Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

I. Kasus (Masalah Utama):


Ganguan Konsep Diri :Harga Diri Rendah

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Damaiyanti, 2012).
Gangguan konsep diri adalah keadaan dimana individu mengalami
atau beresiko mengalami evaluasi diri negative tentang kemampuan atau
diri (Direja, 2011).
Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Iyus, 2010).
a. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari :
1) Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari
dengan tidak disadari terhadap tubuhnya.
2) Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia
seharusnya berperilaku berdasarkankan standar apresiasi, tujuan
atau nilai-nilai personal tertentu.
3) Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
diperoleh dengan menganalisa sebabnya baik perilaku seseorang
sesuai dengan ideal diri.
4) Penampilan adalah serangkai perilaku yang diharapkan oleh
lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu di berbagai
kelompok
5) Identitas personal adalah pengorganisasi prinsip dari kepribadaian
yang bertanggung jawab terhadap kesatuan kesinambungan
konsistensi dan keunikan individu.
b. Harga diri rendah dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri negative mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama.
2) Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu
yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan
negative mengenai diri dalam berespon,terhadap sesuatu kejadian
( kehilangan perubahan ) (Damaiyanti, 2012).
2. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang
lain,harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal,ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
relistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja,harapan peran kultural
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi
ketidakpercayaan orang tua tekanan dari kelompok
sebaya,perubahan dalam stuktur sosial
b. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologi saat
menyekasikan kejadian yang mengancam kehidupan.
2) ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang
dihadapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi
(Keliat, 2010).
3. Rentang Respon
Rentang respon konsep diri menurut Damaiyanti (2012) respon
individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri
yaitu adaptif atau maladaftif.

Respon Respon
adaptif maladaptif

Aktualisasi Harga diri Depersonalisasi


Konsep diri Kerancuan
Diri rendah
positif identitas

Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-
norma sosial dan kebudayaan secara umum yang berlaku di
masyarakat,dimana individu dalam menyelesaikan masalah masih dalam
baras normal.
Respon Maladaftif adalah respon yang diberikan dalam menyelesaikan
masalahnya menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya suatu
tempat.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Keliat (2010), Tanda
dan Gejala yang ditemukan pada individu harga diri rendah :
a. Mengejek dan mengkritik diri sendri
b. Merendahkan atau mengurangi martabat
c. Rasa bersalah dan khawatir
d. Manifestasi fisik
e. Menunda keputusan ( ragu-ragu mengambil keputusan)
f. Gangguang berhubungan
g. Menarik diri dari realita
h. Merusak diri dan atau melukai orang lain.
Menurut Damaiyanti (2012) perilaku yang berhubungan dengan
harga diri rendah adalah mengkritik diri sendri atau orang lain,
gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting berlebihan, perasaan
tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung, atau berlebihan
perasaan takut mengenal tubuhnya keterangan peran yang dirasakan,
pandangan hidup yang pesimis, keluhan, pandangan hidup yang
berlebihan, penolakan terhadap kemampuan sosial, perguruan dan
menjauh diri secara sosial, pengurungan diri, menaruh diri secara sosial,
penyalahgunaan zat.
5. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kusumawati & Hartono (2012), terapi pada gangguan jiwa
skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga penderita tidak
mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada
masa sebelumnya. Terapi yang dimaksud meliputi:
a. Psikofarmaka
Adapun obat psikofarmaka yang ideal yaitu yang memenuhi syarat
sebagai berikut :
1) Dosis rendah dengan efektifitas terapi dalam waktu yang cukup
singkat.
2) Tidak ada efek samping, kalau ada relatif kecil.
3) Dapat menghilangkan dalam waktu yang relatif singkat, baik
untuk gejala positif maupun gejala negatif skizofrenia.
4) Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif.
5) Tidak menyebabkan kantuk.
6) Memperbaiki pola tidur.
7) Tidak menyebabkan habituasi, adikasi dan dependensi.
8) Tidak menyebabkan lemas otot.
9) Dan kalau mungkin pemakaiannya dosis tunggal.
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang
hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan
kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi pertama
misalnya Chlorpromazine, HCL, Thoridazine HCL, dan
Haloperidol. Obat yang termasuk generasi kedua misalnya
Risperidone, Olozapine, Quentiapine, Glanzapine, Zotatine, dan
Aripiprazole.
b. Psikoterapi
Therapy kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, panderita lain, perawat dan dokter.
Maksudnnya supaya ia tidak me.ngasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
c. Therapy Kejang Listrik (Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall
secara artificial dengan melewatkan aliran listrik aliran listrik
melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Terapi
kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang
listrik 4-5 J/s.
d. Therapy Modalitas
Terapi modalitas merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri
sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Terapi
kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan
masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi, stimulasi sensori, stimulasi
realita, dan sosialisasi (Keliat, 2010). Dari empat jenis terapi
aktivitas kelompok yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah terapi
aktivitas kelompok stimulasi persepsi. Terapi aktivitas kelompok
(TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat
berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
(Keliat, 2010).

III. Pohon Masalah

Isolasi sosial: menarik diri Akibat

Gangguan konsep diri: harga diri rendah Core problem

Gangguan citra tubuh, koping maladaptif Penyebab


(Damaiyanti, 2012)

Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang diperoleh dari klien
dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah yaitu:
1. Harga diri rendah
a. Data subjektif
Mengkritik diri sendiri atau orang lain, perasaan tidak mampu, rasa
bersalah, perasaan negatif mengenai diri sendiri, klien mengatakan
bersedih dan kecewa, klien mengatakan hal-hal yang negatif tentang
keadaan tubuhnya.
b. Data objektif
Gangguan dalam hubungan, pandangan bertentangan terhadap
penolakan kemampuan personal, menarik diri secara personal,
menarik diri secara sosial, menarik diri secara realitas, merusak diri
sendiri dan orang lain, produktivitas menurun, bengong, dan putus
asa (Damaiyanti, 2012)
2. Gangguan Citra Tubuh
a. Data Subjektif
Pasien mengatakan benci dengan tubuhnya, pasien tidak percaya
diri, pasien mengatakan dirinya jelek, pasien mengatakan dirinya
tidak cantik lagi.
b. Data objektif
Pasien tampak menyembunyikan bagian tubuhya, pasien tampak
menangis, pasien tampak murung, tampak ada gangguan pada salah
satu bagian tubuh seperti wajah, kulit, tangan, dll.
3. Isolasi sosial
a. Data Subjektif
Pasien tidak mau menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan
dengan sepatah dua patah kata.
b. Data Objektif
Kontak mata kurang, sering menunduk, mengurung diri, tidak mau
bergaul maupun berkenalan, tidak mau menjawab pertanyaan, suara
kecil hampir tak terdengar.
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh, koping maladaptif
V. Rencana Keperawatan
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Harga Diri TUM: klien memiliki
Rendah konsep diri yang positif

TUK:
1. Klien dapat membina 1. Ekpresi wajah bersahabat, 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling menunjukkan rasa senang, mengungkapkan prinsip komunikasi
percaya dengan ada kontak mata, mau terapeutik :
perawat berjabat tangan, mau  Sapa klien dengan ramah baik
menyebutkan nama, mau verbal maupun non verbal
menjawab salam, klien mau  Perkenalkan diri dengan sopan
duduk berdampingan dengan  Tanyakan nama lengkap dan
perawat, mau mengutarakan nama panggilan yang disukai
masalah yang dihadapi. klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukan sikap empati dan
menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kepada dan
perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat 2. Klien mengidentifikasi 2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien dan buat
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki daftarnya jika klien tidak mampu
positif yang dimiliki o Kemampuan yang mengidentifikasi maka dimulai oleh
dimiliki klien perawat untuk memberi pujian pada
o Aspek positif keluarga aspek positif yang dimiliki klien
o Aspek positif lingkungan 2.2 Setiap bertemu klien hindarkan
yang dimiliki klien memberi penilaian negative
2.3 Utamakan memberi pujian yang
realistis

3. Klien dapat menilai 3. Klien menilai kemampuan 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan
kemampuan yang yang dimiliki untuk yang masih dapat dilaksanakan
dimiliki untuk dilaksanakan selama sakit.
dilaksanakan 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat
dilanjutkan pelaksanaannya.

4. Klien dapat 4. Klien membuat rencana 4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas
(menetapkakan) kegiatan harian yang dapat dilakukan setiap hari
merencanakan kegiatan sesuai kemampuang.
sesuai dengan  kegiatan mandiri
kemampuan yang  kegiatan dengan bantuan sebagian
dimiliki  kegiatan yang membutuhkan
bantuan total.
4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan
toleransi kondisi klien.
4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien lakukan.
5. Klien dapat melakukan 5. Klien melakukan kegiatan 5.1. Beri kesempatan pada klien untuk
kegiatan sesuai kondisi sesuai kondisi dan mencoba kegiatan yang telah
dan kemampuannya kemampuannya. direncanakan.
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien.
5.3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Klien memanfaatkan system 6.1 Beri pendidikan kesehatan pada
memanfaatkan system pendukung yang ada di keluarga tentang cara merawat klien
pendukung yang ada keluarga. dengan harga diri rendah.
6.2 Bantu keluarga memberikan dukungan
selama klien di rawat.
6.3 Bantu keluarga menyiapkan
lingkungan di rumah.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Harga Pasien Keluarga


Diri
Rendah SP I p SP I k
1. Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
yang dimiliki pasien keluarga dalam merawat pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga
yang masih dapat digunakan diri rendah yang dialami pasien beserta proses
3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan terjadinya
dilatih sesuai dengan kemampuan pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga
4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai diri rendah
kemampuan
5. Membimbing pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

SP II p SP II k
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) pasien dengan harga diri rendah
yang dipilih sesuai kemampuan 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat
3. Membimbing pasien memasukkan dalam langsung kepada pasien harga diri rendah
jadwal kegiatan harian.

SP III p SP III k
1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya. 1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
2. Melatih kegiatan ketiga (atau selanjutnya) rumah termasuk minum obat (discharge
yang dipilih sesuai kemampuan planning)
3. Membimbing pasien memasukkan dalam 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
jadwal kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, M & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Rafika


Aditama

Direja, A. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iyus, Yosep. (2010). Keperawatan Jiwa. Bandung : Refia Aditama

Keliat, Farida Kusumawati. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Salemba Medika.

Kusumawati & Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai