Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN

“ASSESMEN HASIL BELAJAR”

KELAS :A/V

DISUSUN OLEH

DIAN TRI WAHYUNI (E1M017015)

DINI WAHYUNI (E1M017017)

ELA LATIFA (E1M017019)

HELITA SEFITRI DECHAYANTARI (E1M017025)

NI LUH GAORA ASTARI VALENTINA (E1M017047)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Melakukan penilaian merupakan salah satu tugas guru selain menyusun program
pembelajaran dan mengimplementasikannya didalam kelas. Guru juga harus dapat
menetapkan apa yang dapat diperoleh atau dicapai dari proses pembelajaran yang telah
diselenggarakan. Selanjutnya guru harus dapat menetapkan apakah program yang ia
rencanakan dapat terlaksana sesuai harapan, dalam arti bahwa kompetensi yang
dikembangkan pada diri siswa sesuai dengan harapan. Semua ini dapat diketahui dan
terjawab, jika guru melakukan asesmen dan evaluasi dengan baik. Asesmen sangat
berperan dalam menentukan arah pembelajaran dan kualitas pendidikan.
Penilaian ini tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan kognitif, tetapi juga
mencakup ranah afektif dan psikomotorik. Guru umumnya merasa sudah aman dan selesai
tugasnya jika telah melaksanakan semua kewajiban kurikuler meskipun murid-muridnya
tidak memahami apa yang diajarkan. Dengan demikian pendidikan yang tidak
menghasilkan lulusan yang bermutu bukanlah merupakan investasi SDM (sumber daya
manusia), melainkan pemborosan biaya, tenaga dan waktu. Kalau seorang siswa dikatakan
berhasil dalam belajarnya, maka keberhasilan itu haruslah diukur dengan alat ukur yang
sesuai dengan tujuan belajarnya atau kompetensi yang harus dicapainya. Dengan kata lain
informasi yang diperoleh dari asesmen harus komprensif dan telah dilakukan pada saat-
saat yang tepat selama dan setelah siswa belajar. Artinya pengukuran harus dilakukan
disepanjang proses belajar yang dijalani siswa. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan
lebih tentang hubungan asesmen dan evaluasi.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apa perbedaan antara Assesmen, Pengukuran dan Tes?
2. Apa saja aspek dari hasil belajar siswa?
3. Apa saja teknik penilaian dari assesmen dikaitkan dengan kurikulum K13?
4. Apakah fungsi assesmen dalam pembelajaran?
5. Apa pentingnya assismen hasil belajar?
6. Bagaimana karakteristik assesmen pendidikan?
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut didapat tujuan sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui perbedaan antara assesmen, pengukuran dan tes.
2. Untuk dapat mengetahui aspek dari hasil belajar siswa.
3. Untuk dapat mengetahui teknik penilaian dari assesmen dikaitkan dengan kurikulum
K13.
4. Untuk dapat mengetahui fungsi assesmen dalam pembelajaran.
5. Untuk dapat mengetahui pentingnya assismen hasil belajar.
6. Untuk dapat mengetahui karakteristik assesmen pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perbedaan antara Asessment, Pengukuran dan Tes


1. Pengertian Asesmen Pembelajaran
Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan
informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan
keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya, program
pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah. Keputusan
tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di kelas,
bagaimana guru menempatkan siswa pada program- program pembelajaran yang
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan saran untuk studi lanjut.
Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah termasuk pengambilan keputusan
tentang efektifitas program dan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan
siswa dengan pengajaran remidi (remidial teaching). Keputusan untuk kebijakan
pendidikan meliputi; kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten maupun nasional.
Pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen tentang siswa akan
meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu siswa dalam
mencapai target pembelajaran dengan berbagai teknik asesmen, baik teknik yang
bersifat formal maupun nonformal, seperti teknik paper and pencil test, unjuk kerja
siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di laboratorium maupun
keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi tersebut dianalisis
untuk kepentingan laporan kemajuan siswa. Asesmen secara sederhana dapat diartikan
sebagai proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik
peserta didik dengan aturan tertentu. Dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran, guru
akan dihadapkan pada 3 (tiga) istilah yang sering dikacaukan pengertiannya, atau
bahkan sering pula digunakan secara bersama yaitu istilah pengukuran, penilaian dan
test. Untuk lebih jauh bisa memahami pelaksanaan asesmen pembelajaran secara
keseluruhan, perlu dipahami dahulu perbedaan pengertian dan hubungan di antara
ketiga istilah tersebut, dan bagaimana penggunaannya dalam asesmen pembelajaran.
2. Pengukuran
Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang
dilakukan memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda,
sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan
pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan
sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa,
jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran guru juga
melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa angka-
angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut. Angka 50, 75,
atau 175 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil pembelajaran tersebut
bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apaapa, karena belum
menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa
disebut dengan skor mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila
dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.
3. Tes
Tes merupakan seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah
pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman
dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya tes
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen pembelajaran disamping
alat ukur yang lain. Dalam melaksanakan proses asesmen pembelajaran, guru selalu
berhadapan dengan konsep-konsep evaluasi, pengukuran, dan tes yang dalam
penerapannya sering dilakukan secara simultan. Sebab itu, dalam praktik ketiganya
sering tidak dirasakan pemisahannya, karena melakukan asesmen berarti telah pula
melakukan ketiganya. Waktu melaksanakan asesmen guru pasti telah menciptakan alat
ukur berupa tes maupun nontes seperti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran
dan sebagainya. Melakukan pengukuran, yaitu mengukur atau memberi angka terhadap
proses pembelajaran ataupun pekerjaan siswa sebagai hasil belajar yang merupakan
cerminan tingkat penguasaan terhadap materi yang dipersyaratkan, kemudian
membandingkan angka tersebut dengan kriteria tertentu yang berupa batas penguasaan
minimum ataupun berupa kemampuan umum kelompok, sehingga munculah nilai yang
mencerminkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Akhirnya diambillah keputusan
oleh guru tentang kualitas proses dan hasil belajar.
Dengan uraian di atas, nampak jelas hubungan antara ketiga pengertian tersebut
dalam kegiatan asesmen pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh guru secara
simultan. Melakukan asesmen selalu diawali dengan menyusun tes atau nontes sebagai
alat ukur, hasil pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum bermakna bila tidak
dilanjutkan dengan proses penilaian dengan membandingkan hasil pengukuran dengan
kriteria tertentu sebagai landasan pengambilan keputusan dalam pembelajaran.
Sebaliknya, penilaian (penentuan kualitas) tidak dapat dilakukan tanpa didahului
dengan proses pengukuran. Jadi, dapat diartikan bahwa asesmen pembelajaran adalah
proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan untuk
landasan pengambilan keputusan tentang siswa baik yang menyangkut kurikulumnya,
program pembelajarannya, iklim sekolah maupun kebijakan-kebijakan sekolah.
Keputusan tentang siswa ini termasuk bagaimana guru mengelola pembelajaran di
kelas, bagaimana guru menempatkan siswa pada program-program pembelajaran yang
berbeda, tingkatan tugas-tugas untuk siswa yang sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing, bimbingan dan penyuluhan, dan mengarahkan mereka pada
studi lanjut. Keputusan tentang kurikulum dan program sekolah, termasuk pengambilan
keputusan tentang efektifitas program ataupun langkah-langkah untuk meningkatkan
kemampuan siswa dengan remidial teaching. Kemudian, keputusan untuk kebijakan
pendidikan menyangkut kebijakan di tingkat sekolah, kabupaten, maupun nasional.
Sehingga ketika pembahasan tentang kompetensi untuk melakukan asesmen tentang
siswa akan meliputi bagaimana guru mengkoleksi semua informasi untuk membantu
siswa dalam mencapai target pembelajaran, sehingga teknik-teknik asesmen yang
digunakan untuk mengkoleksi informasi ini, baik teknik yang bersifat formal maupun
non formal dengan mengamati perilaku siswa dengan menggunakan paper and pencil
test, unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan pekerjaan rumah, tugas-tugas di
laboratorium maupun keaktifan diskusi selama proses pembelajaran. Semua informasi
tersebut dianalisis sebagai laporan kemajuan siswa.
Dengan berlandaskan pada uraian di atas, Anda dapat membuat suatu
pemahaman yang lebih pasti tentang asesmen pembelajaran, yaitu:
a. Asesmen merupakan bagian integral dari proses pembelajaran, sehingga tujuan
asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran; sebagai upaya utuk
mengumpulkan berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan
pertimbangan penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran; oleh
karenanya asesmen hendaknya dilakukan dengan perencanaan yang cermat.
b. Asesmen harus didasarkan pada tujuan pembelajaran secara utuh dan memiliki
kepastian kriteria keberhasilan, baik kriteria dari keberhasilan proses belajar yang
dilakukan siswa, ataupun kriteria keberhasilan dari kegiatan mengajar yang
dilakukan oleh pendidik, serta keberhasilan program pembelajaran secara
keseluruhan.
c. Untuk memperoleh hasil asesmen yang maksimal yang dapat menggambarkan
proses dan hasil yang sesungguhnya, asesmen dilakukan sepanjang kegiatan
pengajaran ditujukan untuk memotivasi dan mengembangkan kegiatan belajar
anak, kemampuan mengajar guru dan untuk kepentingan penyempurnaan program
pengajaran.
d. Terkait dengan evaluasi, asesmen pada dasarnya merupakan alat (the means) dan
bukan merupakan tujuan (the end), sehingga asesmen merupakan sarana yang
digunakan sebagai alat untuk melihat dan menganalisis apakah siswa telah
mencapai hasil belajar yang diharapkan serta untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan atau masih memerlukan pengembangan
dan perbaikan.
4. Cakupan Ranah Asesmen

Cakupan asesmen terkait dengan ranah hasil belajar dalam konteks Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan. Hal ini merupakan penjabaran
dari stándar isi dan stándar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi
secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai
karakteristik masing-masing mata pelajaran. Muatan dari stándar isi pendidikan adalah
stándar kompetensi dan kompetensi dasar. Satu stándar kompetensi terdiri dari
beberapa kompetensi dasar dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-
indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru
dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah/daerah masing-masing.
Indikator-indikator yang dikembangkan tersebut merupakan acuan yang digunakan
untuk menilai pencapaian kompetensi dasar bersangkutan. Teknik penilaian yang
digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi dasar
dan kompetensi dasar yang diajarkan oleh guru. Tidak menutup kemungkinan bahwa
satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat
domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Seperti diuraikan di atas, umumnya tujuan
pembelajaran mengikuti pengklasifikasian hasil belajar yang dilakukan oleh Bloom
pada tahun 1956, yaitu cognitive, affective, dan psychomotor. Benjamin Bloom (1956)
mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama yaitu
ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotor. Setiap ranah diklasifikasikan
secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
a. Ranah Kognitif
Dalam hubungannya dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang
Tempat utama, terutama dalam tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan SMU. Aspek
kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu aspek pengetahuan,
pemahanan,penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
1) Pengetahuan (knowledge), dalam jenjang ini seseorang dituntut dapat mengenali
atau mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah tanpa harusmengerti atau dapat
menggunakannya. Kata-kata operasional yang digunakan, yaitu: mendefinisikan,
mendeskripsikan, mengidentifikasikan, mendaftarkan, menjodohkan,
menyebutkan, menyatakan dan mereproduksi.
2) Pemahaman (comprehension), kemampuan ini menuntut siswa memahami atau
mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan dan
dapat memanfaatkan isinya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain.
Kemampuan ini dijabarkan menjadi tiga, yakni; (a) menterjemahkan, (b)
menginterpretasikan, dan (c) mengekstrapolasi. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain: memperhitungkan, memperkirakan, menduga,
menyimpulkan, membedakan, menentukan, mengisi, dan menarik kesimpulan.
3) Penerapan (aplication), adalah jenjang kognitif yang menuntut kesanggupan
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,
serta teori-teori dalam situasi baru dan konkret. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain: mengubah, menghitung,mendemonstrasikan, menemukan,
memanipulasikan, menghubungkan,menunjukkan, memecahkan, dan
menggunakan.
4) Analisis (analysis adalah tingkat kemampuan yang menuntut seseorang untuk
dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen pembentuknya. Kemampuan analisis diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok, yaitu; (a) analisis unsur, (b) analisis hubungan, (c) analisis prinsip-
prinsip yang terorganisasi. Kata-kata operasional yang umumnya digunakan
antara lain: memperinci, mengilustrasikan, menyimpulkan, menghubungkan,
memilih, dan memisahkan.
5) Sintesis (synthesis), jenjang ini menuntut seseorang untuk dapat menghasilkan
sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang
diperoleh dapat berupa: tulisan, rencana atau mekanisme. Kata operasional yang
digunakan terdiri dari: mengkatagorikan, memodifikasikan, merekonstruksikan,
mengorganisasikan, menyusun, membuat design, menciptakan, menuliskan, dan
menceritakan.
6) Evaluasi (evaluation) adalah jenjang yang menuntut seseorang untuk dapat
menilai suat situasi, keadaan, pernyataan, atau konsep berdasarkan suatu kriteria
tertentu. Hal penting dalam evaluasi ialah menciptakan kondisi sedemikian rupa
sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria, standar atau ukuran untuk
mengevaluasi sesuatu. Kata-kata operasional yang dapat digunakan antara lain:
menafsirkan, menentukan, menduga,mempertimbangkan, membenarkan, dan
mengkritik.
b. Ranah Afektif

Secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang


menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar
tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian
menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah
lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif yaitu:
1) Menerima (Receiving), diharapkan siswa peka terhadap eksistensi fenomenaatau
rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain:
menanyakan, memilih, mendeskripsikan, memberikan, mengikuti, menyebutkan.
2) Menjawab (Responding), siswa tidak hanya peka pada suatu fenomena, tetapi
juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk
menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata-kata operasional
yang digunakan antara lain: menjawab, membantu, melakukan, membaca,
melaporkan, mendiskusikan, dan menceritakan.
3) Menilai (valuing), diharapkan siswa dapat menilai suatu obyek, fenomena atau
tingkah laku tertentu dengan cukup konsisten. Kata-kata operasional yang
digunakan antara lain; melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan,
mengambil bagian, memilih, dan mengikuti.
4) Organisasi (organization), tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilainilai
yang berbeda, menyelesaikan/memecahkan masalah, membentuk suatu sistem
nilai. Kata-kata operasional yang digunakan antara lain: mengubah, mengatur,
menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, dan
memodifikasikan.
c. Ranah Psikomotor

Berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya mulai dari yang


sederhana sampai yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu
sekurang-kurangnya 30 menit. Kata operasional untuk aspek psikomotor harus
menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati, yang meliputi:
1) Muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat,
menggerakkan, dan menampilkan.
2) Manipulations of materials or objects; mereparasi, menyusun, membersihkan,
menggeser, memindahkan, dan membentuk.
3) Neuromuscular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan,
menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan
(Poerwanti E., 2001).
Evaluasi terhadap ranah-ranah yang dikemukakan Bloom melalui prosedur
tes memiliki beberapa kelebihan, disamping juga memiliki banyak kekurangan,
seperti:
− Setiap soal yang digunakan dalam suatu tes umumnya mempunyai jawaban
tunggal,
− Tes hanya berfokus pada skor akhir dan tidak terfokus pada bagaimana siswa
memperoleh jawaban,
− Tes mengendalikan pembelajaran di kelas,
− Tes kurang mampu mengungkapkan bagaimana siswa berpikir,
− Kadang-kadang tes tidak mampu menggambarkan prestasi sebenarnya dari
siswa, dan
− Tes tidak mampu mengukur semua aspek belajar.
B. Aspek Dari Hasil Belajar Siswa
Hasil pengukuran terhadap aspek-aspek perilaku baik dalam hal kemampuan,
minat, sikap maupun kepribadian digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan dan
perencanaan pendidikan bagi para siswa itu sendiri. Keputusan belajar dapat dilaksanakan
dengan baik apabila kegiatan itu didahului dengan persiapan yang matang, karena jika
tidak, keputusan pengkuran hasil belajar menyangku nilai akademik siswa dapat terjadi
kesalahan dalam pengambilan keputusan dan akan merugikan siswa. Pengukuran
menyediakan data yang menjadi landasan pengambilan keputusan dalam hasil belajar
siswa. Tanpa pengukuran maka hasil belajar tidak memiliki dasar yang kuat dalam
membuat keputusan. Penentuan hasil belajar ini merupakan usaha untuk menggambarkan
karakteristik siswa tersebut. Dalam menentukan karakteristik siswa, pengukuran yang
dilakukan harus menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan. Hasil belajar teramat
sangat memerlukan data berdasarkan kegiatan pengukuran dengan menggunakan alat ukur
atau instrument yang dapat membantu menghasilkan data yang akurat, sehingga
didapatkan hasil belajar siswa secara valid dan tidak merugikan siswa.
Domain Pengukuran Hasil Belajar menurut Purwanto dalam bukunya yaitu
Evaluasi Hasil Belajar, dalam usaha memudahkan, memahami dan mengukur perubahan
perilaku siswa, maka dibagi menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif serta psikomotorik.
Jika belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil
perubahan perilakunya. Domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan
diubah dalam proses pendidikan. Perilaku kejiawaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu
kognitif, afektif serta psikomotorik. Semuanya mempunyai potensi perilaku untuk diubah,
pengubahan perilaku dan hasil perubahan perilaku. Adapun domain pengukuran hasil
belajar :
1. Domain Kognitif
Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan
kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari
penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak
menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Oleh karena belajar melibatkan otak maka perubahan perilaku
akibatnya juga terjadi dalam otak berupa kemempuan tertentu oleh otak untuk
menyelesaikan masalah.
a. Tingkat Pengetahuan (Knowledge)
Sebagai kemampuan siswa dalam menghafal, mengingat kembali atau
mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
b. Tingkat Pemahaman (Comprehension)
Sebagai kemampuan siswa dalam mengartikan, menafsirkan, manenrjemahkan
atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah
diterimanya.
c. Tingkat Penerapan (Application)
Sebagai kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dalam
memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
d. Tingakt Analisis (Analysis)
Sebagai kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dalam
memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
e. Tingkat Sintesis (Synthesis)
Sebagai kemampuan siswa dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen
dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih
menyeluruh.

Domain kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir atau bernalar yang


mencakup kemampuan intelektual seperti mengingat sampai kemampuan memecahkan
masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan atau menggabungkan beberapa
ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut. Maka pengukuran hasil belajar kognitif berdasarkan isi materi dan kedalaman
pengetahuan siswa terhadap materi.

2. Domain Afektif Hasil belajar


Afektif adalah perubahan perilaku yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai,
apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Perubahan ini dapat dilihat dari perubahan
tingkah laku siswa, serta dari pengukuran hasil belajar yang diterapkan oleh guru.
Penerimaan (receiving) atau menaruh perhatian (attending) adalah kesediaan
menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang
kepadanya. Partisipasi atau merespon (responding) adalah kesediaan memberikan
respons dengan partisipasi. Pada tingkat ini siswa tidak hanya memberikan perhatian
kepada rangsangan tapi jua berpatisipasi dalam kegiatan untuk menerima rangsangan.
Penentuan sikap (valuing) adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai
dari rangsangan tersebut. Organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai
yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku. Internalisasi
nilai atau karaterisasi (characterization) adalah menjadi nilai-nilai yang
diorganisasikan untuk tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi
bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari. Domain afektif tampak pada siswa
dalam berbagai tingkah laku seperti menghargai, menghormati, tanggungjawab dan
hubungan sosial. Maka dapat diketahui domain afektif sebagai tingkah laku yang
nantinya akan diterjunkan ke dalam lingkungan masyarakat serta dapat diterapkan ke
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Domain Psikomotor
Gronlund dan Linn sebagaimana dikutip oleh Asep Jihad dan Abdul Harisyang
mengklasifikasikan hasil belajar psikomotor menjadi enam, yaitu persepsi,
keseiapan, gerakan terbimbing, gerkan terbiasa, gerakan kompleks dan
kreativitas.Persepsi (perception) adalah kemampuan hasil belajar psikomotor
yang rendah. Persepsi adalah kemampuan embedakan suatu gejala dengan
gejala lain. Kesiapan (set) adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai
suatu gerakan. Misalnya kesiapan menempatkan diri untuk berlari, menari, mengetik,
memperagakan sholat, mendemonstrasikan mengkafani mayat dan sebagainya.
Gerakan terbimbing (guided respons) adalah kemampuan melakukan gerakan
meniru model yang dicontohkan. Gerakan terbiasa (mechanism) adalah
kemampuan melakukan gerakan tanpa adanya model seperti kamampuan yang
dilakukan karena latihan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Gerakan
kompleks (adaptation) adalah kemampuan melakukan serangkaian gerakan dengan
cara, urutan dan irama yang tepat. Kreativitas (origination) adalah kemampuan
menciptakan gerakan-gerakan yang baru yang tidak ada sebelumnya atau
mengkombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi gerakan yang orisinil. Domain
psikomotor berorientasi pada gerakan-gerakan dan menekan pada reaksi-reaksi fisik
dan keterampilan. Domain ini dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya
maupun dalam situasi buatan, seperti tingkah laku siswa ketika praktik, kegiatan
diskusi siswa serta partisipasi siswa dalam simulasi pembelajaran.
C. Teknik Penilaian Dalam Asessment
Penilaian dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar yang
dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
1. Sikap
Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian
antarteman, jurnal selama proses pembelajaran berlangsung, dan tidak hanya di dalam
kelas.
a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan
dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menggunakan format observasi yang berisi sejumlahindikator perilaku yang
diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
b. Penilaian diri penilaian diri adalah teknik penilaian sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dilakukan sendiri sebelum ulangan oleh peserta didik secara
reflektif. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks
pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.
c. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta
didik. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.
Penilaian ini dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran.
d. Jurnal catatan guru /jurnal pendidik jurnal pendidik adalah instrumen penilaian
yang digunakan untuk menghimpun catatan pendidik di dalam dan di luar kelas
yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai
catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.
2. Pengetahuan
a. Tes Tulis
Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda,
isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
b. Tes Lisan
Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan
peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara lisan juga, sehingga
menumbuhkan sikap berani berpendapat. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat
maupun paragraf.
c. Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa
pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan
karakteristik tugasnya.
3. Keterampilan
Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut:
a. Kinerja atau Performance
Kinerja atau Performance merupakan suatu penilaian yang meminta peserta
didik untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya
memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran,
menari, dan sebagainya.
b. Projek
Projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian projek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan melakukan penyelidikan dan
kemampuan menginformasikan peserta didik pada muatan tertentu secara jelas.
Pada penilaian projek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
- Kemampuan Pengelolaan Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan
laporan.
- Relevansi Kesesuaian tugas projek dengan muatan mata pelajaran, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran.
- Keaslian Projek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan
terhadap projek peserta didik.
c. Portofolio
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara
individu pada satu periode untuk suatu sub tema. Akhir suatu periode hasil karya
tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berkaitan dengan
tujuan penilaian portofolio, tiap item dalam porto folio harus memiliki suatu nilai
atau kegunaan bagi peserta didik dan bagi orang yang mengamatinya. Guru dan
peserta didik harus sama-sama memahami maksud, mengapa suatu item (artefak)
dimasukkan kedalam koleksi portofolio. Selain itu, sangat diperlukan komentar
dan refleksi baik dari guru ataupun pengamat tertentu yang memiliki keterkaitan
dengan artefak yang dikoleksi. Berdasarkan informasi perkembangan kemampuan
peserta didik yang dibuat oleh guru bersama peserta didik yang bersangkutan, dapat
dilakukan perbaikan secara terus menerus. Dengan demikian portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya.
Adapun karya peserta didik yang dapat dijadikan dokumen portofolio, antara lain:
karangan, puisi, surat, gambar/lukisan, komposisi music. Dalam kurikulum 2013,
dokumen portofolio dapat dipergunakan sebagai salah satu bahan penilaian untuk
aspek keterampilan. Hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian yang lain
dipertimbangkan untuk pengisian rapor/laporan penilaian kompetensi peserta
didik. Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi peserta didik (Salamah, 2018: 283-
286).
D. Fungsi Asessment Dalam Pembelajaran
Fungsi pengukuran hasil belajar menurut Menurut Syah adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu
dan proses tertentu.
2. Mengetahui posisi atau kedudukan seseorang dalam kelompok kelasnya.
3. Mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hasil yang baik pada
umumnya menunjukan tingkat usaha yang efisien.
4. Untuk mengetahui sejauh mana siswa mendayagunakan kapasitas kognitif
(kemampuan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar.
5. Untuk mengetahui tingkat dan hasil metode mengajar yang digunakan dalam proses
belajar mengajar.
E. Karakteristik Penilaian Hasil Belajar
Karakteristik adalah acuan- acuan yang diberikan dalam memberikan penilaian
terhadap peserta didik. Acuan demikian perlu ditetapkan,agar dapat menjadikan sebagai
pedoman oleh para pendidik dalam membuat keputusan sehubungan dengan peserta didik.
Depdiknas (2004 : 7) menyatakan bahwa karakteristik penilaian, yaitu:
1. Validitas
Menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang digunakan sesuai
dengan kompetensi yang akan dicapai dan isinya mencakup semua kompetensi yang
terwakili secara proporsional.
2. Reliabilitas
Penilaian yang reliable memungkinkan perbandingan yang reliable dan
menjamin konsistensi. Misal, guru menilai dengan proyek penilaian akan reliabel jika
hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi
yang relatif sama, untuk menjamin penilaian yang reliable petunjuk pelaksanaan proyek
dan penskorannya harus jelas.
3. Terfokus pada kompetensi
Penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan),
bukan pada penguasaan materi (pengetahuan).
4. Keseluruhan atau komprehensif
Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan beragam cara dan alat untuk
menilai beragam kompetensi atau kemampuan peserta didik, sehingga tergambar profil
kemampuan peserta didik. Sehingga di sini jelas terlihat kemampuan yang dimiliki
peserta didik.
5. Objektivitas
Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif, untuk itu penilaian harus adil,
terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik
dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka.
Dalam memberikan penilaian guru tidak boleh pilih kasih.
6. Mendidik
Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan
meningkatkan kualitas belajar bagi peserta didik.

Menurut Nana (2006: 8), penilaian proses belajar mengajar memiliki karakteristik
yaitu :
1. Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
Kurikulum adalah program belajar mengajar yang telah ditentukan sebagai
acuan apa yang seharusnya dilaksanakan.
2. Keterlaksanaannya oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan program yang telah dilaksanakan
oleh guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti.
3. Keterlaksanaannya oleh siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan belajar mengajar
dengan program yang telah ditentukan guru tanpa mengalami hambatan dan kesulitan
yang berarti, keterlaksaan siswa dapatdilihat dalam hal:
- Memahami dan mengikuti petunjuk yang diberikan oleh guru,
- Semua siswa turut melakukan kegiatan belajar,
- Tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana mestinya,
- Manfaat semua sumber belajar yang disediakan guru,
- Menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang telah ditetapkan guru.
4. Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang
ditujukan para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam hal:
- Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran,
- Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya,
- Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya,
- Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru,
- Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
5. Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar
Penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana
keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
6. Interaksi guru siswa
Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubugan timbal balik
atau hubungan dua arah antara siswa dan guru atau siswa dengan siswa dalam
melakukan kegiatan belajar mengajar.
7. Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Kemampuan atau keterampilan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru
yang profesional sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang telah
dimilikinya dalam hal bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar,
dan sebagainya.
8. Kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa
Salah satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Dalam hal ini aspek yang dilihat antara lain:
- Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku siswa setelah menyelesaikan
pengalaman belajarnya,
- Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa,
- Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah
intrusional yang harus dicapai,
- hasil belajar tahan lama diingat,
- Dalam melakukan penilaian, guru harus berpatokan terhadap kurikulum yang
berlaku dan buku pelajaran yang digunakan.

Menurut Kemendikbud (2013: 5-6) Penilaian memiliki karakteristik sebagai


berikut:
1. Belajar Tuntas
Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat
mencapai kompetensi yang ditentukan, asalkan peserta didik mendapat bantuan yang
tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Otentik
Memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling
berkaitan. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia
sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh
merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
3. Berkesinambungan

Penilaian berkesinambungan dimaksudkan sebagai penilaian yang dilakukan


secara terus menerus dan berkelanjutan selama pembelajaran berlangsung.
4. Menggunakan Teknik Penilaian yang Bervariasi
Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,
unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.
5. Berdasarkan Acuan Kriteria
Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi
dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang
ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. Penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan
terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya
ketuntasan belajar minimal (KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-
masing dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai,
daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik.
Dari beberapa pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan karakteristik penilaian
hasil belajar adalah validitas, reliabilitas, terfokus pada kompetensi, keseluruhan atau
komprehensif, objektivitas, mendidik, konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan
kurikulum, keterlaksanaannya oleh guru, keterlaksanaannya oleh siswa, motivasi belajar
siswa, keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, interaksi guru siswa, kemampuan atau
keterampilan guru mengajar, kualitas hasil belajar yang diperoleh siswa, belajar tuntas,
otentik, berkesinambungan, menggunakan teknik penilaian yang bervariasi, berdasarkan
acuan kriteria.
F. Pentingnya Asessment Hasil Belajar Siswa
Penilaian (asesmen) merupakan komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh
melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Menurut
Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang saling mendukung,
upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat dilakukan melalui upaya perbaikan sistem
penilaian. Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar yang baik.
Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya sistem
penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang
baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik. Oleh karena itu, dalam
upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan sistem penilaian yang
diterapkan.
1. Bagi Siswa
- Peserta didik dapat mengetahui sejauh mana dia telah berhasil mengikuti
pelajaran yang diberikan oleh guru atau mengetahui tingkat ketercapaian belajar.
- Dapat mendorong peserta didik agar lebih giat belajar.
- Data atau informasi bagi peserta didik tentang apakah cara belajar yang mereka
gunakan sudah tepat atau belum.
- Perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM.
Perbaikan (remidial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM.
Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria
ketuntasan bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya memberikan
bantuan sesuai dengan gaya belajarnya sehingga kesulitan dan kegagalan tidak
menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai
kompetensi yang harus dikuasai.
- Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari
waktu yang disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi
tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk
memperkaya kompetensi yang telah dicapainya. Hasil penilaian kegiatan
pengayaan dapat menambah nilai npeserta didik pada mata pelajaran
bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar
jam efektif.
2. Bagi Guru
- Dengan melaksanakan penilaian, guru akan memperoleh data tentang kemajuan
belajar siswa.
- Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkannya sudah sesuai atau tidak
dengan kemampuan siswa, sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk
menentukan materi pelajaran selanjutnya.
- Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil
penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru
dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal
kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum,
atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan
memperbaiki program pembelajarannya.
- Pelaporan hasil penilaian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja
guru dan tingkat keberhasilan siswa.
3. Bagi Sekolah
- Hasil penilaian dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui apakah kondisi
belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai dengan harapan atau
belum.
- Hasil penilaian merupakah data yang dapat dimanfaatkan sekolah untuk
merencanakan pengembangan sekolah pada masa yang akan datang.
- Hasil penilaian merupakan bahan untuk menetapkan kebijakan dalam upaya
meningkatkan kualitas sekolah.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan didapatkan kesimpulan, yaitu:
1. Asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk
apapun yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan tentang siswa baik
yang menyangkut kurikulumnya, program pembelajarannya, iklim sekolah maupun
kebijakan-kebijakan sekolah.
2. Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan memberikan
angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran
akan selalu berupa angka.
3. Tes merupakan seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan
penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan
tujuan pengajaran tertentu.
4. Adapun domain pengukuran hasil belajar, yaitu domain kognitif, domain afektif hasil
belajar dan domain psikomotorik.
5. Penilaian dilakukan dalam berbagai teknik untuk semua kompetensi dasar yang
dikategorikan dalam tiga aspek, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
6. Karakteristik adalah acuan-acuan yang diberikan dalam memberikan penilaian
terhadap peserta didik.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat. Mohon maaf apabila terdapat kesalah dan
kekurangan isi dar makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Pedoman Penilaian Kelas. Jakarta: Depdiknas.


Kemendikbud. 2013. Panduan Teknis Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian Dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nana, Sudjana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya.
Poerwanti, E. 2001. Evaluasi Pembelajaran, Modul Akta Mengajar. Umm Press.
Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salamah, Umi. 2018. “Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan”. Jurnal Evaluasi. 2 (1): 274-
293.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan: Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai