Anda di halaman 1dari 38

Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

PERCOBAAN I
STUDI ALIRAN DAYA SISTEM TRANSMISI

1.1 UNJUK KERJA DAN OPERASI SISTEM TENAGA.


A. Tujuan Percobaan.
1. Mendapatkan besar parameter jaringan transmisi berdasarkan jenis saluran dan
konfigurasi saluran transmisi,
2. Mengetahui variasi pembebanan terhadap rugi-rugi saluran dan profil tegangan,
3. Mengetahui prilaku sistem ditinjau dari pergeseran sudut fase tegangan untuk
bus-bus, besar dan arah aliran daya dari sistem akibat perubahan beban dan
perubahan daya pembangkit.

B. Teori Dasar.
Analisa aliran daya merupakan studi dasar dalam menganalisa suatu
sistem Tenaga Listrik, baik untuk perencanaan maupun operasi. Pada dasarnya
sasaran utarna dari semua analisa aliran daya adalah menentukan besar dan sudut fasa
tegangan pada setiap bus, dengan diketahuinya tegangan maka daya aktif (P) dan
daya reaktif (Q) dapat dihitung. Jika P dan Q pada dua buah bus diketahui maka
aliran daya dengan jelas dapat diketahui, serta rugi-rugi daya saluran penghubung
dapat diketahui.

Secara umum tujuan analisa aliran daya adalah:


1. Untuk memeriksa tegangan dan sudut fasa masing-masing bus.
2. Untuk memeriksa kemampuan semua peralatan yang ada dalam sistem apakah
cukup besar untuk menyalurkan daya yang diinginkan.
3. Untuk memperoleh kondisi awal bagi studi-studi selanjutnya, yakni studi hubung
singkat, studi rugi-rugi transmisi dan studi stabilitas.

Ada 3 macam bus dalam hal ini setiap bus mempunyai empat besaran
dengan dua besaran diantaranya diketahui yakni:
- BUS REFERENSI (slack bus). Adalah suatu bus yang selalu mempunyai besaran
dan sudut fasa yang tetap dan telah diberikan sebelumnya, pada bus ini berfungsi
untuk mencatu rugi-rugi, kekurangan daya yang ada pada jaringan, dalam hal ini
penting karena kekurangan daya tidak dapat dicapai kecuali terdapat suatu bus
yang mempunyai daya tak terbatas sehingga dapat mengimbangi rugi-rugi.
- BUS PQ (bus beban). Pada tipe bus ini daya aktif dan daya reaktif diketahui,
sedangkan dua lainnya didapat dari hasil perhitungan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

- BUS PV (bus pembangkit). Pada tipe bus ini, besar tegangan dan daya aktif telah
ditentukan sedangkan daya reaktif dan sudut fasa tegangan didapat dari hasil
perhitungan.

Pada tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu :


- Daya real atau daya aktif P
- Daya reaktif Q
- Harga skalar tegangan |V|
- Sudut fasa tegangan q

Tabel Besaran yang diketahui dan dihitung pada bus


Besaran
Jenis Bus
Diketahui Dihitung

Slack/Swing V, d P, Q

Beban P, Q d, V

Generator V, P Q, d

Persamaan Aliran Daya


Jaringan sistem tenaga seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini,
saluran transmisinya dapat digambarkan dengan model πyang mana impedansi-
impedansinya telah diubah menjadi admitansi-admitansi per unit pada base/dasar
MVA.
Aplikasi hokum Kirchhoff pada bus ini diberikan dalam :

atau

Daya aktif dan daya reaktif pada bus i adalah :

atau
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Substitusi untuk Ii pada persamaan berikut, hasilnya :

Tipikal bus dari sistem tenaga

Dari hubungan di atas formulasi perhitungan dari aliran daya dalam sistem tenaga
harus diselesaikan dengan teknik iterasi.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

C. Alat dan Bahan.


Perangkat keras berupa seperangkat leptop dengan spesifikasi minimum
Pentium IV, memori 1 Ghz, HDD 250 MB. Perangakat lunak berupa paket program
Power World Simulator, program MATLAB dan program Microsoft Excel untuk
membantu dalam proses analisa dan pembuatan grafik untuk data hasil percobaan.

D. Prosedur Percobaan.
1. Buatlah rangkian sistem seperti Gambar 1.1. dengan data saluran pada Tabel 1.1.,
2. Langkah-langkah untuk membuat rangkaian Gambar 1.1. adalah sebagai berikut:

a. Buatlah bus dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


b. Isilah data-data bus pada ”display information” dan ”bus information” dari
information dialog seperti no. bus, nama bus, orientasi bus (kanan, kiri, atas
atau bawah), tegangan nominal, tegangan perunit, sudut tegangan sesuai data
dan system slack bus,

c. Buatlah generator dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


d. Isilah data-data generator pada ”display information” dan ”MW and Voltage
Control” dari information dialog seperti no. bus, nama bus, orientasi bus
(kanan, kiri, atas atau bawah) dan MW/Mvar output sesuai data,

e. Buatlah bus beban dengan mengklik ikon pada insert toolbar,


f. Isilah data-data bus beban pada ”load information” dari information dialog
seperti no. bus, nama bus, orientasi bus (kanan, kiri, atas atau bawah), MW
value dan Mvar value sesuai data,
g. Buatlah saluran transmisi dengan mengklik ikon pada insert toolbar,
h. Isilah data-data saluran transmisi pada ”parameter” dari line information
dialog dengan mengklik kanan mouse, seperti series resistance (R) dan series
reactance (X) sesuai data.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Gambar 1.1. Contoh Sistem Transmisi.

Tabel 1.1. Data Saluran Sistem Transmsisi.


Bus to Bus R (pu) X (pu)
1-2 0,05 0,08
1-3 0,02 0,05
2-3 0,06 0,09
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

E. Hasil Pengamatan.

Tabel 1.1. Daya aktif dari pembangkit diubah-ubah.


P Slack Bus Bus Beban
(W) MW MVar PU deg MW MVar PU deg
50 -4 37 1 0 45 20 1 0.985
75 -28 52 1 0 45 20 1 0.984
80 -33 55 1 0 45 20 1 0.983

Tabel 1.2. Daya aktif dari beban diubah-ubah.


P Slack Bus Bus pembangkit
(W) MW MVar PU deg MW MVar PU deg
50 1 36 1 0 50 -11 1 1
60 11 35 1 0 50 -13 1 1
70 21 33 1 0 50 -14 1 1

Tabel 1.3. Daya reaktif dari beban diubah-ubah.


Q Slack Bus Bus pembangkit
(Mvar) MW MVar PU Deg MW MVar PU deg
40 -4 50 1 0 50 8 1 1
50 -4 56 1 0 50 -4 1 1
60 -4 63 1 0 50 0 1 1
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F. Analisa Hasil Pengamatan


Analisa Rangkaian :

Gambar 1.1. Contoh Sistem Transmisi.

Tabel 1.1. Data Saluran Sistem Transmsisi.


Bus to Bus R (pu) X (pu)
1-2 0,05 0,08
1-3 0,02 0,05
2-3 0,06 0,09

Gambar diatas menunjukkan sebuah pengukuran aliran daya tiga fase. Terdapat
tiga bus yang terdiri dari slack bus, bus pembangkit dan bus beban yang masing-
masing sudah diberikan nilai tahanan dan reaktansi. Berdasarkan gambar diatas dapat
dianalisa bahwa arah aliran daya berasal dari bus pembangkit menuju bus beban. Hal
ini dikarenakan bus pembangkit merupakan sumber penyuplai daya ke beban,
sedangkan slack bus menyuplai kekurangan ( menambah nilai daya) atau mengurangi
suplai daya dari pembangkit supaya daya yang tersuplai ke beban sesuai dengan yang
dibutuhkan. Adapun penyebab kekurangan daya pada saluran karena terdapat rugi-
rugi daya pada saluran transmisi.

Saat nilai daya aktif pada pembangkit semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack semakin kecil. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya
aktif yang disalurkan ke beban agar daya aktif yang tersuplai sesuai dengan yang
dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Saat nilai daya aktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif pada
bus slack semakin besar sementara pada pembangkit tetap konstan. Hal ini
dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang disalurkan ke beban agar daya
aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban.

Saat nilai daya reaktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack dan bus pembangkit tetap konstan. Hal ini dikarenakan besar daya
reaktif yang dibutuhkan beban tidak terlalu mempengaruhi daya aktif yang disuplai
oleh pembangkit. Sementara daya reaktif pada slack bus dan bus pembangkit semakin
besar. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya reaktif yang disalurkan ke
beban agar daya reaktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.2. Daya aktif dari pembangkit diubah-ubah.


P Slack Bus Bus Beban
(W) MW MVar PU deg MW MVar PU Deg
50 -4 37 1 0 45 20 1 0.985
75 -28 52 1 0 45 20 1 0.984
80 -33 55 1 0 45 20 1 0.983

Tabel diatas adalah hasil pengukuran aliran daya dengan kondisi daya aktif
dari pembangkit diubah-ubah. Dengan semakin besarnya nilai daya aktif pada
pembangkit diperoleh nilai daya aktif pada bus slack semakin kecil. Hal ini
dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang disalurkan ke beban agar daya
aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban. Pada kondisi ini dengan
daya aktif yang disuplai oleh pembangkit semakin besar, dengan kebutuhan daya
aktif pada beban konstan, maka slack bus akan mengurangi daya aktif yang tersuplai
dari pembangkit.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.1. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap daya aktif bus slack
dan bus beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap


Daya Aktif Bus Slack dan Bus Beban
60
Daya Aktif (MW)

40
45 45 45
20
Slack Bus
0
Bus Beban
0 20 40 60 80 100
-20 -4

-40 -28-33
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya akif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, sementara kebutuhan daya aktif pada beban
konstan, maka daya aktif pada slack bus semakin kecil karena mengurangi daya aktif
yang tersuplai dari pembangkit agar daya aktif yang tersuplai ke beban sesuai dengan
yang dibutuhkan. Daya aktif pada beban konstan karena nilainya sudah ditentukan
sebesar 45 MW.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.2. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap daya reaktif bus slack
dan bus beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap


Daya Reaktif Bus Slack dan Bus Beban
60
Daya Reaktif (MVar)

50
40 52 55
30 37
20 Slack Bus
10 20 20 20 Bus Beban
0
0 20 40 60 80 100
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, maka daya reaktif pada slack bus dan bus
beban juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena daya reakif pada slack bus
menutupi kekurangan daya reaktif dari pembangkit ke beban. Daya reaktif pada
beban konstan karena nilainya sudah ditentukan sebesar 20 MVar.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.3. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap PU bus slack dan bus
beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap


PU Bus Slack dan Bus Beban
1.5

1
PU

1 1 1
0.5 Slack Bus
Bus Beban
0
0 20 40 60 80 100
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, maka nilai PU pada slack bus dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 1 PU karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1 PU
karena sudah ditentukan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.4. Grafik perubahan daya aktif pembangkit terhadap sudut (deg) bus slack
dan bus beban

Grafik Perubahan Daya Aktif Pembangkit Terhadap


Sudut (Deg) Bus Slack dan Bus Beban
1.5
Sudut (Deg)

1
0.985 0.984 0.983
0.5 Slack Bus

0 Bus Beban
0 20 40 0 60 0 800 100
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
disuplai oleh pembangkit semakin besar, maka nilai sudut pada slack bus konstan,
sedangkan pada bus beban semakin kecil. Pada slack bus nilainya tetap konstan
sebesar 0 degrees karena bus slack merupakan bus referensi, sedangkan pada bus
beban nilanya semakin kecil.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.3. Daya aktif dari beban diubah-ubah.


P Slack Bus Bus pembangkit
(W) MW MVar PU deg MW MVar PU deg
50 1 36 1 0 50 -11 1 1
60 11 35 1 0 50 -13 1 1
70 21 33 1 0 50 -14 1 1

Tabel diatas adalah hasil pengukuran aliran daya dengan kondisi daya aktif
dari beban diubah-ubah. Dengan semakin besarnya nilai daya aktif pada beban
diperoleh nilai daya aktif pada bus slack semakin besar sementara pada pembangkit
tetap konstan. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang
disalurkan ke beban agar daya aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan
beban. Pada kondisi ini dengan daya aktif yang dibutuhkan oleh beban semakin besar,
sementara daya aktif yang disuplai oleh pembangkit tetap konstan, maka slack bus
akan menambah kebutuhan daya aktif yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.5. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap daya aktif bus slack dan bus
pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Daya


Aktif Slack Bus dan Bus Pembangkit
60
Daya Aktif (MW)

40
50 50 50
20 Slack Bus
0 21 Bus Pembangkit
11
0 20 40 1 60 80
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, sementara daya aktif yang disuplai oleh
pembangkit konstan, maka slack bus akan menambah kebutuhan daya aktif yang
dibutuhkan beban. Hal ini disebabkan karena slack bus merupakan bus referensi yang
menstabilkan antara daya tersuplai dengan kebutuhan daya.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.6. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap daya reaktif bus slack dan
bus pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap Daya


Reaktif Slack Bus dan Bus Pembangkit
Daya Reaktif (MVar)

40

20 36 35 33
Slack Bus
0
Bus Beban
0 20 40 60 80
-20 -11
Daya Aktif (W) -13 -14

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka daya reaktif pada slack bus dan bus
beban semakin kecil. Hal ini disebabkan karena daya reakif pada slack bus menutupi
kekurangan daya reaktif dari pembangkit ke beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.7. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap PU bus slack dan bus
pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif BebanTerhadap PU Bus


Slack dan Bus Pembangkit
1.5
1
PU

1 1 1 Slack Bus
0.5
0 Bus Beban
0 20 40 60 80
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutukan oleh beban semakin besar, maka nilai PU pada slack bus dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 1 PU karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1 PU
karena sudah ditentukan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.8. Grafik perubahan daya aktif beban terhadap sudut (deg) bus slack dan
bus pembangkit

Grafik Perubahan Daya Aktif Beban Terhadap


Sudut (Deg) Bus Slack dan Bus Pembangkit
1.5
1 1 1
Sudut (Deg)

0.5 Slack Bus


0 0 0
Bus Beban
0
0 20 40 60 80
Daya Aktif (W)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya aktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka nilai sudut pada slack dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 0 degrees karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1
degrees.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.4. Daya reaktif dari beban diubah-ubah.


Q Slack Bus Bus pembangkit
(Mvar) MW MVar PU Deg MW MVar PU deg
40 2 46 1 0 50 -4 1 1.459
50 2 53 1 0 50 0 1 1.462
60 2 59 1 0 50 4 1 1.465

Tabel diatas adalah hasil pengukuran aliran daya dengan kondisi daya reaktif
dari beban diubah-ubah. Dengan semakin besarnya nilai daya reaktif pada beban
diperoleh nilai daya pada bus slack dan bus pembangkit tetap konstan. Hal ini
dikarenakan besar daya reaktif yang dibutuhkan beban tidak terlalu mempengaruhi
daya aktif yang disuplai oleh pembangkit.
Sementara daya reaktif pada slack bus dan bus pembangkit semakin besar.
Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya reaktif yang disalurkan ke beban
agar daya reaktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban. Pada kondisi
ini dengan daya reaktf yang dibutuhkan oleh beban semakin besar, sementara daya
reaktif yang disuplai oleh pembangkit kecil, maka slack bus akan menambah
kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.9. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap daya aktif bus slack dan
bus pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap


Daya Aktif Slack Bus dan Bus Pembangkit
60 50 50 50
Daya Aktif (MW)

40

20 Slack Bus
2 2 2
Bus Beban
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Daya Reaktif (MVar)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, daya aktif pada pembangkit dan slack bus
tetap konstan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan daya reaktif beban tidak terlalu
mempengaruhi daya aktif yang disuplai oleh pembangkit dan slack bus.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.10. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap daya reaktif bus slack
dan bus pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap Daya


Reaktif Slack Bus dan Bus Pembangkit
80
59
Daya Reaktif (MVar)

53
60 46
40
Slack Bus
20 4
-4 0 Bus Pembangkit
0
0 20 40 60 80
-20
Daya Reaktif (MVar)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka daya reaktif pada slack bus dan bus
beban juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena dengan semakin besarnya
kebutuhan daya reaktif yang dibutuhkan beban, maka daya reaktif yang disuplai oleh
pembangkit juga semakin besar, sementara daya reakif pada slack bus juga semakin
besar untuk menutupi kekurangan daya reaktif dari pembangkit ke beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.11. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap PU bus slack dan bus
pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif BebanTerhadap PU


Bus Slack dan Bus Pembangkit
1.5
1 1 1
1
PU

0.5 Slack Bus


Bus Pembangkit
0
0 20 40 60 80
Daya Reaktif (MVar)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutukan oleh beban semakin besar, maka nilai PU pada slack bus dan bus beban
konstan. Pada slack bus nilainya tetap konstan sebesar 1 PU karena bus slack
merupakan bus referensi, sedangkan pada bus beban nilanya konstan sebesar 1 PU
karena sudah ditentukan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik 1.12. Grafik perubahan daya reaktif beban terhadap sudut (deg) bus slack
dan bus pembangkit

Grafik Perubahan Daya Reaktif Beban Terhadap


Sudut (Deg) Bus Slack dan Bus Pembangkit
2
1.459 1.462 1.465
Sudut (Deg)

1.5
1
Slack Bus
0.5 0 0 0 Bus Pembangkit
0
0 20 40 60 80
Daya Reaktif (MVar)

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa dengan daya reaktif yang
dibutuhkan oleh beban semakin besar, maka nilai sudut pada slack nilainya tetap
konstan sebesar 0 degrees karena bus slack merupakan bus referensi, sedangkan pada
bus pembangkit nilanya semakin besar.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

G. Kesimpulan
1. Saat nilai daya aktif pada pembangkit semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack semakin kecil. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar
daya aktif yang disalurkan ke beban agar daya aktif yang tersuplai sesuai
dengan yang dibutuhkan beban.

2. Saat nilai daya aktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif pada
bus slack semakin besar sementara pada pembangkit tetap konstan. Hal ini
dikarenakan bus slack mengatur besar daya aktif yang disalurkan ke beban
agar daya aktif yang tersuplai sesuai dengan yang dibutuhkan beban.

3. Saat nilai daya reaktif pada beban semakin besar diperoleh nilai daya aktif
pada bus slack dan bus pembangkit tetap konstan. Hal ini dikarenakan besar
daya reaktif yang dibutuhkan beban tidak terlalu mempengaruhi daya aktif
yang disuplai oleh pembangkit. Sementara daya reaktif pada slack bus dan bus
pembangkit semakin besar. Hal ini dikarenakan bus slack mengatur besar daya
reaktif yang disalurkan ke beban agar daya reaktif yang tersuplai sesuai dengan
yang dibutuhkan beban.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

H.Tugas Tambahan
Buatlah sebuah sistem transmisi dengan parameter dan jumlah bus tertentu,
tugas dapat diperoleh dari asisten percobaan dengan syarat, setiap praktikan tidak
boleh mempunyai tugas yang sama, perbedaan dapat berupa :
 Jumlah bus yang digunakan.
 Jumlah pembangkit yang di gunakan.
 Jenis kabel atau saluran yang digunakan.
 Konfigurasi jaringan.

1.2 UNJUK KERJA METODA ALIRAN DAYA.


A. Tujuan Percobaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

1. Mengetahui perbandingan unjuk kerja metoda-metoda aliran daya seperti Gauss


Siedel, Newton Raphson, Fast Decouple,
2. Mendapatkan perbandingan unjuk kerja dari tiap metode ditinjau dari iterasi dan
waktu konvergensi untuk berbagai variasi pembebanan, konfigurasi jaringan dan
variasi pembangkitan,
3. Mendapatkan perbandingan unjuk kerja dari tiap metoda ditinjau dari iterasi dan
waktu konvergensi untuk sistem dengan jumlah bus yang semakin besar /banyak.

B.Teori Dasar.

C.Alat dan Bahan.


Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Perangkat keras berupa seperangkat komputer dengan spesifikasi minimum


Pentium IV, memori 1 Ghz, HDD 250 MB. Perangakat lunak berupa program
MATPOWER untuk analisa aliran daya dengan berbagai metoda, program MATLAB
dan program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses analisa dan pembuatan
grafik untuk data hasil percobaan.

D.Prosedur Percobaan.
Langkah-langkah studi aliran daya menggunakan program MATPOWER
adalah sebagai berikut:
1. Persiapkan program MATPOWER yang sudah siap di jalankan pada MATLAB,
2. Buka file ”case 14.m”,
3. File ”case14.m” adalah file dari sistem tenaga listrik yang tediri dari 14 bus, 5
pembangkit, dengan bus 1 sebagai bus slack,
4. Tentukan metoda aliran daya yang akan digunakan dengan mengganti option
yang ada pada file ”mpoption.m”,
5. Untuk memilih metoda aliran daya yang digunakan melalui option pada file
”mpoption.m”, adalah dengan mengetikkan ”help mpoption” pada command
window MATLAB,
6. Sebagai contoh untuk studi aliran daya diselesaikan dengan menggunakan metoda
Newton Raphson:
>> mp=mpoption; 
>> mp(1,:) = 1; 
>> runpf('case14', mp, 'hasil_case14.m'); 
7. Hasil aliran daya dapat dilihat pada layar monitor dan tersimpan pada file
“hasil_case14.m”.

E.Hasil Pengamatan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.4. File ”case14.m” untuk Beban Pada Bus 8 Diubah-ubah.


Beban Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
bus 2
NR FDXB GS NR FDXB GS
1.2 1.38 0.17 0.16 1 P=3;Q=2 51
1.5 0.02 0.02 0.09 2 P=3;Q=2 64
1.7 0.02 0.02 0.13 2 P=3;Q=2 68
2 0.01 0.01 0.05 2 P=3;Q=2 73

Tabel 1.5. File ”case14.m” untuk Jumlah Saluran dikurangi.


Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
saluran NR FDXB GS NR FDXB GS
2 0.02 0.03 0.19 2 P=4;Q=3 79
4 0.02 0.03 0.31 3 P=8;Q=7 129
5 0.05 0.01 1.82 10 P=8;Q=7 172

Tabel 1.6. Perbandingan Untuk Sistem Transmisi Yang Berbeda.


Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
case NR FDXB GS NR FDXB GS

Case 9 0.11 0.04 0.14 3 P=4;Q=4 93


Case 14 0.02 0.03 0.03 1 P=3;Q=2 8
Case 30 0.02 0.02 0.67 2 P=5;Q=4 275
Case 39 0.02 0.02 0 0 P=0;Q=0 0
Case 57 0.03 0.02 0.33 2 P=4;Q=3 84
Case 118 0.03 0.02 1.97 2 P=3;Q=3 648
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

F. Analisa Hasil Pengamatan


Tabel 1.4. File ”case14.m” untuk Beban Pada Bus 8 Diubah-ubah.
Beban Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
bus 2
NR FDXB GS NR FDXB GS
1.2 1.38 0.17 0.16 1 P=3;Q=2 51
1.5 0.02 0.02 0.09 2 P=3;Q=2 64
1.7 0.02 0.02 0.13 2 P=3;Q=2 68
2 0.01 0.01 0.05 2 P=3;Q=2 73

Dari tabel diatas dapat dilihat perbandingan ketiga metode yang digunakan
dalam studi aliran daya yaitu Newton-Raphson, Fast DeCouple, dan Gauss-Seidel.
Berdasarkan tabel diatas dapat dianalisa bahwa metode Fast-DeCoupel selalu lebih
cepat mencapai konvergensi dibandingkan dengan dua metode lainnya. Hal ini
disebabkan karena metode Fast DeCoupel merupakan pengembangan atau
penyempurnaan dari dua metode yang lain tersebut.

Sementara untuk jumlah iterasi masing-masing metode berbeda-beda seiring


penambahan beban pada bus 2. Namun yang bisa disimpulkan adalah semakin besar
bebannya maka jumlah iterasi yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Metode
yang paling sedikit membutuhkan iterasi adalah metode Newton-Raphson, sedangkan
yang paling banyak adalah Gauss-Seidel.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap jumlah iterasi ketiga metode

Grafik Hubungan Beban pada Bus 2


terhadap Jumlah Iterasi Ketiga Metode
80

60 73
68
64
GS
Iterasi

40 51
NR
20 FD (P)
FD (Q)
0
0 0.5 1 1 2
1.5 2 2 2.5
Beban Bus 2

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa jumlah iterasi ketiga metode
untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan jumlah iterasi paling
sedikit adalah metode Newton-Raphson, kemudian diikuti oleh Fast-DeCoupel yang
memiliki perbandingan iterasi P dan Q yang jika ditotal nilai iterasinya masih lebih
banyak dibandingkan dengan Newton-Raphson namun lebih sedikit dibandingkan
dengan Gauss-Seidel. Metode Gauss-Seidel memerlukan iterasi yang paling banyak
untuk mencapai konvergensi karena metode ini adalah metode yang pertama dalam
studi aliran daya sehingga belum ada pengembangan atau penyempurnaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap waktu konvergensi ketiga metode

Grafik Hubungan Beban pada Bus 2 terhadap Waktu


Konvergensi Ketiga Metode
1.5
Waktu Konvergensi (dt)

1
GS
0.5 NR

0 FD
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Beban Bus 2

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa waktu konvergensi ketiga


metode untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan waktu
konvergensi paling cepat adalah metode Fast-DeCoupel, kemudian diikuti oleh
Newton-Raphson yang memiliki waktu konvergensi masih lebih lama dibandingkan
dengan Fast-DeCoupel namun lebih cepat dibandingkan dengan Gauss-Seidel.
Metode Gauss-Seidel memerlukan waktu paling lama untuk mencapai konvergensi
karena metode ini adalah metode yang pertama dalam studi aliran daya sehingga
belum ada pengembangan atau penyempurnaan, dan juga karena metode ni memiliki
iterasi yang banyak.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.5. File ”case14.m” untuk Jumlah Saluran dikurangi.


Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
saluran NR FDXB GS NR FDXB GS
2 0.02 0.03 0.19 2 P=4;Q=3 79
4 0.02 0.03 0.31 3 P=8;Q=7 129
5 0.05 0.11 1.82 10 P=8;Q=7 172

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan waktu konvergensi dan


jumlah iterasi ketiga metode pada saat jumlah saluran dikurangi. Metode Newton-
Raphson mencapai konvergensi paling cepat dibandingkan dengan metode yang lain.
Sehingga bisa dikatakan metode NR paling efektik pada segi waktu mencapai
konvergensi.
Sedangkan untuk jumlah iterasi, metode yang membutuhkan iterasi paling
sedikit seiring pegurangan jumlah saluran adalah metode Newton-Raphson.
Kemudian yang kedua adalah metode Fast DeCoupel dengan perbandingan P dan Q
yang berbeda-beda. Metode Gauss-Seidel memiliki jumlah iterasi yang paling banyak
diantara kedua metode sebelumnya.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap jumlah iterasi ketiga metode

Grafik Hubungan Beban pada Bus 2 terhadap Jumlah


Iterasi Ketiga Metode
200
Jumlah Iterasi

150
GS
100
NR
50
FD (P)
0
0 1 2 3 4 5 6 FD (Q)
Jumlah Pengurangan Saluran

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa jumlah iterasi ketiga metode
untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan jumlah iterasi paling
sedikit adalah metode Newton-Raphson, kemudian diikuti oleh Fast-DeCoupel yang
memiliki perbandingan iterasi P dan Q yang jika ditotal nilai iterasinya masih lebih
banyak dibandingkan dengan Newton-Raphson namun lebih sedikit dibandingkan
dengan Gauss-Seidel. Metode Gauss-Seidel memerlukan iterasi yang paling banyak
untuk mencapai konvergensi karena metode ini adalah metode yang pertama dalam
studi aliran daya sehingga belum ada pengembangan atau penyempurnaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap waktu konvergensi ketiga metode

Grafik Hubungan Beban pada Bus 2 terhadap Waktu


Konvergensi Ketiga Metode
2
Waktu Konvergensi (dt)

1.5

1 GS

0.5 NR
FD
0
0 1 2 3 4 5 6
Jumlah Pengurangan Saluran

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa waktu konvergensi ketiga


metode untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan waktu
konvergensi paling cepat adalah metode Fast-DeCoupel, kemudian diikuti oleh
Newton-Raphson yang memiliki waktu konvergensi masih lebih lama dibandingkan
dengan Fast-DeCoupel namun lebih cepat dibandingkan dengan Gauss-Seidel.
Metode Gauss-Seidel memerlukan waktu paling lama untuk mencapai konvergensi
karena metode ini adalah metode yang pertama dalam studi aliran daya sehingga
belum ada pengembangan atau penyempurnaan, dan juga karena metode ni memiliki
iterasi yang banyak.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Tabel 1.6. Perbandingan Untuk Sistem Transmisi Yang Berbeda.


Jumlah Konvergensi (detik) Jumlah Iterasi
case NR FDXB GS NR FDXB GS

Case 9 0.11 0.04 0.14 3 P=4;Q=4 93


Case 14 0.02 0.03 0.03 1 P=3;Q=2 8
Case 30 0.02 0.02 0.67 2 P=5;Q=4 275
Case 39 0.02 0.02 0 0 P=0;Q=0 0
Case 57 0.03 0.03 0.33 2 P=4;Q=3 84
Case 118 0.03 0.03 1.97 2 P=3;Q=3 648

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perbedaan waktu konvergensi dan


jumlah iterasi ketiga metode untuk sistem transmisi yang berbeda-beda. Metode
Newton-Raphson mencapai konvergensi paling cepat dibandingkan dengan metode
yang lain. Sehingga bisa dikatakan metode NR paling efektif pada segi waktu
mencapai konvergensi.
Sedangkan untuk jumlah iterasi, metode yang membutuhkan iterasi paling
sedikit untuk sistem transmisi yang berbeda-beda adalah metode Newton-Raphson.
Kemudian yang kedua adalah metode Fast DeCoupel dengan perbandingan P dan Q
yang berbeda-beda. Metode Gauss-Seidel memiliki jumlah iterasi yang paling banyak
diantara kedua metode sebelumnya.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap jumlah iterasi ketiga metode

Grafik Hubungan Beban pada Bus 2 terhadap


Jumlah Iterasi Ketiga Metode
700
600
500
Jumlah Iterasi

400 GS
300 NR
200 FD (P)

100 FD (Q)

0
0 1 2 3 4 5 6 7
Penambahan Jumlah Bus

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa jumlah iterasi ketiga metode
untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan jumlah iterasi paling
sedikit adalah metode Newton-Raphson, kemudian diikuti oleh Fast-DeCoupel yang
memiliki perbandingan iterasi P dan Q yang jika ditotal nilai iterasinya masih lebih
banyak dibandingkan dengan Newton-Raphson namun lebih sedikit dibandingkan
dengan Gauss-Seidel. Metode Gauss-Seidel memerlukan iterasi yang paling banyak
untuk mencapai konvergensi karena metode ini adalah metode yang pertama dalam
studi aliran daya sehingga belum ada pengembangan atau penyempurnaan.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

Grafik hubungan antara beban pada bus 2 terhadap waktu konvergensi ketiga metode

Grafik Hubungan Beban pada Bus 2 terhadap Waktu


Konvergensi Ketiga Metode
2.5
Waktu Konvergensi (dt)

2
1.5
GS
1
NR
0.5
FD
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Penambahan Jumlah Bus

Berdasarkan grafik diatas dapat dianalisa bahwa waktu konvergensi ketiga


metode untuk mencapai konvergensi berbeda-beda. Metode dengan waktu
konvergensi paling cepat adalah metode Fast-DeCoupel, kemudian diikuti oleh
Newton-Raphson yang memiliki waktu konvergensi masih lebih lama dibandingkan
dengan Fast-DeCoupel namun lebih cepat dibandingkan dengan Gauss-Seidel.
Metode Gauss-Seidel memerlukan waktu paling lama untuk mencapai konvergensi
karena metode ini adalah metode yang pertama dalam studi aliran daya sehingga
belum ada pengembangan atau penyempurnaan, dan juga karena metode ni memiliki
iterasi yang banyak.
Studi Aliran Daya Sistem Transmisi

G. Kesimpulan
1. Pada saat beban pada bus 2 diubah-ubah, metode Fast-DeCoupel selalu
lebih cepat mencapai konvergensi dibandingkan dengan dua metode
lainnya. Jumlah Hal ini disebabkan karena metode Fast DeCoupel
merupakan pengembangan atau penyempurnaan dari dua metode yang lain
tersebut. Sementara metode yang paling sedikit membutuhkan iterasi
adalah metode Newton-Raphson, sedangkan yang paling banyak adalah
Gauss-Seidel.

2. Pada saat jumlah saluran dikurangi, metode Newton Raphson paling cepat
mencapai konvergensi dan jumlah iterasinya juga yang paling sedikit
dibandingkan dengan dua metode lainnya.

3. Untuk sistem transmisi yang berbeda-beda, metode Newton Raphson


paling cepat mencapai konvergensi dan jumlah iterasinya juga yang
paling sedikit dibandingkan dengan dua metode lainnya.

Anda mungkin juga menyukai