Anda di halaman 1dari 14

MODUL PRAKTIKUM

PERPETAAN

Dosen Pengampuh:
ARIF, S.T., M.T

LABORATORIUM SURVEY DAN PEMETAAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2019
1. PENDAHULUAN
Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran
permukaan bumi dengan menggunakan cara dan atau metode tertentu sehingga
didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vector
maupun raster.
Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestris, fotogrametrik,
atau metode lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan
alat ukur theodolite berikut perlengkapannya. Adapun pemetaan secara
fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara. Pemetaan secara fotogrametrik
tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan
titik dasar kontrol hingga kepada pengukuran batas tanah.
Pemetaan bangunan merupakan salah satu aplikasi dari penggunaan suatu
peta kontur. Pemetaan ini dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik
kemiringan permukaan tanah dengan mengetahui perbedaan ketinggian antar garis
kontur. Selain hal tersebut, dapat pula diketahui luas area yang dikehendaki seperti
luas suatu bangunan. Hal ini dapat diketahui dengan menghitung perbedaan jarak
antar titik tembak. Tampak sebuah potongan dari suatu peta kontur memperlihatkan
perbedaan ketinggian antara tingkat dasar suatu area dengan ketinggian permukaan
tanah di sekitar area tersebut.
Pemetaan situasi adalah gabungan dari poligon profil. Pemetaan situasi bisa
diartikan sebagai penggambaran data-data geometris dipermukaan bumi kesuatu
bidang datar dengan skala tertentu. Proses pengukuran situasi memerlukan
kerangka dasar pengukuran berupa kerangka dasar horizontal dan kerangka dasar
vertikal.
Kerangka dasar horizontal dapat melalui beberapa cara antara lain mengikat
ke muka, mengikat ke belakang, triangulasi, poligon, atau gabungan dari cara-cara
tersebut. Sedangkan kerangka dasar vertikal dapat menggunakan sipat datar. Dari
kerangka datar tersebut dapat dikumpulkan data-data geometris dari detail yang
diukur.
Ada banyak metode yang dapat dilakukan dalam penentuan luas. Bisa
dengan menggunakan meteran, bisa juga dengan menggunakan data-data pada
theodolit. Dari theodolit, kita dapat mengetahui jarak suatu titik dari theodolite

1
dengan cara mengurangi benang atas (BA) titik tersebut dengan benang bawahnya
(BB).

2. THEODOLIT
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk
menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan
waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang
dapat di baca bisa sampai pada satuan second (detik).
Pengukuran dengan alat ukur theodolit dilakukan untuk mendapatkan
bayangan keadaan lapangan dengan cara menentukan tempat titik-titik diatas
permukaan bumi.
Untuk mendapatkan hubungan antara dua titik, baik hubungan horizontal
(mendatar) maupun hubungan vertikal (tegak) diperlukan sudut-sudut yang harus
diukur dilapangan.
Untuk hubungan mendatar diperlukan sudut mendatar dan untuk hubungan
tegak diperlukan sudut vertikal. Sudut mendatar diukur lingkaran yang terletak
mendatar dan sudut vertikal pada lingkaran yang tegak lurus. Sudut mendatar dan
sudut vertikal diukur dengan alat ukur sudut yang dikenal dengan nama theodolite.

2.1 Bagian-bagian Theodolit


- Mikrometer/ sekrup pengatur atau penggeser vertical berfungsi untuk
mengatur atau menggeser arah vertical dengan geseran halus untuk
membantu menempatkan sudut halus.
- Lensa objektif berguna untuk melihat objektif yang dituju agar kelihatan
lebih besar dan jelas pada suatu titik tertentu.
- Vertical Klam/sekrup pengunci teropong berfungsi sebagai pengunci
teropong apabila nivo tabung pada teropong tepat pada suatu
kesetimbangan menunjukkan suatu garis lurus horizontal, dan alat ini juga
mengunci besar sudut vertical yang dibutuhkan agar tidak tergeser.
- Vertical tangan screw/sekrup diafragma gerakan horizontal. Gunanya
untuk membantu menempatkan sudut bacaan pada sumbu kesatu dan
sumbu kedua.

2
- Upper plat tangens screw/sekrup pengunci repetisi bagian atas
gunanya untuk membantu alat apabila sudah tepat pada sasarannya supaya
tidak bergeser – geser lagi.
- Lower plate screw/sekrup pengunci repetisi bagian bawah berfungsi
untuk membantu alat agar dikunci dan membantu mengenolkan sudut pada
arah utara sebagai pedoman.
- Lensa okuler berfungsi sebagai tempat membidik melihat objek di
lapangan.
- Reflector/sekrup pengatur cahaya berfungsi untuk memperjelas gambar
dengan arah atau jarak yang kita tentukan.
- Lensa Optis yaitu lensa atau teropong yang digunakan untuk melihat
apakah alat tersebut sudah benar-benar di atas patok atau belum.
- Nivo kotak yaitu nivo berisi air dan udara berbentuk lingkaran yang
digunakan untuk mengecek tingkat kedataran pada sumbu I vertical.
- Nivo tabung yaitu nivo berisi air dan udara berbentuk tabung yang
digunakan untuk cek tingkat kedataran pada sumbu II horizontal.

Klem

3
Gambar 1. Bagian-bagian Theodolit Nikon 101

2.2 Pengaturan alat ukur theodolite


a. Centering Alat
Centring alat merupakan pekerjaan untuk menyeimbangkan alat agar
tepat di atas titik/patok yang digunakan sebagai acuan. Langkah-
langkahnya :
- Dirikan tripod/statif di atas patok acuan, usahakan kepala tripod datar.
Pasang alat diatas di kepala tripod dan kencangkan sekrupnya. Bidik
titik/patok melalui teropong centring alat dan tepatkan titik di
lingkaran teropong. Caranya dengan mengangkat dua kaki statif dan
satu kaki statif sebagai tumpuan, usahakan kepala tripod tetap datar/
horizontal.
- Seimbangkan gelembung nivo kotak dengan merubah ketinggian
ketiga kaki statif bergantian.
- Seimbangkan nivo tabung dengan menggunakan sekrup A, B dan C,
setelah itu cek lagi lingkaran centering, jika bergeser dari paku
geserlah sedikit alat dengan mengendorkan sekrup alatnya. Setelah itu
seimbangkan lagi nivo tabung dengan sekrup A-B-C. Lakukan
berulang-ulang hingga alat benar-benar tegak di atas titik.
b. Setting Alat

4
Setting mempunyai maksud untuk mengatur konfigurasi alat yang
digunakan. Setting ini hanya dilakukan sekali dan tidak berubah walaupun
alat dimatikan. Setting dapat dilakukan dengan cara menekan tombo Power
dan tombol Reset secara bersamaan. Setting alat ini meliputi:
- Minimum Angle Unit Selection
Untuk merubah minimum angle yang digunakan yaitu dengan cara
menekan tombol RESET. Bacaan Terkecil alat yang digunakan yaitu
5“/ 10”. Untuk next tekan tombol HOLD
- Vertikal 0º Orientation selection
Untuk merubah Vertikal 0º Orientation selection tersebut dilakukan
dengan cara menekan tombol RESET.
Pilihannya meliputi Z-0 ( Zenith 0 ), H-0 ( Horizon 0 ) dan Compass (
Horison 0, Zenith 90, nadir –90 ). Yang biasa dipakai dalam
pengukuran yaitu Z-0 ( Zenith 0 ). Untuk next tekan tombol HOLD
- Angle Unit selection ( DEG, GON, MIL )
Gunakan tombol RESET untuk merubah bacaan sudut yang
digunakan. Di dalam pengukuran biasa menggunakan DEG (Degree).
Untuk next tekan tombol HOLD.
c. Pembacaan Rambu Ukur
Rambu merupakan mistar ukur yang umumnya mempunyai satuan panjang
terkecilnya adalah centimeter dan digunakan sebagai target yang dibidik
dari alat ukur. Dari rambu ini diperoleh data bacaan benang atas (ba),
benang tengah (bt) dan benang bawah (bb). Selanjutnya dari data bacaan
ini diolah secara matematis sehingga dapat memperoleh informasi jarak
dan tinggi.

Gambar 2. Contoh bentuk rambu

5
Contoh pembaacan rambu :
Benang tengah (bt) : 0.770 m
Benang atas (ba) : 0.845 m
Benang bawah (bb) : 0.695 m

3. ALAT BANTU PENGUKURAN


Beberapa alat bantu dalam suatu pengukuran yang sering digunakan yaitu:
3.1 Statip
Berguna sebagai tempat diletakkannya Theodolite, ketiga kaki statip ini
dapat dapat dinaik dan diturunkan dengan melonggarkan sekrup pengatur kaki.

Gambar 3. Statip
3.2 Rambu Ukur
Alat ini berbentuk mistar ukur yang besar dengan satuan panjang terkecil
adalah sentimeter, namun ada skala 0,5 cm. Satu bagian besarnya 10 cm dan
ditandai oleh dua bagian yang terpisah dengan panjang 5 cm dengan demikian
panjang terkecil yang terdapat di rambu ukur adalah 1 cm.

6
Gambar 4. Rambu Ukur
3.3 Unting-unting
Unting-unting ini berguna untuk penyentringan alat ukur yang tidak
memiliki sentring optis. Unting-unting terdiri dari benang yang diberi pemberat.

Gambar 5. Unting-unting
3.4 Kompas
Berguna untuk menentukan arah utara agar memudahkan mencari nilai
sudut Azimuth yang pasti.

7
Gambar 6. Kompas

4. PENGUKURAN DENGAN ALAT UKUR THEODOLIT


4.1 Pengukuran Sudut Horizontal dan Vertikal
Langkah-langkah melakukan pengukuran dengan theodolite yaitu:
a. Letakkan dan Sentring alat di titik C dan target di titik A dan B

Gambar 7. Posisi alat dan target


b. Selanjutnya Tekan Power ON hingga tampil :

c. Bidik target A, tekan [0SET] :

d. Bidik target B maka sudut horizotal dan vertikal langsung ditampilkan di


layer

8
4.2 Setting Sudut Horizontal Kanan/Kiri (R/L)
Tampilan HR di layar berarti:
- Bacaan horizontal membesar jika teropong diputar searah jarum jam dan
sebaliknya.
Tampilan HL di layar berarti:
- Bacaan horizontal mengecil jika teropong diputar searah jarum jam dan
sebaliknya

4.3 Set Pembacaan Tertentu pada Arah Horizontal


Gerakkan teropong pada bacaan yang diinginkan
- Pembacaan tertentu :

- Tekan tombol HOLD agar jika teropong diputar ke arah yang diinginkan
pembacaan horizontal tidak berubah.
- Untuk menormalkan kembali bacaan arah horizontal tekan HOLD

4.4. Pengukuran Kemiringan

Tekan Tombol
[V%]

2.3 Pengolahan data hasil pengukuran


a. Jarak Datar (D)
Jarak datar dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut:
𝐷 = (𝐵𝐴 − 𝐵𝐵) 𝑥 100 𝑠𝑖𝑛2 𝑍
Dimana : D = Jarak datar
BA = Benang Atas
BB = Benang bawah
Z = zenit/sudut vertikal
b. Sudut lurus dan sudut jurusan
Sudut lurus dan sudut jurusan dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut:

9
Misalkan : P1 – P0 = 450E (azimuth)

Pembacaan sudut Hr. P1 – P0 = 0850 20’ 15” (BS)

Pembacaan sudut Hr. P1 – P2 = 1620 40’ 30” (FS)

Sudut lurus P0P1P2 = bacaan ke muka (FS) - bacaan kesudut belakang (BS)

Sudut lurus P0P1P2 = 1620 40’ 30” - 0850 20’ 15”

Sudut lurus P1P2 (azimuth)

= SJ. P0 – P1 + SL. P0P1P2. - 1800

= (450 + 1800) + 770 20’ 15” - 1800

= 1210 29’ 15”

c. Selisih Koordinat (x dan (y)

x = d sin α

y = d cos α

x = selisih absis

y = selisih ordinat

d = jarak horisontal •

a = sudut jurusan (azimuth)

d. Koordinat

Untuk menghitung koordinat, dapat dilakukan dengan cara di bawah ini.


Misalnya :

10
Koordinat titik P0 diketahui = (100,150),

Apabila selisih absis (x) P0P1 = -25 meter

dan selisih ordinat (y) PoPi = -50 meter,


maka koordinat titik P1 adalah :

XP1 = XP0 + x YP = YPo + Yterkoreksi

= 100 + (-25) = 150 + (-50)

= 75 meter = 100 meter

Jadi koordinat titik P1 = ( 75 meter, 100 meter)


e. Beda Tinggi
H = (BA-BB) x 100 x cos Z + TA — BT
dimana : H = beda tinggi
TA = tinggi alat theodolit
BT = benang tengah
Ketinggian = ketinggian titik + beda tinggi
2.4 Koreksi
a. Koreksi sudut
Sebelum menghitung sudut jurusan, terlebih dahulu dilakukan koreksi
sudut terutama pada pengukuran poligon tertutup.
Contoh poligon tertutup :

Koreksi dilakukan dengan menggunakan rumus :


 β = ( n + 2) x 180° ± koreksi,
dimana β = sudut lurus, sudut luar.

11
b. Koreksi selisih koordinat pada polygon tertutup
Koreksi : f(x) = ±  x

Koreksi masing-masing sisi poligon :


𝐷
𝐹 ′ (𝑥) = Σ𝐷 𝑥 𝑓(𝑥)

Dimana, D = jarak absis antara dua titik


D = jumlah jarak absis
sehingga selisih absis (x') terkoreksi :
x' = x ± f’(x)
2.5 Pengeplotan/penggambaran peta
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap pengeplotan dan penggambaran
peta antara lain :
a. Skala peta, tentukan skala peta terlebih dahulu sebelum memplot data
pengukuran di atas kertas gambar. Besamya skala ditentukan oleh
kegunaan peta yang akan digambar.
Berikutnya tentukan interval kontur dengan menggunakan rumus :
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎
𝐼𝐾 =
2000
b. Letakkan titik poligon pertama sedemikian rupa, sehingga semua titik-titik
yang saudara ukur di lapangan dapat diplotkan ke bidang / kertas gambar.
c. Mulailah memplot titik poligon pertama, diteruskan dengan titik poligon
berikutnya hingga terbentuk poligon tertutup. Plot titik-titik detail
sekaligus dengan ketinggiannya.
d. Tariklah garis ketinggian (kontur) dengan menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketinggian yang sama.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2001). Penuntun Praktikum Perpetaan, Laboratorium Geologi dan


Pertambangan, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Pertambangan, UVRI
Makassar.
Anonim. (2015) Petunjuk Praktis Nikon Digital Theodolite. Datascrip.
Syukur, Masril. (2018). Petunjuk Pelaksanaan Praktikum Survey dan Pemetaan.
Fakultas Teknik. Universitas Andalas. Padang
Kraak, M. J. and F. J. Ormeling (2013). Cartography: Visualization of Spatial Data,
Taylor & Francis.
Robinson, A. H., et al. (2009). Elements of Cartography, Edisi 6, Wiley India Pvt.
Limited.

13

Anda mungkin juga menyukai