Jumlah unsur yang terdapat pada tabel sistem periodik sebanyak 118 unsur, tetapi
jumlah unsur yang terdapat di alam lebih dari 118 unsur. Hal ini disebabkan karena atom-
atom dapat bereaksi antara satu atom dengan atom yang lain membentuk substansi baru yang
disebut dengan senyawa. Bila dua atau lebih atom-atom berikatan dan membentuk ikatan
kimia menghasilkan senyawa yang unik yaitu memiliki sifat kimia dan sifat fisika yang
berbeda dari sifat asalnya ( sifat dari unsur-unsur sebelum bereaksi). Misalnya senyawa gula,
alkohol, NaCl, HCl dan sebagainya. Gula dan alkohol tersusun oleh unsur-unsur yang sama
yakni karbon (C), hidrogen (H) dan Oksigen (O), begitu juga dengan NaCl dan HCl dimana
unsur Na dan H sama-sama mengikat satu atom Cl, tetapi sifat kedua senyawa tersebut sangat
berbeda.
Unsur-unsur di alam biasanya ditemukan dalam keadan tidak stabil dan unsur-unsur
cenderung untuk membentuk senyawa yang lebih stabil. Hanya unsur-unsur golongan VIII A
(gas mulia) yang sukar bersenyawa, atau dengan kata lain unsur gas mulia terdapat di alam
dalam bentuk unsur bebas yang stabil. Unsur-unsur lain dalam bentuk senyawa, atom-
atomnya bergabung melalui suatu ikatan yang disebut ikatan kimia. Ikatan kimia adalah gaya
tarik kuat yang mengikat atom-atom bersama-sama dalam senyawa maupun unsur poliatom.
Sendiri Berteman
Kemiripan sifat unsur dalam suatu golongan terkait dengan konfigurasi elektronnya.
Fakta menunjukkan di alam, gas mulia (golongan VIII A) berada sebagai atom tunggal. Hal
ini berarti gas mulia sulit bereaksi dengan atom gas mulia atau unsur lainnya. Dikatakan gas
mulia bersifat stabil. Dasar pemikiran ini digunakan oleh G.N.Lewis dan W.Kossel di tahun
1916 untuk menjelaskan kecenderungan atom-atom unsur di alam untuk bergabung dengan
atom-atom unsur lainnya melalui ikatan kimia membentuk unsur atau senyawa. Menurut
mereka, atom unsur berikatan dengan atom unsur lainnya dalam upaya untuk mendapatkan
konfigurasi elektron yang stabil seperti yang dimiliki gas mulia. Berikut adalah konfigurasi
elektron gas mulia.
Sistem titik yang disusun oleh Lewis digunakan untuk menggambarkan elektron
valensi dari atom-atom yang terlibat dalam pembentukan ikatan kimia dan untuk meyakinkan
bahwa jumlah total elektron yang terlibat tidak mengalami perubahan. Lambang titik Lewis
terdiri dari lambang unsur dan titik-titik yang setiap titiknya menggambarkan setiap elektron
valensi dari atom-atom unsur. Lambang titik Lewis beberapa unsur dan gas mulia dapat
dilihat pada gambar berikut.
Pada penulisan lambang Lewis, penempatan titik-titik secara khusus tidaklah penting.
Contohnya penempatan titik-titik elektron untuk unsur N, yang terletak pada golongan VA
(memiliki elektron valensi 5) dapat dilihat seperti gambar berikut.
Ikatan ion adalah ikatan antara dua macam ion, ion positif (kation) dan ion negatif
(anion) oleh gaya elektrostatik. Adanya gaya elektrostatik menyebabkan kation dan anion
terikat dengan kuat dalam ikatan ion. Ikatan ion umumnya terbentuk antara atom unsur logam
dan nonlogam. Hal ini terkait dengan kecenderungan atom unsur logam untuk melepaskan
elektron membentuk ion positif, dan kecenderungan atom unsur nonlogam untuk menerima
elektron membentuk ion negatif. Contohnya ikatan ion yang terbentuk antara atom logam Na
dan atom nonlogam Cl pada senyawa NaCl (narium klorida).
Atom Na (Z=11) memiliki konfigurasi elektron (2 8 1). Gas mulia yang memiliki
konfigurasi elektron terdekat adalah [Ne] 2 8. Jadi, atom Na akan melepas 1 elektron
membentuk atom Na bermuatan +1, yang disebut ion Na+.
Na (2 8 1) → Na+ (2 8) + e –
Atom Cl (Z = 17) memiliki konfigurasi elektron (2 8 7). Gas mulia yang memiliki
konfigurasi elektron terdekat adalah Ar (2 8 8). Jadi, atom Cl akan menerima 1
elektron membentuk atom Cl bermuatan -1, yang disebut ionCl-.
Cl (2 8 7) + e –→ Cl- (2 8 8)
Dalam pembentukan ikatan ion, jumlah elektron yang dilepas harus sama dengan
jumlah elektron yang diterima. Pada contoh di atas, atom Na akan melepas 1 elektron
membentuk ion Na+. Elektron tersebut kemudian akan diterima oleh atom Cl sehingga
terbentuk ion Cl-. Adanya muatan Na+ dan Cl- yang berlawanan, menyebabkan timbulnya
suatu gaya tarik-menarik atau gaya elektrostatis yang kuat. Akibatnya, kedua ion tersebut
akan berikatan membentuk senyawa NaCl.
Pada ikatan ion diatas dijelaskan bahwa terbentuknya ion positif karena atom
melepaskan elektron dan ion negatif terbentuk karena atom telah menarik elektron. Namun,
pada kasus yang lain di alam ditemukan seperti H2, O2, HCl, H2O, dan lainnya yang
berbentuk molekul netral. Dalam molekul H2, kedua atom H menggunakan elektron yang
dimiliki secara bersama sehingga masing-masing atom H memiliki konfigurasi duplet seperti
helium. Sama halnya pada molekul HCl. Satu elektron pada atom H serta satu elektron pada
atom Cl digunakan bersama membentuk pasangan elektron sehingga atom H memiliki
konfigurasi duplet seperti He dan atom Cl memiliki konfigurasioktet.
Ikatan kovalen tunggal melibatkan penggunaan bersama 1 pasangan elektron oleh dua
atom yang berikatan. Contoh pada molekul H2O dan CF4
F + C F C F
F
ikatan kovalen tunggal
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan penggunaan bersama
2 atau lebih pasangan elektron ikatan oleh dua atom yangberikatan.
Cl
Cl Cl
N
O
C. Senyawa dengan oktet berkembang
Unsure-unsur dari periode 3 atau lebih dapat membentuk senyawa yang melampaui aturan
oktet ( lebih dari 8 elektron pada kulit terluar). Hal ini dapat terjadi karena kulit luarnya ( kulit M,
N danseterusnya) dapat mempunyai 18 elektron. Contohnya PCl5, dan SF6
Cl
Cl F
F F
P Cl S
F F
Cl
Cl F
PCl5 SF6
2. Kegagalan aturan oktet
Aturan oktet gagal meramalkan rumus kimia senyawa unsure transisi maupun
postransisi.Atom Sn mempunyai 4 elektron valensi, tetapi senyawanya banyak yang terbentuk
dengan melepas 2 elektron.Begitu juga dengan Bi yang mempunyai 5 elektron valensi, tetapi
senyawanya banhyak yang terbentuk dengan melepas 1 atau 3 elektron.Pada umumnya senyawa
unsure transisi maupun postransisi tidak memenuhi aturan oktet.
Ikatan Kovalen Koordinasi
Pada ikatan kovalen tunggal, rangkap dua dan rangkap tiga diatas, pasangan elektron
yang digunakan bersama berasal dari kedua atom yang berikatan seperti ikatan antara atom c
dengan atom H pada molekul CH4, satu elektron berasal dari atom C dan satu elektron lagi
berasal dari atom H. Namun, pada beberapa kasus, pasangan elektron yang digunakan bersama
oleh kedua atom hanya berasal dari salah satu atom saja. Sebagai contoh pada ion amonium
(NH4+). Ion amonium terbentuk dari reaksi antara molekul NH3 dengan ion H+.
Ikatan Kovalen
Koordinasi
Ikatan antara atom N dan ion H+ dalam ion NH4+ dapat terbentuk karena ion H+
mempunyai tempat kosong pada kulit elektronnya. Ion H+ dapat menampung 2 elektron untuk
menampung 2 elektron untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia (aturan duplet). Di sisi
lain, atom N mempunyai 1 pasangan elektron bebas. Atom N dapat bertindak sebagai donor
dengan menggunakan pasangan elektronnya bersama dengan ion H+.
Jadi, ikatan kovalen koordinat (biasanya juga disebut ikatan koordinat atau ikatan
kovalen koordinasi atau ikatan dativ) merupakan suatu ikatan kovalen yang pasangan
elektron ikatannya berasal dari sumbangan salah satu atom, sering dinyatakan secara khusus
dengan simbol panah yang berasal dari atom yang menyediakan pasangan elektron (atom
donor) menuju atom yang menerima pasangan elektron tersebut(akseptor).
Pada molekul CCl4, keempat ikatan antara atom C dengan atom Cl (memiliki
perbedaan keelektronegatifan sebesar 0,4) merupakan ikatan kovalen polar. Namun, atom C
yang merupakan atom pusat yang berada di tengah dan mengikat keempat atom Cl secara
sistematis menyebabkan tidak terjadi pemisahan muatan sehingga dipol tidak terbentuk. Jadi
walaupun ikatannya bersifat polar, molekulnya bersifat nonpolar.
Satu sifat yang dapat membantu kita dalam membedakan ikatan kovalen nonpolar
dengan ikatan kovalen polar adalah keelektronegatifan, yaitu kemampuan suatu atom untuk
menarik elektron dalam ikatan kimia. Berikut adalah gambar keelektronegatifan unsur dalam
sistem periodik.
Gambar 15. Keelektronegatifan Unsur
Gambar 16. Perbedaan Ikatan Kovalen Polar dan Kovalen Non Polar
Semakin besar perbedaan keelektronegativan antara dua atom, semakin polar ikatan
antara mereka. Ketika perbedaan ini cukup besar (lebih besar dari 1,7- 1,9 unit
elektronegatifitas), ikatan antara dua atom akan ionik (dengan beberapa pengecualian, tentu
saja). Jika perbedaan kurang dari 1,7 unit, ikatan tersebut adalah kovalen. Perbedaan
keelektronegatifan antara atom dapat juga memberi kita petunjuk untuk kekuatan relatif
ikatan kovalen. Perbedaan ini dapat dilihat pada tabelberikut.
Molekul H2O dan NH3 bersifat polar karena ikatan O – H maupun N – H bersifat
polar (ada perbedaan keelektronegatifan) dan bentuk molekul tidak simetris. Elektron tidak
tersebar merata. Dalam molekul H2O, pusat muatan (pol) negatif terletak pada atom O,
sedangkan pol positif terletak di antara kedua atom H. Dalam molekul NH3 pol negatif
terletak pada atom N (puncak piramida), sedangkan pol positif terletak pada bidang
alasnya. Bagaimana halnya dengan molekul BeCl2 dan BF3? Walaupun ada perbedaan
keelektronegatifan antara Be dengan Cl dan B dengan F, molekul BeCl2 dan BF3 bersifat
nonpolar karena bentuk molekulnya simetris, elektron tersebar merata. Kita tidak dapat
mengatakan sisi sebelah mana lebih positif dan sisi sebelah mana lebih negatif dari kedua
molekul (BeCl2 atau BF3) itu, bukan?
Memeriksa kepolaran dari suatu molekul poliatom dapat dilakukan dengan
menggambarkan ikatan polar sebagai suatu vektor yang arahnya dari atom yang bermuatan
positif ke atom yang bermuatan negatif, jika resultan vektor-vektor dalam suatu molekul
sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat nonpolar. Sebaliknya, jika resultan vektor-
vektor tersebut tidak sama dengan nol, berarti molekul itu bersifat polar. Perhatikan
beberapa contoh berikut.
H2O BeCl2 NH3 BF3
(Polar) (Nonpolar) (Polar) (Nonpolar)
2. Menunjukkan kepolaran
Kepolaran suatu zat dapat ditentukan dengan mengamati perilaku zat itu dalam medan magnet, zat
polar tertarik ke dalam medan magnet, sedangkan zat nonpolar tidak.
3. Momen Dipol
Kepolaran dinyatakan dalam suatu besaran yang disebut momen dipol (μ), yaitu hasil kali
antara selisih muatan (Q) dengan jarak (r) antara pusat muatan positif dengan pusat muatan
negatif.
μ=Qxr
Satuan momen dipol adalah debye (D), dimana 1 D = 3,33 x 10-30 C m. Semakin polar suatu
zat, semakin besar momen dipolnya. Zat nonpolar mempunyai momen dipol sama dengan nol.
Sekarang dapatlah diketahui mengapa minyak tidak bercampur dengan air. Hal itu terjadi karena
air bersifat polar, sedangkan minyak bersifat nonpolar. Zat polar cenderung lebih tertarik pada
zat polar, sedangkan zat nonpolar lebih cenderung tertarik pada zat nonpolar. Oleh karena itu,
kedua zat itu tidak saling bercampur. Namun, minyak bisa saja terlarut dalam tetraklorometana
(CCl4).
Ikatan Logam
Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan ikatan logam. Salah satu
teori yang sederhana adalah teori lautan elektron. Dalam teori ini, atom logam harus
berikatan dengan banyak atom logam lainnya untuk mencapai konfigurasi gas mulia. Sebagai
contoh atom Na, tempat kedudukan elektron valensi dari suatu atom Na dapat saling tumpang
tindih dengan tempat kedudukan elektron valensi dari atom-atom Na lainnya. Adanya
tumpang tindih memungkinkan elektron valensi dari setiap atom Na bergerak bebas dalam
ruang di antara ion-ion Na membentuk suatu lautan elektron. Oleh karena muatannya
berlawanan, maka terjadi gaya tarik-menarik (gaya elektrostatis) antara ion-ion Na+ dan
elektron-elektron bebas ini. Akibatnya, terbentuk ikatan kimia yang disebut ikatan logam.
Sifat fisis suatu zat ditentukan oleh gaya antar partikel penyusun zat. Pada senyawa
ion dan logam, gaya antar partikel tersebut adalah ikatan ion dan ikatan logam itu sendiri.
Sedangkan pada senyawa kovalen, gaya antar partikel tersebut adalah gaya antar molekul.
Tabel 3. Perbedaan pada Senyawa Ion, Kovalen, dan Logam
Karakteristik Senyawa Ion Senyawa Kovalen Logam
Jenis ikatan kimia Ikatan ion Ikatan kovalen Ikatan logam
Molekul-molekul Ion-ion positif yang
Ion-ion positif dikelilingi oleh
Partikel penyusun
dan negatif lautan
elektron
Ikatan ion berupa Gaya lektrostatis Ikatan logam berupa
gaya elektrostatis antar-molekul gaya elektrostatis yang
Gaya antar- yang kuat antar ion- (gaya van der kuat antara ion-ion
partikel ion positif dan Waals) yang logam positif dan
negatif relatif lemah elektron-
elektron bebas
Bentuk pada suhu Gas, cairan, atau
Padatan Padatan
ruang padatan
Keras tetapi lentur/tidak
Kekerasan Keras tetapi rapuh Lunak dan tidak
mudah patah jika ditempa
raouh
Titik leleh dan
Tinggi Rendah Tinggi
titik didih
Pada fase padat
tidak menghantar
Konduktivitas listrik, tetapi Tidak menghantar Menghantar listrik dan
menghantar listrik listrik panas yang baik
pada fase
cair/larut dalam air
Gambar 19. Gaya Antar-Partikel Senyawa Ion, Senyawa Kovalen, dan Logam
A. Identitas Sekolah
DISUSUN OLEH
Aminah (E1M017001)
Ni Luh Gaoura Astari Valentina (E1M017047)