesbooks/manual-of-palliative-care/
Keliat, B.A, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
14