SK MENKUMHAM : AHU-0014149.AH.01.01
NPWP : 90.854.559.3-412.000
SIUP : 0134/10-27/PK/III/2019
TDP : 10.27.1.7.00080
PELATIHAN
EWSS, CODE BLUE SYSTEM & TRIAGE IGD
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
DI RUMAH SAKIT
PT. PUSAT PELATIHAN KESEHATAN MADANI
SK MENKUMHAM : AHU-0014149.AH.01.01
- Palm Residence, No. 1, Jl. Cilangkap, Tapos, Depok
No. Telp : 021-44578894, 081807869474/082112727606. Fax : 021-44578894
Email : ppkmpt@gmail.com
PROPOSAL
PELATIHAN EWS, CODE BLUE SYSTEM & TRIAGE IGD
“SISTEM PENCEGAHAN & PENATALAKSANAAN
KEGAWATDARURATAN DI RUMAH SAKIT”
Pendahuluan
Kegawatdaruratan dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Kegawatdaruratan
merupakan suatu kondisi di mana harus dilakukan tindakan yang cepat dan tepat karena apabila tidak
dilakukan dengan segera dapat menyebabkan kematian. Saat ini penanganan awal terhadap
kegawatdaruratan sudah menjadi hal yang harus diketahui dan dipelajari oleh setiap orang dan instansi
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
Kegawatan yang sering terjadi diantaranya adalah karena penyakit jantung. Penyakit jantung
merupakan penyakit yang meyebabkan kematian nomor satu di dunia. Lebih dari 17,2 juta orang di
seluruh dunia meninggal setiap harinya akibat penyakit jantung (AHA, 2010). Di Indonesia sendiri belum
ada data resmi yang dipublikasikan terkait angka kematian di rumah sakit pertahunnya, namun angka
kejadiannya diperkirakan tertinggi penyakit yang menyebabkan kematian.
Di beberapa negara, penanganan awal kegawatan sudah merupakan pengetahuan dasar yang harus
dimiliki, tidak hanya untuk petugas kesehatan namun juga untuk masyarakat umum. Beberapa standar
akreditasi nasional maupun internasional seperti ISO, KARS dan JCI telah memasukkan elemen
pengetahuan dasar penanganan kegawatan tersebut menjadi bagian dari standar yang harus dipenuhi oleh
rumah sakit. Saat ini sistem akreditasi rumah sakit menggunakan Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit (SNARS) Edisi 1. Di dalam SNARS terdapat standar pelayanan yang berfokus kepada pasien yaitu
mengenai Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP). Di dalam standar PAP terdapat standar pelayanan pasien
berisiko tinggi dan penyediaan pelayanan berisiko tinggi. Pada standar PAP 3.1 dijelaskan bahwa staf
klinis rumah sakit dilatih untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien yang memburuk dan pada standar
PAP 3.2 rumah sakit harus memiliki pelayanan resusitasi yang tersedia di seluruh area rumah sakit.
Upaya mengatasi kegawatdaruratan pada penyelamatan jiwa (life saving) adalah dengan
mempertimbangkan waktu, karena tantangannya adalah nyawa. Kecepatan pemberian pertolongan akan
sangat berpengaruh kepada keselamatan jiwa korban, atau dengan kata lain, apabila pertolongan terlambat
diberikan maka akan berakibat kematian.
Di dalam rumah sakit, upaya untuk menurunkan atau mengurangi angka kejadian mortality
(cardiac arrest) adalah dengan melakukan pencegahan dan tatalaksana kegawat daruratan baik tingkat
dasar (basic) maupun tingkat lanjut (advance). Pencegahan dapat dilakukan karena penurunan kondisi
pasien, di mana dapat terlihat sebelum pasien tersebut mengalami henti nafas dan jantung, sehingga
dibutuhkan suatu sistem yang terstandar agar sistem deteksi perburukan kondisi pasien dapat dilakukan
oleh setiap petugas kesehatan yaitu dengan menggunakan Early Warning Scoring System (EWSS).
EWSS adalah sebuah sistem scoring untuk mendeteksi perubahan fisiologis pasien yang
umumnya digunakan di unit rawat inap sebelum pasien mengalami kondisi perburukan, walaupun saat ini
EWS juga dikembangkan untuk area lain seperti di Ruang IGD. Skoring EWSS juga disertai dengan
algoritme tindakan berdasarkan hasil scoring dari pengkajian pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Early
warning score lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi, sehingga
diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat
atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik.
Di dalam standar akreditasi rumah sakit SNARS, EWS masuk ke dalam standar PAP 3.1. Elemen
penilaiannya berupa adanya regulasi pelaksanaan EWS, terdapat bukti bahwa staf klinis sudah dilatih
dan mampu melaksanakan EWS serta tersedianya pencatatan hasil dari EWS. Sehingga staf yang bekerja
di RS mampu melakukan deteksi dini perubahan kondisi pasien sebelum pasien tersebut mengalami
kegawatdaruratan.
Upaya selanjutnya dalam mengurangi angka kematian adalah dengan melakukan tindakan
kegawat daruratan medis. Henti jantung dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, sehingga sangat
dibutuhkan kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama dan lanjutan. Pertolongan pertama
merupakan pertolongan dasar yang seharusnya dapat dilakukan oleh siapa saja petugas yang ada di
Rumah sakit. Pertolongan lanjutan membutuhkan keahlian yang lebih sehingga dibutuhkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan tingkat lanjut (advance). Kemampuan individu dalam penanganan
kegawatdaruratan harus didukung oleh kemampuan infra struktur dari lingkungan kerja itu sendiri,
sehingga akan terbentuk sistem penanganan kegawatdaruratan yang baik di rumah sakit yaitu dengan
Code Blue System maupun Triage IGD.
Code Blue merupakan kode panggilan keadaan darurat yang menandakan adanya pasien yang
mengalami henti jantung atau henti napas. Di dalam standar akreditasi Rumah Sakit SNARS, Code blue
system masuk kedalam standar PAP 3.2. Code Blue system adalah sebuah sistem komunikasi dan
koordinasi yang diaktifkan saat terjadi Code Blue. Saat ini mulai berkembang bahwa Code Blue System
diaktifkan juga pada saat mengidentifikasi perburukan kondisi klinis pasien sebelum terjadinya henti
jantung dan henti nafas. Tujuan dari dibentuknya Code Blue System adalah agar saat terjadi perburukan
kondisi pasien khususnya kegawatan jantung, semua sumber daya yang ada dapat digunakan untuk
memberikan dukungan langsung maupun tidak langsung. Code blue system ini membutuhkan beberapa
aspek infra struktur agar dapat berjalan dengan baik, seperti ; jumlah dan kompetensi sumber daya
manusia (SDM), peralatan, sistem komunikasi dan sistem transportasi.
Saat ini, sudah banyak pelatihan-pelatihan yang telah dilakukan untuk memenuhi tuntutan dan
kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Seperti pelatihan basic life support (BLS), BTCLS,
SPGDT (Sistem Penanganan Gawat Darurat Terpadu atau lainnya yang sejenis. Namun, kegiatan
tersebut hanya fokus kepada kemampuan atau keterampilan individu semata. Pertanyaannya adalah
bagaimana selanjutnya, apakah mereka yang sudah mengikuti pelatihan dapat bekerja secara tim atau
bekerja di dalam sebuah sistem? apakah pelatihan tersebut dapat mengurangi angka kejadian kegawatan
dan kematian di RS? dan apakah sistem penanganan kegawatan itu sendiri sudah ada? dengan Code Blue
System ini maka semua unsur sumber daya yang ada di rumah sakit dapat dikerahkan dan digunakan
untuk memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami kegawatan.
Triage system adalah suatu proses memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya penyakit
menentukan prioritas perawatan gawat medik berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup. Triase
dilakukan di ruang IGD RS untuk mengidentifikasi korban dengan kondisi yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas kesehatan. Berbagai macam
metode system triase yang berlaku diantaranya adalah system triase Australian Triage Scale (ATS) yang
banyak digunakan oleh RS di Indonesia.
Di dalam standar akreditasi Rumah Sakit SNARS, sistem Triase masuk ke dalam standar akses ke
rumah sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK) yang menyebutkan bahwa rumah sakit mampu
menetapkan regulasi tentang penerimaan pasien di rawat inap atau pemeriksaan pasien di rawat jalan
sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini sistem triase masuk ke dalam standar ARK
1.1 yang mengatakan bahwa rumah sakit mampu melaksanakan tindakan prioritas untuk assesment dan
tindakan pada pasien dengan kebutuhan darurat, sangat mendesak atau yang membutuhkan pertolongan
segera.
Oleh karena itu kami ingin memfasilitasi kebutuhan rumah sakit untuk mewujudkan
terbentuknya sebuah sistem yang dapat mengurangi kejadian cardiac arrest di RS yaitu dengan sistem
pencegahan dengan penggunaan EWSS (standar PAP 3.1 SNARS), sistem tatalakasana kegawat-
daruratan Code Blue (standar PAP 3.1 SNARS) dan Triage system (Standar ARK 1.1 SNARS).
Diharapkan dengan sistem tersebut maka rumah sakit akan memiliki pelayanan kesehatan yang lebih baik,
berkualitas, bermutu dan profesional sehingga hasil akhirnya adalah dapat menurunkan angka kematian
(mortality) di rumah sakit.
Pelatihan yang akan dilakukan berupa pelatihan EWSS, Code Blue dan Triage System untuk
perawat dan dokter. Pelatihan ini bersifat aplikatif karena tidak hanya teori di kelas namun juga ada
simulasi langsung di ruangan rumah sakit. Hasil dari pelatihan ini akan menghasilkan rekomendasi
rancangan pembentukan EWSS, Code Blue dan Triage system beserta infrastruktur yang dibutuhkan
seperti sistem komunikasi, standar prosedur dan ketenagaan sehingga selesai pelatihan ini sistem dapat
langsung digunakan dan dijalankan, di samping tenaga kesehatan menjadi semakin kompeten dalam
tatalaksana EWSS, code blue dan triage RS.
Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Peningkatan kompetensi dan pembentukan sistem deteksi dini perburukan pasien dan sistem
penanganan kegawat daruratan di rumah sakit dengan menggunakan sistem EWS, sistem Code Blue
dan Triage IGD
1. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan dalam mengidentifikasi kondisi pasien yang akan
mengalami kegawatdaruratan di rumah sakit dengan Early Warning Scoring Score (EWSS)
2. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai konsep dasar code blue dan triase sistem
dalam penanganan kegawat-daruratan pasien di rumah sakit
3. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai bantuan hidup dasar (BHD/BLS) sesuai
rekomendasi AHA 2015
4. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai bantuan hidup lanjut (BHL/ACLS) sesuai
rekomendasi AHA 2015 : manajemen aritmia, obat2an emergency, defibrilasi dan kardioversi.
5. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta pelatihan mengenai tatalaksana awal pasien
dengan kasus trauma
6. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai code blue system melalui simulasi code
blue system di Rumah Sakit
7. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai Triage system melalui simulasi Triage
system di IGD Rumah Sakit
8. Melakukan rancangan pembentukan sistem dan sumber daya yang ada di rumah sakit untuk
mendukung proses pelaksanaan sistem EWS, Triage dan Code Blue system di RS
Tema Kegiatan
Pelatihan EWSS, Code Blue dan Triase System untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan kegawat-
daruratan pasien di Rumah Sakit
2. Penyelenggara
Panitia Rumah Sakit
4. Tempat Penyelenggaraan
Ruang Aula Rumah Sakit
5. Struktur Program
Materi yang diberikan terdiri dari 40 % teori dan 60 % praktik dengan total waktu efektif 20 JPL
selama 2 hari. Untuk mencapai tujuan pelatihan disusun materi yang tercantum dalam struktur
program sebagai berikut
Jumlah : “Lima puluh dua juta empat ratus tujuh puluh ribu rupiah”
Rp. 1.311.750,- / peserta untuk 40 peserta
BNI Cabang Margonda Depok, no rek : 0824627901 an. PT. Pusat Pelatihan Kesehatan Madani
(PPKM)
Konfirmasi Pembayaran :
Bukti pembayaran dapat diemail ke : ppkmpt@gmail.com, atau dapat juga diupload melalui
whatsapp (082114650311/081807869474)
Evaluasi
Dalam pelatihan ini dilakukan beberapa kegiatan evaluasi meliputi evaluasi tulis, lisan dan praktikum
Contact Person
Dr. Iin Inayah, SKp., MKep
Tlp. 082114650311/081807869474
Email : ppkmpt@gmail.com