Muzdalifah M Rahman
Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN Kudus
Abstract: Children with Special Needs (ABK) should still get the
educational services of the government because of their uniqueness.
There must be a God-given advantages and weeknesses. The
maximum development of their potential will be able to produce a
work in the name of the nation. Therefore, in the learning process
of a teacher must be able to understand and apply the principles of
learning for the crew.
Key words: children with special needs, learning.
A. Pendahuluan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mengalami kelainan/
penyimpangan (phisik, mental-intelektual, sosial, emosional) dalam
proses pertumbuhan/ perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan
khusus. Akan tetapi, meskipun seorang anak mengalami kelainan/
penyimpangan tertentu, tetapi kelainan/penyimpangan tersebut tidak
signifikan sehingga mereka tidak memerlukan pelayanan pendidikan
khusus, anak tersebut bukan termasuk anak dengan kebutuhan khusus.
Pelayanan pendidikan anak yang memberikan pelayanan
bersama-sama antara anak yang tidak mengalami hambatan dan
anak berkebutuhan khusus disebut pendidikan inklusif. Pendidikan
inklusif adalah suatu sistem pendidikan yang menyertakan semua anak
secara bersama-sama dalam suatu iklim proses pembelajaran dengan
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua anak secara bersama-sama dalam suatu iklim proses pembelajaran
dengan layanan pendidikan yang layak dan sesuai kebutuhan individu
siswa tanpa membedakan anak dari latar belakang suku, ras, status sosial,
164
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas penulis mengajukan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian anak berkebutuhan khusus ?
2. Prinsip pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus ?
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
165
C. Pembahasan
1. Pengertian Anak berkebutuhan Khusus
Adapun penjelasan mengenai individu khusus dikutip dari buku
“Psikologi Luar Biasa “ yang ditulis oleh T. Sutjihati Somantri
pada tahun 2006 sebagai berikut :
a. TUNANETRA
Dalam bidang pendidikan luar biasa, anak dengan gangguan
penglihatan lebih akrab disebut tunanetra. Pengertian tunanetra tidak
saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu
melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-
anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”,
Low vision”, atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra.
Dari uraian di atas, pengertian anak tunanetra adalah individu
yang indra penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi sebagai
saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya
orang awas. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat
diketahui dalam kondisi tersebut :
- Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki
orang awas
- Terjadi kekurangan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
- Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak
- Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan
penglihatan.
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
166
B. TUNARUNGU
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan
pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap
berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.
Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak dikemukakan oleh
para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian
yang sama. Di bawah ini dikemukakan beberapa definisi anak
tunarungu.
Andreas Dwijoyo Sumarto 1990 mengemukakan bahwa
seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan
tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu
tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah mereka
yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat
sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar
adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan
tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun
tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapatlah ditarik
kesimpulan bahwa tunarungu adalah mereka yang kehilangan
pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
167
C. TUNAGRAHITA
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut
anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah-istilah mental
retardation, mentally retarded, mental deviciency, mental defective,
dan lain-lain
Untuk memahami anak tunagrahita atau terbelakang mental
ada baiknya memahami terlebih dahulu konsep Mental Age (MA).
Mental Age adalah kemampuan mental yang dimiliki oleh seorang
anak pada usia tertentu. Sebagai contoh, anak yang mempunyai usia
enam tahun akan mempunya kemampuan yang sepadan dengan
kemampuan anak usia enam tahun pada umumnya. Artinya anak yang
berumur enam tahun akan memiliki MA enam tahun. Jika seorang
anak memiliki MA lebih tinggi dari umurnya (Cronolgy Age), maka
anak tersebut memiliki kemampuan mental atau kecerdasan di atas
rata-rata. Sebaliknya jika MA seorang anak lebih rendah daripada
umurnya, maka anak tersebut memiliki kemampuan kecerdasan di
bawah rata-rata. Anak tunagrahita selalu memiliki MA yang lebih
rendah dari pada CA secara jelas. Oleh karena itu MA yang sedikit
saja kurangnya dari CA tidak termasuk tunagrahita. MA dipandang
sebagai indeks dari perkembangan kognitif seorang anak.
Ternyata dari IQ pun ditemukan bahwa anak yang selama ini
disebut anak tunagrahita ringan, sedang, dan berat, memiliki IQ
sendiri yang tidak bisa ditukar-tukar. Orang kemudian terkesan oleh
penemuan ini sehingga belakangan ada orang yang hanya berani
mengatakan tunagrahita ringan, sedang, dan berat setelah mengetahui
IQ-nya.
Pada masa awal perkembangan, hampir tidak ada perbedaan
antara anak-anak tunagrahita dengan yang memiliki kecerdasan rata-
rata. Akan tetapi semakin lama perbedaan pola perkembangan antara
anak tunagrahita dengan anak normal semakin terlihat jelas.
Untuk memahami anak tunagrahita ada baiknya kita telaah
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
168
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
169
E. TUNALARAS
Anak tuna laras sering juga disebut anak tuna sosial karena tingkah
laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma
sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan
menyakiti orang lain. Dengan kata lain tingkah lakunya menyusahkan
lingkungan. Akan tetapi selanjutnya timbul pertanyaan, apakah anak
yang tidak jelas mengganggu atau sama sekali tidak merugikan orang
lain seperti menyendiri, memiliki kebiasaan menyimpang, merusak
diri sendiri, dan berpakaian aneh termasuk dalam kategori anti sosial.
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
170
b. Prinsip Latar/Koteks
Guru perlu mengenal siswa secara mendalam, menggunakan
contoh, memanfaatkan sumber belajar yang ada di lingkungan
sekitar, dan semaksimal mungkin menghindari pengulangan-
pengulangan materi pengajaran yang sebenarnya tidak terlalu
penuh bagi anak.
c. Prinsip Keterarahan
Setiap akan melakukan kegiatan pembelajaran, guru harus
merumuskan tujuan secara jelas. menerapkan bahan dan alat yang
sesuai serta mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat.
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
171
2. Prinsip Khusus
a. Tunanetra
1) Prinsip Kekonkretan
Anak tunanetra belajar terutama melalui pendengaran dan
perabaan. Bagi mereka untuk mengerti dunia sekelilingnya harus
bekerja dengan benda-benda konkret yang dapat diraba dan dapat
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
172
b. Tiinarungu
1) Prinsip Keterarahanwajah
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
173
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
174
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
175
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
176
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
177
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014
178
Muzdalifah M Rahman
Memahami Prinsip Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus
179
DAFTAR PUSTAKA
ELEMENTARY
Vol. 2 | No. 1 | Januari-Juni 2014