AL-QURAN:
MENGUPAS TERM SHALAT
Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.
NIP: 19580128.198612.1.001
4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu (17)
17) Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Nabi Muhammad SAW ialah Kitab-Kitab yang
diturunkan sebelum Al-Quran, seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut
dalam Al-Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul
ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada
Rasul.
______________
Kalimat wa mâ dalam ayat bimâ unzila ilaika wa mâ unzila min qoblika merujuk kepada makna
‘sebagaimana’, bukannya “dan”. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa yang diturunkan
kepadamu (Nabi Muhammad SAW) haruslah sama dengan apa yang diturunkan kepada (Rasul-
rasul) sebelummu.
AL--QURAN perlu terus DIKAJI
AL
4/4--a/d
4/4
______________
Kalimat wa mâ dalam ayat bimâ unzila ilaika wa mâ unzila min qoblika
merujuk kepada makna ‘sebagaimana’. Kalau artinya ‘sebagaimana’ maka apa
yang diturunkan kepadamu (=kepada Nabi Muhammad SAW) haruslah sama
dengan apa yang diturunkan kepada (Rasul-rasul) sebelummu; dan yang sama
itu adalah NÛR, yakni Al-Kitâb, Al-Hikmah, dan An-Nubuwah, sebagaimana
firmanNya:
Maka berimanlah kalian kepada Allâh dan Rasûl-Nya, dan kepada NÛR yang
telah Kami turunkan. Dan Allâh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
(Qs. 64/At-Taghabun: 8).
AL--QURAN perlu terus DIKAJI
AL
4/4--b/d
4/4
(yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasûl, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati
tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang
buruk, serta membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti NÛR yang diturunkan kepadanya (=mengikuti Rasûl yang memperoleh NUR
itu), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Qs. 7/Al-A`raf: 157)
AL--QURAN perlu terus DIKAJI
AL
4/4--c/d
4/4
Marekalah dzalikal kitab (Kitab ”itu”) yang la roiba fihi (tidak ada keraguan);
merekalah kitab maknun (kitab yang terpelihara); merekalah yang bisa
menyentuh Al-Quran karena al-muthohharun (yang disucikan oleh Tuhan); dan
merekalah al-rosyihuna fil-`ilmi (yang mendalam ilmunya), sehingga bisa
memahami ayat-ayat mutasyabihat sebagaimana pemahamannya terhadap ayat-
ayat muhkamat.
Metode TEMATIK AL-
AL-QURAN (2/3)
Celakanya, tafsir bil-ma`sur atau bil-manqul ini tidaklah banyak. Hanya sebagian kecil
ayat atau term Al-Quran yang ada tafsirannya. Dengan wafatnya Nabi Muhammad
SAW, otomatis ditutup pula periode tafsir ini (karena tiadanya lagi al-muthohharun).
Paling tidak demikianlah keyakinan (hampir) seluruh kaum muslimin. Para Ulama
akhirnya memperluas dengan tafsir bil-ma`sur atau bil-manqul shahabi, yakni tafsir
sahabat-sahabat besar (terutama 4 khalifah dan Ibn Abbas) bila tafsiran Nabi SAW
tidak diperoleh.Tapi tafsir ini pun, selain terbatas, juga tidak luput dari perdebatan.
Akhirnya Ulama mengembangkan tafsir bir-ro`yi dengan dibuatnya kaidah-kaidah yang
disepakati bersama, seperti harus ahli tata bahasa Arab, tahu asbabul nuzul, mengerti
perbedaan sighot dan fungsinya dalam suatu ayat – apakah ia menunjuk para perintah
wajib atau tidak wajib, dan seterusnya.
Tapi dengan membanjirnya kitab-kitab tafsir pun tetap saja banyak ayat Al-Quran yang
masih ”gelap” sehingga tidak bisa menjadi petunjuk bagi kita. Ambil saja contoh huruf-
huruf hijaiyah dalam awal beberapa surat (alif-lam-mim, alif-lam-ro, nun, shod, ya-sin,
tho-ha, kaf-ha-ya-`ain-shod, dan lain-lain) yang hanya diterjemahkan dengan wallahu
a`lam bi murodi (hanya Allah yang tahu maksudnya).
Metode TEMATIK AL-
AL-QURAN (3/3)
2. MALAIKAT 41
3. IBLIS 24
4. MANUSIA (al-insan) 56
5. AL-KITAB 162
6. RASUL 215
7. SHALAT 61
Term--term SHALAT dlm AL
Term AL--QURAN
1-1/3
Term--term SHALAT dlm AL-
Term AL-QURAN
1-2/3
Term--term SHALAT dlm AL-
Term AL-QURAN
1-3/3
Term--term SHALAT dlm AL-
Term AL-QURAN
2-1/2
Term--term SHALAT dlm AL-
Term AL-QURAN
2-2/2
Term--term SHALAT dlm AL-
Term AL-QURAN
3-1/4
3. Selain shalat wajib (yang 5 waktu) kita pun diperintah untuk memelihara
shalat Wustho (Qs. 2/Al-Baqarah: 238). Kita harus mencari makna yang sebenar-
benarnya dari shalat Wustho, karena shalat Wustho ini pun merupakan perintah wajib.
Jika tidak dijalankan berarti kita membangkang (kafir) terhadap perintah Tuhan.
4. Mendirikan shalat merupakan ciri dari orang-orang yang beriman (Qs.
22/Al-Hajj: 35), ciri orang yang bertakwa (Qs. 2/Al-Baqarah: 2-3), dan ciri orang yang
berbuat al-birr/kebajikan (Qs. 2/Al-Baqarah: 177). Orang yang mendirikan shalat akan
memperoleh kebahagiaan (Qs. 23/Al-Mukminun: 1-2, 9).
5. Di antara ciri orang kafir, munafik, dan fasik adalah mendirikan shalat
dengan malas (Qs. ) atau mengerjakan shalat sekedar gerakan dan bacaan (Qs. 8/Al-
Anfaal: 35). Artinya, dalam shalatnya tidak ada zikir (tidak mengingat Allah) dan tidak
khusyu`.
6. Shalat wajib mempunyai waktu-waktu tertentu, yakni di kedua tepi siang
(zhuhur dan `ashar), permulaan malam (maghrib dan `isya), dan shubuh (Qs. 11/Huud:
114 & Qs. 17/Al-Isra: 78).
Term--term SHALAT dlm AL-
Term AL-QURAN
3-3/4
10. Larangan shalat secara sahun (lalai), diungkap dalam Qs. 107/Al-
Ma`un ayat 4-5. Orang yang mengerjakan shalat secara sahun akan dijebloskan
ke dalam neraka. Shalat sahun merupakan kebalikan dari shalat yang benar.
Shalat yang benar adalah shalat yang sesuai dengan tujuan shalat yakni untuk
mengingat Allah. Shalat sahun berarti shalat yang tidak mengingat Allah; atau,
dalam shalatnya yang diingat adalah selain Allah. Shalat yang benar adalah
shalat yang didirikan dengan khusyu`. Shalat sahun berarti shalat yang tidak
khusyu`. Shalat yang benar adalah shalat yang dikerjakan pada waktu-waktu
yang telah ditentukan. Shalat sahun berarti shalat yang secara sengaja (tanpa
alasan yang dibenarkan secara syar`i) dikerjakan di luar waktu-waktu yang
telah ditentukan.
11. Cara meminta tolong (berdo`a) kepada Allah adalah dengan
bersabar dan berdo`a setelah mendirikan shalat (2/Al-Baqarah: 45). Tapi cara-
cara seperti ini sungguh berat kecuali bagi orang yang mendirikan shalat
dengan khusyu`.
Perintah Mendirikan SHALAT
Haafizhuu (=peliharalah) adalah fa`il amr (bersifat istimror, yakni berlaku terus
sepanjang zaman). Jika tidak dikerjakan berarti berhadapan dengan `azab Allah.
Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan untuk:
(1) Memelihara semua shalat (shalat wajib 5 waktu);
(2) Memelihara shalat wustho;
(3) Kemudian diperintah lagi untuk berdiri (=shalat) karena Allah dengan khusyu`. Adapun
shalat khusyu` dapat tercapai jika orang yang shalat itu mengetahui Tuhan (=kenal Zat-Nya),
sehingga ketika shalat dapat lidz-dzikrii =untuk mengingat AKU (=ingat Tuhan).
Makna Shalat
Shalat WUSTH
WUSTHOO
(1) Menurut Tim Pemterjemah Al-Quran Departemen Agama RI, shalat
wustho ialah shalat yang di tengah-tengah dan paling utama. Ada
juga yang berpendapat shalat `ashar. Tapi menurut kebanyakan ahli
hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat dikerjakan dengan
sebaik-baiknya.
(2) Dalam Kitab-kitab Hadits, shalat Wustho ialah shalat Ashar atau
Shubuh, juga shalat 5 waktu lainnya (Al-Hadits Digital dalam
LIDWA PUSAKA)
(3) Adapun menurut Guru Mursyid Ilmu Syaththariah (Kyai Muhammad
Anwar Muttaqin, Guru ke-49), shalat wustho ialah shalat-shalat
yang menyertai shalat wajib 5 waktu yang ditetapkan oleh Rasul/ Ulil
Amri/Ulama Pewaris Nabi. Menurut beliau, setiap zaman
membutuhkan ragam shalat yang berbeda dengan zaman lainnya.
UMMATAN WASATHO
WASATHO
= UMAT YANG DIPIMPIN OLEH WASITHAH
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu ummatan wasatho (=umat ber-
Wasithah, =umat yang adil dan pilihan karena dipimpin oleh Wasithah) agar kamu
(murid-murid Wasithah) menjadi saksi atas (perbuatan) manusia (yang ternyata
hanya untuk mengejar nafsu dan syahwat), sedangkan Rasul (Wasithah)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu … (Qs. 2/Al-Baqarah: 143)
Kata ummat dalam ummatan wasatho pada ayat ini (juga dalam ayat-ayat
lain) bukanlah kerumunan manusia, melainkan masyarakat yang teratur karena ada
pemimpinnya. Perspektif Tasawuf Syaththariah, pemimpin umat beriman adalah
Wasithah, yakni Rasul/Ulil Amri atau Ulama Pewaris Nabi.
Tujuan SHALAT = untuk ‘mengingat’ ALLAH
(1) Sebagian kaum Muslimin berpendapat: Tidak perlu dan tidak mungkin mengetahui
Zat Allah. Mereka merasa puas dengan mengetahui Asma, Sifat, dan Af`al
(perbuatan) Allah; juga merasa puas dengan berpikir tentang Ciptaan-Nya.
(2) Sebagian kaum Sufi berusaha mengetahui Zat Allah (ma`rifat bi Dzatillah) dengan
cara inkisyaf (gnostik, penyingkapan), yakni dengan cara menjalankan riyalat,
riyadhoh, dan mujahadah secara ketat (sehingga diharapkan nanti Allah
memperlihatkan [‘menyingkapkan’] Diri-Nya).
(3) Menurut KH Muhammad Munawwar Affandi (Wasithah ke-48), cara mengetahui
Zat Allah (ma`rifat bi Dzatillah) hanyalah dengan jalan ‘bertanya’ kepada Ahli
Zikir (Ulama Pewaris Nabi).
CARA MENGENAL ‘AKU’ = BERTANYA KEPADA AHLI ZIKIR
MAKNA ‘AKU’
Dalam Qs. 20/Tho-Ha ayat 14 tadi ditegaskan bahwa tujuan shalat adalah
untuk ‘mengingat’ AKU. Siapakah Sang AKU dalam ayat ini? Untuk
mengenal-Nya (mengenali Zat Tuhan Yang Asma-Nya Allah, untuk
dapat ma`rifat bi Dzatillah) maka haruslah ‘bertanya’ kepada Ahli Zikir,
sebagaimana perintah Allah dalam ayat berikut:
MAKNA KHUSYU`:
(1) Khusyu` sering dimaknai upaya sungguh-sungguh dan penuh ketundukan kepada
Allah dengan memahami dan menghayati makna dari bacaan dan gerakan shalat.
(2) Perspektif Tasawuf, khusyu` adalah khudhurul qolbi ilallah (hadirnya hati kepada
Allah). Maksudnya, selama shalat Allah selalu hadir di depan mata hatinya.
JIKA ALLAH DISEBUT ‘GEMETAR’LAH HATINYA,
YAKNI ORANG YANG SHALAT
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan SHALAT, maka
(berwudhulah, yakni) basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan kakimu sampai dengan kedua mata kaki; dan jika kamu junub maka
mandilah; dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (Qs. 5/Al-Maidah: 6)
WAKTU--WAKTU SHALAT
WAKTU
Dan dirikanlah shalat pada kedua tepi siang (shubuh, zhuhur, dan ashar) dan pada
permulaan malam (maghrib & `isya). Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang
baik itu menghapuskan perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan
bagi orang-orang yang ingat. (Qs. 11/Hud: 114)
SHALAT dengan di-
di-QOSHOR