Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Oleh:
Kelompok 4

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
ASPEK PSIKOLOGIS MENJELANG AJAL

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

Oleh:
Kelompok 4
Siti Ariatus Ayina NIM 162310101053
Roihana Jannatil F. NIM 162310101079
Alfin Nura Febrianti NIM 162310101080
Venti Kristian U. NIM 162310101098
Nia Nofilia Widarto NIM 162310101101
Afni Nahdhiya D. NIM 162310101102

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1


1.1.Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2.Tujuan ........................................................................................ 3
1.3.Manfaat ...................................................................................... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4


2.1. Perawatan Paliatif .................................................................. 4
2.2. Masalah Psikologi ................................................................... 5
2.3. Menjelang Ajal ........................................................................ 5

BAB 3. Evidence Based Nursing ................................................................ 7


3.1. Metodologi Penelitian ............................................................. 7
3.2. Prosedur Aplikasi Evidence Based Nursing ......................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan
perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial,
konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual
(Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan
gejala lainnya, membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang
normal, mengintegrasikan aspek-aspek spikokologis dan spritual (Hartati &
Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga bertujuan agar pasien
terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan
baik dan tenang (Bertens, 2009).
Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam perawatan pasien
yang terminal yang dapat dilakukan secara sederhana sering kali prioritas
utama adalah kualitas hidup dan bukan kesembuhan dari penyakit pasien.
Salah satunya paliatif yang merupakan bagian penting dalam perawatan
pasien terminal yang dapat dilakukan secara sederhana. Metode yang
dilkukan adalah mengulas literatur keperawatan dengan menggunakan 15
jurnal yang menggunakan pasien kanker stdiumm IV. Berdasarkan keputusan
menteri kesehatan RI Nomor: 812/kemenkes/SK/VII2007 meningkatnya
jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada
dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degenerative, penyakit
paru obstruktifkronis, cytis fibrosis, stroke, Parkinson gagal jantung, penyakit
genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS.

1
Tujuan perawatan paliatif adalah meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap kematian sebagai proses normal, tidak mempercepat atau
menunda keamatian, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
mengganggu, menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual, mengusahakan
agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya dan mengusahakan
membantu mengatasi duka cita pada keluarga. Namun masih jarang terdapat
perawatan paliatif dirumah sakit berfokus kepada kuratif,. Sedangkan
perubahan pada fisik sosial dan spiritual tidak bisa intervensi . Reaksi
emosional tersebut ada lima yaitu denail, anger, bergaining, depression dan
acceptance (Kubler-Ross,2003).
Undang-undang Kesehatan No. 36/2009 menyapaikan bahwa kesehatan
adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental spiritual maupun sosial dan
ekonomis. Sakit adalah gangguan keseimbangan status kesehatan baik secara
fisik, mental, intelektual, sosial dan spiritual (Kozier, 2010). Prevalensi
penyakit tidak menular di Indonesia seperti tumor merupakan penyakit urutan
keempat (4,3 per mil), sedangkan tumor ganas yang merupakan penyebab
kematian semua tumor. Sebagian dari penderita penyakit tumor ganas akan
masuk pada stadium lanjut diamana pasien tidak lagi merespon terhadap
tindakan kuratif (Riset Kesehatan Dasar, 2009).
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi
pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Durand dan
Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan
di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut Carpenito
(2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok saat
mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom
dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik.

2
1. 2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Dengan diadakannya masalah ini dan pembahasan semoga mahasiswa S1


Keperawatan dapat memahami dan menerapkan keperawatan paliatif dalam
dunia keperawatan. Mahasiswa mampu menjelaskan perspektif keperawatan
dan konsep keperawatan paliatif

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian Perawatan Paliatif


b. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari Perawatan Paliatif
c. Mahasiswa mampu menjelaskan lingkup Perawatan Paliatif
d. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip Perawatan Paliatif
e. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis Perawatan Paliatiff
f. Mahasiswa mampu menjelaskan model / tempat Perawatan Paliatif
g. Mahasiswa mampu menjelaskan peran Fungsi Perawat pada Asuhan
Keperawatan Paliatif
h. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip asuhan Perawatan Paliatif

1. 3 Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman terkait dengan perawatan paliatif
mulai dari menjelaskan pengertian perawatan paliatif, prinsip perawatan
paliatif serta cara mampu menjelaskan peran fungsi perawat dalam merawat
pasien yang memiliki penyakit terminal.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif
pada penderita yang sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat
penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak memiliki respon terhadap
terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan ini
mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, &
Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam
menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien
dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau penyakit
terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap
pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert, 2003).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien
dengan perawatan paliatif meliputi masalah psikologi, masalah hubungan
sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek
spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk
membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan
dapat bertahan hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi
mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya, membuat pasien menganggap
kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-aspek
spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010).

4
2.2.Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan. Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa
penyakit yang membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan
bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Durand
dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati
yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah
dimana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau
kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut
Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu atau kelompok
saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf
otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak
spesifik. Menurut para ahli psikologi kecemasan manusia dan
ketakutannya akan kematian pada esensinya merupakan ketakutan akan
kehilangan pribadi.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan
tidak nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom,
perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini
merupakan tanda waspada yang memberi tanda individu akan adanya
bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.
Pasien dengan penyakit parah mungkin merasa kehilangan kendali,
takut, atau marah dan kerabat mereka juga mungkin mengalami emosi ini
dan konsekuensi menyedihkan yang membuat jarak di antara mereka.
Perawatan psikososial berfokus pada pasien dan keluarga mereka dan
teman-teman untuk mengekspresikan emosi mereka yang dapat
mengurangi rasa takut dan kecemasan dan membantu mereka
menjembatani hubungan keluarga (Rego dkk., 2018).

2.3.Menjelang Ajal
Menjelang ajal merupakan suatu kondisi dimana seseorang
semakin mendekati kematian. Kematian merupakan kondisi dimana semua
fungsi tubuh yang vital berhenti secara permanen dan merupakan akhir

5
dari kehidupan manusia. Tanda-tanda kematian dapat dilihat dari Tonus
otot menurun, Sirkulasi melambat, Adanya Kegagalan fungsi sensorik, dan
Adanya Perubahan tanda-tanda vital (Maghfiroh, 2019).
Konsep persiapan menjelang ajal erat katitannya dengan harapan
individu terkait kematiannya. Sehingga dapat ditarik benang merah jika
individu dewasa madya yang memiliki pengalaman personal dan role
model lalu berproses dalam menginternalisasikan pengalamannya hingga
kemudian menemukan makna. Sejalan dengan makna hidup yang
ditemukan individu akan mendapati krisis berupa rasa takut akan
bagaimana ia mati Individu yang berhasil melakukan coping, akan
menumbuhkan harapan kematian dan gambaran husnul khotimah yang
diinginkannya. Bukan hanya persiapan spiriual, namun persiapan
menjelang ajal ini membutuhkan persiapan lain seperti persiapan material,
kognitif, afektif-emotif dan persiapan sosio-kultural (Shobah, 2014).
1. Persiapan material
Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan
macarn barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya, Manusia
sejak lahir hingga meninggal dunia tidak terlepas dari kebutuhan akan
segala sesuatunya, akan tetapi kctika manusia mati, ia hanya
membutuhkan beberapa barang Bahkan manusia akan meninggalkan
semua harta yang diperjuangkannya selama di dunia ketika malaikat maut
menjemput (Shobah, 2014).
2. Persiapan non material
Disebut sebagai persiapan non-material karena temuan bentuk-bentuk
persiapan menghadapi kematian selanjutnya terlepas dari barang, benda,
ataupun materi Sebagaimana pemaparan penulis jika ketakutan akan
kematian menjadi energi positif bagi ketiga partisipan untuk semakin
mempersiapkan segala sesuatunya, agar ketika maut menjemput masing-
masing dari mereka sudah merasa siap (Shobah, 2014).

6
BAB 3. EVIDENCE BASED NURSING

3.1 Metodologi Penelitian

3.1.1 PICO (Problem, Intervention, Comparative, Outcome)

a. Problem (dapat berupa masalah yang ditemukan di jurnal)

Pasien dengan penyakit yang mengancam jiwa menghadapi tantangan


psikologis yang besar dan sering mengalami prevalensi tinggi tekanan
emosional, termasuk depresi dan kecemasan (Block, 2001). Menjadi
semakin jelas bahwa ada bentuk lain yang signifikan dari ekspresi pasien
yang menderita menjelang akhir hidup (Block, 2000; Julia, 2014).
Pengalaman psikologis di akhir-kehidupan ini mencakup konstruksi seperti
demoralization syndrome (DS), keinginan untuk mati (DfD), dan hilangnya
martabat (Julia, 2014). Demoralisasi adalah gangguan kejiwaan yang umum
dikaitkan dengan akhir hidup dan telah umum diamati pada orang yang sakit
secara medis dan kejiwaan. Keputusasaan, ketidakberdayaan, dan hilangnya
tujuan dan makna dalam hidup, sampai hilangnya moral adalah gejala utama
dari Demoralization Syndrome. Konstruk psikologis ini dikaitkan dengan
penyakit medis kronis, kecacatan, kehilangan tubuh, kehilangan martabat,
isolasi sosial, perasaan lebih bergantung pada orang lain, dan / atau persepsi
sebagai beban.

Berbagai penelitian telah membahas masalah keinginan untuk mati/


desire for death (DfD) dan permintaan untuk eutanasia serta bunuh diri yang
dibantu dokter di antara pasien yang sakit parah (Chochinov et al., 1995;
Breitbart et al., 2000; Mystakidou et al., 2005). Bukti menunjukkan bahwa
desire for death (DfD) dikaitkan dengan faktor kompleks dan multifaktorial,
dan variabel sosial serta psikologis, seperti depresi, rasa sakit, dan fungsi
fisik, serta penurunan kualitas hidup dan hilangnya martabat.

b. Intervention

Perawat dapat berperan dalam mengatasi permasalahan yang


dirasakan pasien paliatif dalam menghadapi keadaannya yang berhubungan
erat dengan aspek psikologisnya. Peran perawat yaitu dapat menjadi seorang
konselor dan care giver. Salah satu penerapan perawat dalam membantu
pasien paliatif menghadapi kematiannya dari aspek psikologis yaitu
memfasilitasi dilakukannya Dignity Therapy (DT)/ Terapi Martabat. Terapi
ini adalah intervensi psikoterapi singkat yang ditujukan untuk meningkatkan
rasa makna dan tujuan hidup pasien sehingga dapat memperkuat rasa harga
diri yang berkelanjutan, Dignity Therapy (DT)/ Terapi Martabat didasarkan

7
pada model empiris martabat pada orang yang sakit parah (Chochinov et al.,
2002).

c. Comparasion intervention

DT (Dignity Therapy)

d. Outcome

DT (Dignity Therapy) dilakukan selama 30 menit- 60 menit yang


dipandu oleh therapis terlatih. DT (Dignity Therapy) dapat ditawarkan
untuk dilakukan disisi tempat tidur dan dilakukan perekaman dalam setiap
sesi. DT (Dignity Therapy) dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
rasa makna dan tujuan hidup pasien sehingga dapat memperkuat rasa harga
diri yang berkelanjutan.

3.1.2 Pernyataan Klinis

Apakah DT (Dignity Therapy) yang dilakukan dapat meningkatkan


psikologi pasien paliatif yang akan menghadapi kematian?

3.1.3 Metode Peneusuran Jurnal

Unsur Analisis Kata Kunci


PICO
(Terapi)
P Pasien menjelang kematian Patient near death/ End-of-life
psychological distress

I Aspek psikologis pasien menjelang Psychological aspects of the


kematian patient near death / Palliative
care / Dignity Therapy

C Melakukan Dignity Therapy (DT)


dilakukan di tempat tidur pasien

O Menilai pentingnya aspek psikologis The efficacy of psychological


pasien menjelang kematian aspects for patient near death

8
3.1.4 Jurnal Databased yang digunakan

Menggunakan kata kunci dan beberapa sinonimnya dari analisa PICO,


peneliti memasukkannya ke dalam search engine jurnal sebagai berikut :

a. http://www.sciencedirect.com/
b. https://scholar.google.co.id/
c. http://e-resources.perpusnas.go.id/search.php
didapatkan 10 judul artikel, kemudian dipilih sebanyak 4 journal yang
relevan. Kesesuaian dengan intervensi keperawatan yang dilakukan
membuat peneliti memilih 2 artikel pilihan untuk kemudian memilih 1
artikel sebagai rujukan dan sisanya sebagai artikel pendukung.

3.1.5 Temuan Artikel Pilihan dari Kata Kunci PICO yang Digunakan
Sebagai Rujukan

Effect of Dignity Therapy on End-of-Life Psychological Distress in


Terminally Ill Portuguese Patients: A Randomized Controlled Trial

Tujuan : Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengukur DS


(demoralization syndrome), DfD (desire for death), dan SoD
(sense of dignity) yang diukur sesuai dengan kriteria DS, Desire
for Death Rating Scale, dan Patient Dignity Inventory (PDI)
masing-masing.

Metode : Percobaan terkontrol acak fase II non-blinded dilakukan


dengan 80 pasien yang di rekrut dilakukan dari unit pengobatan
paliatif tersier rawat inap S. Bento Menni di Lisbon selama 36
bulan (Mei 2010 hingga Mei 2013) yang kemudian secara acak
ditugaskan ke salah satu dari dua kelompok: yaitu sebanyak 41
orang masuk ke kelompok intervensi (DT dan perawatan paliatif
standar [SPC] ) dan sebanyak 39 orang ke kelompok kontrol
(SPC saja). Sesi terapi, yang berlangsung antara 30 dan 60
menit, ditawarkan di sisi tempat tidur pasien dan direkam
dengan audio. Setiap sesi yang direkam setelah protokol
penelitian selesai. Penelitian kami menggunakan kerangka kerja
pertanyaan DT (lihat Tabel 1) (Chochinov et al., 2005), sesuai
uji coba yang telah diterbitkan sebelumnya. Semua sesi DT
dilakukan oleh penyelidik utama (M.J.), yang menghadiri
lokakarya DT internasional yang diadakan di Kanada yang
diselenggarakan oleh pengembang DT. Semua prosedur DT
dilakukan sesuai dengan yang dijelaskan dan dipublikasikan.

9
Hasil : Dari 80 peserta, 41 diacak untuk DT dan 39 untuk SPC.
Karakteristik dasar adalah serupa antara kedua kelompok. DT
dikaitkan dengan penurunan DS yang signifikan dibandingkan
dengan SPC (prevalensi DT DS12,1%; prevalensi SPC
DS60,0%; p, 0,001). Demikian pula, DT dikaitkan dengan
penurunan yang signifikan dalam prevalensi DfD (prevalensi
DfD DT -0%; Prevalensi DfD SPC -14,3%; p -0,054).
Dibandingkan dengan peserta yang dialokasikan ke grup
kontrol, mereka yang menerima DT menunjukkan penurunan
yang signifikan dalam 19 dari 25 item PDI. Terapi martabat
memiliki efek menguntungkan pada tekanan psikologis yang
ditemui oleh pasien di dekat akhir kehidupan. Penelitian kami
menunjukkan bahwa DT adalah pendekatan psikoterapi yang
penting yang harus dimasukkan dalam program perawatan
klinis, dan itu dapat membantu lebih banyak pasien untuk
mengatasi pengalaman akhir hidup mereka.

Kesimpulan : DT (Dignity Theraphy) adalah DT adalah intervensi


psikoterapi singkat yang dirancang untuk meningkatkan
perasaan dan makna pasien sehingga bertujuan untuk
memperkuat rasa hargadiri yang berkelanjutan, dalam kerangka
kerja yang mendukung, memelihara, dan dapat diakses. DT
didasarkan pada model empiris martabat pada orang yang
mengalami sakit parah. Selain itu, DT merupakan pendekatan
psikoterapi yang penting sehingga harus dimasukkan ke dalam
program perawatan klinis, karena dapat membantu lebih banyak
pasien untuk mengatasi pengalaman akhir hidup mereka.

10
3.2 Prosedur Aplikasi Evidence Based Nursing

3.2.1 Subjek

a. Kriteria Inklusi :

a. Berusia 18 tahun

b. Memiliki penyakit yang mengancam jiwa dengan prognosis 6


bulan atau kurang

c. Tidak menunjukkan bukti demensia atau delirium


(sebagaimana ditentukan oleh ulasan grafik atau konsensus
klinis)

d. Skor Mini-Mental State 20

e. Memiliki kemampuan membaca dan berbicara bahasa Portugis

f. Memberikan persetujuan tertulis dan bersedia untuk empat


hingga lima pertemuan penelitian selama satu bulan.

b. Kriteria Eksklusi :

Tidak memenuhi kriteria inklusi (tidak dijelaskan dalam jurnal)

3.2.2 Prosedur Pelaksanaan Evidenced Based Practice

1. Tahap Awal Penentuan Pasien

Pasien dipilih dari pasien yang menjalani pengobatan paliatif tersier


rawat inap di RS. Bento Menni di Lisbon selama 36 bulan (Mei 2010 hingga
Mei 2013). Kriteria pasien yang dipilih untuk mengikuti DT adalah sebagai
berikut: berusia 18 tahun; memiliki penyakit yang mengancam jiwa dengan
prognosis 6 bulan atau kurang; tidak menunjukkan bukti demensia atau
delirium (sebagaimana ditentukan oleh ulasan grafik atau konsensus klinis);
skor Mini-Mental State 20; memiliki kemampuan membaca dan berbicara
bahasa Portugis dan memberikan persetujuan tertulis; dan tersedia untuk
empat hingga lima pertemuan penelitian selama satu bulan. Penelitian ini
disetujui oleh Komite Etika dari Instituto das Irma Hospitaleiras do Sagrado
Corac¸a Jesuso de Jesus dan Komite Etika Fakultas Kedokteran di
Universitas Lisbon

2. Tahap Pelaksanaan Dignity Therapy

Pasien yang memenuhi kriteria kelayakan dan setuju untuk


berpartisipasi dalam penelitian diminta untuk memberikan persetujuan
tertulis. Setelah pasien menyelesaikan penilaian awal, mereka yang diacak

11
ke DT diberikan kerangka pertanyaan standar, sehingga memberi mereka
waktu untuk merefleksikan dan membentuk respons akhirnya. Sesi terapi
berlangsung antara 30 dan 60 menit, pasien ditawarkan untuk melakukan
terapi di tempat tidurnya. Sesi DT yang direkam dijadwalkan berlangsung
dalam dua atau tiga hari. Sesi terapi dipandu oleh kerangka kerja DT.
Setelah sesi rekaman selesai, dialog yang direkam pasien menerjemahkan
kata demi kata lalu diedit dan dibentuk kembali menjadi narasi tertulis
selama dua hingga tiga hari ke depan. Proses pengeditan dilakukan
sepenuhnya oleh terapis (M.J.) dan terdiri dari menghilangkan percakapan
sehari-hari, nonstarter, dan interupsi, dan juga memperbaiki kesalahan
kronologis. Setelah proses pengeditan ini selesai, sesi lain disusun sebagai
tempat untuk mempelajari apakah dokumen ini dapat dibaca oleh pasien,
yang memungkinkan dilakukannya perbaikan dan revisi editorial akhir.
Versi terakhir dari dokumen generativitas diberikan kepada pasien, untuk
dibagikan kepada individu yang mereka pilih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford Textbook of Palliative Medicine.


Oxford MedicalPublications (OUP) 3 rd edn 2003

Ferrell, B.R. & Coyle, N. (Eds.) (2007). Textbook of palliative nursing, 2nd ed.
New York, NY:Oxford University Press

KEPMENKES RI NOMOR: 812/ MENKES/SK/VII/2007 Tentang Kebijakan


PerawatanPalliative Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Woodruff Asperula Melbourne 4th edn 2004. Standards for Providing Quality
Palliative Care forall Australians. Palliative Care Australia.Palliative
Medicine.

Maghfiroh, R. L. 2019. PERBEDAAN sikap mahasiswa dalam merawat pasien


menjelang ajal di institusi pendidikan kurikulum keperawatan umum dan
kurikulum keperawatan berciri agama di wilayah jember

Rego, F., C. Pereira, G. Rego, dan R. Nunes. 2018. The psychological and
spiritual dimensions of palliative care : a descriptive systematic review
review. 8:484–494.

Shobah, N. 2014. PERSIAPAN menghadapi kematian : studi fenomenologi


psikologis pada ibu-ibu usia dewasa madya di majelis taklim nurul habib
bangil. 1–9.

Aziz, M. F., Witjaksono, J., & Rasjidi, H.I. ( 2008). Panduan Pelayanan Medik:
Model Interdisiplin Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan
Ginjal. Jakarta: EGC.

13
Nurwijaya, H., dkk. (2010). Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta :
Gramedia.

Campbell, K. H. (2013). A Call to Action: Why We Need More Practitioner


Research. A Response to "A Teacher Educator Uses Action Research to
Develop Culturally Conscious Curriculum Planners". Democracy and
Education, 21 (2), Article 7.

IAHPC, I. A. (2016). For Hospice & Palliative Care (IAHPC) Web site:
http://hospicecare.com/about-iahpc/publications/manuals-
guidelinesbooks/manual-of-palliative-care/

Keliat, B.A, dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai