Respon Respon
adaptif maladaptif
Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat,dimana individu dalam menyelesaikan masalah masih dalam
baras normal.
Respon Maladaftif adalah respon yang diberikan dalam menyelesaikan
masalahnya menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya suatu
tempat.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (2010), Tanda
dan Gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah :
a. Mengejek dan mengkritik diri sendri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat
c. Rasa bersalah dan khawatir
d. Manifestasi fisik
e. Menunda keputusan ( ragu-ragu mengambil keputusan)
f. Gangguang berhubungan
g. Menarik diri dari realita
h. Merusak diri dan atau melukai orang lain.
Menurut Damaiyanti (2012) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah adalah mengkritik diri sendri atau orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan
perasaan takut mengenal tubuhnya keterangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, keluhan, pandangan hidup yang
berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan
menjauh diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial,
penyalahgunaan zat.
5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kusumawati & Hartono (2012), terapi pada gangguan jiwa
skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak
mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada
masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
2) Tidak ada efek samping, kalau ada relatif kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relatif singkat, baik
untuk gejala positif maupun gejala negatif skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif.
5) Tidak menyebabkan kantuk.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
9) Dan kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan
kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya Chlorpromazine, HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, panderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnnya supaya ia tidak me.ngasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 J/s.
d. Therapy Modalitas
Terapi modalitas merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi, stimulasi sensori, stimulasi
realita, dan sosialisasi (Keliat, 2010). Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
(Keliat, 2010).
TUK:
1. Klien dapat membina 1. Ekpresi wajah bersahabat, 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling menunjukkan rasa senang, mengungkapkan prinsip komunikasi
percaya dengan ada kontak mata, mau terapeutik :
perawat berjabat tangan, mau Sapa klien dengan ramah baik
menyebutkan nama, mau verbal maupun non verbal
menjawab salam, klien mau Perkenalkan diri dengan sopan
duduk berdampingan dengan Tanyakan nama lengkap dan
perawat, mau mengutarakan nama panggilan yang disukai
masalah yang dihadapi. klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat 2. Klien mengidentifikasi 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan buat
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki daftarnya jika klien tidak mampu
positif yang dimiliki o Kemampuan yang mengidentifikasi maka dimulai oleh
dimiliki klien perawat untuk memberi pujian pada
o Aspek positif keluarga aspek positif yang dimiliki klien
o Aspek positif lingkungan 2.2 Setiap bertemu klien hindarkan
yang dimiliki klien memberi penilaian negative
2.3 Utamakan memberi pujian yang
realistis
3. Klien dapat menilai 3. Klien menilai kemampuan 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan
kemampuan yang yang dimiliki untuk yang masih dapat dilaksanakan
dimiliki untuk dilaksanakan selama sakit.
dilaksanakan 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya.
4. Klien dapat 4. Klien membuat rencana 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas
(menetapkakan) kegiatan harian yang dapat dilakukan setiap hari
merencanakan kegiatan sesuai kemampuang.
sesuai dengan kegiatan mandiri
kemampuan yang kegiatan dengan bantuan sebagian
dimiliki kegiatan yang membutuhkan
bantuan total.
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan 5. Klien melakukan kegiatan 5.1. Beri kesempatan pada klien untuk
kegiatan sesuai kondisi sesuai kondisi dan mencoba kegiatan yang telah
dan kemampuannya kemampuannya. direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Klien memanfaatkan system 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga tentang cara merawat klien
pendukung yang ada keluarga. dengan harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien di rawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
SP II p SP II k
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) pasien dengan harga diri rendah
yang dipilih sesuai kemampuan 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Membimbing pasien memasukkan dalam langsung kepada pasien harga diri rendah
jadwal kegiatan harian.
SP III p SP III k
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
2. Melatih kegiatan ketiga (atau selanjutnya) rumah termasuk minum obat (discharge
yang dipilih sesuai kemampuan planning)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati & Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.