Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

CERVICAL SYNDROME

Disusun Oleh:

Lufthi Fahreza

1102015120

Pembimbing:

dr. Mukhdiar Kasim, Sp. S

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

SMF NEUROLOGI RS UMUM DAERAH CILEGON

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

PERIODE 24 JUNI – 27 JULI 2019


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya, penulis
berhasil menyelesaikan referat yang berjudul “Cervical Syndrome”.

Tujuan dari penyusunan referat ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Penyusunan referat
ini tentu tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulisan menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Mukhdiar, Sp. S atas
bimbingan, saran, kritik, dan masukannya dalam menyusun referat ini. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman serta pihak-pihak yang
telah mendukung dan membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.

Dalam penulisan referat ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi isi materi. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk
perbaikan pada penulisan dan penyusunan referat ini. Penulis berharap referat ini dapat membawa
manfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu. Aamiin ya rabbal’alamin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Cilegon, Juli 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................i

Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan .............................................................................................................1

BAB II Tinjauan Pustaka .....................................................................................................2

Definisi .................................................................................................................................2

Etiologi .................................................................................................................................2

Anatomi................................................................................................................................ 3

Patogenesis ......................................................................................................................... 10

Diagnosis Sindrom Kardiorenal ......................................................................................... 10

Diagnosis Banding .............................................................................................................12

Tatalaksana ........................................................................................................................ 12

Prognosis ............................................................................................................................ 14

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Nyeri cervical merupakan keluhan yang sering menyebabkan seseorang datang ke fasilitas
kesehatan1. Radikulopati servikal merupakan salah satu penyakit dari sindrom radikulopati dan
sebagai penyebab umum dari nyeri leher aksial dan nyeri pada lengan dan dikarakteriksasikan
sebagai gejala yang menjalar ke ekstremitas atas sesuai distribusi dermatomalnya2.

Pada populasi dengan usia di atas 50 tahun, sekitar 50% pernah mengalami nyeri servikal
sedangkan pada populasi umum didapatkan sekitar 34% pernah mengalami nyeri cervical dan
hampir 14% mengalami nyeri tersebut lebih dari 6 bulan.1,5 Di Amerika Serikat, radikulopati
servikal terjadi pada frekuensi yang lebih rendah dibandingkan radikulopati lumbal. Insiden
tahunan pada radikulopati servikal di Amerika Serikat sebesar 85 kasus per 100.000 populasi3.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Nyeri leher (servikalgia) dapat terjadi sebagai akibat dari abnormalitas jaringan lunak
seperti otot, ligamen, saraf, juga tulang ataupun diskus dari vertebra. Nyeri leher yang berasal dari
vertebra servikal karakteristiknya dipicu oleh nyeri tekan fokal dan keterbatasan gerak. Nyeri leher
yang terkait dengan spondilosis umumnya bilateral sedangkan nyeri leher yang dikaitkan dengan
radikulopati umumnya menunjukkan gejala unilateral. Radikulopati servikal dapat menyebabkan
nyeri yang terjadi pada leher dan nyeri menjalar pada lengan sesuai dengan distribusi dari radiks
saraf yang spesifik. Keluhan radikulopati sangat mungkin diikuti dengan keluhan motorik dan
sensorik. Sindrom servikal merupakan pengelompokan dari kondisi yang menyebabkan suatu
iritasi dari radiks servikal dan salah satunya dapat disebabkan oleh penonjolan discus
iintervertebralis4,5.

II.Etiologi

Patoanatomi dari radikulopati servikal didalamnya termasuk kompresi dari akar saraf
servikal (cervical nerve root). Kompresi cervical nerve root dapat terjadi disebabkan adanya
herniasi materi diskus atau adanya osteofit utlang yang mengenai cervical nerve root. Studi
epidemiologi telah menunjukan bahwa akar C7 (herniasi C6-7) merupakan yang paling sering
terkena, diikuti akar C6 (herniasi C5-6) dan akar C8 (herniasi C7-T1)6.

Himpitan yang terjadi pada akar saraf oleh materi diskus tampaknya membuat kerusakan
pada saraf baik secara mekanik maupun kimiawi. Secara mekanik, kompresi dari saraf
menyebabkan iskemia lokal dan kerusakan saraf. Bagaimanapun juga tidak kalah penting adanya
chemical cascade yang dipicu oleh adanya nucleus pulposus pada saraf. Degenerasi diskus dan
iskemia lokal menyebabkan suatu reaksi pro-inflamatorik yang dimediasi oleh Tumor Necrosis
Factor Alpha (TNF-α), interleukin-6 (IL-6), dan matrix metaloproteinases (MMPs). Reaksi ini
selanjutnya akan menyebabkan sensitisasi dan peningkatan nyeri pada area yang terjadi inflamasi6.

2
Mayoritas kasus radikulopati servikal bagaimanapun tampaknya bukan disebabkan adanya
herniasi diskus, tetapi lebih sering disebabkan adanya spondilosis servikal (Cervical Spondylosis).
Spondilosis servikal merujuk pada perubahan degeneratif yang terjadi pada cervical spine yang
disebabkan oleh usia. Pada kasus ini, kerusakan diskus yang berhubungan dengan usia
menyebabkan penurunan tinggi diskus dan juga penyempitan foramen. Pengurangan tinggi diskus
menyebabkan peningkatan beban yang diletakan pada sendi intervertebral Luschka (sendi
uncinatus) dan juga badan vertebra. Hal ini selanjutnya menyebabkan hipertrofi tulang. Hipertrofi
sendi uncinatus pada khususnya menyebabkan stenosis foramen dan radikulopati servikal6.
III. Anatomi7
Anatomi vertebra cervikalis Anatomi vertebrae Cervical berbeda dengan vertebrae thoracal
dan juga lumbal. Ini semua berkaitan dengan fungsinya yang memang berbeda. Vertebrae cervical
relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan vertebrae lumbal, begitu juga dengan discus
intervertebralenya yang memiliki ukuran lebih kecil. Vertebra Cervical yang pertama dan kedua
(C1 dan C2) memilki susunan anatomi yang berbeda dengan yang lainnya.

Leher merupakan bagian spina/tulang belakang yang paling bergerak (mobile), mempunyai
tiga fungsi utama, yaitu: menopang dan memberi stabilitas pada kepala; memungkinkan kepala
bergerak di semua bidang gerak; melindungi struktur yang melewati spina, terutama medula
spinalis, akar saraf, dan arteri vertebra.

Spina servikal menopang kepala, memungkinkan gerakan dan posisi yang tepat. Semua
pusat saraf vital berada di kepala memungkinkan pengendalian penglihatan (vision),
keseimbangan vestibular, arahan pendengaran (auditory) dan saraf penciuman; secara esensial
mengendalikan semua fungsi neuromuskular yang sadar. Untuk itu maka kepala harus ditopang
oleh spina servikal pada posisi yang tepat agar memungkinkan gerakan spesifik untuk
menyelesaikan semua fungsi tersebut.

Kolumna servikal dibentuk oleh tujuh tulang vertebra. Spina servikal, C1-C7, terlihat dari
lateral membentuk lengkung lordosis dan kepala pada tingkat oksipitoservikal membentuk sudut
yang tajam agar kepala berada di bidang horizontal. Apabila dilihat dari anteroposterior maka
spina servikal sedikit mengangkat (tilt) kepala ke satu sisi. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh faset
pada oksiput, atlas (C1) dan aksis (C2) yang sedikit asimetrik.

3
Spina servikal merupakan persatuan unit fungsional yang saling tumpang-tindih
(superimposed), masing-masing terdiri atas 2 badan, yang dipisahkan oleh diskus intervertebra
mulai di bawah aksis (C2). Unit fungsional spina servikal dibagi atas dua kolumna, yaitu kolumna
anterio yang terdiri atas vertebra, ligamen longitudinal dan diskus di antaranya, serta kolumna
posterior yang meliputi kanal oseus neural, ligament posterior, sendi zygapophyseal, dan otot
erektor spina. Secara anatomis, foramen intervertebralis terletak di antara kedua kolumna tersebut.

Sebenarnya, otot servikal bagian anterior yaitu fleksor merupakan bagian dari kolumna
anterior. Untuk mengevaluasi secara fungsional maka spina servikal dibagi menjadi segmen
servikal atas (diatas C3) dan segmen servikal bawah (C3-C7). Setiap segmen itu berfungsi berbeda.

Gambar 1. Gerakan Leher/Cervical

4
Gambar 2. Vertebra, pandangan lateral dan posterior

1. Vertebra cervical 1 (Atlas):

a) Tidak mempunyai corpus, hanya berupa arcus anterior.

b) Processus transversus tanpa foramina dan tidak ada processus

spinosus.

5
c) Di sisi atas mempunyai 2 facet konkaf untuk menopang condylus occipitalis

Gambar 3. Vertebra servikalis 1 (tulang atlas)

2. Vertebra cervical 2 (Axis):

a) Mempunyai processus odontoid atau dens yang menonjol ke atas dari corpusnya, bersendi
dengan arcus dari atlas anterior dan diikat kuat oleh ligament.

b) Di bawah C2 terdapat discus di antara tiap vertebrae.

Gambar 4. Vertebra servikalis 2 (axis/epistropheus)

6
3. Vertebra Cervical 3, 4, 5:

Mempunyai processus spinosus yang bercabang.

Gambar 5. Vertebra servikalis 3-6 (vertebra servikalis tipikal)

4. Vertebra Cervical 6 dan 7:

a) Processus spinosus tidak bercabang dan lebih panjang.

b) Merupakan transisional vertebra, mirip dengan vertebrae thoracal.

c) Permukaan superior konkaf, terdapat processus uncinatus pada tiap sisi, sendinya disebut
uncovertebral von Luschka.

7
Gambar 6. Vertebra servikalis 7 (vertebra prominens)

B. Diskus intervertebralis

1) Pada vertebrae cervical lebih kecil.

2) Terdiri dari nucleus pulposus, annulus fibrosus, dan 2 cartilaginous

end plate.

3) Lebih tertutup tulang bila dibandingkan dengan vertebra yang lain.

C. Articulatio

Persendian antara kepala dan vertebra Cervical atas:

1) Articulatio atlantooccipitalis

2) Articulatio atlantoepistrphica

Persendian tiap vertebra Cervical, mempunyai 5 buah facies articularis:

1) Satu articulation corpus vertebra yang dipisahkan oelh discus intervertebralis.

8
2) Dua sendi uncovertebralis von Luschka yang bersiga sendi palsu dan tidak dibatasi membrana
synovia.

3) Dua articulation facet yang terletak di belakang corpus

Oleh karena bentuk persendian pada cervical seperti Sadel sehingga terjadi gerakan yaitu:
fleksi-ekstensi, lateral-bending, dan rotasi.

D. Persarafan

Saraf yang keluar dari vertebrae Cervical berjumlah 8, dimulai dari C1 sampai dengan C8.
Pada daerah cervical sendiri terdapat dua plexus yakni plexus cervicalis (C1-C4) dan plexus
brachialis (C4-T1).

E. Biomekanik leher

Vertebrae cervical mempunyai fungsi sebagai penopang kepala dan mempertahankan


posisi kepala dan untuk stabilitas dan mobilitas. Gerakan fleksi ekstensi terjadi pada articulatio
atlantooccipitalis, juga bisa terjadi di antara C1 dan C2. Semua itu dikendalikan oleh otot-otot
suboccipital dan ligamentum atlantooccipital. Gerakan fleksi-ekstensi dan pembatasan lateral
fleksi disebabkan oleh uncovertebral. Bentuk dari corpus yang lebih lebar pada arah lateral
memungkinkan pergerakan fleksi-ekstensi dibanding dengan lateral-fleksi.

Pergerakan rotasi pada persendian atlantoaxial seperti fenomena kursi putar, dengan
stabilisasi dan kontrol oleh ligamentum yang membentuk kapsul persendian atlantoaxial yang
bersifat diarthrosis. Bentuk corpus dari C3-C7 yang seperti pelana memungkinkan untuk gerakan
miring dan rotasi. Posisi dari persendian posterior hampir tegak lurus pada bidang sagittal sehingga
memungkinkan rotasi pada bidang horizontal dan lateral bending. Pada spatium intervertebral C5-
C6 terjadi range of motion yang besar pada gerak fleksi-ekstensi dan kemungkinan menjadi faktor
penyebab dalam terjadinya spondylosis pada bagian ini.

Range of Motion (R.O.M.) adalah luas gerak yang bisa dilakukan oleh suatu sendi dengan
seluruh kekuatan. Tiap sendi memiliki R.O.M. yang berbeda-beda yang diukur menggunakan
goniometer. Pada bagian cervical R.O.M normal pada fleksi adalah 70°. Pada ekstensi 40°. Pada
lateral bending 60°. Dan pada rotasi 90°.

9
IV. Patogenesis

Discus intervertebralis terdiri dari nucleus pulposus yang merupakan jaringan elastis, yang
dikelilingi oleh annulus fibrosus yang terbentuk oleh jaringan fibrosus. Kandungan air
dalam nucleus pulposus ini tinggi, namun bersamaa dengan penuaan selanjutnya kadar air
dalam nuleus pulposus semakin berkurang terutama setelah seseorang berumur 40 tahun,
bersamaan dengan itu terjadi perubahan degeneratif pada begian pusat discus, akibatnya discus ini
akan menjadi tipis, sehingga jarak antara vertebrae yang berdekatan mejadi kecil dan ruangan
discus menjadi sempit, selanjutnya annulus fibrosus mengalami penekanan dan menonjol keluar5.
Menonjolnya bagian discus ini maka jaringan sekitarnya yaitu corpus-corpus vertebrae
yang berbatasan akan terjadi suatu perubahan. Perubahannya yaitu terbentuknya jaringan ikat baru
yang dikenal dengan nama osteofit. Kombinasi antara menipisnya discus yang menyebabkan
penyempitan ruangan discus dan timbulnya osteofit akan mempersempit diameter kanalis spinalis.
Pada kondisi normal diameter kanalis spinalis adalah 17 mm sampai 18 mm. Tetapi pada kondisi
CRS, kanalis ini menyempit dengan diameter pada umumnya antara 9 mm sampai 10 mm5.
Pada keadaan normal, akar-akar saraf akan menempati seperempat sampai seperlima,
sedangkan sisanya akan diisi penuh oleh jaringan lain sehingga tidak ada ruang yang tersisa. Bila
foramen intervertebralis ini menyempit akibat adanya osteofit, maka akar-akar saraf yang ada
didalamnya akan tertekan. Saraf yang tertekan ini mula-mula akan membengkok. Perubahan ini
menyebabkan akar-akar saraf tersebut terikat pada dinding foramen intervertebralis sehingga
mengganggu peredaran darah. Selanjutnya kepekaan saraf akan terus meningkat terhadap
penekanan, yang akhirnya akar-akar saraf kehilangan sifat fisiologisnya. Penekanan akan
menimbutkan rasa nyeri di sepanjang daerah yang mendapatkan persarafan dari akar saraf
tersebut5.
V. Diagnosis
Memenuhi kriteria anamnesis dan pemeriksaan fisik, serta terdapat bukti yang mendukung pada
pemeriksaan penunjang4.

 Anamnesis

Anamnesis yang teliti akan menunjukkan kaitan antara adanya cedera yang didapat
oleh pasien yang dapat terjadi segera, beberapa minggu, bulan, atau tahun setelah kejadian.

10
Karena cedera yang didapat oleh pasien sendiri mungkin memiliki efek yang tidak terlalu
signifikan. Dalam anamnesis hal-hal yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut:

o Keluhan akut pada pasien dengan riwayat cedera


o Keluhan yang bersifat kronis dengan durasi yang lama
o Keluhan akut yang muncul karena:
1. Hiperekstensi
2. Perubahan posisi kepala mendadak
3. Kesalahan pergerakan lengan dalam aktivitas sehari-hari
o Pasien dapat mengeluh kaku dan nyeri di leher
o Sensasi terbakar di dasar leher
o Pada radiks C2, C3, C4 dapat muncul nyeri kepala occipital, nyeri dengan karakter
migrain, dizzines dan mual, kaku di leher dan bahu, mati rasa pada leher
o Iritasi pada radiks C4 dan C5 dapat menunjukkan nafas pendek, palpitasi, nyeri di
dada, nyeri disekitar leher, sendi bahu dan di sekitar tulang belikat
o Iritasi pada radiks C6 dan C7 dapat menyebabkan nyeri pada bahu, lengan atas dan
bawah, pergelangan tangan, dada, mati rasa pada jari-jari tangan

Gejala yang dikeluhkan oleh pasien umumnya diperparah dengan posisi kepala dan
gerakan tertentu.
Faktor kebiasaan pasien seperti tidur dengan bantal berlebih yang memicu fleksi
kepala juga perlu ditanyakan.
 Pemeriksaan Fisik
Keluhan pasien sering diperberat dengan ekstensi dan rotasi dari leher seperti
ditunjukkan pada pemeriksaan Spurling yang mengurangi ukuran foramen neural4.

Pemeriksaan fungsi motorik


Pemeriksaan motorik sangatlah penting untuk menentukan tingkat radiks servikal
yang terkena sesuai dengan distribusi myotomal. Sebagai contoh:7

 Kelemahan pada abduksi pundak menunjukkan radikulopati C5.


 Kelemahan pada fleksi siku dan ekstensi pergelangan tangan menunjukkan
radikulopati C6.

11
 Kelemahan pada ekstensi siku dan fleksi pergelangan tangan menunjukkan
radikulopati C7
 Kelemahan pada ekstensi ibu jari dan deviasi ulnar dari pergelangan tangan
menunjukkan radikulopati C8.

Pemeriksaan refleks tendon sangat membantu menentukan tingkat radiks yang terkena.
Seperti7:

 Refleks biseps mewakili tingkat radiks C5-6,


 Refleks triseps mewakili tingkat radiks C7-8.

Pemeriksaan fungsi sensorik7


Pemeriksaan fungsi sensorik dilakukan bila ada gangguan sensorik. Namun
seringkali gangguan sensorik tidak sesuai dermatomal atlas anatomik. Hal ini
disebabkan oleh adanya daerah persarafan yang bertumpang tindih satu sama lain
Pemeriksaan ini juga menunjukkan tingkat subyektivitas yang tinggi.

 Pemeriksaan Penunjang
o Pada setiap kasus spinal cervical, sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto X-ray
polos tiga posisi.
o Jika foto X-ray tidak terlalu jelas dilakukan pemeriksazn elektromyografi atau
pemeriksaan konduksi saraf.
o Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebaiknya dilakukan untuk mengevaluasi
suatu herniasi diskus dengan atau tanpa kompresi, dan juga gambaran osteofit
spondylitik.
o Computed Tomografic Myelography dapat digunakan sebagai alternatif MRI pada
pasien yang menggunakan pacemaker atau alat stainless steel di leher.
VI. Diagnosis Banding

Berikut merupakan diagnosis banding dari Cervical Syndrome4:

1. Nyeri Kardiak: Nyeri menjalar pada ekstremitas atas, utamanya pada bahu kiri dan lengan
atas, dengan kemungkinan berasal dari jantung.

12
2. Cervical Spondylotic myelopathy: Perubahan pada cara berjalan, sering jatuh, disfungsi
berkemih dan buang air besar, kesulitan menggunakan tangan, kaku ekstemitas, disfungsi
seksual dengan temuan upper motor neuron.
3. Complex regional pain syndrome (reflex sympathetic dystrophy): Nyeri tekan pada
ekstremmitas, sering juga ditemukan tanda lain selain pada ekstremitas; perubahan kulit,
fluktuasi vasomotor, atau distermia, keluhan sering muncul setelah kejadian pemicu.
4. Entrapment syndrome: contohnya, carpal tunner syndrome (N. Medianus) atau cubital
tunnel syndrome (N. Ulnaris)
5. Herpes Zoster: Inflamasi akut dari ganglion radiks dosalis menyebabkan nyeri radikulopati
dengan sebaran dermatomal
6. Tumor intra dan ekstra spinal: Schwannoma, osteochondroma, tumor pancoast, tumor
tiroid dan esofageal, limfoma, meningitis carcinomatous
7. Parsonage-Turner Syndrome: Nyeri ekstremitas atas proksimal dengan onset akut,
biasanya diikuti dengan kelemahan dan gangguan sensorik, biasanya melibatkan plexus
brachial atas
8. Lesi sternotomi post median: Terjadi setelah operasi kardiak, radikulopati C8 dapat terjadi
karena fraktur dari tulang rusuk pertama yang tidak terdeteksi
9. Rotator cuff patologi: Nyeri bahu dan lengan atas lateral

VII. Tatalaksana
Tatalaksana pasien dengan radikulopati servikal dengan pilihan non operatif cukup efektif
dilakukan4

1. Immobilisasi: immobilisasi leher pada fase akut dapat mengurangi gejala pada fase
inflammatorik. Cervical collar dapat mengurangi namun tidak mengurangi proses
penyakit. Collar digunakan selama 1 minggu secara terus-menerus siang dan malan dan
diubah secara intermiten pada minggu II atau bila mengendarai kendaraan. Harus diingat
bahwa tujuan imobilisasi ini bersifat sementara dan harus dihindari akibatnya cukup untuk
mengatasi nyeri pada nyeri servikal non spesifik. Apabila disertai dengan iritasi radiks
saraf, adakalanya diperlukan waktu 2-3 bulan. Hilangnya nyeri, hilangnya tanda spurling
dan perbaikan defisit motorik dapat dijadikan indikasi pelepasan collar4,7.

13
2. Traction: Meregangkan foramen neural dan memiliki efek dekompresi pada radiks yang
terkena. Traksi dapat dilakukan 3 kali sehari selama 15 menit, dan dapat dilakukan dengan
frekuensi yang lebih sedikit selama 4 sampai 6 minggu. Setelah keluhan nyeri hilang pun
traksi masih dapat dianjurkan. Traksi dikontraindikasikan pada pasien dengan spondilosis
berat dengan mielopati dan arthritis dengan subluksasi atlanto-aksial.4,7.
3. Farmakologi:
- NSAID dipertimbangkan sebagai agen lini pertama untuk nyeri leher dan nyeri
menjalar pada lengan.
- Analgetik narkotik, muscle relaxant, anti-depresan, atau antikonvulsan juga berguna
pada beberapa pasien.
- Walaupun tidak spesifik pada radikulopati servikal, opioid dapat efektif untuk
tatalaksana nyeri neuropatik sampai durasi 8 minggu.
- Steroid oral tidak terlalu efektif, penggunaan jangka panjang justru berpotensi
menyebabkan komplikasi serius.
- Terapi fisik dan manipulasi: berguna untuk memulihkan range of motion dan
muskulatur leher.
- Injeksi steroid: Injeksi steroid servikal dapat dipertimbangkan.

VIII. Prognosis
Ad vitam: dubia ad bonam
Ad sanationam: dubia ad malam
Ad functionam: dubia ad bonam

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Normalia E. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cervical Root Syndrome Dengan


Modalitas Infra Red, Tens dan Terapi Latiha di RSUP Dr. Sarjito Yogyakarta. 2014.
2. Kim H, Nemani V, Piyaskulkaew C, Vargas S, Riew K. Cervical Radiculopathy: Incidence
and Treatment of 1,420 Consecutive Cases. Asian Spine Journal. 2016;10(2):231.
3. Malanga G. Cervical Radiculopathy: Background, Epidemiology, Functional Anatomy
[Internet]. Emedicine.medscape.com. 2018 [Disitasi 3 Juli 2019]. Diakses dari:
https://emedicine.medscape.com/article/94118-overview#a6
4. Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon R. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta:
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia; 2016.
5. Sanjaya P. Cervical Root Syndrome. Bagian Penyakit Saraf RSU Unit Swadana Pare-
Kediri. 2012.
6. Iyer S, Kim H. Cervical radiculopathy. Current Reviews in Musculoskeletal Medicine.
2016;9(3):272-280.
7. Mahmudah S. Cervical Root Syndrome (CRS). 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai