Anda di halaman 1dari 22

TEORI PENUAAN DAN IMPLIKASINYA

DALAM KEPERAWATAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik

OLEH KELOMPOK III


Sampurno G2A218091
Rinawati Y G2A218092
Nanik Sukristiyaningsih G2A218091
Kurniawan Bagus S G2 A218100
Khanifah Hidayanti G2A218103
Henny Kartikasari G2A218105
Harini G2A218106
Dani Andriyastuti G2A218112
Enny Widayati G2A218109
Asep Awaludin G2A218115

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Proses penuaan atau menjadi tua yang terjadi pada usia lanjut adalah suatu
proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

1
memperbaiki atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus menerus secara
alamiah. Dimulai sejak lahir dan dialami oleh semua makhluk hidup. Proses
menua setiap individu tidak sama cepatnya. Perubahan-perubahan biologik
yang terjadi pada usia lanjut akan mengakibatkan kemunduran-kemunduran
pada fungsi organ tubuh serta adanya perubahan pada pola konsumsi gizi
dan faktor psikososial

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepajang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti telah melalui 3 tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara
biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran,
misalnya pemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut
memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin
memburuk, gerakan lambat, dan postur tubuh tidak proporsional.
WHO dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah
usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan
proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian.
Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk mememperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berkelanjutan)
secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup. Misalnya
dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan pada saraf dan jaringan
lain, hingga tubuh mati sedikit demi sedikit.

B. TEORI-TEORI PROSES MENUA

1. Teori Biologis

a. Teori Genetik
Teori genetik clock merupakan teori intristik yang menjelaskan
bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan
menentukan proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu
telah terprogram secara genetik untuk spesies tertentu. Secara teoritis,
memperpanjang umur mungkin terjadi, meskipun hanya beberapa
waktu dengan pengaruh dari luar, misalnya peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit dengan pemberian obat-obatan atau tindakan
tertentu.
Teori mutasi somatik menjelaskan bahwa penuaan terjadi karena
adanya mutasi somatik akibat pengaruh lingkungan yang buruk.
Terjadi kesalahan proses transkripsi DNA atau RNA dan dalam proses
translasi RNA protein atau enzim. Kesalahan ini terjadi terus menerus
sehingga akhirnya akan terjadi penurunan fungsi organ atau perubahan
sel menjadi kanker atau penyakit.

b. Teori Non Genetik


i. Teori Penurunan Sistem Imun Tubuh (Auto-immune theory)
Ketuaan dianggap disebabkan oleh adanya penurunan fungsi
sistem immun. Perubahan itu lebih tampak secara nyata pada
Limposit–T, disamping perubahan juga terjadi pada Limposit-B.
Perubahan yang terjadi meliputi penurunan sistem imun humoral,
yang dapat menjadi faktor predisposisi pada orang tua untuk:
 Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan
perkembangan kanker.
 Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses
dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap
pathogen
 Meningkatkan produksi autoantigen, yang berdampak pada
semakin meningkatnya resiko terjadinya penyakit yang
berhubungan dengan autoimmune.
ii. Teori Kerusakan Akibat Radikal Bebas
Proses menua terjadi akibat kurang efektif fungsi kerja tubuh
dan hal itu dipengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam
tubuh. Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel, termasuk
mitokondria, yang akhirnya mampu menyebabkan cepatnya
kematian (apoptosis) sel, menghambat proses reproduksi sel.
iii. Teori Menua Akibat Metabolisme
Setiap makhluk hidup mempunyai ketersediaan kemampuan
yang sudah ditentukan sesuai dengan kapasitas energi yang
digunakan untuk selama menempuh kehidupannya. Energi yang
digunakan terlalu banyak dimasa awal kehidupannya akan habis
sebelum usia optimalnya, atau mempunyai usia yang relative
lebih pendek dari pada yang menggunakan energi secara optimal
sepanjang usia kehidupannya. Individu mempunyai lama usia
yang optimal jika energi yang digunakan merata sepanjang
hidupnya, tidak terlalu berlebih digunakan, diimbangi dengan
istirahat serta asupan energi yang cukup.
iv. Teori Rantai Silang (Cross link theory)
Proses menua terjadi sebagai akibat adanya ikatan-ikatan
dalam kimiawi tubuh. Teori ini menyebutkan bahwa secara
normal, struktur molekular dari sel berikatan secara bersama-
sama membentuk reaksi kimia, termasuk didalamnya adalah
kolagen yang merupakan rantai molekul yang relatif panjang yang
dihasilkan oleh fibroblast. Terbentuknya jaringan baru, maka
jaringan tersebut akan bersinggungan dengan jaringan yang lama
dan membentuk ikatan silang kimiawi. Hasil akhir dapi proses
ikatan silang ini adalah peningkatan densitas kolagen dan
penurunan kapasitas untuk transport nutrient serta untuk
membuang produk-produk sisa metabolisme dari sel.
v. Teori Fisiologis
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik terdiri atas
teori oksidasi stress. Dalam teori ini dijelaskan terjadi kelebihan
usaha dengan stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai
regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal

2. Teori Sosiologis

a. Teori Interaksi Sosial


Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964)
mengemukakan bahwa interaksi sosial didasarkan atas hukum
pertukaran barang dan jasa, sedangkan pakar lain Simmons (1945)
mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin
interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status
sosialnya untuk melakukan tukar menukar.

b. Teori Aktivitas atau Kegiatan


Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al.
(1972) yang mengatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana lansia merasakan kepuasan dalam melakukan aktifitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Pokok-pokok
teori aktivitas adalah:
 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.
 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.

c. Teori Kesinambungan (Continuity theory)


Kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia, dengan demikian
pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan
gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia Gaya hidup perilaku
dan harapan seorang ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lansia.
Pokok-pokok dari continuity theory adalah:
 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif
dalam proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada
pengalamannya di masa lalu, dipilih peran apa yang harus
dipertahankan atau dihilangkan.
 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.
 Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai macam cara
adaptasi.

d. Teori Pembebasan atau penarikan diri


Cumming dan Henry ( 1961) mengemukakan bahwa kemiskinan
yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan
sekitarnya. masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lansia
menarik diri, keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia
menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas.

e. Teori Perkembangan (Development theory)


Joan Birchenall RN, Med dan Mary E Streight RN (1973)
menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna
mengerti perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase
kehidupannya. Pokok-pokok dalam development theory adalah:
 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya.
 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan
sosial yang baru yaitu pensiun dan atau menduda atau menjanda.
 Lansia harus menyesuaaikan diri akibat perannya yang berakhir
dalam keluarga, kehilangan identitas dan hubungan sosialnya
akibat pensiun, ditinggal mati oleh pasangan hidup dan teman-
temannya.

f. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)


Wiley (1971), menyusun stratifikasi lansia berdasarkan usia
kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan
kapasitas peran, kewajiban, serta hak mereka berdasarkan usia. Dua
elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah struktur
dan prosesnya. Pokok-pokok dari teori ini adalah :
 Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat
 Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok
 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara penduduk.

3. Teori Psikologis

a. Teori Kebutuhan Manusia Menurut Hierarki Maslow


Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow,
1954).
b. Teori Individual Jung
Carl Jung (1960) merupakan psikolog swiss yang
mengembangkan teori bahwa perkembangan personal individu dilalui
melalui tahapan-tahapan: masa kanak-kanak, masa remaja dan remaja
akhir, usia pertengahan, dan usia tua. Kepribadian personal ditentukan
oleh adanya ego yang dimiliki, ketidaksadaran personal dan
ketidaksadaran kolektif. Teori ini mengungkapkan bahwa sejalan
dengan perkembangan kehidupan, pada masa usia petengahan maka
seseorang mulai mencoba menjawab hakikat kehidupan dengan
mengeksplorasi nilai-nilai, kepercayaan dan meninggalkan khayalan.
Pada masa ini dapat terjadi “krisis usia pertengahan” yang dapat
mempengaruhi/menghambat proses ketuaan itu sendiri secara
psikologis.

c. Teori Proses Kehidupan Manusia


Charlotte Buhler (1968) menyusun sebuah teori yang
menggambarkan perkembangan manusia yang didasarkan pada
penelitian ektensif dengan menggunakan biografi dan melalui
wawancara. Mengidentifikasi dan mencapai tujuan hidup manusia
yang melewati klima fase proses perkembangan. Pemenuhan
kebutuhan diri sendiri merupakan kunci perkembangan yang sehat dan
itu membahagiakan, dengan kata lain orang yang tidak dapat
menyesuaikan diri berarti dia tidak dapat memenuhi kebutuhannya
dengan beberapa cara.

d. Teori Tugas Perkembangan


Havigurst (1972) menyatakan bahwa tugas perkembangan pada
masa tua antara lain adalah :
 Menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan fisik dan
kesehatan
 Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya
penghasilan
 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
 Membentuk hubungan dengan orang-orang yang sebaya
 Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes

e. Teori Delapan Tingkat Kehidupan


Secara Psikologis, proses menua diperkirakan terjadi akibat
adanya kondisi dimana kondisi psikologis mencapai pada tahap-tahap
kehidupan tertentu. Ericson (1950) yang telah mengidentifikasi tahap
perubahan psikologis (depalan tingkat kehidupan) menyatakan bahwa
pada usia tua, tugas perkembangan yang harus dijalani adalah untuk
mencapai keeseimbangan hidup atau timbulnya perasaan putus asa.

C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENUAAN


1. Heredites atau keturunan genetic
2. Nutrisi atau makanan
3. Status kesehatan
4. Pengalaman hidup
5. Lingkungan
6. Strees

D. BATASAN-BATASAN LANSIA
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), kelompok umur lansia dibagi
menjadi:
a. usia pertengahan (middle age) : usia 45-59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : usia 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua ( old ) : usia 75-90 tahun
d. Usia sangat tua ( very old ) : usia > 90 tahun

E. PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA


1. Perubahan Fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar, berkurangnya
cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spinkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya respon
terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatnya ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler : katup jantung menebal dan menjadi kaku,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun setelah
berumur 20 tahun sehingga menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah meninggi.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan elastisitasnya
sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat. Kedalaman pernafasan
menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi buruk,
indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir dan atropi
indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya sensitifitas saraf
pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi meningkat.
Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit diturunkan pada pria lansia
yang akan berakibat retensia urine. Pembesaran prostat, 75 % doalami
oleh pria diatas 55 tahun. Pada vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi
selaput lendir kering, elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan
menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi hormon
menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah,
aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal metabolisme rate
(BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti : progesteron, estrogen
dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat
kehilangan jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi
kelabu, sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku
menjadi keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut erabit
otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan tremor.
2. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
b. Kehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :
a. Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
b. Kenangan jangka pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
3. Perubahan Psikososial
a. Pensiun : nilai seorang dukur oleh produktifitasnya, identits dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan
b. Merasakan atau sadar akan kematian
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih sempit.
F. TUMBUH KEMBANG PADA LANSIA
Kelompok lanjut usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999;8). Pada lanjut usia akan terjadi
proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
1. Perubahan Fisik Lansia
a. Sel
Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar.
b. Sistem syaraf
Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun,
lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan
stres, mengecilnya saraf panca indera, dan kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c. Sistem pendengaran
Gangguan pada pendengaran, pendengaran menurun pada manula yang
mengalami ketegangan jiwa/stres.
d. Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya
adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, menurunnya lapang pandang,
dan menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
e. Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
kaku,
tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari
pembuluh darah perifer.
f. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35ºC ini
akibat
metabolisme yang menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak
dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktivitas otot
2. Perubahan Psikologis Lansia
a. Penurunan kondisi fisik hal ini semua dapat menimbulkan
gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun
sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
b. Penurunan fungsi dan potensi seksual pasangan hidup telah
meninggal, disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau
masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi,
pikun dsb.
c. Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan pensiun sering
diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
d. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat akibat
berkurangnya fungsi indera, peran di masyarakatpun akan
berubah.

3. Perubahan Ekonomi Lansia


Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun.
Penghasilan akan berkurang, sehingga perlu menyesuaikan perubahan
ekonomi.
4. Tugas Perkembangan Lansia Menurut Havighust
 Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik
 Menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi karena pensiun dan
berkurangnya penghasilan
 Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup
 Menerima fakta bahwa dirinya termasuk golongan lanjut usia dan
mencari kelompok seusia
 Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

G. PERAN PERAWAT PADA KLIEN SESUAI DENGAN PROSES


PENUAAN
Proses Perawatan Kesehatan bagi para Lansia merupakan tugas yang
membutuhkan suatu kondisi yang bersifat komprehnsif sehingga diperlukan
suatu upaya penciptaan suatu keterpaduan antara berbagai proses yang dapat
terjadi pada lansia. Untuk mencapai tujuan yang lebih maksimal, konsep dan
strategi pelayanan kesehatan bagi para lansia memegang peranan yang sangat
penting dalam hal ini tidak lepas dari peran perawat sebagai unsur pelaksana.
Dalam proses tersebut, peran perawat yang dapat dikembangkan untuk
merawat lansia, berdasarkan proses penuaan yang terjadi, yaitu :
1. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Biologik (Fisik).
Perawatan dengan perubahan fisik adalah perawatan yang memperhatikan
kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian-kejadian yang dialami oleh lansia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan
yang masih bisa dicapai dan dikembangkan, serta penyakit yang dapat
dicegah atau ditekan progresivitasnya. Perawatan fisik ini tebagi menjadi
dua bagian, yaitu :
a. Perawatan bagi usila yang masih aktif, yang keadaan fisiknya
masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga
kebutuhannya sehari-hari bisa dipenuhi sendiri.
b. Perawatan bagi usila yang pasif atau tidak dapat bangun, yang
keadaan fisiknya mengalami kelumpuhan atau kesakitan sehingga
memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan kebutuhannya
sendiri. Disinilah peran perawat teroptimalkan, terutama tentang hal-
hal yang berhubungan dengan kebersihan perorangan untuk
mempertahankan kesehatannya, dan untuk itu perawat harus
mengetahui dasar perawatan bagi pasien lansia. Peran perawat dalam
membantu kebersihan perorangan sangat penting dalam usaha
mencegah timbulnya peradangan, mengingat sumber infeksi dapat
timbul bila kebersihan kurang mendapat perhatian. Selain itu
kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi
ketahanan tubuh terhadap gangguan infeksi dari luar. Untuk para
lansia yang masih aktif, peran perawat sebagai pembimbing mengenai
kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan
rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidir, hal
makanan, cara mengkonsumsi obat, dan cara pindah dari kursi ke
tempat tidur atau sebaliknya. Kegiatan yang dilakukan secara rutin
akan sangat penting dipertahankan pada lansia dengan melihat.
Kemampuan yang ada, karena adanya potensi kelemahan atropi otot
dan penurunan fungsi.
2. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Sosial.
Dalam perannya ini, perawat perlu melakukan pendekatan sosial sebagai
salat satu upayanya adalah memberikan kesempatan berkumpul dengan
sesama usila. Mereka dapat bertukar cerita atau bertukar pikiran dan
memberikan kebahagiaan karena masih ada orang lain yang mau bertukar
pikiran serta menghidupkan semangat sosialisasi. Hasil kunjungan ini
dapat dijadikan pegangan bahwa para lansia tersebut adalah makluk sosial
juga, yang membutuhkan kehadiran orang lain.

3. Peran Perawat dalam menghadapi Perubahan Psikologi.


Pada lansia, terutama yang melakukan kegiatan pribadi,
memerlukan bantuan orang lain, memerlukan sebagai suporter, interprester
terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahsia pribadi, dan sahabat
yang akrab. Peran perawat disini melakukan suatu pendekatan psikis,
dimana membutuhkan seorang perawat yang memiliki kesabaran,
ketelitian dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai keluhan
agar para usila merasa puas.
Pada dasarnya pasien lansia membutuhkan rasa aman dan cinta
kasih lingkungannya, termasuk perawat sehingga perawat harus
menciptakan suasana aman, tenang dan membiarkan klien lansia
melakukan atau kegiatan lain yang disenangi sebatas kemampuannya.
Peran perawat disini juga sebagai motivator atau membangkitkan
kreasi pasien yang dirawatnya untuk mengurangi rasa putus asa, rendah
diri, rasa terbatas akibat ketidak mampuannya. Hal ini perlu dilakukan
karena bersamaan dengan makin lanjutnya usia, terjadi perubahan psikis
yang antara lain menurunnya daya ingat akan peristiwa yang baru saja
terjadi, perubahan pola tidur dengan kecenderungan untuk tiduran di siang
hari dan pengeseran libido.
Mengubah tingkahl laku dan pandangan terhadap kesehatan lansia
tidak dapat dilakukan seketika. Seorang perawat harus melakukannya
secara perlahan-lahan dan bertahap serta mendukung mental mereka
kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh pengalaman yang dilalui tidak
menambah beban tetapi justru tetap memberikan rasa puas dan bahagia.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. POHON MASALAH
B. MASALAH KEPERAWATAN YANG TIMBUL

1. Fisik atau Biologis


a. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.
b. Gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran /
penglihatan.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan menurunnya minat dalam
merawat diri.
d. Resiko cedera fisik (jatuh) berhubungan dengan penyesuaian
penurunan fungsi tubuh tidak adekuat.
e. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak
efektif, peristaltik lemah.
f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri.
g. Gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas /
adanya skret pada jalan napas.
h. Gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi, atropi
serabut otot.

2. Psikologis Sosial
a. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak
mampu.
b. Isolasi sosial berhubungan dengan perasan curiga.
c. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial.
d. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak.
e. Koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan
menghilangkan perasaan secara tepat.
f. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

3. Spiritual
a. Reaksi berkabung / berduka berhubungan dengan ditinggal
pasangan.
b. Penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan tak siap
dengan kematian.
c. Marah terhadap Tuhan berhubungan dengan kegagalan yang
dialami.
d. Perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan
ibadah secara tepat.

C. RENCANA KEPERAWATAN

1. Tujuan Perencanaan
Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan
kemampuan dan kondisi fisik, psiko, sosial dengan tak tergantung pada
orang lain.

2. Tujuan Tindakan Keperawatan


Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar meliputi :
- Pemenuhan kebutuhan keselamatan
- Peningkatan keamanan dan keselamatan
- Memelihara kebersihan diri
- Memelihara keseimbangan istirahat tidur
- Peningkatan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

3. Rencana dan Rasional

a. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi


1) Makanan porsi kecil tapi sering, lunak.
Rasional menyesuaikan fungsi lambung dan melemahnya otot
lambung dan usus.
2) Banyak minum dan kurangi makanan asin.
Rasional mencegah kekeringan kulit dan kendor.
3) Makan mengandung serat.
Rasional membantu pencernaan karena peristaltik menurun.
4) Batasi makan yang mengandung gula tinggi, minyak tinggi,
tinggi lemak kecukupan kalori : laki-laki 2100 kal, perempuan
1800 kal yang terdiri dari :
- KH 60% dari jumlah kal.
- Lemak 15-20%.
- Protein 20-25%.
- Vitamin dan mineral air 6-8 gelas / hari.
- Hindari kopi / teh.
- Insulin pemecahan glukosa dan lemah menurun.

b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia


- Biarkan lansia menggunakan alat bantu / tongkat.
- Latih untuk pindah / mobilisasi.
- Menggunakan pengaman tempat tidur.
- Membantu ke kamar mandi.
- Menggunakan kacamata.
- Menemani bila bepergian.
- Ruangan dekat kantor.
- Meletakkan bel di bawah bantal.
- Tempat tidur tidak terlalu tinggi.
- Menyediakan meja kecil dekat tempat tidur.
- Lantai bersih, rata, tidak licin / basah.
- Peralatan menggunakan roda dikunci.
- Pasang pengaman di kamar mandi.
- Hindari lampu redup dan menyilaukan.
- Gunakan sepatu dan sandal yang beralas karet.

c. Memelihara kebersihan diri


- Mengingatkan / membantu waktu mandi, gosok gigi.
- Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan
skin lotion.

d. Memelihara Keseimbangan Istirahat


- Sediakan tempat tidur nyaman.
- Atur lingkungan cukup ventilasi, bebas bau.
- Melatih melakukan latihan fisik yang ringan.

e. Meningkatkan Hubungan Interpersonal


- Berkomunikasi dengan kontak mata.
- Memberi stimulus / mengingatkan terhadap kegiatan.
- Menyediakan waktu untuk berbincang.
- Menghargai pendapat lansia.
- Melibatkan kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar Keperawatan


Gerontik, ed 2.Jakarta:EGC

Miller, Carol A.1999.Nursing Care of Older Adults: Theory and Practice


.Philadepia: Lippincott

Toni Setiabudhi dan Hardiwinoto.1999.Panduan Gerontologi Tinjauan dari


Berbagai Aspek.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama

Dilman, Vladimir et. al. Theories Of Aging. http://www.antiaging-


systems.com/ARTICLE-613/theories-of-aging.htm. Diakses pada tanggal
15 Oktober 2019

Tamher dan Noorkasiani.2009.Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Dwi Lestari Muliyani. 2009. Penuaan Pada Sistem Neurologis.


http://stikeskabmalang.wordpress.com/2009/10/01/erfanfandyyahoo-
com/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai