Anda di halaman 1dari 38

Tata Cara Bersidang dalam Organisasi

Setiap permusyawaratan dalam sebuah organisasi formal pasti membutuhkan persidangan-persidangan. Hal ini
dilakukan secara fokus dan berimbang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Keputusan terbaik pada
akhirnya akan lahir dari pemahaman dan ketaatan terhadap aturan didalam sebuah persidangan.
Persidangan didefinisikan sebagai pertemuan formal sebuah organisasi guna membahas masalah tertentu dalam
upaya untuk menghasilkan keputusan yang dijadikan sebagai sebuah Ketetapan bersama. Keputusan dari
persidangan ini akan mengikat kepada seluruh elemen organisasi selama belum diadakan perubahan atas
ketetapan tersebut. Ketetapan ini sifatnya final sehingga berlaku bagi yang setuju ataupun yang tidak, hadir
ataupun tidak hadir ketika persidangan berlangsung.
Jenis Persidangan
 Sidang Pleno
o Sidang Pleno diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
o Sidang Pleno dipimpin oleh Presidium Sidang
o Sidang Pleno biasanya dipandu oleh Steering Committee
o Sidang Pleno membahas dan memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Permusyawaratan
 Sidang Paripurna
o Sidang Paripurna diikuti oleh seluruh peserta dan peninjau Permusyawaratan
o Sidang Paripurna dipimpin oleh Presidium Sidang
o Sidang Paripurna mengesahkan segala ketetapan dan keputusan yang berhubungan dengan
Permusyawaratan
 Sidang Komisi
o Sidang Komisi diikuti oleh anggota masing-masing Komisi
o Anggota masing-masing Komisi adalah peserta dan peninjau yang ditentukan oleh Sidang Pleno
o Sidang Komisi dipimpin oleh seorang pimpinan dibantu seorang Sekretaris Sidang Komisi
o Pimpinan Sidang Komisi dipilih dari dan oleh anggota Komisi dalam Komisi tersebut
o Sidang Komisi membahas materi-materi yang menjadi tugas dari Komisi yang bersangkutan
Aturan Umum Sebuah Persidangan
 Peserta
 Peserta Penuh
 Hak peserta penuh :
o Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan
baik secara lisan maupun tertulis
o Hak Suara, adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan
o Hak Memilih, adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan
o Hak Dipilih, adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan
o Kewajiban peserta penuh :
 Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
 Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
 Peserta Peninjau
 Hak Peninjau:
 Hak Bicara, adalah untuk bertanya, mengeluarkan pendapatdan menajukan usulan kepada
pimpinan baik secara lisan maupun tertulis
 Kewajiban Peninjau:
 Mentaati tata tertib persidangan/permusyawaratan
 Menjaga ketenangan/harmonisasi persidangan
 Presidium Sidang dipilih dari dan oleh peserta Permusyawaratan melalui Sidang
Pleno yang dipandu oleh Panitia Pengarah
 Presidium Sidang bertugas untuk memimpin dan mengatur jalannya persidangan
seperti aturan yang disepakati peserta
 Presidium Sidang berkuasa untuk memimpin dan menjalankan tata tertib
persidangan
 Presidium Sidang
Aturan Ketukan Palu dan kondisi-kondisi lain :
 1 kali ketukan
o Menerima dan menyerahkan pimpinan sidang.
o Mengesahkan keputusan/kesepakatan peserta sidang poin per poin (keputusan sementara).
o Memberi peringatan kepada peserta sidang agar tidak gaduh.
o Menskors dan mencabut kembali skorsing sidang yang waktunya tidak terlalu lama (biasanya skor
1X??menit, dll) sehingga peserta sidang tidak perlu meninggalkan tempat sidang.
o Mencabut kembali / membatalkan ketukan terdahulu yang dianggap keliru.
 2 kali ketukan
o Untuk menskorsing atau mencabut skorsing dalam waktu yang cukup lama (biasanya 2 X ?? menit),
misalnya istirahat, lobying, sembahyang,makan.
o Skorsing ialah penundaan persidangan untuk sementara waktu.
o Lobying ialah suatu bentuk kompromi dalam menyelesaikan perbedaan pendapat dalam pengambilan
keputusan
 3 kali ketukan
o Membuka/menutup sidang atau acara resmi.
o Mengesahkan keputusan final /akhir hasil sidang
Contoh kalimat yang dipakai oleh Presidium Sidang
Membuka sidang
“Dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim, sidang pleno I saya nyatakan dibuka. ” tok…….tok…….tok
Menutup sidang
“Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘Alamin, sidang pleno I saya nyatakan ditutup.”
Tok……..tok……..tok
Mengalihkan pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya alihkan kepada pimpinan sidang berikutnya” tok.
Mengambil alih pimpinan sidang
“Dengan ini pimpinan sidang saya ambil alih ” tok
Menskorsing sidang
“Dengan ini sidang saya skorsing selama 15 menit” tok……….tok.
Mencabut skorsing
“Dengan ini skorsing 15 menit saya cabut dan saya nyatakan sidang dilanjutkan” tok…….tok.
Memberi peringatan kepada peserta sidang
Tok………. “Peserta sidang harap tenang !”
Syarat-syarat Presidium Sidang :
 Mempunyai sifat leadership, bijaksana dan bertanggung jawab
 Memiliki pengetahuan yang cukup tentang persidangan
 Peka terhadap situasi dan cepat mengambil inisiatif dalam situasi kritis
 Mampu mengontrol emosi sehingga tidak terpengaruh kondisi persidangan
Sikap Presidium Sidang :
 Simpatik, menarik, tegas dan disiplin
 Sopan dan hormat dalam kata dan perbuatan
 Adil, bijaksanan dan menghargai pendapat peserta
Quorum dan Pengambilan Keputusan
 Persidangan dinyatakan syah/quorum apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 dari peserta yang
terdaftar pada Panitia (bisa juga ditentukan melalui konsensus)
 Setiap keputusan didasarkan atas musyawarah untuk mufakat, dan jika tidak berhasil diambil melalui suara
terbanyak (½ + 1) dari peserta yang hadir di persidangan
 Bila dalam pengambilan keputusan melalui suara terbanyak terjadi suara seimbang, maka dilakukan
lobbying sebelum dilakukan pemungutan suara ulang
Interupsi
Ialah suatu bentuk selaan atau memotong pembicaraan dalam sidang karena adanya masukan yang perlu
diperhatikan untuk pelaksanaan sidang tersebut.
 Macam macam interupsi antara lain.
o Interuption of order, Bentuk interupsi yang dilakukan untuk meminta penjelasan atau memberikan
masukan yang berkaitan dengan jalannya persidangan. Contoh: saat pembicaraan sudah melebar dari
pokok masalah maka seseorang berhak mengajukan interuption of order agar persidangan
dikembalikan lagi pada pokok masalahnya sehingga tidak melebar dan semakin bias.
o Interruption of information, Bentuk interupsi berupa informasi yang perlu diperhatikan oleh seluruh
peserta sidang termasuk pimpinan sidang. Informasi bisa internal (misal: informasi atau data tentang
topik yang dibahas) ataupun eksternal (missal: situasi kondisi di luar ruang sidang yang mungkin dapat
berpengaruh terhadap jalannya persidangan).
o Interruption of clarificatio, Bentuk interupsi dalam rangka meminta klarifikasi tentang pernyataan
peserta sidang lainnya agar tidak terjadi penangkapan bias ketika seseorang memberikan tanggapan
atau sebuah penegasan terhadap suatu pernyataan.
o Interruption of explanatio, Bentuk interupsi untuk menjelaskan suatu pernyataan yang kita sampaikan
agar tidak ditangkap keliru oleh peserta lain atau suatu pelurusan terhadap pernyataan kita.
o Interruption of personal, Bentuk interupsi yang disampaikan bila pernyataan yang disampaikan oleh
peserta lain sudah diluar pokok masalah dan cenderung menyerang secara pribadi.
 Pelaksanaan Interupsi :
Interupsi dilakukan dengan mengangkat tangan terlebih dahulu, dan berbicara setelah mendapat ijin dari
Presidium Sidang
Interupsi diatas interupsi hanya berlaku selama tidak menggangu persidangan.
Apabila dalam persidangan, Presidium Sidang tidak mampu menguasai dan mengendalikan jalannya
persidangan, maka Panitia Pengarah (SC) diberikan wewenang untuk mengambil alih jalannya persidangan, atas
permintaan Presidium Sidang dan atau Peserta Sidang
Tata Tertib
Tata tertib persidangan merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta pada saat persidangan dengan
memperhatikan aturan umum organisasi dan nilai-nilai universal dimasyarakat.
Sanksi-sanksi
Peserta yang tidak memenuhi persyaratan dan kewajiban yang ditentukan dalam tata tertib persidangan akan
dikenakan sanksi dengan mempertimbangkan saran, dan usulan peserta siding yang lain. Biasanya, mekanisme
dalam pemberian sanksi didahului oleh peringatan kepada peserta (biasanya sampai 3 kali), kemudian dengan
kesepakatan bersama, presidium sidang boleh mengeluarkan peserta tersebut dari forum, atau mengambil
kebijakan lain dengan atau tanpa kesepakatan peserta sidang yang lain.
Pengertian
Sidang adalah forum formal bagi pengambilan keputusan yang akan menjadi kebijakan dalam sebuah organisasi
(berstruktur dan mempunyai susunan hierarkis) dengan diawali oleh konflik.
Rapat adalah forum yang bersifat formal bagi pengambilan kebijakan organisasi dalam bentuk keputusan,
kesepakatan atau lainnya tanpa harus didahului oleh konflik.
Musyawarah adalah forum informal sebagai sarana pengambil keputusan, kesepakatan, penyebaran informasi
atau lainnya dalam sebuah institusi tanpa harus didahului oleh konflik
Macam-macam persidangan
1. Sidang pleno : sidang yang dihadiri oleh seluruh peserta sidang. Termasuk kedalam kategori
sidang ini adalah; Sidang pendahuluan yang biasanya untuk menetapkan jadual, tata tertib dan
pemilihan presidium sidang.
Sidang pleno, biasanya di tengah persidangan untuk mengesahkan laporan
pertanggungjawabanyang dipimpin oleh presidium sidang.
2. Sidang paripurna, biasanya berisi tentang pengesahan hasil-hasil sidang.
3. Sidang komisi adalah sidang yang diikuti oleh leserta terbatas (anggota komisi), sidang ini
diadakan untuk pematangan materi sebelum diplenokan, dipimpin oleh pimpinan komisi.
4. Sidang sub komisi, sidang ini lebih terbatas dalm sidang komisi guna mematangkan materi
lanjut.
Macam-macam sidang dilihat dari jabatan peserta dalam sebuah organisasi;
• Sidang Presidium
• Sidang BPH ( Badan Pengurus Harian )
• Sidang Badan Koordinasi.
Macam-macam Rapat
Rapat kerja (Raker), Munas, Muktamar, Mubes, Musda dan lain sebagainya.
Unsur-unsur persidangan
1. Tempat atau ruang sidang
2. Waktu dan acara sidang
3. Peserta sidang
4. Perlengkapan sidang
5. Tata tertib sidang
6. Pimpinan dan sekretaris
Istilah-istilah dalam persidangan
• Skorsing adalah penundaan acara sidang untuk sementara waktu atau dalam waktu tertentu
pada waktu sidang berlangsung
• Lobbying adalah penentuan jalan tengah atas konflik dengan skorsing waktu untuk
menyatukan pandangan melalui obrolan antara dua pihak atau lebih yang bersebrangan secara
informal.
• Interupsi adalah memotong pembicaraan, ditempuh dengan menggunakan kata “interupsi”
yang pada hakekatnya meminta kesepakatan untuk berbicara.
Macam-macam interupsi
• Interupsi point of order : meminta kesempatan untuk bicara atau dipergunakan untuk
memotong pembicaraan yang dianggap menyimpang dari masalah.
• Interupsi point of information : memberikan atau meminta penjelasan atas apa yang telah
disampaikan
• Interupsi point of clarification : meluruskan permasalahan agar penyimpangan tidak semakin
menajam
• Interupsi point of prevelage : tidak setuju atas pemojokan, penyinggungan persoalan pribadi.
Penggunaan palu dalam rapat
Dalam rapat, penggunaan palu sangat penting sekali, pimpinan rapat harus memahami tata cara penggunaan
palu. Karena, kesalahan penggunaan atau pengetukan palu sidang akan mengacaukan situasi sidang.
Macam-macam penggunaan palu rapat
1 kali ketukan berarti
• Mengesahkan hasil rapat
• Pengalihan palu sidang
2 kali ketukan
• Skorsing
3 kaliketukan
• Pembukaan rapat
• Penutupan rapat
Berkali-kali sedang
• Peringatan atau meminta perhatian peserta rapat
“Sebelum sidang dimulai, biasanya sidang belum mempunyai pimpinan sidang. Untuk itu sebagai pimpinan
sidang sementara diambil alih oleh panitia pengarah (SC). Panitia pengarah ini akan memilih pimpinan sidang
atau presidium sidang untuk selanjutnya. Presidium sidang terpilih memimpin jalannya persidangan. Pimpinan
sidang terpilih dapat dipilih lebih dari satu orang dan hendaknya dipilih lebih dari satu agar bergantian
memimpin”.
PC Muhammadiyah Dekso Kalibawang
Selasa, 05 April 2011
Tata Tertib Musyawarah Cabang Muhammadiyah Dekso, Tata Tertib Persidangan Musyawarah
Cabang Muhammadiyad Dekso, Tata Tertib Pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Periode 2010-2015, Laporan Pertanggung Jawab Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso Periode
2005-2010
TATA TERTIB
MUSYAWARAH CABANG MUHAMMADIYAH DEKSO
TAHUN 2011

Pasal 1
Nama, Tempat, dan Waktu
Kegiatan ini bernama Musyawarah Cabang Muhammadiyah Dekso tahun 2011. Diselengarakan di SMP
Muhammadiyah 2 Kalibawang di Banjaharjo pada tanggal 6 Jumadal Ula 1432 H bertepatan dengan 10 April
2011 M.
Pasal 2
Tema
Meningkatkan Semangat Dakwah dan Tajdid, dan Revitalisasi Cabang Muhamadiyah, Ranting Muhammadiyah
dan Amal Usaha Muhammadiyah Mengawali Abad ke-2 Persyarikatan Muhammadiyah
Pasal 3
Landasan
Ladasan Ideal
1. Alquranulkarim
2. Assunnatushshahihah
Landasan Konstitusional
1. Pancasila
2. UUD RI 1945
Landasan Operasional
1. Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 27
2. Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 26
3. Musyawarah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso
Pasal 4
Hak dan Wewenang
1. Membahas dan mengesahkan
a. Laporan Pimpinan Cabang Muhammadiyah
i. Kebijakan Pimpinan
ii. Organisasi
iii. Pelaksanaan keputusan Musyawarah dan Pimpinan di atasnya dan pelaksanaan keputusan Musyawarah Cabang
dan Rapat Pimpinan Tingkat Cabang
iv. Keuangan
b. Program Pimpinan Cabang Muhammadiyah
2. Memilih Anggota Pimpinan Cabang dan Mengesahkan Ketua
Pasal 5
Anggota
Musyawarah Cabang dihadiri oleh:
1. Anggota Musyawarah Cabang Muhammadiyah yang terdiri dari:
a. Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah yang telah disahkan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah
b. Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah atau penggantinya yang sudah disahkan oleh Pimpinan Cabang
c. Wakil Ranting Muhammadiyah masing-masing diwakili tiga orang
d. Wakil Pimpinan Orgaisasi Otonom Tingkat Cabang masing-masing 2 orang
2. Peserta Musyawarah Cabang yang terdiri dari:
a. Wakil unsur Pembantu Pimpinan Tingkat Cabang, masing-masing dua orang
b. Undangan khusus dari kalangan Muhammadiyah yang ditentukan oleh Pimpinan Cabang.
3. Peninjau Musyawarah Cabang adalah yang diundang oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah.
Pasal 6
Kuorum
Permusyawaratan dapat berlangsung tanpa memandang jumlah yang hadir asalkan yang bersangkutan sudah
diundang secara sah.
Pasal 7
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Anggota Musyawarah Cabang berhak menyatakan pendapat, memlih dan dipilih
2. Peserta Musyawarah Cabang berhak menyatakan pendapat
3. Penunjau Musyawarah Cabang tidak berhak untuk menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.
Pasal 8
Persidangan
1. Persidangan dalam Musyawarah Cabang dipimpin oleh seorang ketua didampingi oleh seorang sekretaris
2. Persidangan dalam Musyawarah Cabang dibagi menjadi
a. Sidang Pleno – dihadiri oleh seluruh anggota Musyawarah Cabang
b. Sidang Komisis – dihadiri oleh anggota Musyawarah Cabang
Pasal 9
Keputusan
Keputusan Musyawarah Cabang diusahakan dengan suara musyawarah mufakat dan apabila harus dilakukan
penungutan suara maka diambil dengan suara yang terbanyak.
Pasal 10
Penanggungjawab
Penanggungjawab Musyawarah Cabang adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso
Pasal 11
Aturan Tambahan
Hal yang belum diatur dalam tata tertib akan ditetapkan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso dengan
mempertimbangkan usul dan saran dari anggota Musyawarah Cabang.

Ditetapkan di Kalibawang
Pada tanggal 26 Rabiul Tsani 1432H
Bertepatan dengan tanggal 30 Maret 2011

Pimpinan Sidang

Ketua Sekretaris

ttd ttd

H. Sumanto, SH Sugiyanta, S.Ag, M.Pd


NBM. 497 106 NBM. 1.037.534

TATA TERTIB PERSIDANGAN


MUSYAWARAH CABANG MUHAMMADIYAH DEKSO
DI SMP MUHAMMADIYAH 2 KALIBAWANG KULON PROGO
TANGGAL 6 JUMADAL ULA 1432 H/10 APRIL 2011M

Pasal 1
Ketentuan Umum
Tata Tertib Persidangan yaitu tata tertib semua persidangan yang berlangsung dalam Musyawarah Cabang
Muhammadiyah Dekso Tahun 2011
Pasal 2
Macam-Macam Persidangan
1. Sidang Pleno
a. Pembacaan Tata Tertib Musyawarah Cabang dan Tata Tertib Persidangan
b. Laporan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso
c. Laporan Pembahasan dan Pengesahan Hasil Sidang Komisi
d. Pembacaan Keputusan Induk dan Hasil Pemilihan
2. Sidang Komisi
a. Komisi A – Umum dan Rekomendasi
b. Komisi B – Program Kerja
c. Komisi C – Revitalisasi Cabang , Ranting dan Amal Usaha Muhammadiyah
d. Komisi D – Laporan Pimpinan Cabang Muhammadiyah
Pasal 3
Pimpinan Sidang
1. Pimpinan Sidang pleno adalah seorang ketua didampingi seorang sekretaris yang ditentukan oleh Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Dekso
2. Pimpinan Sidang Komisi dipilih dan ditetapkan oleh sidang komisi
Pasal 4
Hak dan Kewajiban Pimpinan Sidang
1. Kewajiban
Menjaga dan mengarahkan ketertiban dan kelancaran sidang
2. Hak
a. Mengatur jalannya sidang sesuai dengan Tata Tertib Persidangan/Musyawarah
b. Mengambil tindakan berupa peringatan, membatasi dan menghentikan pembicaraan
Pasal 5
Anggota Sidang
Anggota sidang adalah anggota, peserta dan peninjau Musyawarah Cabang sesuai dengan ketentuan, yang
mengikuti sidang
Pasal 6
Hak dan Kewajiban Angota Sidang
1. Kewajiban
a. Mengikuti jadwal dan tata tertib yang sudah ditentukan
b. Menjaga ketertiban dan kelancaran persidangan
2. Hak
Semua anggota sidang memiliki hak bicara
Pasal 7
Keputusan Sidang
1. Keputusan sidang diusahakan dengan musyawarah mufakat. Apabila harus dilakukan pemungutan suara, maka
keputusan diambil dengan suara terbanyak.
2. Semua Keputusan Musyawarah Cabang disahkan dalam sidang pleno
Pasal 8
Kuorum
Persidangan dapat berlangsung setelah dihadiri sekurang-kurangnya tiga puluh persen dari anggota Musyawarah
Cabang yang sah dan terdaftar pada masing-masing persidangan
Pasal 9
Penutup
Tata tertib ini berlaku sejak ditetapkan. Hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan oleh Pimpinan
Cabang Muhammadiyah Dekso dengan mempertimbangkan usul dan saran anggota Musyawarah Cabang dan
situasi yang ada.

Ditetapkan di Kalibawang
Pada tanggal 26 Rabiul Tsani 1432H
Bertepatan dengan tanggal 30 Maret 2011

Pimpinan Sidang

Ketua Sekretaris

ttd ttd

Sarkowi Sugiyanta, S.Ag, M.Pd


NBM. 895.578 NBM. 1.037.534

TATA TERTIB PEMILIHAN ANGGOTA PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH DEKSO


PERIODE 2010-2015

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud:
1. Anggota Muhammadiyah ialah warga negara Indonesia beragama Islam dan mempunyai Kartu Anggota
Muhamadiyah yang dikeluarkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
2. Calon ialah Anggota Muhamadiyah yang diusulkan oleh anggota Musypimcab untuk dipilih sebagai anggota
Pimpinan Cabang Muhammadiyah
3. Calon Sementara ialah calon yang diusulkan oleh anggota Musypimcab yang telah diterima oleh Panitia
Pemilihan
4. Calon Tetap ialah Calon Sementara yang telah ditetapkan oleh Musypimcab
5. Panitia Pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah (selanjutnya disebut Panitia Pemilihan) dibentuk
oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso dengan tugas pokok mempersiapkan, menyelenggarakan dan
melaporkan pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso periode 2010-2015 dalam Musyawarah
Cabang Muhammadiyah
6. Musypimcab Muhammadiyah Dekso ialah Permusyawaratan dalam Muhammadiyah di bawah Musycab,
diadakan atas undangan Pimpinan Cabang Muhammadiyah, sebelum diselenggarakan Musycab.
BAB II
CALON
Pasal 2
Setiap anggota Muhammadiyah yang memenuhi syarat dapat dicalonkan menjadi anggota Pimpinan Cabang
Muhammadiyah periode 2010-2015.
Pasal 3
Syarat untuk dapat dicalonkan sebagai anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah adalah:
1. Taat beribadah dan mengamalkan syariat Islam sesuai amalan Muhammadiyah
2. Setia pada prinsip-prinsip perjuangan Muhammadiyah
3. Dapat menjadi teladan dalam persyarikatan, keluarga dan masyarakat
4. Bersedia untuk belajar membaca Alquran dengan tartil
5. Taat kepada garis kebijakan Pimpinan Cabang
6. Tidak merangkap jabatan dalam pimpinan organisasi politik atau organisasi yang amal usahanya sama dengan
Persyarikatan Muhammadiyah di semua tingkatan.
BAB III
PENCALONAN
Pasal 4
Anggota Musycab berhak mengajukan calon sebanyak 13 (tiga belas) orang dengan mengisi blanko pencalonan
yang disediakan oleh Panitia Pemilihan.
BAB IV
PROSES DAN CARA PENCALONAN
Pasal 5
1. Panitia Pemilihan menerima dan menghimpun nama-nama calon yang diusulkan oleh anggota Musypimcab
Muhammadiyah, kemudian meneliti sesuai persyaratan sebagai Calon Angota Pimpinan Cabang Muhammadiyah
2. Panitia Pemilihan menyusun Daftar Calon Sementara untuk diajukan dan disahkan menjadi Daftar Calon Tetap
dalam Musyawarah Pimpinan Cabang
Pasal 6
Daftar Calon Tetap yang telah disahkan dalam Musypimcab berhak dipilih dalam Musycab untuk menjadi anggota
Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso Periode 2010-2015
Pasal 7
Setiap anggota Musycab yang hadir dalam sidang Musycab berhak memilih calon anggota Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Dekso sebanyak 13 (tiga belas) orang tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih.
Pasal 8
Musycab menetapkan 13 orang calon tetap terpilih menjadi Anggota Pimpinan Muhammadiyah Dekso periode
2010-2015 dengan cara musyawarah mufakat dan atau dengan suara terbanyak. Apabila terjadi jumlah suara sama
pada urutan 13, maka yang berhak menjadi Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah periode 2010-2015 adalah
yang memiliki Nomor Baku Muhammadiyah lebih kecil.
Pasal 9
Pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso dilakukan melalui pemungutan suara secara
langsung, bebas, dan rahasia.
Pasal 10
Pemungutan, pengumpulan dan perhitungan suara dilakukan oleh Panitia Pemilihan dengan disaksikan
perwakilan Anggota Musycab yang ditunjuk oleh Musycab.
Pasal 11
Tiga belas orang Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso yang terpilih bertindak sebagai formatur
yang bertugas menyusun kelengkapan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso. Ketua sidang formatur adalah
anggota 13 terpilih yang paling tua, sekretaris sidang formatur adalah anggota 13 anggota terpiih yang termuda.
Pasal 12
1. Musycab menetapkan ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso periode 2010-2015 berdasarkan rapat
formatur.
2. Ketua terpilih tidak boleh merangkap jabatan sebagai Pimpinan Muhammadiyah maupun Amal Usaha
Muhammadiyah baik secara vertikal maupun horizontal.
Pasal 13
Panitia Pemilihan beranggungjawab kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso atas kelancaran dan
ketertiban jalannya pemilihan.
BAB V
PANITIA PEMILIHAN
Pasal 14
Pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso Periode 2010-2015 diselenggarakan oleh Panitia
Pemilihan
Pasal 15
Panitia Pemilihan bertugas:
1. Menyelenggarakan Pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso periode 2010-2015 mulai dari
pengumpulan nama calon hingga pemungutan suara pada Musyawarah Cabang
2. Memimpin Sidang Musyawarah Pimpinan Cabang pada acara pengesahan calon tetap Anggota Pimpinan Cabang
Muhammadiyah Dekso
3. Memimpin Sidang Musyawarah Cabang pada acara pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Dekso
Pasal 15
Panitia Pemilihan Bertanggung jawab kepada Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso atas kelancaran dan
ketertiban jalannya pemilihan.
BAB VI
MASA PEMILIHAN
Pasal 16
Tanggal dimulainya masa pemilihan Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso periode 2010-2015
ditetapkan oleh Panitia Pemilihan diketahui oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso
PENUTUP
Pasal 17
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Hal-hal yang belum diatur dalam tata tertib ini akan ditetapkan
oleh Pimpinan Cabang Muhammdiyah Dekso dengan mempertimbangkan usul dan saran dari anggota
Musypimcab.

Ditetapkan di Kalibawang
Pada tanggal 26 Rabiul Tsani 1432H
Bertepatan dengan tanggal 30 Maret 2011
Pimpinan Sidang

Ketua Sekretaris

ttd ttd

Drs. Suprapto, MM Sugiyanta, S.Ag, M.Pd


NBM. 497.127 NBM. 1.037.534

LAPORAN
PIMPINAN CABANG MUHAMMADIYAH DEKSO PERIODE 2005-2010
PADA MUSYAWARAH CABANG MUHAMMADIYAH DEKSO

A. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 27 dan Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah pasal 26
Pimpinan Cabang Muhammadiyah wajib melaporkan kebijakan, pelaksanaan keputusan Persyarikatan organisasi
dan peran Muhammadiyah dalam pelaksanaan Dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar khususnya pada tingkat
cabang dan keuangan.
B. KEBIJAKAN PERSYARIKATAN
Kebijakan dan Pembagian Tugas
Anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso masa jabatan 2005-2010 hasil Musycab di SD
Muhammadiyah Bendo dan kelengkapan yang telah disyahkan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten
Kulon Progo dengan susunan sbb.:
1. Ketua : Drs. H. RINTO SUBRONTO
2. Wakil Ketua : H. SUMANTO, SH
3. Wakil Ketua : H. YASMIN
4. Sekretaris : SUGIYANTA, S.Ag, M.Pd
5. Wakil Sekretaris : Drs. RUBIJO
6. Bendahara : SUKARDAL
7. Wakil Bendahara : Drs. BARDI SISWOYO
8. Ketua MTDK : Drs. PARWANTO, MA
Anggota : Drs. SURADIMAN, M.Ag
Anggota : Drs. H. SUNARJO MUSLIM
Anggota : Dj. BUDI HARTONO, MA
Anggota : EDI SUGITO
9. Ketua Majelis Dikdasmen : Drs. SUPRAPTO, MM
Anggota : MUJIYO
Anggota : Drs. SARDJO
Anggota : SUJADI, A.Ma.Pd
10. Ketua Majelis Waziz : MAHMUD
Anggota : M. NURHADI, S.Ag
Anggota : GUNARJO
Anggota : NGADIMAN
11. Ketua Majelis Pendidikan Kader : H. MUHAMMAD MUJAB
Anggota : Dra. SAPONO
Anggota : PURWANTO, S.Pt
Anggota : Drs. SUJIYO
12. Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
: Drs. TJIPTADI, MM
: WALJIYANTO, S.Sos
: SURYONO, SE
: DJUMAL WIYANTO, SE
13. Ketua Pemberdayaan Masyarakat : SARKOWI
Anggota : TUKIMAN
Anggota : SUWONO, S.Pd
Anggota : MUHAMMAD SUJUD ISMAWAN, SE
C. ORGANISASI OTONOM
Organisasi Otonom Muhammadiyah Cabang Dekso adalah sbb.:
1. Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Ketua : Drs. Hj. Ukhti Jami’iati, M.Ag
2. Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Ketua : M. Sujud Ismawan, SE
3. Pimpinan Cabang Tapak Suci Ketua : Sukardi
4. Pimpinan Cabang IPM
D. KEPUTUSAN MUSYAWARAH CABANG MUHAMMADIYAH DEKSO KECAMATAN KALIBAWANG
Program Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso meliputi:
1. Konsolidasi organisasi
2. Penguatan Ideologi Muhammadiyah
3. Sukses Muktamar Muhammadiyah Satu Abad
4. Bidang Tabligh dan Dakwah Khusus
5. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah
6. Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
7. Bidang Pendidikan Kader
E. PELAKSANAAN PROGRAM
1. Konsolidasi organisasi
a. Mentahfidz keputusan Musycab Muhammadiyah tahun 2006
b. Mengadakan pelantikan bersama Pimpinan Ranting Muhammadiyah dan Pimpinan Ranting Aisyiyah se-cabang
Dekso
c. Melaksanakan rapat koordinasi
d. Pembentukan kepanitian/kepengurusan sesui kebutuhan
e. Mengadakan Lomba Adiministrasi Tingkat Ranting Muhammadiyah
f. Mensosialisasikan keputusan-keputusan persyarikatan Muhammadiyah dari tingkat Pimpinan Pusat
Muhammadiyah sampai Pimpinan Cabang Muhammadiyah
g. Mensosialisasikan Pedoman Tata Persuratan Muhammadiyah
2. Penguatan Ideologi Muhammadiyah
a. Mengadakan Baitul Arqam
b. Mengadakan Kursus dan Diklat Dakwah
3. Sukses Muktamar Muhammadiyah Satu Abad
a. Mensosialisasikan gaung Muktamar
b. Penggalangan dana
c. Pemasangan Bendera dan spanduk sukses muktamar satu abad
d. Bersama dengan Majelis Pemberdayaan PP Muhamadiyah mengadakan penyuluhan pertanian dan Panen Raya
padi Muhammadiyah
e. Mengirimkan kontingen untuk mengikuti karnaval Muhammadiyah Satu Abad
f. Mengirimkan penggembira untuk mengikuti Upacara Pembukaan Muktamar Muhammadiyah Satu Abad di
Stadion Mandala Krida
4. Bidang Tabligh dan Dakwah Khusus
a. Mengadakan Baitul Arqam
b. Mengadakan Kursus dan Diklat Dakwah
c. Mengadakan Pengajian Lapanan Rutin
d. Mengadakan Khitanan Masal
e. Mengadakan kajian-kajian khusus tentang Ramadhan, Syawal, Qurban dan Aqidah.
5. Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah
a. Mengadakan Silaturahmi dengan TK/SD/SLB/SMP/SMK amal usaha Muhammadiyah
b. Mengadakan pengajian bagi tenaga kependidikan amal usaha Muhammadiyah
c. Mengadakan pendampingan akreditasi TK/SD/SLB/SMP/SMK amal usaha Muhammadiyah
d. Pengisian jabatan kepala SD/SLB/SMP/SMK Muhammadiyah
6. Bidang Ekonomi dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Bersama-sama dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah penyuluhan pertanian dan Panen
Raya padi Muhammadiyah.
b. Bersama-sama dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat PP Muhammadiyah penyuluhan peternakan kambing
dan atau sapi (baru direncanakan)
c. Mengutus kader untuk mengikuti diklat Managemen Pertanian dan Peternakan
d. Mendirikan koperasi yang khusus dikelola oleh wanita (dalam hal ini Aisyiyah)
7. Bidang Pendidikan Kader
Bekerja sama dengan SMP/SMK Muhammadiyah mengadakan kaderisasi terutama penyampaian pengenalan
organisasi Muhammadiyah dan ideologi Muhammadiyah saat penerimaan siswa baru.
8. Bidang Waziz
a. Menyusun Data Base Tanah Wakaf Cabang Muhammadiyah Dekso
b. Pengurusan pensertifikatan tanah wakaf
F. KEUANGAN
Laporan keuangan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Dekso terpisah dari Laporan ini.

Banjarharjo, 10 April 2011


Ketua PCM Dekso Sekretaris PCM Dekso

Drs. H. Rinto Subronto


NBM. 280 317 Sugiyanta, S.Ag, M.Pd
NBM 103 7534
Anggaran Rumah Tangga Nasyiatul Aisyiyah
BAB I
TEMPAT KEDUDUKAN PIMPINAN PUSAT
Pasal 1
Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah berkedudukan di tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yaitu
Yogyakarta dan berkantor pusat di Yogyakarta dan Jakarta. Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah berkedudukan di
tempat kedudukan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yaitu Yogyakarta dan berkantor pusat di Yogyakarta dan
Jakarta.
Bagian Pertama
Pengertian Anggota
Pasal 2
Anggota organisasi terdiri dari :
Anggota organisasi adalah putri Islam warga negara Indonesia yang telah berusia sekurang kurangnya 17 40 tahun,
menyetujui tujuan organisasi serta bersedia mendukung dan melaksanakan usaha organisasi.Anggota Tunas
organisasi adalah putri Islam warga negara Indonesia yang berusia kurang dari 17 tahun, menyetujui tujuan
organisasi serta bersedia mendukung pelaksanaan usaha usaha organisasi. Anggota Kehormatan organisasi adalah
putri Islam yang menyetujui tujuan organisasi dan karena keahliannya bersedia mendukung palaksanaan usaha
usaha organisasi.
Bagian Kedua
Syarat Anggota
Pasal 3
Permohonan menjadi anggota diajukan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat melalui Pimpinan Cabang atau
Pimpinan Daerah Pimpinan Pusat menerbitkan Kartu Tanda Anggota Nasyiatul Aisyiyah kepada calon anggota
yang telah disetujui melalui Pimpinan Cabang atau Pimpinan Daerah.

Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban Anggota
Pasal 4
Anggota Organisasi Berhak menyatakan pendapat, memilih dan dipilih.

Kewajiban anggota organisasi:


 Setia kepada organisasi
 Taat kepada keputusan keputusan dan peraturan peraturan organisasi.
 Sanggup menjaga nama baik organisasi serta menjadi teladan yang baik
 Melaksanakan dan mendukung program kegiatan organisasi.
 Membayar uang pangkal yang jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dan uang iuran yang
jumlahnya ditetapkan oleh Pimpinan Ranting.
Anggota Tunas dan Anggota Kehormatan Berhak menyatakan pendapat
Berkewajiban:
 Setia kepada organisasi
 Taat kepada keputusan keputusan dan peraturan peraturan organisasi.
 Sanggup menjaga nama baik organisasi serta menjadi teladan yang baik,
 Melaksanakan dan mendukung program kegiatan organisasi.
Bagian Keempat
Perangkapan
Pasal 5
Perangkapan keanggotaan dengari suatu organisasi massa yang sama amal, usahanya dan atau organisasi yang
berafiliasi dengan organisasi politik, hanya dapat dibenarkan setelah mendapat persetujuan Pimpinan Nasyiatul
Aisyiyah pada tingkatnya.
Bagian Kelima
Pemberhentian Anggota
Pasal 6

Jenis Pemberhentian
1. Pemberhentian Sementara
 Dilakukan oleh Pimpinan Wilayah atas usul Pimpinan Organisasi untuk waktu paling lama enam bulan.
Keputusan tersebut segera disampaikan kepada yang bersangkutan dan dilaporkan kepada Pimpinan Pusat.
 Pemberhentian sementara dapat diperpanjang paling lama enam bulan atas persetujuan Pimpinan Pusat
dengan Surat Keputusan.
 Anggota yang diberhentikan sementara dapat naik banding kepada Pimpinan Pusat.
2. Pemberhentian Tetap
 Dilakukan oleh Pimpinan Pusat atas usul Pimpinan Wilayah berdasarkan keputusan musyawarah
pimpinan.
 Selama menunggu keputusan Pimpinan Pusat, anggota tersebut dalarn keadaan diberhentikan
sementara.
 Keputusan pemberhentian keanggotaan disampaikan segera kepada yang bersangkutan.
 Anggota yang diberhentikan dengan tetap dapat naik banding kepada Muktamar atau Tanwir.

Pasal 7
Alasan Pemberhentian
1. Meninggal dunia
2. Atas permintaan sendiri
3. Keputusan Organisasi yang disebabkan oleh:
 Melanggar norma norma agama Islam
 MelanggarAnggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi
 Melanggar peraturan lain organisasi
Pasal 8
Pemberitahuan Pemberhentian
Keputusan pemberhentian sementara, pencabutan pemberhentian sementara, dan pemberhenti an tetap
keanggotaan diumumkan dalam Berita Resmi Organisasi.
BAB III
ANGGOTA PIMPINAN
Bagian Pertama
Pengertian Anggota Pimpinan
Pasal 9
Anggota Pimpinan adalah Anggota Organisasi yang dipilih olah Musyawarah untuk memimpin organisasi pada
tingkatnya.
Bagian Kedua
Hak dan Kewajiban Anggota Pimpinan
Pasal 10
1. Anggota Pimpinan berhak memperoleh jabatan sebagai Pimpinan
2. Kewajiban Pimpinan
 Menjalankan kepemimpinan Organisasi pada periode kepemimpinannya
 Mempertanggungjawabkan pelaksanaan pro¬gram kegiatan pada akhir masa jabatannya.

Bagian Ketiga
Pemberhentian Pimpinan
Pasal 11
1. Anggota pimpinan berhenti karena:
 Meninggal dunia
 Permintaan sendiri
 Keputusan Organisasi
2. Pemberhentian anggota Pimpinan dilakukan oleh Pimpinan Nasyiatul Aisyiyah pada tingkatnya dengan
peniberitahuan kepada Pimpinan di atasnya.
Bagian Keempat
Perangkapan Jabatan Pimpinan
Pasal 12
Perangkapan jabatan Pimpinan dengan suatu organisasi massa yang sama amal usahanya dan atau organisasi
yang berafiliasi dengan organisasi politik, hanya dapat dibenarkan setelah mendapat izin dari Pimpinan
Muhammadiyah setingkat dan mendapatkan persetujuan dari Pimpinan Nasyiatul Aisyiyah.
BAB IV
SUSUNAN DAN PENDIRIAN ORGANISASI
Bagian Pertama
RANTING
Pasal 13
Pengertian Ranting
Ranting adalah organisasi tingkat paling bawah di suatu tempat atau lingkungan yang merupakan tempat atau
pusat pembinaan anggota.
Pasal 14
Syarat Pendirian
Memenuhi sekurang kurangnya 7 (tujuh) orang anggota di suatu tempat.
Telah dapat menyelenggarakan kegiatan organisasi secara rutin misalnya: penyelenggaraan pengajian, kursus
kursus dan lain lain yang tidak menyimpang dari program organisasi. Memiliki susunan kepemimpinan dan
program kerja organisasi selama satu periode.
Pasal 15
Pengesahan Ranting
Permohonan pengesahan berdirinya Ranting diajukan secara tertulis kepada Pimpinan Wilayah melalui Pimpinan
Cabang setempat dengan tembusan kepada Pimpinan Pusat dan Pimpinan Daerah. Ranting disahkan berdirinya
dengan Surat Keputusan Pimpinan Wilayah atas pelimpahan wewenang dari Pimpinan Pusat.

Bagian Kedua
CABANG
Pasal 16
Pengertian Cabang
Cabang adalah organisasi setinglcat di atas Ranting di suatu tempat yang merupakan tempat pembinaan dan
koordinasi Ranting, pusat kegiatan dan penyelenggaraan amal usaha.
Pasal 17
Syarat Pendirian Cabang

1. Memenuhi sekurang kurangnya 3 Ranting.


2. Dapat melaksanakan kegiatan secara rutin yang sejalan dengan program Nasyiatul
Aisyiyah.Memiliki susunan kepemimpinan dan program kerja organisasi selama satu periode.
3. Pendirian suatu Cabang yang merupakan pemekaran Cabang yang telah ada, dilakukan
dengan persetujuan Cabang yang bersangkutan atau atas dasar keputusan Musyawarah Cabang yang
bersangkutan.
Pasal 18
Pengesahan Cabang

Permintaan pengesahan berdirinya Cabang diajukan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat atas usul
musyawarah antar Ranting dengan tembusan kepada Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah. Cabang disahkan
berdirinya oleh Pimpinan Pusat dengan Surat Keputusan.
Bagian Ketiga
DAERAH
Pasal 19
Pengertian Daerah
Daerah adalah organisasi setingkat di atas Cabang di kabupaten atau yang setingkat, merupakan pusat
pembinaan dan koordinasi Cabang, pusat kegiatan dan data organisasi.

Pasal 20
Syarat Pendirian Daerah
1. Memenuhi sekurang kurangnya 3 Cabang.
2. Dapat melaksanakan kegiatan yang sejalan dengan program NasyiatulAisyiyah dengan
melibatkan Cabang dalarn Daerahnya.
3. Memiliki susunan Kepemimpinan dan Program kerja organisasi selama satu periode.
Pendirian suatu Daerah yang merupakan pemekaran dan Daerah yang telah ada, dilakukan dengan persetujuan
Pimpinan Daerah atau atas dasar keputusan Musyawarah Daerah.

Pasal 21
Pengesahan Daerah
Permohonan pengesahan berdirinya daerah diajukan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat atas usul
Musyawarah antar Cabang dengan tembusan kepada Pirnpinan Wilayah. Daerah disahkan berdirinya oleh
Pimpinan Pusat dengan surat keputusan.
Bagian Keempat
WILAYAH
Pasal 22
Pengertian Wilayah
Wilayah adalah organisasi setingkat di atas daerah di suatu Propinsi, merupakan pusat pembinaan dan
koordinasi daerah.
Pasal 23
Syarat Pendirian Wilayah
1. Memenuhi sekurang kurangnya 3 Daerah
2. Dapat mengkoordinasikan Daerah dalam kepemimpinan dan pelaksanaan program Pimpinan
Daerah dalam Wilayahnya.
3. Memiliki susunan Kepemimpinan dan Program Kegiatan selama satu periode.
4. Pendirian suatu Wilayah yang merupakan pemekaran Daerah yang telah ada, dilakukan
dengan persetujuan Pimpinan Wilayah atau atas dasar Keputusan Musyawarah Wilayah
Pasal 24
Pengesahan Wilayah
Permintaan berdirinya Wilayah diajukan secara tertulis kepada Pimpinan Pusat atas usul Musyawarah antar
Daerah. Wilayah disahkan berdirinva oleh Pimpinan Pusat dengan surat ketetapan
BAB V
PIMPINAN ORGANISASI
Bagian Pertama
PIMPINAN PUSAT
Pasal 25
Pengertian Pimpinan Pusat
Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi yang berkedudukan di tingkat pusat sebagai penentu
kebijakan tertinggi organisasi dan penyusun konsep pengembangan organisasi.
Pasal 26
Tugas dan Kewajiban Pimpinan Pusat
Menentukan kebijaksanaan organisasi berdasarkan Keputusan Muktamar dan Tanwir.
Mentanfidzkan Keputusan Muktamar dan Kepu¬tusan Tanwir.
Memimpin, mengorganisir, dan melaksanakan pro¬gram organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya Pimpinan Pusat:
Membuat pedoman tata kerja yang mengatur pembagian tugas dan wewenang antar anggota Pimpinan Pusat
Menetapkan Pimpinan Harian yang terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara.
Apabila diperlukan Pimpinan Pusat dapat mengangkat pelaksana harian sebagai tenaga eksekutif.
Pasal 27
Ketentuan Anggota Pimpinan Pusat
1. Anggota Pimpinan Pusat atau sekurang-kurangnya pelaksana harian berdomisili di tempat
kedudukan Pimpinan Pusat.
2. Ketua Umum Pimpinan Pusat yang tidak dapat menjalankan tugas karena berhalangan tetap,
oleh Pimpinan Pusat diusulkan calon penggantinya kepada Tanwir. Selama menunggu ketetapan
Tanwir, Ketua Pimpinan Pusat dijabat oleh salah seorang Ketua atas Keputusan Pimpinan Pusat
3. Anggota Pimpinan Pusat yang tidak dapat menjalankan tugas karena diusulkan calon
penggantinya pada Rapat Pleno.
4. Keputusan Pimpinan Pusat berkaitan dengan penggantian Anggota Pimpinan diberhentikan
kepada pimpinan Wilayah.
Pasal 28
Tugas dan Kewajiban Pimpinan Wilayah
1. Menentukan kebijaksanaan organisasi dalam Wilayahnya berdasarkan kebijaksanaan
Pimpinan Pusat dan keputusan Pimpinan Wilayah.
2. Mentanfidzkan Keputusan Pimpinan Wilayah.
3. Memimpin dan melaksanakan program organisasi.
4. Mengkoordinasikan kegiatan kegiatan Daerah di Wilayahnya.
5. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Wilayah:
 Menetapkan Pililpinan Harian yang terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara.
 Apabila diperlukan Pimpinan Wilayah dapat mengangkat pelaksanaharian sebagai tenaga eksekutif.
Pasal 29
Ketentuan Anggota Pimpinan Wilayah
1. Anggota Pimpinan Wilayah atau sekurang-kurangnya pelaksana harian, berdomisili di tempat
kedudukan Pimpinan Wilayah.
2. Ketua Pimpinan Wilayah yang tidak dapat melaksanakan tugasnya karena berhalangan tetap,
oleh Pimpinan Wilayah diusulkan calon penggantinya kepada Musyawarah Wilayah. Selama
menunggu ketetapan Musyawarah Wilayah, Ketua Pimpinan Wilayah dijabat oleh seorang Wakil
Ketua atas keputusan Pimpinan Wilayah.
3. Anggota Pimpinan Wilayah yang tidak dapat menjalankan tugas karena berhalangan tetap,
oleh Pimpinan Wilayah diusulkan calon penggantinya pada Rapat Pleno.
4. Keputusan Pimpinan Wilayah berkaitan dengan penggantian anggota pimpinan diberitahukan
kepada Pimpinan Daerah.
Bagian Ketiga
PIMPINAN DAERAH
Pasal 30

Tugas dan Kewajiban Pimpinan Daerah


1. Menentukan kebijaksanaan organisasi dalam Daerahnya berdasarkan kebijaksanaan Pimpinan
diatasnya (Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah) dan Keputusan Musyawarah Daerah
2. Mentanfidzkan Keputusan Musyawarah Daerah.
3. Memimpin dan melaksanakan program organisasi.
4. Mengkoordinasikan kegiatan kegiatan Cabang di Wilayahnya.
5. Untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, Pimpinan Daerah:
 Menetapkan Pimpinan Harian yang terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara.
 Apabila diperlukan Pimpinan Daerah dapat mengangkat pelaksanaharian sebagai tenaga eksekutif.
Pasal 31
Ketentuan Anggota Pimpinan Daerah
1. Anggota Pirnpinan Daerah atau sekurang kurangnya pelaksana harian, berdomisili di tempat
kedudukan Pimpinan Daerah.
2. Ketua Pimpinan Daerah yang tidak dapat melaksanakan tugasnya karena berhalangan tetap,
oleh Pimpinan Daerah diusulkan calon penggantinya kepada Musyawarah Daerah. Selama menunggu
ketetapan Musyawarah Daerah, Ketua Pimpinan Daerah dijabat oleh seorang Wakil Ketua atas
Keputusan Pimpinan Daerah.
3. Anggota Pimpinan Daerah yang tidak dapat menjalankan tugas karena berhalangan tetap, oleh
Pimpinan Daerah diusulkan calon penggantinya pada Rapat Pleno.
4. Keputusan Pimpinan Daerah berkaitan dengan penggantian Anggota Pimpinan diberitahukan
kepada Pimpinan Cabang.
Bagian Keempat
PIMPINAN CABANG
Pasal 32
Tugas dan Kewajiban Pimpinan Cabang
1. Menentukan kebijaksanaan organisasi dalam Cabangnya berdasarkan kebijaksanaan Pimpinan
diatasnya (Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah) dan keputusan Musyawarah
Cabang.
2. Mentanfidzkan Keputusan Musyawarah Cabang.
3. Memimpin dan melaksanakan program organisasi.
4. Membimbing dan meningkatkan kegiatan kegiatan Ranting dalam Cabangnya.
5. Untuk melaksanakan tugas dan kewajIbannya, Pimpinan Cabangmembentuk Pimpinan
Harian.
Pasal 33
Ketentuan Anggota Pimpinan Cabang
1. Ketua Pimpinan Cabang yang tidak dapat menjalankan tugasnya karena berhalangan tetap,
oleh Pimpinan Cabang diusulkan calon penggantinya kepada Musyawarah Cabang. Selama menunggu
ketetapan Musyawarah Cabang, Ketua Pimpinan Cabang dijabat oleh salah seorang Wakil Ketua atas
Keputusan Pimpinan Cabang.
2. Anggota Pimpinan Cabang yang tidak dapat menjalankan tugas karena berhalangan tetap, oleh
Pimpinan Cabang diusulkan calon penggantinya pada Rapat Pleno.
3. Keputusan Pimpinan Cabang berkaitan dengan penggantian Anggota Pimpinan diberitahukan
kepada Pimpinan Ranting
Bagian Kelima
PIMPINAN RANTING
Pasal 34
Tugas dan Kewajiban Pimpinan Ranting
1. Menentukan kebijaksanaan organisasi dalam dalam Rantingnya berdasar kebijakan pimpinan
diatasnya dan keputusan Musyawarah Ranting.
2. Mentanfidzkan keputusan Musyawarah Ranting.
3. Memimpin dan melaksanaan program organisasi.
4. Membimbing anggota anggotanya dalam amalan kemasyarakatan dan hidup beragama,
meningkatkan kesadaran berorganisasi clan beragama serta menyalurkan aktifitasnya dalam organisasi
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
5. Untuk menjalankan tugas dan kewajibannya Pimpinan Ranting:
 Menyusun struktur kepemimpinan sesuai kebu¬tuhan
 Pimpinan Ranting tidak terikat dengan Nomor Baku Muhammadiyah dan

Kartu Tanda Anggota Nasyiatul Aisyiyah.


BAB VI
MASA JABATAN
Pasal 35
Masa jabatan Pimpinan Wilayah dan Pimpinan Daerah sesuai dengan masa jabatan Pimpinan Pusat selama 4
tahun.
Masa jabatan Pimpinan Cabang dan Ranting selama 2 tahun.

BAB VII
PERGANTIAN DAN PEMILIHAN PIMPINAN
Bagian Pertama
PERGANTIAN PIMPINAN
Pasal 36
Pergantian pimpinan dilakukan pada akhir peroide masa jabatan dalam tingkat masing masing melalui
musyawarah. Serah terima jabatan dari pimpinan lama kepada pimpinan terpilih dilaksanakan pada akhir
musyawarah.
Hal hal yang berkaitan dengan administrasi dan permasalahan organisasi yang menjadi tangung jawab pimpinan
lama diselesaikan selambat-lambatnya 1 bulan.
Dalam pergantian pimpinan memperhatikan transformasi kader antar ortom maupun antar jenjang dalam
organisasi.
Bagian Kedua
PEMILIHAN PIMPINAN
Pasal 37
Syarat-syarat Calon Pimpinan
1. Telah menjadi anggota organisasi sekurang kurangnya satu tahun.Menjalankan ibadah/
mengamalkan ajaran ajaran Islam.
2. Setia kepada asas, tujuan dan perjuangan organisasi.
3. Berdedikasi dan loyal terhadap organisasi.
4. Mampu dan cakap menjalankan tugas.
5. Dapat menjadi teladan yang baik dalam organisasi dan masyarakat.
6. Berpengalaman dalam organisasi.
7. Tidak merangkap Pimpinan organisasi politik dan organisasi lain yang sama amal usahanya.
Pasal 38
Panitia Pemilihan

Untuk memilih pimpinan dibentuk Panitia Pemilihan


Panitia Pemilihan Pimpinan Pusat ditetapkan oleh Tanwir atas usul Pimpinan Pusat.
Panitia Pemilihan Pimpinan Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting ditetapkan oleh Musyawarah masing masing
tingkatan atas usul Pimpinan organisasi yang bersangkutan.
Panitia pemilihan diangkat untuk satu kali pemilihan.
Panitia Pemilihan sebagai bagian dari Panitia Pengarah Musyawarah.
Pasal 39
Ketentuan Pemilihan
Pemilihan dapat dilakukan secara langsung atau dengan formatur atas keputusan Musyawarah masing masing.

Pemilihan langsung maksudnya:


9 (sembilan) orang yang terpilih otomatis menjadi anggota pimpinan.
Ketua dipilih dari antara sembilan orang yang terpilih sebagai pimpinan.

Pemilihan dengan formatur maksudnya:


9 (sembilan) orang terpilih hanya berfungsi sebagai tim formatur.
9 (sembilan) terpilih dapat menjadi anggota pimpinan atas keputusan Sidang Formatur.
Ketua dipilih dari antara sembilan Anggota Formatur.
BAB VII
PEMBANTU PIMPINAN
Bagian Pertama
DEPARTEMAN
Pasal 40
Pengertian Departemen
Departemen adalah unsur pembantu pimpinan yang bertugas merencanakan dan melaksanakan program
organisasi.
Pasal 41
Pembentukan Departemen
Departemen dibentuk oleh Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan Pimpinan Cabang.
Pimpinan Ranting dalarn melaksanakan kegiatan dapat membentuk seksi seksi.
Pasal 42
Ketentuan Departemen
Penentuan jenis Departemen yang akan dibentuk dilakukan oleh Pimpinan Pusat dengan surat keputusan.
Bilamana diperlukan Departemen dapat membentuk Badan sebagai pembantu pelaksana program Departemen.
LEMBAGA KHUSUS
Pasal 43
Lembaga Khusus yang dimaksud adalah Lembaga Khusus Pengembangan Organisasi
Lembaga Khusus ini sebagai unsur pembantu Pimpinan Pusat yang berkedudukan di Pimpinan Pusat Nasyiatul
Aisyiyah.
Lembaga Khusus berwenang merevisi, menyem¬purnakan dan menyusun konsep untuk pengem¬bangan
organisasi maupun mengevaluasi jalannya organisasi.
Bagian Ketiga
LEMBAGA/ BIRO
Pasal 44
Lembaga/ Biro adalah Unsur Pembantu Pimpinan yang bertugas merencanakan dan melaksanakan program
organisasi sesuai dengan bidangnya.
Lembaga/ Biro ada di tingkat Pimpinan Pusat dan Pimpinan Wilayah.
Bilamana diperlukan Pimpinan Daerah dapat membentuk Lembaga/ Biro atas persetujuan Pimpinan Wilayah.
Lembaga/ Biro beranggung jawab kepada Pimpinan Organisasi.
Bagian Keempat
BADAN
Pasal 45
Badan adalah unsur Pembantu Pimpinan yang bertugas membantu pelaksanaan tugas operasional Departemen.
Badan dapat berbentuk amal usaha.
Badan dibentuk oleh Departemen.
Badan bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas operasional Departemen sesuai dengan bidangnya masing
masing.
Badan bertanggung jawab kepada Departemen.
BAB IX
PERMUSYAWARATAN

Bagian Pertama
MUKTAMAR
Pasal 46
Ketentuan Muktamar
1. Muktamar diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.
2. Pimpinan Pusat bertanggung jawab atas penyelenggaraan Muktamar.
3. Ketentuan tentang pelaksanaan dan tata tertib Muktamar diatur oleh Pimpinan Pusat.
4. Isi dan susunan acara Muktamar ditetapkan oleh Pimpinan Pusat dengan mernpertimbangkan
usulan Tanwir.
5. Undangan Muktarnar dikirim 3 bulan sebelumnya kepada peserta Muktamar.
6. Setelah Muktamar selesai, Pimpinan Pusat segera melaporkan dan meminta pengesahan
keputusan Muktamar kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Pasal 47
Agenda Muktamar
1. Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Pusat.
 Kebijaksanaan Pimpinan Pusat.
 Pelaksanaan Keputusan Muktamar dan Tanwir.
 Permasalahan dan evaluasi.
 Keuangan.
 Data Organisasi.
2. Pemilihan Pimpinan Pusat dan penetapan ketua Pimpinan Pusat.
3. Penyusunan dan penetapan program kerja.
4. Rekomendasi.
5. Membahas persoalan-persoalan yang memerlukan kebijakan organisasi.
Pasal 48
Peserta Muktamar

1. Peserta Muktamar terdiri atas :


 Anggota Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Wilayah, serta tiga anggota Pimpinan Wilayah yang sudah disahkan
oleh Pimpinan Pusat.
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Daerah atau penggantinya yang telahdisahkan oleh Pimpinan Wilayah.
 Wakil wakil Daerah yang diambil dari Cabang berdasar atas pertimbangan jumlah Cabang dalam tiap
tiap Daerah. Ketentuan pertimbangan jumlah ditetapkan oleh Pimpinan Pusat.
2. Peninjau yang diundang Pimpinan Pusat.
Pasal 49
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Seluruh peserta Muktamar mempunyai hak bicara.
2. Peserta yang berhak suara adalah peserta Muktamar sebagaimana bunyi pasal 48 ayat 1
masing masing satu suara.
Pasal 50
Keputusan Muktamar
1. Muktamar dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta yang telah diundang secara sah oleh
Pimpinan Pusat.
2. Keputusan Muktarnar ditanfidzkan selambat lambatnya tiga bulan setelah Muktamar
berlangsung.
3. Tanfidz Keputusan Muktamar menjadi tanggung jawab Pimpinan Pusat terpilih.
4. Keputusan Muktamar mulai berlaku setelah disahkan oleh Muktamar dan tetap berlaku sampai
diubah atau dibatalkan oleh Muktamar berikutnya.
Bagian Kedua
TANWIR
Pasal 51
Ketentuan Tanwir

Tanwir diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat.


Tanwir diselenggarakan sekurang kurangnya tiga kali dalam satu periode.
Materi, agenda dan pelaksanaan Tanwir menjadi tanggung jawab Pimpinan Pusat.
Undangan dan agenda Tanwir dikirim 2 bulan sebelumnya kepada peserta
Tanwir.
Pasal 52
Agenda Tanwir
Laporan Pimpinan Pusat.
Menyelesaikan masalah masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya Muktamar.
Membicarakan masalah masalah yang akan diajukan dalam Muktarnar.
Lain lain yang dipandang perlu.
Pasal 53
Peserta Tanwir
Anggota Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah
Ketua, sekretaris dan satu anggota Pimpinan Wilayah.
Wakil wakil Wilayah yang diambil dari Daerah nya.
Peninjau yang diundang oleh Pimpinan Pusat.

Pasal 54
Hak Bicara dan Hak Suara
Seluruh peserta Tanwir berhak bicara
Peserta yang berhak suara adalah peserta Tanwir sebagaimana bunyi pasal 53 ayat 1 masing masing
Pasal 55
Keputusan Tanwir
Tanwir dinyatakan sah jika dihadiri oleh peserta yang telah diundang oleh Pimpinan Pusat.
Keputusan Tanwir berlaku setelah dinyatakan sah oleh Tanwir.
Bagian Ketiga
MUSYAWARAH WILAYAH
Pasal 56
Ketentuan Musyawarah Wilayah

Musyawarah Wilayah diadakan oleh Pimpinan Wilayah.


Pimpinan Wilayah bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah Wilayah.
Ketentuan tentang pelaksanaan dan tata tertib Musyawarah Wilayah diatur oleh Pimpinan Wilayah.
Isi dan susunan acara Musyawarah Wilayah ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
Undangan Musyawarah Wilayah dikirim 2 bulan sebelumnya kepada peserta Musywil.

Pasal 57
Agenda Musyawarah Wilayah
Laporan Pertanggungjawaban Pimpinan Wilayah meliputi:
 Kebijaksanaan Pimpinan Wilayah
 Pelaksanaan Keputusan Musyawarah Wilayah
 Permasalahan dan evaluasi
 Keuangan
 Data Organisasi
 Pemilihan Pimpinan Wilayah dan penetapan Ketua Pimpinan Wilayah
 Penyusunan dan penetapan program kerja.
 Rekomendasi.
 Membahas masalah masalah yang dianggap perlu.

Pasal 58
Peserta Musyawarah Wilayah

Musyawarah Wilayah dihadiri oleh:


1. Peserta Musyawarah Wilayah terdiri atas:
 Anggota Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Daerah, serta dua orang anggota
 Pimpinan Daerah yang sudah disahkan oleh Pimpinan Wilayah.
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Cabang atau penggantinya yang telah disahkan oleh Pimpinan Daerah.
 Wakil wakil Cabang yang diambil dari Ranting berdasar ataspertimbangan jumlah Ranting dalam tiap
tiap cabang. Ketentuanpertimbangan jumlah ditetapkan oleh Pimpinan Wilayah.
2. Peninjau yang diundang Pimpinan Wilayah.

Pasal 59
Hak Bicara dan Hak Suara

1. Seluruh peserta Musyawarah Wilayah mempunyai hak bicara


2. Peserta yang berhak suara adalah peserta Musyawarah Wilayah sebagainiana bunyi pasal 58
ayat 1 masing masing satu suara.
Pasal 60
Keputusan Musyawarah Wilayah
1. Musyawarah Wilayah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta yang telah diundang secara
sah oleh Pimpinan Wilayah.
2. Keputusan Musyawarah Wilayah ditanfidzkan selambat larnbatnya dua bulan setelah
Musyawarah Wilayah berlangsung.
3. Tanfidz keputusan Musyawarah Wilayah menjadi tanggung jawab Pimpinan Wilayah terpilih.
4. Keputusan Musyawarah wilayah mulai berlaku setelah disahkan olehMusyawarah Wilayah
dan tetap berlaku sampai diubah atau dibatalkan oleh Musyawarah Wilayah berikutnya.
5. Setelah Musyawarah Wilayah selesai, selambat-lambatnya 2 bulan setelah Muswil, Pimpinan
Wilayah segera melaporkan dan meminta pengesahan keputusan Musyawarah Wilayah kepada
Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah.
Bagian Keempat
MUSYAWARAH KERJA WILAYAH
Pasal 61
Ketentuan Muskerwil
1. Musyawarah Kerja Wilayah (Muskerwil) diseleng¬garakan oleh Pimpinan Wilayah.
2. Muskerwil diselenggarakan sekurang kurangnya dua kali dalam satu periode.
3. Materi, agenda dan pelaksanaan Muskerwil menja¬di tanggung jawab Pimpinan Wilayah.
Pasal 62
Agenda Muskerwil
1. Laporan Pimpinan Wilayah.
2. Menyelesaikan masalah masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampal
berlangsungnya Musyawarah Wilayah.
3. Membicarakan masalah rnasalah yang akan diajukan dalam MusyawarahWilayah.
4. Lain lain yang dipandang perlu.
Pasal 63
Peserta Muskerwil
Muskerwil dihadiri oleh:
1. Peserta Muskerwil
 Anggota Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua, sekretaris dan satu anggota Pimpinan Daerah.
 Wakil wakil Daerah yang diambil dari Cabangnya.
2. Peninjau yang diundang oleh Pimpinan Wilayah.

Pasal 64
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Seluruh peserta Muskerwil berhak bicara.
2. Peserta yang berhak suara suara adalah peserta Muskerwil sebagaimana bunyi pasal 63 ayat 1
masing masing satu suara.

Pasal 65
Keputusan Muskerwil
1. Muskerwil dinyatakan sah jika dihadiri oleh peserta yang telah diundang oleh Pimpinan
Wilayah.
2. Keputusan Muskerwil berlaku setelah dinyatakan sah oleh Muskerwil.
Bagian Kelima
MUSYAWRAH DAERAH
Pasal 66
Ketentuan Musyawarah Daerah
Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah.
Pimpinan Daerah bertanggung jawab atas penye¬lenggaraan Musyawarah Daerah.
Ketentuan tentang pelaksanaan dan tata tertib Mu¬syawarah Daerah diatur oleh Pimpinan Daerah.
Isi dan susunan acara Musyawarah Daerah ditetap¬kan oleh Pimpinan Daerah.
Undangan Musyawarah Daerah dikirim 1 bulan se¬belumnya kepada peserta

Musyawarah Daerah.
Setelah Musyawarah Daerah selesai, Pimpinan Dae¬rah segera melaporkan

dan meminta pengesahan keputusan Musyawarah Daerah kepada Pimpinan

Wilayah Nasyiatul Aisyiyah.

Pasal 67
Agenda Musyawarah Daerah

Laporan pertanggungjawaban Pimpinan Daerah meliputi:


 Kebijaksanaan Pimpinan Daerah
 Pelaksanaan Keputusan Musyawarah Daerah
 Permasalahan dan evaluasi
 Keuangan
 Data Organisasi
 Pemilihan Pimpinan Daerah dan penetapan ketua Pimpinan Daerah
 Penyusunan dan penetapan program kerja.
 Rekomendasi.
 Membahas persolan persoalan yang memerlukan kebijakan organisasi.

Pasal 68
Peserta Musyawarah Daerah
Peserta Musyawarah Daerah terdiri atas :
 Anggota Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Cabang, serta ketua Departemen atau penggantinya yang sudah
disahkan oleh Pimpinan Daerah.
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Ranting atau penggantinya, yang telah disahkan oleh Pimpinan Cabang.
 Peninjau yang diundang Pimpinan Daerah.
Pasal 69
Hak Bicara dan Hak Suara

Seluruh peserta Musyawarah Daerah mempunyai hak bicara.


Peserta yang berhak suara adalah peserta Musyawarah Daerah sebagaimana bunyi pasal 68 ayat 1 masing
masing satu suara.
Pasal 70
Keputusan Musyawarah Daerah

Musyawarah Daerah dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta yang telah diundang secara sah oleh Pimpinan
Daerah.
Keputusan Musyawarah Daerah ditanfidzkan selambat lambatnya satu bulan setelah Musyawarah Daerah
berlangsung.
Tanfidz keputusan Musyawarah Daerah menjadi tanggung jawab Pimpinan Daerah terpilih.
Keputusan Musyawarah Daerah mulai berlaku setelah disahkan oleh Musyawarah Daerah dan tetap berlaku
sampai diubah atau dibatalkan oleh Musyawarah Daerah berikutnya.

Bagian Keenam
MUSYAWARAH KERJA DAERAH
Pasal 71
Ketentuan Muskerda

Musyawarah Kerja Daerah (Muskerda) diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah.


Muskerda diselenggarakan sekurang-kurangnya dua kali dalam satu periode.
Materi, agenda dan pelaksanaan Muskerda menjadi tanggung jawab Pimpinan Daerah.
Pasal 72
Agenda Muskerda
 Laporan Pimpinan Daerah.
 Menyelesaikan masalah masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai berlangsungnya
Muswawarah Daerah.
 Membicarakan masalah masalah yang akan diajukan dalam Musyawarah Daerah.
 Lain lain yang dipandang perlu.
Pasal 73
Peserta Muskerda
 Peserta Muskerda
 Anggota Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua, sekretaris dan satu anggota Pimpinan Cabang atau penggantinya.
 Wakil wakil Cabang yang diambil dari Rantingnya.
 Peninjau yang diundang oleh Pimpinan Daerah.
Pasal 74
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Seluruh peserta Muskerda berhak bicara.
2. Peserta yang berhak suara adalah peserta Muskerda sebagaimana bunyi pasal 73 ayat 1 masing
masing satu suara.
Pasal 75
Keputusan Muskerda
1. Muskerda dinyatakan sah jika diliadiri oleh peserta yang telah diundang oleh Pimpinan
Daerah.
2. Keputusan Muskerda berlaku setelah dinyatakan sah oleh Muskerda.

Bagian Tujuh
MUSYAWARAH CABANG
Pasal 76
Ketentuan Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang diadakan oleh Pimpinan Cabang.
2. Pimpinan Cabang bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah Cabang.
3. Ketentuan tentang pelaksanaan dan tata tertib Musyawarah Cabang diatur oleh Pimpinan
Cabang.
4. Isi dan susunan acara Musyawarah Cabang ditetapkan oleh Pimpinan Cabang.
5. Undangan Musyawarah Cabang dikirim 15 hari sebelurrinya kepadapeserta Musyawarah
Cabang.
6. Setelah Musyawarah Cabang selesai, Pimpinan Cabang segera melaporkan dan meminta
pengesahan keputusan Musyawarah Cabang kepada Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah.
Pasal 77
Agenda Musyawarah Cabang
1. Laporan Pimpinan Cabang meliputi:
 Kebijaksanaan Pirnpinan Cabang
 Pelaksanaan Keputusan Musyawarah Cabang
 Permasalahan dan evaluasi
 Keuangan
 Data Organisasi
2. Pemilihan Pimpinan Cabang dan penetapan ketua Pimpinan Cabang.
3. Penyusunan dan penetapan program kerja.
4. Rekomendasi
5. Membahas persoalan persoalan yang memerlukan kebijakan organisasi.
Pasal 78
Peserta Musyawarah Cabang
Musyawarah Cabang dihadiri oleh:
1. Peserta Musyawarah Cabang terdiri atas
 Anggota Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua dan Sekretaris Pimpinan Ranting, serta ketua seksi atau penggantinya yang sudah disahkan oleh
Pimpinan Cabang.
2. Peninjau yang diundang Pimpinan Cabang.

Pasal 79
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Seluruh peserta Musyawarah Cabang mempunyai hak bicara
2. Peserta yang berhak suara adalah peserta Musyawarah Cabang sebagaimana bunyi pasal 78
ayat 1 masing-masing satu suara
Pasal 80
Keputusan Musyawarah Cabang
1. Musyawarah Cabang dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta yang telah diundang secara
sah oleh Pimpinan Cabang
2. Keputusan Musyawarah Cabang ditanfidzkan selambat-lambatnya satu bulan setelah
Musyawarah Cabang berlangsung.
3. Tanfidz keputusan Musyawarah Cabang menjadi tanggung jawab Pimpinan Cabang
4. Keputusan Musyawarah Cabang mulai berlaku setelah disahkan oleh Musyawarah Cabang
dan tetap berlaku sampai diubah atau dibatalkan oleh Musyawarah Cabang berikutnya.
Bagian Kedelapan
MUSYAWARAH KERJA CABANG
Pasal 81
Ketentuan Muskercab
1. Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang.
2. Muskercab diselenggarakan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu periode
3. Materi, agenda, dan pelaksanaan Muskercab menjadi tanggung jawab

Pimpinan Cabang
Pasal 82
Agenda Muskercab
1. Laporan Pimpinan Cabang
2. Menyelesaikan masalah masalah mendesak yang tidak dapat ditangguhkan sampai
berlangsungnya Muswawarah Cabang.
3. Membicarakan masalah masalah yang akan diajukan dalam Musyawarah Cabang.
4. Lain lain yang dipandang perlu.
Pasa 83
Peserta Muskercab
Muskercab dihadiri oleh:
1. Peserta Muskercab
 Anggota Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah
 Ketua, sekretaris dan dua anggota Pimpinan Ranting.
2. Peninjau yang diundang oleh Pimpinan Cabang.

Pasal 84
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Seluruh peserta Muskercab berhak bicara.
2. Peserta yang berhak suara adalah peserta Muskercab sebagaimana bunyi pasal 83 ayat 1
masing-masing satu suara.
Pasal 85
Ketentuan Muskercab
1. Muskercab dinyatakan sah jika dihadiri oleh peserta yang telah diundang oleh Pimpinan
Cabang.
2. Keputusan Muskercab berlaku setelah dinyatakan sah oleh Muskercab.

Bagian Kesembilan
MUSYAWARAH RANTING
Pasal 86
Ketentuan Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Ranting diadakan oleh Pimpinan Ranting.
2. Pimpinan Ranting bertanggung jawab atas penyelenggaraan Musyawarah Ranting.
3. Ketentuan tentang pelaksanaan dan tata tertib, Musyawarah Ranting diatur oleh Pimpinan
Ranting.
4. Isi dan susunan acara Musyawarah Ranting ditetapkan oleh PimpinanRanting.
5. Setelah Musyawarah Ranting selesai, Pimpinan Ranting segera melaporkan dan meminta
pengesahan keputusan Musyawarah Ranting kepada Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah.
Pasal 87
Agenda Musyawarah Ranting
1. Laporan Pimpinan Ranting meliputi:
 Kebijaksanaan Pimpinan Ranting
 Pelaksanaan Keputusan Musyawarah Ranting
 Permasalahan dan evaluasi
 Keuangan
 Data Anggota
2. Pemilihan Pimpinan Ranting dan penetapan ketua Pimpinan Ranting
3. Penyusunan dan penetapan program kerja.
4. Membahas persoalan persoalan yang memerlukan kebijakan Organisasi.
Pasal 88
Peserta Musyawarah Ranting
1. Anggota Pimpinan Ranting Nasyiatul Aisyiyah
2. Anggota Ranting Nasyiatul Aisyiyah
Pasal 89
Hak Bicara dan Hak Suara
1. Seluruh peserta Musyawarah Ranting mempunyai hak bicara.
2. Peserta yang berhak suara adalah peserta Musyawarah Ranting sebagalmana bunyi pasal 88
masing-masing satu suara.

Pasal 90
Keputusan Musyawarah Ranting
1. Musyawarah Ranting dinyatakan sah apabila dihadiri oleh peserta yang telah diundang secara
sah oleh Pimpinan Ranting
2. Keputusan Musyawarah Ranting mulai berlaku setelah disahkan oleh Musyawarah Ranting.
Bagian Kesepuluh
RAPAT KERJA PIMPINAN
Pasal 91
Ketentuan Rapat Kerja Pimpinan
1. Rapat Kerja Pimpinan diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat, PimpinanWilayah, Pimpinan
Daerah, dan Pimpinan Cabang.
2. Rapat Kerja Pimpinan diikuti oleh semua anggota pimpinan pada masing masing tingkat.
3. Keputusan/ hasil Rapat Kerja Pimpinan disahkan dalam Rapat KerjaPimpinan dan berlaku
sejak disahkan.
Pasal 92
Agenda Rapat Kerja Pimpinan
1. Membicarakan segala sesuatu yang menyangkut jalannya kepemimpinan.
2. Membahas operasionalisasi kegiatan masing masing Departemen dalam tingkatnya, meliputi:
 Agenda pelaksanaan kegiatan.
 Jadual pelaksanaan
 Rencana Anggaran pendapatan dan belanja.
 Penanggung jawab pelaksana kegiatan.

Bagian Kesebelas
KEPUTUSAN MUSYAWARAH
Pasal 93
1. Keputusan Musyawarah diambil dengan suara bulat.
2. Apabila dilakukan dengan pemungutan suara keputusan diambil dengan suara terbanyak.
3. Pemungutan suara atas seseorang atau masalah yang penting dapat dilakukan secara terbuka
atau tertutup.
4. Apabila dalam pemungutan suara terdapat jumlah suara yang sama, pemungutan suara dapat
diulangi dengan memberi kesempatan kepada masingmasing pihak untuk menambah penjelasan.
5. Apabila hasil pengulangan pemungutan suara sama atau tidak memenuhi syarat diadakan
musyawarah mufakat terhadap permasalahan tersebut.
Bagian Keduabelas
KETENTUAN PERMUSYAWARATAN
Pasal 94
Untuk melaksanakan permusyawaratan tertinggi pada semua tingkat pimpinan dibentuk:
1. Panitia Pengarah
2. Panitia Pelaksana/ Penyelenggara
Pasal 95
Panitia Pengarah
1. Panitia pengarah permusyawaratan dibentuk oleh pimpinan melalui Tanwir dan atau
Musyawarah Kerja pada tingkat masing masing.
2. Panitia pengarah pennusyawaratan bertanggung jawab kepada pimpinan yang
menyelenggarakan musyawarah pada masing masing tingkat.
3. Panitia pengarah bertugas merencanakan, mempersiapkan konsep konsep permusyawaratan
dan memimpin jalannya permusyawaratan.
4. Panitia pengarah bertanggung jawab atas tertib dan suksesnya penyelenggaraan
permusyawaratan.
Pasal 96
Panitia Pelaksana/ Penyelenggara
1. Panitia penyelenggara dibentuk oleh pimpinan yang terpilih sebagaituan rumah
permusyawaratan.
2. Panitia penyelenggara bertugas merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan teknis
permusyawaratan.
3. Panitia penyelenggara bertanggungjawab kepada pimpinan yang membentuk.
4. Panitia penyelenggara bertanggung jawab atas suksesnya penyelenggaraan permusyawaratan
secara teknis.

BAB IX
LAPORAN
Pasal 97
1. Pimpinan organisasi masing masing tingkat berkewajiban membuat laporan:
 Laporan pertanggungjawaban adalah laporan yang disampalkan oleh pimpinan pada akhir masa
kepernimpinan.
 Laporan tengah periode adalah laporan yang disampaikan pada Tanwir dan atau Musyawarah Kerja
masing masing tingkat.
2. Peserta musyawarah berhak memberikan tanggapan terhadap laporan yang disampaikan.

BAB X
KEUANGAN
Bagian Pertama
Biaya Organisasi
Pasal 98
1. Biaya organisasi diperoleh dari:
 Seluruh anggota Nasyiatul Aisyiyah yang berada di Ranting, Cabang, Daerah, Wilayah maupun Pusat,
yang ditetapkan oleh Tanwir.
 Sumbangan Wajib Organisasi yang ditetapkan oleh Tanwir.
2. Keperluan Nasyiatul Aisyiyah pada masing masing tingkat ditanggung oleh Pimpinan masing
masing tingkat yang ditetapkan dalam keputusan musyawarah.
Bagian Kedua
Sumber Keuangan
Pasal 99
Intern Organisasi
1. Pimpinan Pusat dari Sumbangan Wajib Organisasi Pimpinan Wilayah tiap bulan yang
jumlahnya ditetapkan oleh Tanwir.
2. Pimpinan Wilayah dari Sumbangan Wajib Organisasi Pimpinan Daerah tiap bulan yang
jumlahnya ditetapkan oleh Musyawarah Wilayah.
3. Pimpinan Daerah dari Sumbangan Wajib Organisasi Pimpinan Cabang tiap bulan yang
jumlahnya ditetapkan oleh Musyawarah Daerah.
4. Pimpinan Cabang dari Sumbangan Wajib Organisasi Pimpinan Ranting tiap bulan yang
jumlahnya ditetapkan oleh Musyawarah Cabang.
5. Pimpinan Ranting dari iuran anggota yang jumlahnya ditetapkan oleh Musyawarah Ranting.

Pasal 100
Ekstern Organisasi

Pimpinan pada masing masing tingkat dapat mencari donatur perorangan maupun instansi.
1. Pimpinan pada masing masing tingkat dapat membuat kegiatan atau amal usaha yang
menghasilkan dana.
2. Bantuan insidental dari Persyarikatan ataupun instansi lain.
Bagian Ketiga
Pertanggungjawaban Keuangan
Pasal 101
1. Setiap menyusun lapran pimpinan harus menyertakan surat laporan keuangan dan hak milik
organisasi .
2. Laporan keuangan disusun berdasarkan perhitungan tahun anggaran dimulai 1 Januari
berakhir 31 Desember
3. Musyawarah memerika pertanggungjawaban keuangan organisasi dengan membentuk Panitia
Pemeriksa Keuangan (Tim Verifikasi) yang dilakukan sebelum Musyawarah berlangsung.
BAB XI
KETENTUAN SURAT MENYURAT
Pasal 102
1. Surat menyurat resmi menggunakan tanggal dan tahun Qomariyah atau Hijriyah serta tanggal
dan tahun Syamsiyah atau Miladiyah
2. Surat menyurat resmi organisasi ditanda tangani oleh Ketua/ Wakil Ketua bersama Sekretaris/
Wakil Sekretaris. Masalah keuangan ditandatangani oleh Ketua/ Wakil Ketua bersama Bendahara/
Wakil Bendahara.
3. Surat menyurat resmi organisasi yang berkaitan dengan programkegiatan Departemen
ditandatangani oleh Ketua bersama Sekretaris Departemen, dengan diketahui oleh Ketua yang
membidangi atau salah satu Ketua.
4. Surat-surat yang bersifat rutin dengan ditandatangani oleh Ketua

KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Pasal 103
1. Anggaran Rumah Tangga ini telah disahkan oleh Sidang Tanwir I Nasyiatul Aisyiyah.
2. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga akan ditetapkan oleh Pimpinan
Pusat.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Anggaran Rumah Tangga ini mulai berlaku sejak disahkan oleh Pimpinan Pusat dalam Tanwir I Nasyiatul
Aisyiyah pada tanggal 25 Rabiul Akhir 1422 H bertepatan tanggal 7 Juli 2001 M. di Yogyakarta.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Anggaran Dasar 'Aisyiyah
Lampiran I

ANGGARAN DASAR ‘AISYIYAH

BAB I NAMA, PENDIRIAN DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1 Nama

Organisasi ini bernama ‘Aisyiyah

Pasal 2 Pendirian

‘Aisyiyah didirikan oleh K.H.A. Dahlan pada tanggal 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917
di Yogyakarta, untuk waktu yang tidak terbatas

Pasal 3 Tempat Kedudukan

‘Aisyiyah berkedudukan di Yogyakarta

BAB II IDENTITAS, STATUS, DAN LAMBANG

Pasal 4 Identitas

‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar
makruf nahi munkar dan tajdid, yang berasas Islam serta bersumber kepada Alqur’an dan As-Sunah

Pasal 5 Status

(1) ‘Aisyiyah adalah Organisasi Otonom Khusus Persyarikatan Muhammadiyah


(2) Organisasi Otonom khusus adalah organisasi otonom yang seluruh
anggotanya anggota Muhammadiyah dan diberi wewenang menyelenggarakan
amal usaha yang ditetapkan oleh Pimpinan Muhammadiyah dalam koordinasi
Unsur Pembantu pimpinan yang membidangi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang amal usaha tersebut

Pasal 6 Lambang

Lambang ‘Aisyiyah adalah matahari bersinar dua belas di tengah bertuliskan ‘Aisyiyah yang dilingkari kalimat
Asyhadu an lã ilãha illa Allãh wa asyhadu anna Muhammadan Rasul Allãh dengan huruf arab.

BAB III TUJUAN DAN USAHA

Pasal 7 Tujuan

Tegaknya agama Islam sehingga terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya

Pasal 8 Usaha

(1). Usaha untuk mencapai tujuan tersebut, ‘Aisyiyah melakukan dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid
di segala bidang kehidupan
(2). Usaha‘Aisyiyah diwujudkan dalam program, pelaksanaanya dalam bentuk amal Usaha dan kegiatan
(3). Penentu Kebijakan dan Penanggung jawab program, amal usaha dan kegiatan adalah Pimpinan ‘Aisyiyah

BAB IV KEANGGOTAAN

Pasal 9 Anggota

Anggota ‘Aisyiyah adalah anggota Muhammadiyah perempuan


BAB V SUSUNAN , PENDIRIAN, DAN PENETAPAN ORGANISASI

Pasal 10 Susunan Organisasi

(1) Susunan organisasi ‘Aisyiyah terdiri dari : Ranting, Cabang, Daerah,


Wilayah, Pusat
(2) Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan
(3) Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat
(4) Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten
(5) Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi
(6) Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara

Pasal 11 Pendirian dan Penetapan Organisasi

(1) Pendirian Wilayah dan Daerah dengan ketentuan luas lingkungannya


ditetapkan oleh Pimpinan Pusat
(2) Pendirian Cabang dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah.
(3) Pendirian Ranting dengan ketentuan luas lingkungannya ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah.
(4) Dalam hal-hal luar biasa, Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain.

BAB VI PIMPINAN

Pasal 12
Struktur Pimpinan

Struktur Pimpinan Organisasi terdiri atas:


1. Pimpinan Pusat
2. Pimpinan Wilayah
3. Pimpinan Daerah
4. Pimpinan Cabang
5. Pimpinan Ranting

Pasal 13
Pimpinan Pusat

(1) Pimpinan Pusat adalah pimpinan tertinggi organisasi yang memimpin


Organisasi secara keseluruhan
(2) Pimpinan Pusat bertanggung jawab kepada Muktamar
(3) Jumlah anggota Pimpinan Pusat sekurang-kurangnya 13 (tiga belas) orang
yang dipilih dan ditetapkan oleh Muktamar untuk satu masa Jabatan
(4) Ketua Umum Pimpinan Pusat ditetapkan dalam Muktamar dari dan atas
usul anggota Pimpinan Pusat terpilih
(5) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Tanwir.

Pasal 14 Pimpinan Wilayah

(1) Pimpinan Wilayah adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam wilayahnya.


(2) Pimpinan Wilayah bertugas memimpin Organisasi di dalam wilayahnya dan
melaksanakan kebijakan Pimpinan Pusat.
(3) Pimpinan Wilayah bertang-gungjawab kepada Musyawarah Wilayah
(4) Jumlah Anggota Pimpinan Wilayah sekurang-kurangnya 11 (sebelas) orang
yang dipilih dalam Musyawarah Wilayah dan sebanyaknya-banyaknya
dibawah jumlah pimpinan diatasnya yang terpilih, serta ditetapkan
oleh Pimpinan Pusat untuk satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Wilayah ditetapkan dalam Musyawarah Wilayah dari
antara dan atas usul anggota Pimpinan Wilayah terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Wilayah dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Wilayah

Pasal 15 Pimpinan Daerah

(1) Pimpinan Daerah adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam daerahnya.


(2) Pimpinan Daerah bertugas memimpin Organisasi di dalam daerahnya dan
melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya.
(3) Pimpinan Daerah bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah
(4) Jumlah Anggota Pimpinan Daerah sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang
yang dipilih dalam Musyawarah Daerah, dan sebanyaknya-banyaknya
dibawah jumlah pimpinan diatasnya yang terpilih, serta ditetapkan oleh
Pimpinan Wilayah untuk satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Daerah ditetapkan dalam Musyawarah Daerah dari
antara dan atas usul anggota Pimpinan Daerah terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Daerah dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Daerah.

Pasal 16 Pimpinan Cabang

(1) Pimpinan Cabang adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam cabangnya.


(2) Pimpinan Cabang bertugas memimpin Organisasi di dalam Cabangnya dan
melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya..
(3) Pimpinan Cabang bertanggungjawab kepada Musyawarah Cabang
(4) Jumlah Anggota Pimpinan Cabang sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang
yang dipilih dalam Musyawarah Cabang, dan sebanyak-banyaknya dibawah
jumlah pimpinan diatasnya, serta ditetapkan oleh Pimpinan Daerah untuk
satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Cabang ditetapkan dalam dalam Musyawarah Cabang dari
antara dan atas usul anggota Pimpinan Cabang terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Cabang dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Cabang

Pasal 17 Pimpinan Ranting

(1) Pimpinan Ranting adalah Pimpinan Organisasi tertinggi dalam rantingnya.


(2) Pimpinan Ranting bertugas memimpin Organisasi di dalam rantingnya dan
melaksanakan kebijakan Pimpinan di atasnya.
(3) Pimpinan Ranting bertanggungjawab kepada Musyawarah Ranting
(4) Jumlah Anggota PimpinanRanting sekurang-kurang 5 (lima) orang yang
dipilih dalam Musyawarah Ranting, dan sebanyaknya-banyaknya dibawah
jumlah pimpinan diatasnya yang terpilih, serta ditetapkan oleh
Pimpinan Daerah untuk satu masa jabatan
(5) Ketua Pimpinan Ranting ditetapkan dalam Musyawarah Ranting dari
antara dan atas usul anggota Pimpinan Ranting terpilih
(6) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Ranting dapat mengusulkan tambahan
anggotanya kepada Musyawarah Pimpinan Ranting

Pasal 18 Pemilihan Anggota Pimpinan

(1) Calon Anggota Pimpinan adalah anggota ‘Aisyiyah


(2) Pemilihan pimpinan dapat dilakukan secara langsung atau dengan sistem
formatur
Pasal 19 Badan Pembantu Pimpinan
(1) Badan Pembantu Pimpinan terdiri dari Majelis dan Lembaga
(2) Majelis adalah Badan Pembantu Pimpinan yang menjalankan sebagian tugas
pokok Organisasi
(3) Lembaga adalah Badan Pembantu Pimpinan yang menjalankan tugas pendukung
Organisasi
.
Pasal 20 Masa Jabatan Pimpinan dan Badan Pembantu Pimpinan

(1) Masa jabatan Pimpinan Organisasi dan Badan Pembantu Pimpinan disemua
tingkat 5 (lima) tahun
(2) Jabatan Ketua Umum Pimpinan Pusat, Ketua Pimpinan Wilayah, Ketua
Pimpinan Daerah, masing-masing dapat dijabat oleh orang yang sama dua (2) kali masa jabatan berturut-turut
(3) Serah-terima jabatan Pimpinan Pusat dilakukan, pada saat Muktamar telah
menetapkan Pimpinan Pusat baru. Sedang serah-terima jabatan Pimpinan
Wilayah Pimpinan Daerah, Ketua Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Ranting
dilakukan setelah disahkan oleh Pimpinan di atasnya.

Pasal 21 Ketentuan Luar Biasa

Dalam hal-hal luar biasa yang terjadi, berkenaan dengan ketentuan pada pasal 13 sampai dengan pasal 20,
Pimpinan Pusat dapat mengambil ketetapan lain

Pasal 22
Penasehat

(1) Pimpinan Organisasi dan Badan Pembantu Pimpinan dapat mengangkat penasehat
(2) Penasehat tidak termasuk dalam struktur pimpinan

BAB VII
PERMUSYAWARATAN DAN RAPAT

Pasal 23
Macam Pemusyawaratan dan Rapat

(1) Permusyawaratan terdiri atas :


a. Muktamar
b. Tanwir
c. Musyawarah
1) Musyawarah Wilayah
2) Musyawarah Daerah
3) Musyawarah Cabang
4) Musyawarah Ranting
d. Musyawarah Pimpinan
1) Musyawarah Pimpinan Wilayah
2) Musyawarah Pimpinan Daerah
3) Musyawarah Pimpinan Cabang
4) Musyawarah Pimpinan Ranting
(2) Rapat terdiri atas :
a. Rapat Pimpinan
1) Rapat Pimpinan tingkat Pusat
2) Rapat Pimpinan tingkat Wilayah
3) Rapat Pimpinan tingkat Daerah
b. Rapat Kerja
1) Rapat Kerja Pimpinan
2) Rapat Kerja Majelis
Pasal 24
Muktamar

(1) Muktamar adalah permusyawaratan tertinggi dalam Organisasi yang diselenggarakan oleh dan atas tanggung
jawab Pimpinan Pusat
(2) Muktamar dihadiri oleh
a. Anggota
1) Anggota Pimpinan Pusat
2) Wakil Pimpinan Wilayah
3) Wakil Pimpinan Daerah
4) Wakil Daerah yang diambil dari Cabang
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Muktamar diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali.
(4) Apabila dipandang perlu, Pimpinan Pusat atas keputusan Tanwir dapat mengadakan Muktamar Luar Biasa.

Pasal 25
Muktamar Luar Biasa

(1) Muktamar Luar Biasa adalah Muktamar ang diselenggarakan karena adanya persoalan yang mendesak dan
penyelesaiannya tidak dapat menunggu Muktamar, sedangkan Tanwir tidak berwewenang memutuskan
(2) Muktamar Luar Basa diadakan oleh Pimpinan Pusat atas keputusan Tanwir

Pasal 26
Tanwir

(1) Tanwir adalah permusyawaratan Organisasi di bawah Muktamar, diselenggarakan oleh dan atas tanggung
jawab Pimpinan Pusat
(2) Tanwir dihadiri oleh :
a. Anggota
1). Anggota Pimpinan Pusat
2). Wakil Pimpinan Wilayah
3). Wakil Wilayah yang diambil dari Daerah
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Tanwir diselenggarakan 3 (tiga) kali dalam satu periode.

Pasal 27
Musyawarah Wilayah

(1) Musyawarah Wilayah adalah permusyawaratan tertinggi dalam ‘Aisyiyah di wilayah, diselenggarakan oleh
dan atas tanggung jawab Pimpinan Wilayah
(2) Musyawarah Wilayah dihadiri oleh :
a. Anggota
1). Anggota Pimpinan Wilayah
2). Wakil Pimpinan Daerah
3). Wakil Pimpinan Cabang
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Musyawarah Wilayah diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 28
Musyawarah Daerah

(1) Musyawarah Daerah adalah permusyawaratan tertinggi dalam ‘Aisyiyah di daerah, diselenggarakan oleh dan
atas tanggung jawab Pimpinan Daerah
(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
a. Anggota
1). Anggota Pimpinan Daerah
2). Wakil Pimpinan Cabang
3). Wakil Pimpinan Ranting
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Musyawarah Daerah diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 29
Musyawarah Cabang

(1) Musyawarah Cabang adalah permusyawaratan tertinggi dalam Organisasi di Cabang, diselenggarakan oleh
dan atas tanggung jawab Pimpinan Cabang
(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
a. Anggota
1). Anggota Pimpinan Cabang
2). Wakil Pimpinan Ranting
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Musyawarah Cabang diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 30
Musyawarah Ranting

(1) Musyawarah Ranting adalah permusyawaratan tertinggi dalam ‘Aisyiyah di Ranting , diselenggarakan oleh
dan atas tanggung jawab Pimpinan Ranting
(2) Musyawarah Daerah dihadiri oleh :
a. Anggota
1). Anggota Pimpinan Ranting
2). Anggota organisasi dalam Ranting
b. Peserta
c. Peninjau
(3) Musyawarah Ranting diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 31
Musyawarah Pimpinan

(1) Musyawarah Pimpinan ialah permusyawaratan dalam Organisasi pada tingkat Wilayah sampai dengan
Ranting yang berkedudukan di bawah Musyawarah pada masing-masing tingkat.
(2) Musyawarah Pimpinan membicarakan tentang evaluasi pelaksanaan program dan penentuan kebijakan
berikutnya
(3) Musyawarah Pimpinan diselenggarakan oleh dan atas tanggungjawab Pimpinan Organisasi masing-masing
tingkat.

Pasal 32
Rapat Pimpinan

(1) Rapat Pimpinan ialah rapat dalam Organisasi di tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, diselenggarakan oleh dan
atas tanggungjawab Pimpinan Organisasi.
(2) Rapat Pimpinan membicarakan hal-hal mendesak yang menyangkut kebijakan Organisasi dan tidak dapat
ditangguhkan sampai berlangsungnya Musyawarah Pimpinan

Pasal 33
Rapat Kerja Pimpinan

1. Rapat Kerja Pimpinan adalah rapat Organisasi yang membicarakan masalah teknis operasional pelaksanaan
program Organisasi.
2. Rapat Kerja Pimpinan diadakan di semua tingkat

Pasal 34
Rapat Kerja Majelis

(1) Rapat Kerja Majelis adalah rapat kerja yang diadakan oleh Majelis untuk membicarakan amal usaha,
program dan kegiatan
(2) Rapat Kerja Majelis diadakan apabila dipandang perlu.
(3) Rapat Kerja Majelis diadakan di tingkat Pusat, Wilayah, dan Daerah,

Pasal 35
Sahnya Permusyawaratan

(1) Permusyawaratan dinyatakan sah apabila dihadiri oleh dua pertiga anggotanya yang telah diundang secara
sah oleh penyelenggara
(2) Jika dalam permusyawaratan yang hadir kurang dari dua pertiga, sah atau tidaknya permusyawaratan
ditentukan oleh kebijakan (Pimpinan) Organisasi

Pasal 36
Keputusan Permusyawaratan

(1) Pengambilan keputusan Musyawarah diusahakan dengan cara mufakat.


(2) Apabila tidak dapat dilakukan secara mufakat, pengambilan keputusan dilakukan dengan penmungutan
suara, yakni suara terbanyak mutlak

Pasal 37
Tanfidz

(1) Tanfidz adalah pernyataan berlakunya keputusan Musyawarah


(2) Keputusan Muktamar, Tanwir, Musyawarah, Musyawarah Pimpinan, Rapat Pimpinan, dan Rapat Kerja
Pimpinan (ditanfidzkan) oleh masing-masing tingkat Pimpinan Organisasi, sedangkan keputusan Raker Majelis
ditanfidzkan oleh masing-masing Majelis

BAB VIII
KEKAYAAN

Pasal 38
Macam Kekayaan

Kekayaan terdiri atas :


1. Uang dan Surat Berharga
2. Inventaris
Pasal 39
Sumber Keuangan

Sumber keuangan Organisasi diperoleh dari :


1. Uang Pangkal, Iuran, dan Bantuan
2. Dana Wajib Organisasi (DWO)
3. Hasil Hak Milik Organisasi
4. Zakat, Infaq, Shadaqah, Wasiat, Wakaf, dan Hibah
5. Usaha-usaha Organisasi
6. Sumber-sumber lain yang mendukung dan dapat dipertanggungjawabkan

Pasal 40
Inventaris

(1) Inventaris Organisasi berupa barang bergerak dan tidak bergerak milik Organisasi
(2) Inventaris Organisasi diperoleh dari wakaf, hibah dan peralihan hak

BAB IX
MONITORING DAN EVALUASI

Pasal 41
Monitoring Dan Evaluasi

(1) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program, kegiatan, dan penyelenggaraan amal usaha, serta
pengelolaan kekayaan Organisasi dilakukan oleh Pimpinan diatasnya pada semua tingkat secara periodik
dan/atau insidental.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan organisasi akan diberikan sanksi

BAB X
LAPORAN

Pasal 42
Laporan

(1) Laporan pertanggungjawaban Organisasi, keuangan serta kekayaan, disampaikan kepada Musyawarah
masing-masing tingkat Organisasi dan pimpinan setingkat diatasnya. Untuk Pimpinan Pusat disampaikan dalam
Muktamar
(2) Laporan Perkembangan Organisasi disampaikan kepada Musyawarah Pimpinan masing-masing tingkat
Organisasi dan pimpinan setingkat diatasnya. untuk Pimpinan Pusat disampaikan dalam Tanwir

BAB XI
PEMBUBARAN

Pasal 43
Pembubaran

(1) Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh Muhammadiyah apabila melakukan penyimpangan
terhadap prinsip, garis dan kebjakan Persyarikatan ditetapkan dalam Tanwir Muhammadiyah
(2) Sebelum Tanwir Muhammadiyah, ‘Aisyiyah mengadakan Muktamar Luar biasa yang diselenggarakan
khusus untuk pembahasan pembubaran organisasi
(3) Hasil Keputusan disampaikan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk ditindaklanjuti
(4) Sesudah pembubaran segala kekayaan Organisasi diserahkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah

BAB XII
PERUBAHAN

Pasal 44
Perubahan

(1) Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Muktamar.


(2) Rencana Perubahan Anggaran Dasar diusulkan oleh Pimpinan Pusat dan harus sudah tercantum dalam acara
Muktamar.
(3) Perubahan Anggaran Dasar dinyatakan sah apabila diputuskan dengan suara sekurang-kurangnya dua pertiga
jumlah anggota Muktamar yang hadir untuk membicarakan acara tersebut.

BAB XIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 45
Anggaran Rumah Tangga
(1) Anggaran Rumah Tangga menjelaskan dan mengatur hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar
(2) Anggaran Rumah Tangga dibuat oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah berdasarkan Anggaran Dasar

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 46
Penutup

(1) Anggaran Dasar ini telah disahkan dan ditetapkan oleh Muktamar ke-46 yang berlagsung pada tanggal 20 –
25 Rojab 1431 H bertepatan dengan tanggal 3 – 8 Juli 2010 di Yogyakarta dan mulai berlaku sejak di
tanfidzkan
(2) Setelah Anggaran Dasar ini ditetapkan, Anggaran Dasar sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi

Contoh Tata tertib Raker Organisasi

BAB I
Ketentuan Umum
Pasal 1
Rapat Kerja Organisasi Santri Al- Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon, Tegal Cabe Cilegon Banten
Indonesia, yang selanjutnya dalam tata tertib ini di sebut RAKER.
BAB II
TUGAS DAN KEWENANGAN
Pasal 2
1. Mengefaluasi dan mengesahkan Rapat Kerja Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-
Furqon masa khidmat 2011-2012
2. Menetapkan program kerja Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon, dalam rangka
penjabaran dan pelaksanaan program kerja Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon.
BAB III
PESERTA DAN PENINJAU
Pasal 3
1. Rapat Kerja Organisasi Santri Al- Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon 2012 dihadiri oleh peserta
dan peninjau.
2. Peserta Rapat Kerja Organisasi Santri Al- Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon adalah Santri
Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon.
3. Peninjau Rapat Kerja Organisasi Santri Al- Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon 2012 adalah Asatidz
dan ustadah yang mengajar di Pesantren Modern Al-Furqon.
BAB IV
HAK PESERTA DAN PENINJAU
Pasal 4
1. Peserta Rapat Kerja Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon
memiliki hak suara dan hak bicara.
2. Peninjau hanya memiliki hak bicara.
3. Penggunaan hak suara oleh peserta melalui pimpinan delegasi.
4. Peserta dan peninjau dapat mengajukan pertanyaan, usul, saran dan pendapat secara lisan
maupun tulisan.
5. Peserta dan peninjau mempunyai kesempatan dan kebebasan untuk menyampaikan pertanyaan,
usul, saran dan pendapat yang membangun tanpa adanya tekanan dari pihak manapun yang
penggunaanya diatur oleh pimpinan sidang.

Pasal 5
Setiap peserta dan peninjau wajib mengikuti seluruh rangkaian acara RAKER dan sidang-sidang yang diadakan
dalam rangka itu.
Pasal 6
1. Pertanyaan, usul, saran dan pendapat yang diajukan harus disusun secara singkat, sistematis
dan jelas serta berdasarkan persetujuan presidium sidang
2. Apabila dipandang perlu presidium sidang dapat meluruskan, mengingatkan, dan menjelaskan
pertanyaan, usul saran dan pendapat tidak jelas/kurang dapat dimengerti.
3. Presidium sidang berhak memberikan kesimpulan atas pertanyaan, usul saran dan pendapat
yang dimaksud.
BAB V
ALAT-ALAT KELENGKAPAN
Pasal 7
Alat-alat kelengkapan Rapat Kerja adalah:
1. Panitia penyelenggara RAKER.
2. Presidium sidang.
3. Komisi-komisi RAKER.
4. Tim perumus hasil-hasil RAKER.

Pasal 8
1. Panitia penyelenggara RAKER adalah Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren
Modern Al-Furqon Kota Cilegon.
2. Panitia penyelenggara RAKER di tetapkan oleh Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF),
Pesantren Modern Al-Furqon melalui rapat pleno.
3. Panitia penyelenggara RAKER terdiri dari panitia pengarah pelaksana.
4. Penanggungjawab RAKER adalah Organisasi Santri Al-Furqon (OSAF), Pesantren Modern
Al-Furqon Kota Cilegon.

Pasal 9
1. Presidium sidang RAKER berjumlah 3 ( tiga) orang terdiri:
a. Pimpinan sidang.
b.Sekretaris sidang.
c. Anggota sidang.
2. Presidium sidang bertugas memimpin seluruh sidang-sidang pleno RAKER
3. Presidium sidang merupakan pemimipin kolektif, terdiri dari satu orang ketua.1 (satu) orang
setaris dan 1 (satu) orang anggota.
4. Presidium sidang bertanggungjawab atas ketertiban dan kelancaran jalannya sidang-sidang
pleno.
5. Presidium sidang berkewajiban:
a. Memimpin jalannya persidangan agar tetap dalam suasana kebersamaan yang
dipimpim oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan permufakatan.
b. Berusaha mempertemukan pertanyaan, usul, saran, dan pendapat serta menyimpulkan
pembicaraan, mendudukan persoalan serta meluruskan pembicaran sesuai dengan acara
persidang.
Pasal 10
1. Musyawarah membentuk komisi-komisi yang terdiri dari :
a. Komisi A : Membahas tentang Keamanan
b. Komisi B : Membahas tentang Ta’lim
c. Komisi C : Membahas tentang Bahasa
d. Komisi D : Membahas tentang Sosial
e. Komisi E : Membahas tentang BPH
f. Pimpinan sidang komisi dipilih dari dan oleh anggota komisi
g. Jumlah anggota komisi diatur secara proporsional.

Pasal 11
1. Hasil-hasil Sidang Komisi yang dilaporkan akan mendapat penilaian dan pengesahan oleh Sidang Pleno
paripurna.
2. Hasil-hasil Sidang Komisi yang sudah disahkan oleh Sidang Pleno paripurna.
Pasal 12
Setiap peserta dan peninjau harus menjadi anggota salah satu komisi Rapat Kerja dan mengikuti jalannya sidang
komisi.

Pasal 13
1. Tim perumus hasil-hasil Rapat Kerja adalah satu tim yang dipilih dari dan oleh anggota komisi
yang bersangkutan atas persetujuan anggota sidang komisi tersebut.
2. Tim perumus sidang-sidang komisi bertugas merumuskan hasil-hasil persidangan komisi dan
menyampaikan hasilnya kepada sidang pleno.
3. Hasil rumusan Sidang Komisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hasil Rapat
Kerja.
BAB VI
TATA CARA PEMBICARA
Pasal 14
1. Demi kelancaran dan kertiban persidangan, tiap peserta sidang melalui seijin pimpinan sidang.
2. Setiap pembicara menyebutkan nama.
3. Pembicaran harus menujunjung tinggi nilai dan etika persidangan.
4. Apabilah pembicaraan melebihi batas waktu yang ditetapkan dan keluar dari substansi persidangan maka
pimpinan sidang mengingatkan dan meluruskan pembicara.
5. Pimpinan sidang berhak menolak interupsi/ usulan diluar peserta Rapat Kerja.
Pasal 15
Setiap peserta dan peninjau dapat menyampakan interupsi untuk:
1. Memintakan penjelasan tentang duduk perkara sebenarnya mengenai soal yang dibicarakan.
2. Mengajukan usulan secara prosedural mengenai soal yang sedang dibicarakan.
3. Memberikan penjelasan terhadap masalah yang dibicarakan.
4. mengajukan kebenaran terhadap materi pembicaraan diluar masalah yang sedang dibahas.

Pasal 16
1. Apabilah peserta dan peninjau melakukan perbuatan/ tidakan yang dapat menggangu
ketertiban sidang, Pimpinan sidang dapat memberikan peringatan/ menghentikan perbuatan atas
tindakan tersebut.
2. Apabilah peringatan pimpinan sidang tidak diindahkan, pimpinan sidang dapat
mengintruksikan agar peserta/peninjau yang bersangkutan untuk meninggalkan ruang sidang.

BAB VII
QUORUM DAN TATA CARA PENGAMBIL KEPUTUSAN

Pasal 17
1. Sidang-sidang Rapat Kerja dianggap sah apabila di hadiri oleh lebih dari ½(setengah) jumlah
utusan atau ½ n+1.
2. Dalam hal pemilihan tim perumus sidang pleno Rapat Kerja sekurang-kurangnya di hadiri oleh
2/3(dua pertiga) jumlah utusan.

Pasal 18
1. Setiap sidang pleno memerlukan quorum seperti tersebut pada pasal 17.
2. Apabila ketentuan pada ayat 1 (satu) dan 2 (dua) pasal ini tidak dapat terpenuhi, maka pelaksanaan sidang-
sidang dapat ditunda selama 2 (dua) kali dalam selang waktu paling lama 30(tiga puluh) menit.
3. Apabila setelah dua kali penundaan seperti hal dimaksud ayat dua pasal ini belum tercapai,maka sidang
dianggap memenuhi quorum dan dapat mengambil keputusan.
BAB VIII
Untuk setiap sidang dibuat risalah secara tertulis yang berisi :
1. Tempat dan acara sidang.
2. Hari, Tanggal, dan jam permulaan dan penutupan sidang
3. Presidium sidang.
4. Nama-nama utusan peserta dan peninjau yang hadir.
5. Juru bicara dan pendapat masing-masing.
6. Materi pembicaraan selama sidang.
7. Keputusan dan atau kesimpulan sidang.
8. keterangan lain yang dianggap perlu untuk dicatat.
BAB IX
PERATURAN PERALIHAN
Pasal 19
Tata tertib ini mengacu kepada ketentuan organisasi yang berlaku
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 20
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Tata tertib ini akan diputuskan oleh RAKER Organisasi Santri Al-
Furqon (OSAF), Pesantren Modern Al-Furqon Kota Cilegon tahun 2012, sejauh tidak bertentangan dengan
AD/ART.
Pasal 21
Tata tertib ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di :
Pada tanggal : Januari 2012
Jam :

RAPAT KERJA ORGANISASI SANTRI AL-FURQON (OSAF),


PESANTREN MODERN AL-FURQON
TEGAL CABE CILEGON BANTEN INDONESIA

Panitia Pelaksana

Anda mungkin juga menyukai