Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR PERANCANGAN KOTA

ELEMEN PERANCANGAN KOTA

LINKAGE SYSTEM : SIRKULASI, PARKIR & PEDESTRIAN

DISUSUN OLEH :
VERA FEBRIANI - 142017004
REVIA AGUSTINA - 1420170032

DOSEN PEMBIMBING :
ERFAN M.KAMIL, S.T.,M.T.

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Urban Design

Perancangan kota (urban design) merupakan suatu perpaduan kegiatan


antara profesi perencana kota, arsitektur, lansekap, rekayasa sipil, dan
transportasi dalam wujud fisik.

Perancangan kota dapat mewujudkan dirinya dalam bentuk tampak depan


bangunan, desain sebuah jalan,atau sebuah rencana kota atau dapat dikatakan
pula bahwa perancangan kota berkaitan dengan bentuk wilayah perkotaan.

Produk perancangan kota dapat dikategorikan dalam dua bentuk umum yang
disebut Ruang Kota (urban space) dan Ruang Terbuka (open space).

(Prof.Eko ; Kota Berkelanjutan ,1999,59)


Teori- Teori Perancangan Kota
Kriteria Perancangan Kota
Elemen Perancangan Kota

 Perancangan kota sangat berkaitan dengan kualitas


fisik lingkungan. Perancangan Kota mencakup
perencanaan ruang-ruang antar bangunan serta
ruang yang diciptakan untuk masyarakat begitu pun
sebaliknya. Terdapat berbagai aspek atau elemen
yang harus diperhatikan saat merancang suatu
kawasan urban dengan segala karakteristiknya.
Elemen Perancangan Kota LINGKUP PEMBAHASAN
Menurut Hamid Shirvani

Elemen perancangan kota


meliputi :

1. Tata Guna Lahan (Land Use)


dan Aktivitas Pendukung
2. Bentuk dan massa bangunan
(Building Form and Massing )
3. Pengendalian Urbanisasi
4. Linkage System :
Sirkulasi dan Pedestrian
( Parking )
5. Ruang Terbuka (Open Space)
6. Tata Informasi ( Signage )
7. Preservasi dan Konservasi
Kawasan RS Charitas, Jln.Jend.Sudirman, dan
( Preservation )
Jln.Kapten A Rivai
Linkage System

Seorang ahli perancangan kota, Hamid Shirvani dalam bukunya yang berjudul
"The Urban Design Process" juga menyebutkan ada delapan (8) elemen fisik
dalam perancangan kota, salah satunya adalah linkage system sirkulasi dan parkir
serta pedestrian.
Selain itu linkage system juga erat kaitannya dengan sistem transportasi yang
tersedia serta elemen-elemen penunjang pengguna umum
PENGERTIAN

 Menurut Undang-Undang No 02 Tahun 2009, definisi trotoar adalah


salah satu fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas. Dan di pasal131 diatur
bahwa pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa
tempat penyebrangan dan fasilitas lainnya.
SIRKULASI

 Sirkulasi adalah elemen perancangan kota yang secara langsung dapat


membentuk dan mengkontrol pola kegiatan kota, sebagaimana halnya dengan
keberadaan sistem transportasi dari jalan publik, pedestrian way, dan tempat-
tempat transit yang saling berhubungan akan membentuk pergerakan (suatu
kegiatan).
 Sirkulasi di dalam kota merupakan salah satu alat untuk menstrukturkan
lingkungan perkotaan karena dapat membentuk, mengarahkan, dan
mengendalikan pola aktivitas dalam suatu kota. Selain itu sirkulasi dapat
membentuk karakter suatu daerah, tempat aktivitas dan lain sebagainya.
PERSYARATAN SIRKULASI

Sirkulasi merupakan elemen yang menghubungkan suatu fasilitas dengan


fasilitas lainnya. Contoh utamanya adalah jalan. Maka dari itu, dalam perencanaan
jaringan sirkulasi harus selalu memperhatikan :
 a. Jaringan jalan harus merupakan ruang terbuka yang mendukung citra
kawasan dan aktivitas pada kawasan.
 b. Jaringan jalan harus memberi orientasi pada penggunan dan membuat
lingkungan yang legible. Jalan tersebut hendaknya mampu memberi orientasi yang
jelas bagi para pengemudi maupun pejalan kaki, serta membuat lingkungan yang
dilaluinya mudah dikenali.
 c. Kerjasama dari sektor kepemilikan dan privat dan publik dalam mewujudkan
tujuan dari kawasan.
Hubungan Produk Perancangan Kota dengan Unsur Jalan

Hubungan ruang kota dan ruang terbuka dengan jalan


adalah dimana ruang kota dapat berupa sebuah koridor.
Ruang koridor adalah ruang untuk pergerakan linier ruang
atau oasis dimana tempat perhentian keduanya dapat
dihubungkan timbal balik. Jalan dapat dikatakan sebagai “
linear urban space “.
Sedangkan jalan merupakan pathway yakni rute-rute
atau jalur sirkulasi yang digunakan sebagai penghubung
antar Ruang Kota.
Besaran Sirkulasi / Jalan

Dalam suatu sirkulasi tidak terlepas dari perencanaan


sebuah jalan yang menghubungkan 1 tempat ke tempat
lain. Jenis-jenis jalan antara lain :
1. Jalan arteri primer
2. Jalan arteri sekunder
3. Jalan kolektor primer
4. Jalan kolektor sekunder
5. Jalan lokal primer
6. Jalan lokal sekunder
BENTUK SISTEM SIRKULASI RS CHARITAS

 Berdasarkan sirkulasinya, kawasan RS Charitas


merupakan wilayah yang strategis dimana dilalui
oleh semua jenis kendaraan baik oleh kendaraan
pribadi ataupun umum, mudah diakses dan berada
di pusat kota. Dan ini merupakan hal yang tepat
mengingat fungsinya sebagai yang Rumah Sakit
haruslah berada ditempat yang mudah diakses.
 Untuk arah menuju sirkulasi di kawasan RS
Charitas sudah terarah dengan dengan adanya
rambu-rambu dan penanda lainnya. Kapasitas dan
besaran sirkulasi sudah terpenuhi/mencukupi
sesuai peraturan yang ada.
 Jalan / jalur lalu lintas yang berada didepan RS
Charitas termasuk ke jalan arteri primer
PARKIR

Elemen ruang parkir memiliki dua efek langsung pada kualitas lingkungan, yaitu :
 a. Kelangsungan aktivitas komersial.
 b. Pengaruh visual yang penting pada bentuk fisik dan susunan kota.

Dalam merencanakan tempat parkir, hendaknya memenuhi persyaratan :


 a. keberadaan strukturnya tidak mengganggu aktivitas di sekitar kawasan
 b. pendekatan program penggunaan berganda
 c. tempat parkir khusus
 d. tempat parkir di pinggiran kota

Sedangkan untuk masalah perparkiran terdapat dua pengaruh terhadap kualitas


lingkungan meliputi kelangsungan aktivitas kota dan dampak visual terhadap
bentuk fisik dan struktur kota.
BENTUK SISTEM PARKIR

 Dari segi sistem penataan parkir, sudah tersedianya area parkir yang memadai
atau parkir yang diperuntukan untuk pengunjung / pasien yang datang. Hal ini
juga bisa dilihat dari tidak adanya kendaraan yang parkir dibahu jalan atau
jalur masuk didepan Rumah Sakit Charitas.
 Dan untuk mengatasi kurangnya lahan untuk parkir, pihak rumah sakit
Charitas sudah menyediakan gedung parkir sendiri atau gedungparkir
bertingkat
PENGERTIAN

 Menurut Undang-Undang No 02 Tahun 2009, definisi trotoar adalah


salah satu fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas. Dan di pasal131 diatur
bahwa pejalan kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa
tempat penyebrangan dan fasilitas lainnya.
JALUR PEJALAN KAKI ( PEDESTRIAN WAYS )
 Menurut Peraturan Menteri PUPR No 02/SE/M/2018 :
Fasilitas pada ruang milik jalan yang disediakan untuk pejalan kaki, antara lain dapat
berupa trotoar, penyeberangan jalan di atas jalan (jembatan), pada permukaan jalan, dan
di bawah jalan (terowongan)
Elemen pejalan kaki harus dibantu dengan adanya interaksinya pada elemen-elemen
dasar desain tata kota dan harus berkaitan dengan lingkungan kota, pola-pola aktivitas
serta sesuai dengan rencana perubahan atau pembangunan fisik kota di masa
mendatang.
Peningkatan rasio arus pejalan kaki dapat dilakukan dengan memperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut :
 a. Pendukung aktivitas di sepanjang jalan, adanya sarana komersial seperti toko,
restoran, café.
 b. Street furniture berupa pohon-pohon, rambu-rambu, lampu, tempat duduk, dan
sebagainya.
JALUR PEJALAN KAKI ( PEDESTRIAN WAYS )

Pedestrian merupakan sarana bagi pejalan kaki dan sarana untuk kegiatan pada
sektor informal, misalnya pedagang kaki lima dan penjual eceran. Hal ini yang
sekaligus bisa menghidupkan ruang-ruang terbuka kota.
Manfaat adanya pedestrian ways antara lain :
a. Reduce uses of automobile
b. Create retailing activity
c. Promoting human scale system
d. Increase air quality
Kriteria dari pedestrian ways yang baik, antara lain :
a. Terdapat interaksi antar setiap elemen dasar urban design
b. Mempunyai relasi/hubungan kuat antara existing bangunan aktivitas
c. Tetap efektif terhadap perubahan fisik kota dimasa depan
PRINSIP PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI

Prinsip umum perencanaan fasilitas pejalan kaki sekurang-kurangnya memenuhi


kaidah sebagai berikut:
 a) memenuhi aspek keterpaduan sistem, dari penataan lingkungan, sistem
transportasi, dan aksesilibitas antar kawasan;
 b) memenuhi aspek kontinuitas, yaitu menghubungkan antara tempat asal ke
tempat tujuan, dan sebaliknya;
 c) memenuhi aspek keselamatan, keamanan, dan kenyamanan;
 d) memenuhi aspek aksesibilitas, dimana fasilitas yang direncanakan harus
dapat diakses oleh seluruh pengguna, termasuk oleh pengguna dengan
berbagai keterbatasan fisik.
PERSYARATAN PEDESTRIAN

Dalam perancangannya, jalur pedestrian harus mempunyai syarat-syarat


untuk dapat digunakan dengan optimal dan memberi kenyamanan pada
penggunanya. Syarat-syarat tersebut adalah :
 a. Aman dan leluasa dari kendaraan bermotor.
 b. Menyenangkan, dengan rute yang mudah dan jelas yang disesuaikan dengan
hambatan kepadatan pejalan kaki.
 c. Mudah, menuju segala arah tanpa hambatan yang disebabkan gangguan
naik-turun, ruang yang sempit, dan penyerobotan fungsi lain.
 d. Punya nilai estetika dan daya tarik, dengan penyediaan sarana dan
prasarana jalan seperti: taman, bangku, tempat sampah dan lainnya.
BENTUK SISTEM PEDESTRIAN RS CHARITAS

 Jalur pedestrian di sekitar Rumah Sakit Charitas belum


cukup baik dan terdapat beberapa yang harus dibenahi
untuk mencapai tingkat kenyamanan dan keamanan
khususnya pengguna / pejalan kaki.
 Beberapa permasalahan pedestriannya antara lain luas
jalur pejalan kaki, halte untuk kendaraan umum, dan
terkadang pejalan kaki harus berbagi jalurnya dengan
papan-papan yang bertuliskan bela sungkawa didepan RS
 Dibeberapa bagian jalur pejalan kaki, sulit dilalui
khususnya pengguna disabilitas karna jalur yang sudah
rusak atau dihalangi oleh penanda lalu lintas dan atribut
pedestrian

Anda mungkin juga menyukai