Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PARASITOLOGI

“Malaria cerebra dan malaria kongenital”

Disusun Oleh:

YUNITA ARAS (1734022)

Guru Pembimbing:

Sr M. yuventia nuraini Fch

UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

ROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN


MALARIA SEREBRAL (MS)

Malaria selebral merupakan komplikasi dari infeksi malaria yang prevalensinya


mencapai 2% terutama pada penderita kekebalan rendah, wanita hamil dan anak-anak pada
daerah hiperendemik. Penyakit ini salah satu bentuk malaria malignan dengan angka
kematian tinggi.

Plasmodium falciparum merupakan peneybab utama malaria serebral, tetapi ada juga
penyebab dari malaria serebral adalah plasmodium vivax atau campuran keduanya. Malaria
serebral adalah malaria tropika (p.falciparum) yang disertai kejang dan koma tanpa penyebab
lain dari koma..

GEJALA MALARIA SEREBRAL

Gejala yang paling dini pada anak biasanya demam, tidak bisa/mau makan-minum,
mual muntah, sakit kepala hebat. Kemudian anak kejang, dilanjtkan penurunan kesadaran
menjadi apatis sampai koma dengan tanda-tanda neurologik upper motor neuron yang
simentris dan batang otak

Gelaja utama MS adalah penurunan kesadaran secara mendadak yang mempunyai


derajat ringan sampai berat. Gejala lain adalah kejang, neyri kepala mual sampai muntah,
hemiplegi afasia, dan gelaja neurologis yang lain disertai gejala-gejala mnalaria tropika
umumnya.

PATOLOGI DAN PATOGENESIS MALARIA SEREBRAL

Plasmodium falciparum mempunyai masa inkubasi 9-14 hari (rata-rata 2 minggu)


bahkan gejala yang timbul biasa lebih awal., plasmodium ini mempunyai siklus hidup dalam
tubuh nyamuk Aneopheles atau manusia.

Aneopheles menggigit penderita yang terinfeksi mengandung micro dan


macrogamentosit. Gametosit dalam tubuh nyamuk mengalami multiplikasi seksual
(sporogoni), yang memproduksi sporozoid akan masuk ke dalam sel-sel hepar dan mengalami
multiplikasi aseksual menjadi schizoni. Rupturnya sel hepar akan melepas merozoid, dan
akan penetrasi kedalam eritrosit menjadi shizogoni intra eritrosit. Eritrosit yang rupture akan
melepaskan hemoglobin, debris sel darah merah, parasit dari pigmen parasit. Selanjutnya
parasit akan membentuk gametosit dan sebagian akan infiltrasi jaringan reticuloendotel (hati,
limpa), ginjal, pembuluh darah, jantung, otak dan dapat menimbulkan komplikasi malaria
yang berakibat fatal.

Pada malaria serebral eritrosit yang berparasit (shizogoni) akan mudah melekat pada
pembuluh kapiler otak. Perlengketan ini menyebabkan penderita plasmodium falciparum
mempunyai sedikit parasit dalam sirkulasi. Kapiler-kapiler pembuluh darah otak mengalami
obstruksi dengan akibat hippoksia sampai anoksia dan bisa berakibat fatal.

Pada malaria selebral ini juga terjadi kerusakan sawar darah otak sehingga
mengakibatkan odema otak yang diperkuat sumbatan-sumbatan kapiler. Diduga
koagulasiintravaskuler disseminate berperan dalam timbulnya malaria selebral.

GEJALA KLINIK

gejala malaria serebral (MS) pada awalnya seperti gejala malaria tropika pada
umumnya, seperti demam tinggi (>40°) biasanya tidak teratur dan tidak timbul secara periode
disertai menggigil. Sebagai gejala utama pada malaria serebral adalah penurunan derajad
kesadaran dari ringan sampai berat mulai dari apati, somnolen, delirium, stupor sampai koma.
Gejala neurologi lain adalah nyeri kepala, mual, muntah, kejang, paresa/plegia, afasia,
ketulian, kaku kudak, tremor, korea, athetosis dan psikosis.

Pada malaria serebral gejala klinik yang lazim terdapat pada malaria tropika seperti
splenomegali, hepatomegali, ikhtirus, anemia hemoglobinuri dan gagal jantung.

SIKLUS HIDUP PLASMODIUM

Dalam daur hidup plasmodium mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk. Siklus
seksual yang berbentuk sporozoid didalam nyamuk sebagai sporongoni dan siklus aseksual di
dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizoni.

SPORONGONI (SEKSUAL)

Siklus sporongoni disebut dengan siklus seksual karena menghasilkan bentuk sporozoit yang
siap ditularkan ke manusia, terjadi di dalam tubuh nyamuk. Siklus ini disebut juga siklus
ekstrinsik karena masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk hingga menjadi sporozoit
yang terdapat di dalam kelenjar ludah nyamuk.

Gametosit yang masuk ke dalam berama darah, tidak diencerkan bersama sel-sel darah lain.
Dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah bentuk
menjadi ookinet yang dapat menembus dinding lambung. Di lambung ini berubah menjadi
ookista yang besarnya lima kali lebih besar dari ookinet. Didalam ookista dibentuk ribuan
sporozoit, dengan pecahnya ookista\, sporozoit dilepaskan kedalam rongga badan dan
bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Bila nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit
masuk kedalam darah dan jaringan, dan mulailah siklus eritrositik.

SKIZONI (ASEKSUAL)

Sporozoit infeksi dari kelenjar ludah nyamuk anopheles, dimasukkan ke dalam aliran darah
hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati, memulai
siklus eksoeritrositik.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan parasit melalui sediaan tetes tebal atau
hapusan tipis.

Tetes darah tebal (thick blood smear) kegunaan yang utama adalah untuk skrining,
tidak dapat mengidentifikasi spesies parasit. Satu tetes darah tepi di teteskan pada slide kaca,
dibiarkan sampai mengering sehinggas sel darah merah lisis, kemudian dicat dengan larutan
giemsa dan diperiksa secara mikroskopis untuk mendeteksi adanya parasit.

Hapusan darah tipis (thin blood smear) sel darah merah utuh, sehingga sel darah
merah dengan parasitnya tercat, identifikasi spesies parasit tergantung dari morfologi parasit
dan sel darah merah.

PENGOBATAN

Obat pilihan anti malaria tergantung sensivitasnya terhadapa P.falci umum yang banyak
dipakai adalah Kuinin hidroklorid, pada dosis awal diberikan 20 mg/kg BB diberikan selama
4 jam (setiap 8 jam), kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan dengan dosis 7 – 10 mg/kg
BB. (400 – 600/8 j) selama 5 – 7 hari.

Kloroquin diberikan secara intrarena dosis 10 mg/kg BB selama 8 jam diikuti 15 mg.kg
bb selama 24 jam. Pemakaian oral dengan dosis awal 600 mg – 6 jam kemudian 300 mg
kemudian 150 mg/ 12 jam (selama 1 hari) akhirnya 150 perhari (selama 2 hari).

Pemberian kloroquin atau kuinun intra vena harus dilarutkan dengan cairan isotonis, obat
anti malaria baru adalah mefloquine, halofantine, dan Qinghaosu (artemisin).
Tetrasiklin bias diberikan 4 x 250 mg/hari atau doxyciklin 100 mg/hari selama 7 hari.
Untuk antioedema otak biasanya dipakai manitol atau dexamethason. Pemakaian heparin
tidak dianjurkan.
MALARIA KONGENITAL

Malaria kongenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria. Penularannya terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta (selaput
yang melindungi plasenta) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya,.
Selain melalui plasenta, penularan dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat.
Gelaja pada bayi yang baru lahir perupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga
sering menangis/rewel), pembesaran hati dan limpa, anemia, tak mau makan/minum, serta
kuning pada kulit dan selaput lendir. Keadaan ini harus dibedakan dengan infeksi konginital
lainnya, seperti toxoplasmosis, rubella, sifillis konginital, dan anemia hemolitik.

Malaria kongenital adalah infeksi malaria yang berasal dari transmisi parasit hidup
dari ibu hamil ke janinnya dan parasit tersebut tetap ada setelah kelahiran, infeksi ini dapat
terjadi prenatal atau selama persalinan. Bentuk aseksual dari parasit malaria ada didalam
darah tepi neonatus usia 1-7 harii tanpa memandang ada/tidaknya gejala klinis.

Malaria bawaan (congenital) terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria. Penularannya terjadi melalui tali pusat atau plasenta. Malaria kongenital
lebih sering terjadi pada kehamilan pertama pada kelompok masyarakat yang imunitasnya
kurang.

GEJALA KLINIK MALARIA KONGENITAL

Gelaja-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan tubuh penderita,


jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang menginfeksinya

Waktu terjadinya infeksi pertama kali, sampai timbulnya gelaja disebut sebagai masa
inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria
didalam darah disebut periode prapaten. Masa inkubasi maupun priode prapaten ditentukan
oleh jenis plasmodiumnya.

Tabel periode prapaten dan masa inkubasi plasmodium.

No Jenis plasmodium Periode prapaten Masa inkubasi


1. p. vivax 12,2 hari 12-17 hari
2. p. falciparum 11 hari 9-14 hari
3. p. malaria 32,7 hari 18-40 hari
4. p. ovale 12 hari 16-18 hari

Umumnya gelaja yang disebabkan plasmodium falciparum lebih berat dan lebih akut
dibandingkan dengan jenis plasmodium lain, sedangkan gelaja yang disebabkan oleh
plasmodium malariae dan plasmodium ovale paling ringan. Gambaran khasnya dari penyakit
malaria adalah adanya demam yang periodik, pembesaran limpa dan anemia.

Gelaja/komplikasi pada penderita malaria berat ditemukan gejala umum malaria klinis
dengan satu atau lebih gejala/komplikasi. Malaria kongenital ditegakkan dalam 24 jam
setelah lahir berdasarkan gelaja refleks imun menurun, gerakan involunter terutama pada

mata, ikterus, muntah, diare dan dehidrasi ibu dengan riwayat asal dari daerah
malaria atau dengan gelaja malaria.

Gejalalainnya antara lain hepatomegalit, regurgitasi, tinja lembek, malas minun,


persalinan premature, dan BBLR asimtomatis. namun gejala klinis malaria kongenital
jarangan ditemukan di afrika sub-sahara, yang memiliki tingkat transmisi p. Falciparum
tertinggi didunia. Hal tersebut menunjukkan meski parasit ditemukan pada plasenta ataupun
darah neonatus, tetapi tidak selalu berhubungan dengan gejala penyakit.

PENYEBAB MALARIA KONGENITAL

Disebabkan oleh parasit Plasmodium yang diteruskan dari ibu ke anak melalui plasenta
selama kehamilan ataupun saat persalinan. Spesies Plasmodium yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit malaria di manusia, yaitu: Plasmodium falciparum menyebabkan
malaria tropika, vivax menyebabkan malaria tertiana, malariae: menyebabkan malaria
kuartana, ovale menyebabkan malaria ovale dan yang knowlesi yang akhir-akhir ini
dilaporkan menginfeksi manusia. Spesies yang terbanyak menginfeksi yaitu Plasmodium
falciparum dan vivax.

Malaria kongenital juga dapat terjadi akibat penularan pada saat persalinan akibat
pencampuran darah ibu yang terinfeksi dengan darah bayi yang disebut False Congenital
Malaria. Malaria kongenital ini paling banyak dilaporkan dan hal tersebut terjadi karena
pelepasan plasenta diikuti penyebaran parasit malaria ke janin
PATOGENESIS MALARIA KONGENITAL

Malaria dapat ditularkan melalui dua cara, yaitu cara alami dan bukan. Penularan
secara alami melalui gigitan nyamuk Anopheles. Penularan bukan alami, dibagi menurut cara
menularnya, yaitu: Malaria kongenital, disebabkan ada kelainan di sawar plasenta, sehingga
tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada bayi yang dikandungnya. Di samping melalui
plasenta, penularan juga terjadi melalui tali pusat; Penularan secara mekanik terjadi melalui
transfusi darah atau jarum suntik; Penularan lewat mulut.

Perjalanan penyakit malaria kongenital bergantung jenis plasmodium yang


menginfeksi. Infeksi Plasmodium falciparum dapat berlangsung sampai satu tahun dan
apabila disertai komplikasi perjalanan penyakit menjadi buruk bahkan dapat meninggal
apabila tidak diobati secara cepat dan tepat. Infeksi yang disebabkan Plasmodium malariae
dapat berlangsung sangat lama dengan kecenderungan kambuh, sedangkan infeksi oleh
Plasmodium vivax umumnya memiliki perjalanan penyakit yang baik.

SIKLUS HIDUP PLASMODIUM

Dalam daur hidup plasmodium mempunyai dua hospes, yaitu vertebrata dan nyamuk.
Siklus seksual yang berbentuk sporozoid didalam nyamuk sebagai sporongoni dan siklus
aseksual di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizoni.

SPORONGONI (SEKSUAL)

Siklus sporongoni disebut dengan siklus seksual karena menghasilkan bentuk


sporozoit yang siap ditularkan ke manusia, terjadi di dalam tubuh nyamuk. Siklus ini disebut
juga siklus ekstrinsik karena masuknya gametosit ke dalam tubuh nyamuk hingga menjadi
sporozoit yang terdapat di dalam kelenjar ludah nyamuk.

Gametosit yang masuk ke dalam berama darah, tidak diencerkan bersama sel-sel
darah lain. Dalam waktu 12 sampai 24 jam setelah nyamuk menghisap darah, zigot berubah
bentuk menjadi ookinet yang dapat menembus dinding lambung. Di lambung ini berubah
menjadi ookista yang besarnya lima kali lebih besar dari ookinet. Didalam ookista dibentuk
ribuan sporozoit, dengan pecahnya ookista\, sporozoit dilepaskan kedalam rongga badan dan
bergerak ke seluruh jaringan nyamuk. Bila nyamuk sedang menusuk manusia, sporozoit
masuk kedalam darah dan jaringan, dan mulailah siklus eritrositik.
SKIZONI (ASEKSUAL)

Sporozoit infeksi dari kelenjar ludah nyamuk anopheles, dimasukkan ke dalam aliran
darah hospes vertebrata (manusia). Dalam waktu 30 menit memasuki sel parenkim hati,
memulai siklus eksoeritrositik.

DIAGNOSIS MALARIA KONGENITAL

Diagnosa malaria kongenital ditegakkan dengan metode tetes tebal dan tetes tipis,
kemudian dikonfirmasi dengan nested PCR. Spesimen darah diambil dari neonatus dan
ibunya, kemudian dikirim dengan dry ice dan dilakukan pemeriksaan apusan darah dan
nested PCR. Spesimen malaria kongenital adalah p. Falciparum dan p. Vivax.

PENGOBATAN MALARIA KONGENITAL

Pengobatan yang diberikan untuk pasien ini yaitu: IVFD Dextrose 8% 8 tetes/mnt,
farmadol 30 mg (bila suhu ≥38,5 oC) sesuai dosis yang dianjurkan 10–15 mg/12 jam, tranfusi
PRC pada tanggal 6 Novemver 2012 40 cc dan pada tanggal 17 November 2012 50 cc, serta
klorokuin. Pengobatan malaria dibagi atas macam penyakitnya, yaitu: malaria tanpa
komplikasi dan yang disertai. Di pasien yang mengidap malaria kongenital ini, disebabkan
oleh Plasmodium vivax dengan satu komplikasi berupa anemia. Obat pilihan yang diberikan
yaitu klorokuin.

Klorokuin sangat tepat guna terhadap semua spesies malaria dan dapat memberi
kesembuhan menyeluruh. Dosis kloroquin yang diberikan pada hari I dan II 30 mg, kemudian
pada hari III 15 mg sesuai yang dianjurkan pada hari I dan II 10 mg/kgbb dan hari III 5
mg/kgbb. Setelah mendapatkan pengobatan diawasi dengan pemeriksaan malaria
mikroskopis, menurut tata aturan pemeriksaan ulang dilakukan tujuh (7) hari setelahnya.
Berdasarkan hasil memeriksa secara mikroskopis, ternyata masih ditemukan parasit malaria.

Klorokuin merupakan obat pilihan untuk serangan malaria akut, tetapi jika terjadi
penyembuhan yang lambat, perlu dicurigai ada resistensi terhadap klorokuin. Pengobatan
diganti dengan jenis antimalaria lain yaitu dehidroartemisin piperakuin 1×¼ tablet lewat
mulut sesuai dosis yang dianjurkan dehidroartemisin 2–4 mg/kgBB dan piperakuin 16–32
mg/kgbb satu kali setiap hari selama tiga (3) hari. Dehidroartemisin piperakuin dipilih
sebagai obat pengganti karena memiliki pengaruh samping yang minimal dan merupakan
obat pilihan lain bila terjadi resistensi terhadap klorokuin.

Setelah pengobatan selama tujuh (7) hari selanjutnya diawasi ulang dengan
pemeriksaan mikroskopik malaria. Pada pemeriksaan tersebut sudah tidak ditemukan lagi
parasit malaria. Setelah mendapatkan perawatan selama 21 hari pasien mengalami perbaikan
kondisi dan dinyatakan sembuh.
DAFTAR PUSTAKA

- Pabowo Arian. Malaria Mencegah Dan Mengatasinya. Hal 13


- Jurnal Vol. 7. No. 15 Desember 2011
- Jurnal Vol. 17. No. 1, Juni 2015
- H.M Muslim.2005.Parasitologi untuk keperawatan. Penerbit buku kedokteran
EGC. Hal-55
- Natadisastra Djaenudin dkk. 2005. Parasitologi kedokteran penerbit buku
kedokteran EGC
- Sri, Nurhayana, Daud, Mansyur. 2015. Jurnal Indonesian Journal Of Clinical
Pathology And Medical Laboratory Majalah Patologi Klinik Indonesia dan
Laboratorium Medik. Vol 21 No 2

Anda mungkin juga menyukai