PERCOBAAN I
STUDI ALIRAN DAYA SISTEM TRANSMISI
B. Teori Dasar.
Analisa aliran daya merupakan studi dasar dalam menganalisa suatu
sistem Tenaga Listrik, baik untuk perencanaan maupun operasi. Pada dasarnya
sasaran utarna dari semua analisa aliran daya adalah menentukan besar dan sudut fasa
tegangan pada setiap bus, dengan diketahuinya tegangan maka daya aktif (P) dan
daya reaktif (Q) dapat dihitung. Jika P dan Q pada dua buah bus diketahui maka
aliran daya dengan jelas dapat diketahui, serta rugi-rugi daya saluran penghubung
dapat diketahui.
Ada 3 macam bus dalam hal ini setiap bus mempunyai empat besaran
dengan dua besaran diantaranya diketahui yakni:
- BUS REFERENSI (slack bus). Adalah suatu bus yang selalu mempunyai besaran
dan sudut fasa yang tetap dan telah diberikan sebelumnya, pada bus ini berfungsi
untuk mencatu rugi-rugi, kekurangan daya yang ada pada jaringan, dalam hal ini
penting karena kekurangan daya tidak dapat dicapai kecuali terdapat suatu bus
yang mempunyai daya tak terbatas sehingga dapat mengimbangi rugi-rugi.
- BUS PQ (bus beban). Pada tipe bus ini daya aktif dan daya reaktif diketahui,
sedangkan dua lainnya didapat dari hasil perhitungan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
- BUS PV (bus pembangkit). Pada tipe bus ini, besar tegangan dan daya aktif telah
ditentukan sedangkan daya reaktif dan sudut fasa tegangan didapat dari hasil
perhitungan.
Slack/Swing V, d P, Q
Beban P, Q d, V
Generator V, P Q, d
atau
atau
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Dari hubungan di atas formulasi perhitungan dari aliran daya dalam sistem tenaga
harus diselesaikan dengan teknik iterasi.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
D. Prosedur Percobaan.
1. Buatlah rangkian sistem seperti Gambar 1.1. dengan data saluran pada Tabel 1.1.,
2. Langkah-langkah untuk membuat rangkaian Gambar 1.1. adalah sebagai berikut:
E. Hasil Pengamatan.
Gambar diatas menunjukkan sebuah pengukuran aliran daya tiga fase. Terdapat
tiga bus yang terdiri dari slack bus, bus pembangkit dan bus beban yang masing-
masing sudah diberikan nilai tahanan dan reaktansi. Berdasarkan gambar diatas dapat
dianalisa bahwa arah aliran daya berasal dari bus pembangkit menuju bus beban. Hal
ini dikarenakan bus pembangkit merupakan sumber penyuplai daya ke beban,
sedangkan slack bus menyuplai kekurangan ( menambah nilai daya) atau mengurangi
suplai daya dari pembangkit supaya daya yang tersuplai ke beban sesuai dengan yang
dibutuhkan. Adapun penyebab kekurangan daya pada saluran karena terdapat rugi-
rugi daya pada saluran transmisi.
Saat nilai daya aktif pada pembangkit semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack semakin kecil. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya
aktif yang disalurkan ke beban agar daya aktif yang tersuplai sesuai dengan yang
dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Saat nilai daya aktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif pada
bus slack semakin besar sementara pada pembangkit tetap konstan. Hal ini
dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang disalurkan ke beban agar daya
aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban.
Saat nilai daya reaktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack dan bus pembangkit tetap konstan. Hal ini dikarenakan besar daya
reaktif yang dibutuhkan beban tidak terlalu mempengaruhi daya aktif yang disuplai
oleh pembangkit. Sementara daya reaktif pada slack bus dan bus pembangkit semakin
besar. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya reaktif yang disalurkan ke
beban agar daya reaktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Tabel diatas adalah hasil pengukuran aliran daya dengan kondisi daya aktif
dari pembangkit diubah-ubah. Dengan semakin besarnya nilai daya aktif pada
pembangkit diperoleh nilai daya aktif pada bus slack semakin kecil. Hal ini
dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang disalurkan ke beban agar daya
aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban. Pada kondisi ini dengan
daya aktif yang disuplai oleh pembangkit semakin besar, dengan kebutuhan daya
aktif pada beban konstan, maka slack bus akan mengurangi daya aktif yang tersuplai
dari pembangkit.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.1. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap daya aktif bus slack
dan bus beban
40
45 45 45
20
Slack Bus
0
Bus Beban
0 20 40 60 80 100
-20 -4
-40 -28-33
Daya Aktif (W)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya akif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, sementara kebutuhan daya aktif pada beban
konstan, maka daya aktif pada slack bus semakin kecil karena mengurangi daya aktif
yang tersuplai dari pembangkit agar daya aktif yang tersuplai ke beban sesuai dengan
yang dibutuhkan. Daya aktif pada beban konstan karena nilainya sudah ditentukan
sebesar 45 MW.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.2. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap daya reaktif bus slack
dan bus beban
50
40 52 55
30 37
20 Slack Bus
10 20 20 20 Bus Beban
0
0 20 40 60 80 100
Daya Aktif (W)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, maka daya reaktif pada slack bus dan bus
beban juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena daya reakif pada slack bus
menutupi kekurangan daya reaktif dari pembangkit ke beban. Daya reaktif pada
beban konstan karena nilainya sudah ditentukan sebesar 20 MVar.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.3. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap PU bus slack dan bus
beban
1
PU
1 1 1
0.5 Slack Bus
Bus Beban
0
0 20 40 60 80 100
Daya Aktif (W)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, maka nilai PU pada slack bus dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 1 PU karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1 PU
karena sudah ditentukan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.4. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap sudut (deg) bus slack
dan bus beban
1
0.985 0.984 0.983
0.5 Slack Bus
0 Bus Beban
0 20 40 0 60 0 800 100
Daya Aktif (W)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, maka nilai sudut pada slack bus konstan,
sedangkan pada bus beban semakin kecil. Pada slack bus nilainya tetap konstan
sebesar 0 degrees karena bus slack merupakan bus referensi, sedangkan pada bus
beban nilanya semakin kecil.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Tabel diatas adalah hasil pengukuran aliran daya dengan kondisi daya aktif
dari beban diubah-ubah. Dengan semakin besarnya nilai daya aktif pada beban
diperoleh nilai daya aktif pada bus slack semakin besar sementara pada pembangkit
tetap konstan. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang
disalurkan ke beban agar daya aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan
beban. Pada kondisi ini dengan daya aktif yang dibutuhkan oleh beban semakin besar,
sementara daya aktif yang disuplai oleh pembangkit tetap konstan, maka slack bus
akan menambah kebutuhan daya aktif yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.5. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap daya aktif bus slack dan bus
pembangkit
40
50 50 50
20 Slack Bus
0 21 Bus Pembangkit
11
0 20 40 1 60 80
Daya Aktif (W)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, sementara daya aktif yang disuplai oleh
pembangkit konstan, maka slack bus akan menambah kebutuhan daya aktif yang
dibutuhkan beban. Hal ini disebabkan karena slack bus merupakan bus referensi yang
menstabilkan antara daya tersuplai dengan kebutuhan daya.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.6. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap daya reaktif bus slack dan
bus pembangkit
40
20 36 35 33
Slack Bus
0
Bus Beban
0 20 40 60 80
-20 -11
Daya Aktif (W) -13 -14
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka daya reaktif pada slack bus dan bus
beban semakin kecil. Hal ini disebabkan karena daya reakif pada slack bus menutupi
kekurangan daya reaktif dari pembangkit ke beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.7. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap PU bus slack dan bus
pembangkit
1 1 1 Slack Bus
0.5
0 Bus Beban
0 20 40 60 80
Daya Aktif (W)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutukan oleh beban semakin besar, maka nilai PU pada slack bus dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 1 PU karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1 PU
karena sudah ditentukan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.8. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap sudut (deg) bus slack dan
bus pembangkit
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka nilai sudut pada slack dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 0 degrees karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1
degrees.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Tabel diatas adalah hasil pengukuran aliran daya dengan kondisi daya reaktif
dari beban diubah-ubah. Dengan semakin besarnya nilai daya reaktif pada beban
diperoleh nilai daya pada bus slack dan bus pembangkit tetap konstan. Hal ini
dikarenakan besar daya reaktif yang dibutuhkan beban tidak terlalu mempengaruhi
daya aktif yang disuplai oleh pembangkit.
Sementara daya reaktif pada slack bus dan bus pembangkit semakin besar.
Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya reaktif yang disalurkan ke beban
agar daya reaktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban. Pada kondisi
ini dengan daya reaktf yang dibutuhkan oleh beban semakin besar, sementara daya
reaktif yang disuplai oleh pembangkit kecil, maka slack bus akan menambah
kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.9. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap daya aktif bus slack dan
bus pembangkit
40
20 Slack Bus
2 2 2
Bus Beban
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Daya Reaktif (MVar)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, daya aktif pada pembangkit dan slack bus
tetap konstan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan daya reaktif beban tidak terlalu
mempengaruhi daya aktif yang disuplai oleh pembangkit dan slack bus.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.10. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap daya reaktif bus slack
dan bus pembangkit
53
60 46
40
Slack Bus
20 4
-4 0 Bus Pembangkit
0
0 20 40 60 80
-20
Daya Reaktif (MVar)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka daya reaktif pada slack bus dan bus
beban juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena dengan semakin besarnya
kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban, maka daya reaktif yang disuplai oleh
pembangkit juga semakin besar, sementara daya reakif pada slack bus juga semakin
besar untuk menutupi kekurangan daya reaktif dari pembangkit ke beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.11. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap PU bus slack dan bus
pembangkit
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutukan oleh beban semakin besar, maka nilai PU pada slack bus dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 1 PU karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1 PU
karena sudah ditentukan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik 1.12. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap sudut (deg) bus slack
dan bus pembangkit
1.5
1
Slack Bus
0.5 0 0 0 Bus Pembangkit
0
0 20 40 60 80
Daya Reaktif (MVar)
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka nilai sudut pada slack nilainya tetap
konstan sebesar 0 degrees karena bus slack merupakan bus referensi, sedangkan pada
bus pembangkit nilanya semakin besar.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
G. Kesimpulan
1. Saat nilai daya aktif pada pembangkit semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack semakin kecil. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar
daya aktif yang disalurkan ke beban agar daya aktif yang tersuplai sesuai
dengan yang dibutuhkan beban.
2. Saat nilai daya aktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif pada
bus slack semakin besar sementara pada pembangkit tetap konstan. Hal ini
dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang disalurkan ke beban
agar daya aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban.
3. Saat nilai daya reaktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack dan bus pembangkit tetap konstan. Hal ini dikarenakan besar
daya reaktif yang dibutuhkan beban tidak terlalu mempengaruhi daya aktif
yang disuplai oleh pembangkit. Sementara daya reaktif pada slack bus dan bus
pembangkit semakin besar. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya
reaktif yang disalurkan ke beban agar daya reaktif yang tersuplai sesuai dengan
yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
H.Tugas Tambahan
Buatlah sebuah sistem transmisi dengan parameter dan jumlah bus tertentu,
tugas dapat diperoleh dari asisten percobaan dengan syarat, setiap praktikan tidak
boleh mempunyai tugas yang sama, perbedaan dapat berupa :
Jumlah bus yang digunakan.
Jumlah pembangkit yang di gunakan.
Jenis kabel atau saluran yang digunakan.
Konfigurasi jaringan.
B.Teori Dasar.
D.Prosedur Percobaan.
Langkah-langkah studi aliran daya menggunakan program MATPOWER
adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan program MATPOWER yang sudah siap di jalankan pada MATLAB,
2. Buka file ”case 14.m”,
3. File ”case14.m” adalah file dari sistem tenaga listrik yang tediri dari 14 bus, 5
pembangkit, dengan bus 1 sebagai bus slack,
4. Tentukan metoda aliran daya yang akan digunakan dengan mengganti option
yang ada pada file ”mpoption.m”,
5. Untuk memilih metoda aliran daya yang digunakan melalui option pada file
”mpoption.m”, adalah dengan mengetikkan ”help mpoption” pada command
window MATLAB,
6. Sebagai contoh untuk studi aliran daya diselesaikan dengan menggunakan metoda
Newton Raphson:
>> mp=mpoption;
>> mp(1,:) = 1;
>> runpf('case14', mp, 'hasil_case14.m');
7. Hasil aliran daya dapat dilihat pada layar monitor dan tersimpan pada file
“hasil_case14.m”.
E.Hasil Pengamatan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan ketiga metode yang digunakan
dalam studi aliran daya yaitu Newton-Raphson, Fast DeCouple, dan Gauss-Seidel.
Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa metode Fast-DeCoupel selalu lebih
cepat mencapai konvergensi dibandingkan dengan dua metode lainnya. Hal ini
disebabkan karena metode Fast DeCoupel merupakan pengembangan atau
penyempurnaan dari dua metode yang lain tersebut.
Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap jumlah iterasi ketiga metode
60 73
68
64
GS
Iterasi
40 51
NR
20 FD (P)
FD (Q)
0
0 0.5 1 1 2
1.5 2 2 2.5
Beban Bus 2
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa jumlah iterasi ketiga metode
untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan jumlah iterasi paling
sedikit adalah metode Newton-Raphson, kemudian diikuti oleh Fast-DeCoupel yang
memiliki perbandingan iterasi P dan Q yang jika ditotal nilai iterasinya masih lebih
banyak dibandingkan dengan Newton-Raphson namun lebih sedikit dibandingkan
dengan Gauss-Seidel. Metode Gauss-Seidel memerlukan iterasi yang paling banyak
untuk mencapai konvergensi karena metode ini adalah metode yang pertama dalam
studi aliran daya sehingga belum ada pengembangan atau penyempurnaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap waktu konvergensi ketiga metode
1
GS
0.5 NR
0 FD
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Beban Bus 2
Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap jumlah iterasi ketiga metode
150
GS
100
NR
50
FD (P)
0
0 1 2 3 4 5 6 FD (Q)
Jumlah Pengurangan Saluran
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa jumlah iterasi ketiga metode
untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan jumlah iterasi paling
sedikit adalah metode Newton-Raphson, kemudian diikuti oleh Fast-DeCoupel yang
memiliki perbandingan iterasi P dan Q yang jika ditotal nilai iterasinya masih lebih
banyak dibandingkan dengan Newton-Raphson namun lebih sedikit dibandingkan
dengan Gauss-Seidel. Metode Gauss-Seidel memerlukan iterasi yang paling banyak
untuk mencapai konvergensi karena metode ini adalah metode yang pertama dalam
studi aliran daya sehingga belum ada pengembangan atau penyempurnaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap waktu konvergensi ketiga metode
1.5
1 GS
0.5 NR
FD
0
0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Pengurangan Saluran
Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap jumlah iterasi ketiga metode
400 GS
300 NR
200 FD (P)
100 FD (Q)
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Penambahan Jumlah Bus
Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa jumlah iterasi ketiga metode
untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan jumlah iterasi paling
sedikit adalah metode Newton-Raphson, kemudian diikuti oleh Fast-DeCoupel yang
memiliki perbandingan iterasi P dan Q yang jika ditotal nilai iterasinya masih lebih
banyak dibandingkan dengan Newton-Raphson namun lebih sedikit dibandingkan
dengan Gauss-Seidel. Metode Gauss-Seidel memerlukan iterasi yang paling banyak
untuk mencapai konvergensi karena metode ini adalah metode yang pertama dalam
studi aliran daya sehingga belum ada pengembangan atau penyempurnaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi
Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap waktu konvergensi ketiga metode
2
1.5
GS
1
NR
0.5
FD
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Penambahan Jumlah Bus
G. Kesimpulan
1. Pada saat beban pada bus 2 diubah-ubah, metode Fast-DeCoupel selalu
lebih cepat mencapai konvergensi dibandingkan dengan dua metode
lainnya. Jumlah Hal ini disebabkan karena metode Fast DeCoupel
merupakan pengembangan atau penyempurnaan dari dua metode yang lain
tersebut. Sementara metode yang paling sedikit membutuhkan iterasi
adalah metode Newton-Raphson, sedangkan yang paling banyak adalah
Gauss-Seidel.
2. Pada saat jumlah saluran dikurangi, metode Newton Raphson paling cepat
mencapai konvergensi dan jumlah iterasinya juga yang paling sedikit
dibandingkan dengan dua metode lainnya.