Anda di halaman 1dari 30

Akhlak ternyata berhubungan erat dengan kesehatan

RSS Feed

Arief Hikmah

 Home
 Ensiklopedi Muhammad
 Ensiklopedi Bocah Muslim
 Ensiklopedia Mukjizat Al Quran
 ILMA

Selingkuh Menurut Islam


Posted by admin on April 24th, 2009

Simpan File GRATIS


di-DOWNLOAD orang, dapet DUIT
BURUAN DAFTAR DISINI !

Selingkuh, dari segi bahasa saja sudah mengandung makna


negative. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai
makna yang banyak :
1. tidak berterus terang
2. tidak jujur atau serong
3. suka menyembunyikan sesuatu
4. korup atau menggelapkan uang
5. memudah-mudahkan perceraian

Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan


dapat ditimbulkan oleh siapapun. Kelima-limanya tersebut tidak disukai
oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar perintah
Allah. Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah
terjadi perselingkuhan dalam keluarga yang sekarang akan dibahas.
Contohnya, apabila seorang isteri diam-diam mengambil uang suaminya
tanpa memberitahu itu sudah termasuk selingkuh. Jika seorang
suami sebenarnya mendapatkan penghasilan 1 juta namun dilaporkan
kepada isterinya hanya 500 ribu, maka itupun sudah termasuk selingkuh.
Puncak selingkuh dalam keluarga adalah salah satu pihak telah
menjalin hubungan dengan pria/wanita idaman lain (PIL/WIL) tanpa
sepengetahuan
pasangannya.

Ada ayat dalam Al-Quran, Surat An-Nisa yang menjelaskan bahwa


betapa dekatnya arti pasangan dengan diri kita sendiri, bahkan jikalau
memang harus bercerai, mahar yang telah diberikan kepada isterinya
dahulu tidak boleh diminta kembali. Berikut bunyinya :
“Dan jika kamu ingin mengganti isterimu dengan isteri yang lain, sedang
kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang
banyak, maka janganlah kamu mengambil kembali daripadanya
barang sedikitpun. Apakah kamu akan mengambilnya kembali dengan
jalan tuduhan yang dusta dan dengan (menanggung) dosa yang nyata?”.
(QS.4:20) “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal
sebagian kamu telah bergaul (bercampur/AFDHO) dengan sebagian
yang lain sebagai suami-isteri. Dan mereka (isteri-isterimu) telah
mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (QS. 4:21)

Mari lihat lebih dalam lagi sebenarnya apa arti AFDHO dalam Surat
4:21 diatas. AFDHO berasal dari kata FADHO yang artinya angkasa
luar. Angkasa luar itu mempunyai ruang yang sangat luas, tanpa batas
dan terbuka. Karena itu hendaknya hubungan suami isteri semestinya
seperti angkasa luar ini, tidak ada batas di antara suami isteri, dan se-
terbuka-terbukanya diantara keduanya. Kalau masih ada gengsi, takut-
takut dan sembunyi-sembunyi terhadap sesuatu sekecil apapun diantara
keduanya maka belum mengikuti kehendak dan keinginan
Allah tersebut. Allah menginginkan antara kita dan pasangan kita
adalah saling terbuka. Pasangan adalah diri kita. “Dan di antara tanda-
tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
diri kamu, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir.”(QS.30:21)

Kita lihat ayat diatas. Allah mengatakan Dia telah menciptakan untukmu
isteri-isteri dari diri kamu. Apa maknanya ? Maknanya adalah pasangan
kita sesungguhnya adalah diri kita. Maukah kita merugikan diri Anda
sendiri dalam arti merugikan pasangan Anda ? Maukah Anda menyakiti
diri sendiri artinya menyakiti pasangan Anda yang merupakan diri Anda
sendiri ? Pasangan kita adalah diri kita. Apabila kita menginginkan
sesuatu maka sebelum kita mengucapkan, suami/isteri kita sudah dapat
menebaknya dengan tepat apa yang kita inginkan, karena dia adalah diri
kita. Begitu juga sebaliknya karena kita juga adalah dirinya. Semakin
terjadi persesuaian suami-isteri, akan semakin bahagia mereka.

Hidup bersama dengan pasangan, mempunyai arti sesungguhnya yang


amat dalam. Hidup itu adalah ditandai dengan gerak, bisa merasakan
dan dirinya tahu. Kalau Anda hidup bersama dengan pasangan, maka
gerak langkah secara bersama, pengetahuan Anda dan pasangan
bersama-sama tahu dan mencari tahu terhadap segala hal dan masalah
yang sedang dihadapi, dan Anda bersama pasangan Anda mempunyai
perasaan yang sama. Kalau pasangan Anda tidak menyukai sesuatu pada
diri Anda, maka ubahlah diri Anda. Kalau pasangan Anda tidak
menyukai dan tidak meridhai poligami, maka jangan Anda lukai diri
Anda sendiri (pasangan
Anda) dengan poligami.
Dalam ajaran Islam, ada perintah musyawarah. Dalam Al-
Quran, musyawarah ini digunakan 3 x, yaitu musyawarah untuk pujian,
musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan musyawarah dalam
hidup berumah tangga. Jadi dalam hidup berumah tangga, tidak ada
yang tertutup sedikitpun, dan musyawarah membutuhkan kejujuran. Jadi
jangan menyembunyikan sesuatu pada pasangan Anda.
“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan
mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. …. dan musyawarahkanlah
di antara kamu (segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui
kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.”
(QS.65:6). Ada kasus khusus, memang ada sesuatu dalam kehidupan
berumah tangga berbohong dibenarkan dalam rangka menyenangkan
pasangan, yaitu gombal pada pasangannya. Begitu juga
menyembunyikan sesuatu kalau dalam hal kemaslahatan bersama dan
bukan untuk kepentingan pribadi, hal ini
dapat dibenarkan oleh Allah. Dalam sebuah hadits, ada seorang
isteri sedang sendirian bersama anaknya yang sedang sakit keras,
suaminya sedang pergi mencari nafkah dan sudah lama perginya
karena jaman dulu pergi mencari nafkah itu betul-betul memakan waktu
lama, tidak ada transportasi yang cepat seperti sekarang. Anaknya
yang sedang sakit ini, kemudian meninggal. Tak lama kemudian,
suaminya pulang. Sesampai di rumah, suaminya menanyakan bagaimana
kabarnya dan kabar anak mereka berdua ? Dijawab sang isteri karena
tidak ingin memberikan berita buruk sebelum suaminya pulih betul
istirahatnya, “anak kita sedang istirahat setenang-tenangnya”. Tenanglah
suaminya karena tidak ada masalah dalam rumah yang kemarin
ditinggalkannya.
Kemudian sang isteri melayani suaminya sepanjang malam. Esok
paginya setelah suaminya bangun dan segar, kemudian isterinya baru
mengabarkan keadaan anaknya yang sebenarnya pada sang suami,
bahwa anaknya sudah meninggal, keadaannya sudah setenang-
tenangnya. Sang suamipun sedih dan juga terenyuh akan kesabaran
isterinya tapi sudah lebih kuat sehingga bisa menjadi tumpahan
kesedihan dari sang isterinya sebaliknya atas kematian anak mereka.
Puncak perselingkuhan adalah perzinaan dengan pria/wanita lain.
Dasar kehidupan rumah tangga adalah kepercayaan. Saling percaya di
antara pasangan adalah hal yang paling pokok. Jika tidak ada lagi
rasa percaya dan saling curiga maka perkawinan sudah bisa lagi
berjalan. Apalagi jika salah satu menuduh pasangannya berzina dengan
orang lain maka sudah masuk kategori cerai/thalaq abadi. Jika thalaq
1, thalaq 2 bahkan thalaq 3 (dalam thalaq 3 ada catatan telah menikah
dulu dengan orang lain), suami bisa balik lagi kepada isterinya untuk
menikah lagi atau sebaliknya (rujuk). Tapi kalau sudah menuduh berzina
dengan 5 x ucap (Li’an) maka otomatis telah terjadi thalaq/cerai abadi.
Hal itu terjadi karena mereka sudah tidak lagi saling percaya, sudah
musnah rasa kepercayaan masing-masing. Tidak ada lagi kepercayaan
maka tidak bisa balik. “Dan orang-orang yang menuduh isterinya
(berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri
mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah
dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang
yang benar. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la`nat Allah atasnya, jika
dia termasuk orang-orang yang berdusta.” (QS. 24:6-7).

Karena itu, suami isteri dituntut untuk menghindarkan diri


dari kecurigaan, dengan cara saling terbuka. Seringkali perceraian
terjadi karena tidak adanya keterbukaan, dan ini sudah
termasuk selingkuh. Keterbukaan dan kejujuran ini bahkan sejak semula
jauh sebelum pernikahan masih dalam rangka saling kenal mengenal
sudah harus diterapkan.
Dalam sebuah hadits, disebutkan pesan Nabi, apabila salah
seorang kamu mendatangi perempuan untuk dinikahi dan kamu
menggunakan semir rambut, katakan kepadanya bahwa rambutmu telah
disemir.

Kehidupan berumah tangga yang kita hadapi adalah berinteraksi


dengan manusia bukan dengan alam. Manusia mempunyai perasaan.
Timbulnya segala sesuatu termasuk pada diri manusia itu dimulai
dengan adanya benih, termasuk cinta. Benih itu timbulnya dimulai dari
perasaan. Oleh karena itu jika cinta ditujukan pada orang lain bukan
pada isteri atau suaminya sendiri, hendaknya buru-buru disingkirkan.
Jangan mengatakan bahwa “saya ga bisa menghapus cinta ini kepada dia
(bukan suami/isterinya)”. Ada sebagian orang menyerah seolah dia
tidak berdaya menghadapi perasaan yang timbul dalam dirinya
karena mencintai orang lain yang bukan suami/isterinya, yang
barangkali itu adalah cinta pertamanya atau sebab-sebab lainnya. Dia
terus saja mengalah tidak berdaya, mengikuti dan menuruti kemauan
hatinya yang sudah ternoda itu. Kemudian dengan mudahnya, ia
menggunakan dalih taqdir yang menyebabkan dia bisa cinta ke orang
lain tersebut. Padahal ada kesalahan yang disebabkan karena kita sadar
dan ada pula kesalahan yang disebabkan karena kecerobohan kita.
Kesalahan yang disebabkan kecerobohan ini, contohnya adalah bila ada
seorang
perempuan yang diminta untuk menjaga seorang bayi yang
sedang tertidur, kemudian perempuan itu pergi mengobrol dengan
tetangganya dan terlena berjam-jam mengobrolnya. Ketika perempuan
itu kembali ke bayi dan rupanya bayinya sudah terjatuh dari tempat
tidur, maka bisakah kita katakan itu karena taqdirnya sang bayi ataukah
disebabkan karena kecerobohan perempuan itu ? Tentu, karena
kecerobohan perempuan itu dalam menjaga sang bayi. Nah, begitu juga
dengan perasaan dan cinta kita kepada orang yang bukan suami/isteri
kita sendiri, apakah itu disebabkan karena taqdir atau kecerobohan
kita terlena pada cinta dan perasaan itu berjam-jam, berhari-hari
bahkan bertahun-tahun yang bersemayam dari hati dan perasaan kita ?

Allah sudah melengkapi perangkat-perangkat di dalam diri agar kita bisa


terlepas dan bebas, dan mampu membersihkan kesalahan-kesalahan kita
yang lalu. Semua tergantung dari kesungguhan yang kita
lakukan. Karena itu, segeralah untuk menghapus cinta dan perasaan pada
orang yang bukan suami/isteri kita dan segera menyingkirkannya
bukan sekedar mengubur cinta yang bukan untuk pasangannya. Karena
kalau sekedar menguburnya, sesuatu itu masih ada terpendam
yang sewaktu-waktu baik secara sadar atau tidak kita bisa
membongkarnya kembali, berbeda halnya jika kita menghapusnya
tuntas. Jika benih itu tidak segera disingkirkan maka lama-lama akan
menjadi besar dan bertambah, dan akhirnya bisa menguasai jiwa dan
menjadi dorongan, syetan nanti akan terus membantu jika tidak ada
niatan atau tekad yang kuat untuk menyingkirkannya. Tidak ada dalih
yang dapat dibenarkan sedikitpun tentang hal ini sejak masih dalam
benih apalagi sampai besar. Jangan diperturutkan hati dan perasaan yang
salah. Apalagi jika
membayangkan orang lain (bukan suami/isterinya) dalam
berhubungan seks itupun sudah termasuk selingkuh, yang sejak dini
berupa benihpun (masih dalam bayangan/imajinasi) tersebut untuk
segera disingkirkan.

Ketidakjujuran merupakan benih dalam kehidupan


berumahtangga, segera singkirkan pula. Ketidakjujuran jika terus
dibiarkan dapat mengantar mereka kepada saling tidak
percaya. Pekerjaan-pekerjaan itu ada yang dilakukan oleh hati dan juga
oleh
anggota badan. Pekerjaan-pekerjaan hati dan pikiran adalah
berfikir, berimajinasi dan berfantasi, jika pekerjaan-pekerjaan hati
tersebut tidak mengarah kepada kebaikan segera singkirkan dan hapus,
seperti imajinasi fantasi kepada orang lain bukan kepada suami/isteri
Anda segera musnahkan. Kita harus memadamkan api sebelum dia
berkobar. Jangan perturutkan hati dan terlena karenanya sedini
mungkin. Jadi selingkuh mempunyai arti yang banyak dan tidak hanya
sebatas selingkuh secara fisik tapi bisa karena hati dan
pikiran (imajinasi/fantasi). Segera singkirkan sedini mungkin. Dan
untuk mencegahnya, dalam hidup berumah tangga diperlukan adanya
keterbukaan & kejujuran sebagai dasar pokok.

Tanya Jawab :
- Tanya : Bagaimanakah dengan Nikah Sirri ?
- Jawab : Kembali dulu kepada pengertian nikah sirri yang
sebenarnya. Nikah Sirri adalah nikah yang dirahasiakan dimana
kerahasiannya itu sampai batas-batasnya, hanya merahasiakan pada
orang lain. Batas-batasnya adalah
adanya wali perempuan, mempelai laki dan wanita, dan 2 orang saksi,
lalu ditambah aturan dalam Negara kita adalah tercatat dalam KUA. Jadi
Nikah Sirri itu sama dengan pernikahan biasa, hanyasanya nikah sirri
tidak dirayakan. Jika ada seorang menikah kemudian dia meminta utk
orang lain agar mengatakan bahwa dia belum menikah padahal sudah
menikah (apalagi berbohong pada isterinya), nah ini sudah diluar batas
dan dilarang oleh Allah, karena itu termasuk berbohong dan dusta.
Allah menyuruh jika kita menikah harus diumumkan.
Nikah yang tidak diketahui oleh isteri (apalagi tidak
diridhai/disukainya), itu dilarang dalam Islam sesuai dengan
pembahasan diatas, karena tidak jujur.
Apabila memang berniat untuk menikah lagi atas kesepakatan kedua
belah pihak, keridhaan dan keinginan kedua belah pihak karena
alasan-alasan yang dapat diterima menginginkan keturunan yang tidak
diperoleh melalui isterinya (Tafsir Al-Misbah Vol.3, Surat An-Nisa:4),
maka menikah lagi bagi sang suami tidak dilarang menurut agama.
Sekarang banyak fenomena dimana sang isteri tidak mengetahui,
suaminya mempunyai isteri-isteri lain dan anak-anak lain, karena
sembunyi-sembunyi dan tidak jujur pada isterinya. Selain itu, juga
banyak fenomena terjadi pemaksaan kehendak suami untuk menikah
lagi.
Ini tidak diridhai oleh Allah karena sudah termasuk selingkuh.
- Tanya : Bagaimana jika kita tidak jujur pada anak-anak kita
?
- Jawab : Ada suatu pengertian yang hendaknya orang tua dan
anak harus mengerti sampai dimana batas anak harus berbakti pada
orang
tuanya. Menurut Rasyid Ridha bahwa bukan termasuk anak berbakti
kepada orang tua apabila dengan cara mengikuti semua kehendak dan
keinginan orang tua menyangkut hak-hak anak. Orang tua menyuruh
anak
dengan memaksa, maka itu sudah melanggar hak anak untuk bebas
memilih.
Apabila anak mengikuti dengan terpaksa maka itu bukan dikategorikan
anak telah berbakti kepada orang tuanya.

Wassalamualaikum wr.wb,

Related posts:

pernikahan kami awalnya tidak di restui keluarga besar saya,


karena agama saya berbeda, setelah 8th berjalan, di 3th terakhir
suami saya masuk islam, tapi suami saya lepas tangung jawab
sebagai suami semaunya beri nafka, tidak memberi tempat tingal,
suka pukul sampe putri ke tiga saya sampai di jahit 5 jahitan
karena di pukul dengan suami saya di bagian pelipis matanya,
mulai dari situ terjadi kecekcokan. ibu mertua saya selalu
menyampuri urusan rumah tanga, dengan kata-kotor yg tidak
pantas di ucapkan sebagai orang tua, bahkan ketika saya di aniaya
ibu mertua saya bukan melerainya malah saya dipegang agar suami
saya dengan mudah memukilisa. bukan hanya itu suami saya
sering sekali selingu dan mengaku bahwa dia masih lajand, bahkan
suami saya berjanji dengan wanita itu akan bertangung jawab akan
perpuatan kotornya dengan sang selingkuhannya itu dengan
berjanji akan menikahinya, sekarang saya bingung apa yang harus
saya lakukan, saya tidak mau anak saya tidak ada bapaknya, dan
saya belum siap menyandang seorang janda, tapi di lahin hal saya
berfikir untuk apa punya suami yang tidak beri nafka sepenuhnya
bahkan anak sakit sekolahnya dia tidak peduli. dan saya selalu
merasa sakit hati dengan kelakuaannya yang selalu selingku,
sekian terimakasi, saya mohon bantuan nasehatnya apa yang harus
saya lakikan
terima kasi

Saya suka artikel diatas.. Itu adalah gambaran hidup. Kita selalu di
berikan cobaan oleh Allah. Tp Allah Maha Adil dan Bijaksana..
Allah tak pernah memberikan cobaan diluar bts kemampuan umat
Nya. Jadi Yakinlah bahwa diri kita mampu menjalani cobaan kita.
Rangkulah klg kita dlm keimanan yg kuat dan selalu dekatkan diri
pd Allah SWT..Semoga kita terlepas dari cobaan “perselingkuhan”
dlm RT.. Amiiin…

 t

Copyright © Arief Hikmah - Membahas tentang hikmah


Powered by WordPress | Free WordPress News Theme by Free
WordPress Themes | Thanks to Premium Themes and WordPress 3
Themes
Islamic Wall Paper

Kalau membaca judul diatas, rasanya masih banyak orang yang


mengerenyitkan dahinya . Sejuta pertanyaan tentu akan ter;lontar apa
hubungannya, sedangkan kesehatan biasanya dihubungkan dengan
makanan yang kita konsumsi, gaya hidup termasuk didalamnya cukup
tidaknya waktu tidur kita, dan masih banyak lagi. Tapi bagi mereka yang
tentunya sudah mengerti, tahu benar kaitannya akhlak dengan
kesehatan.Saya akan membagi sedikit pengalaman saya lalu supaya bisa
menjadi cerminan betapa penting nya mengintrospeksi akhlak kita dalam
keseharian kita.
Beberapa waktu lalu saya menderita sakit kepala
berkepanjangan. Hal itu berlangsung hampir satu bulan. Walaupun
demikian saya tidak mengurangi kegiatan sehari-hari saya. Semua tetap
saya kerjakan seperti biasa. Awalnya saya mencoba mengkonsumsi obat
bebas yang banyak dijual di pasaran. Tidak mempan, lalu saya berobat
ke dokter.Saya bahkan berobat ke dua dokter yang masing-masing
memberikan obat yang berbeda. Semua tetap tidak ada hasilnya. Rasa
pusing hanya hilang saat efek dari obat bekerja, tapi setelah itu rasa
pusing datang kembali. Kemudian saya mencoba obat-obatan herbal,
namun tetap nihil. Kemudian suami saya menyarankan saya periksa
mata. Karena mungkin mata saya yang bermasalah. Tetap saja hasilnya
nol besar. Akhirnya walaupun sakit kepala saya semakin parah , saya
tetap pakasakan melakukan kegiatatan saya, karena saya
berpikir kasihan dengan keluarga saya kalau ibunya sakit (saya bahkan
masih mengemudi mobil sendiri walau saya tahu itu berbahaya).
Akhirnya pada suatu malam sakit saya tidak tertahankan lagi.
Mata saya rasanya tidak dapat membuka, pandangan saya rasanya gelap
Kepala saya rasanya mau pecah . Tapi sebagai seorang muslim saya
ternyata masih diingatkan Allah subhanawataala kalau saya belum
melaksanakan shalat isya. Sambil berpegangan ke dinding saya bergegas
mengambil wudhu untuk sholat. Saya paksakan sholat sambil berdiri.
Setelah membaca niat kemudian takbiratul ihram, langsung setelah saya
mengangkat tangan mengucap asma Allahu akbar air mata saya
mengalir deras, dan saya menangis tanpa sya bisa hentikan hinggan
akhir rakaat keempat. Setelah selesai mengucap salam, perasaan saya
legaaaaa sekali, kemudian saya bersujud lagi kembali sambil menangis
mengucap istigfar berkali-kali.
Setelah selesai sholat, saya langsung tidur karena kepala ini
berat sekali ( tetapi entah kenapa hati saya terasa plong, lega).
Subhanallah malam itu saya tidur sangaat nyenyak, dan ajaib, seperti
menjentikkan jari, pusing di kepala saya hilang sama sekali,
Alhamdullillah, saya bangun pada saat shalat subuh tiba. Segera setelah
sholat subuh, saya mengucap syukur, kembali sambil mengangis, tap
kali ini adalah tangisan rasa syukur saya terbebas dari sakit kepala
parah. Setelah itu pagi harinya saya shalat Dhuha, dan setelah shalat
saya terpekur karena mendadak saya tahu kenapa saya sampai menderita
sakit kepala
Kebetulan suami saya bekerja di salah satu stasiun televisi,
dan menangani acara rohani pada subuh hari. Kebetulan acara tersebut
mengetengahkan betapa erat kaitannya antara akhlak dan kesehatan.
Pada awalnya saya menonton acara tersebut dengan sambil lalu saja,
sambil berpikir, apa memang benar seperti itu adanya, karena yang saya
ketahui, kesehatan itu kaitannya dengan gaya hidup, makanan, olahraga
dan lain-lain.
Namun kalau dirunut kebelakang lagi, sebelum saya sakit,
ternyata memang keluarga kami sedang mengalami masalah secara
finansial. Masalah itu menyebabkan saya dan suami sering berselisih
walau kami tidak sampai bertengkar. Namun rasanya stress sekali, dan
anak-anak juga terkena dampaknya, karena jadi sering kami marahi,
walau mereka hanya melakukan kesalahan kecil saja. Hal tersebut
rupanya menumpuk di kepala saya sekian lama, dan terus saya pikirkan,
bahkan sampai waktu hendak tidur, otak saya masih terus berpikir
tentang keadaan kami waktu itu.Rupanya Allah memberi peringatan
kepada saya bahwa otak saya itu sudah terlalu terbebani, sudah over
louded, dan hati saya menyimpan amarah yang tak berkesudahan.Dan
saya ternyata ditunjukkan Allah cara pengobatan yang paling mujarab.
yaitu dengan istigfar, dan keikhlasan. Saya sadar sepenuhnya bahwa
saya harus ikhlas, saya tidak boleh kesal dan marah dengan apa yang
terjadi. Sebaliknya apabila kita sudah berusaha dengan maksimal,
terimalah semua dengan hati ihklas, dan itu terbukti pada diri saya
sendiri. Saya tidak pernah lagi stress, pusing kepala berkepanjangan, hati
saya juga tentram. Ternyata setelah saya intropeksi diri sendiri dan
berusaha memperbaiki akhlak, anak saya yang menderita asma juga
ternyata kondisinya semakin membaik. Sudah setahun ini anak saya
tidak pernah mengalami sesak napas lagi, dan lepas dari ketergantungn
inhaler. Subhanallah.Alah Maha Penyembuh. Kalau kita mau ikhlas,
mengakui kesalahan kita, memperbaiki akhlak, insya Allah, hidup kita
akan selalu sehat, dan tentunya hati juga tenang tentram. Cobalah!
Diterbitkan di:
Didalam kehidupan sehari – hari terdapat berbagai macam segi
kehidupan yang memiliki aturan dan tata cara yang harus kita taati.
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari hidup
kita. Seiring dengan perkembangan zaman, berpakaian sudah menjadi
salah satu pusat perhatian dalam kemajuan globalisasi. Berbagai macam
jenis pakaian telah muncul dikehidupan kita, sehingga membuat kita
harus memilih – milih yang mana yang pantas untuk kita pakai serta
tidak melanggar ajaran agama Islam. Begitu juga berhias, pengaruh
dunia barat sangat besar bagi negara kita Indonesia. Alat – alat semakin
canggih, untuk berhias pun tak jadi hal yang susah bagi kita.
Ajaran agama Islam tak hanya membahas hal yang besar bagi manusia,
hal yang kecil seperti perjalanan, bertamu dan menerima tamu dianggap
hal yang kecil bagi sebagian besar manusia untuk dipelajari. Kesadaran
akan pentingnya aturan yang telah ada didalam Al – Qur’an terkadang
terlupakan bagi kita. Mengabaikan hal – hal kecil yang ujungnya akan
berakibat bagi kehidupan sehari – sehari. Melewatkan hal – hal yang
kecil secara terus menerus membuat kita membentuk sebuah kebiasaan
yang buruk sepanjang kita lupa akan aturan.
Untuk itu, sebagian besar manusia melupakan aturan – aturan yang telah
ditetapkan. Berpakaian tidak sesuai dengan ajaran Islam, Berhias
berlebihan, menempuhi perjalanan tanpa ingat waktu, bertamu tanpa
mengenal siapa tuan rumah, dan menerima tamu tanpa memperhatikan
apa yang harus dilakukan.
Makalah ini dibuat agar menjadi ulasan kembali ingatan kita dan
menambah pengetahuan kita, bahwa berpakaian, bertamu, berhias,
perjalanan dan menertima tamu mempunyai aturan tersendiri.

2. TUJUAN
Adapun tujuan kami membuat makalah ini:
1. Mengetahui pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu
2. Mengidentifikasi bentuk akhlak berpakaian berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu
3. Menunjukkan nilai – nilai positif dari akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu dalam fenomena kehidupan
sehari – hari
4. Dapat Membiasakan akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu,
dan menerima tamu

3. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, betamu dan menerima tamu
2. Sebutkan serta Jelaskan bentuk akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu
3. Apa saja nilai positif dari akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu
4. Bagaimana cara membiasakan akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu

5. MANFAAT
Banyak sekali manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini
a. Mengetahui pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu
b. Dapat mengetahui bentuk – bentuk akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu
c. Dapat mengetahui nilai – nilai positif dari akhlak berpakaian, berhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu
d. Dapat membiasakan akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu
dan menerima tamu dalam kehidupan sehari – hari

6. METODE PENULISAN
Metode penulisan yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini
adalah Deskriptif

Standar Kompetensi
Membiasakan perilaku Terpuji berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu
dan menerima tamu dalam kehidupan sehari – hari.
Kompetensi Dasar
- Menjelaskan pengertian dan pentingnya akhlak berpakaian, nerhias,
perjalanan, bertamu dan menerima tamu
- Mengidentifikasi bentuk akhlak berpakaian, berhias, perjalanan,
bertamu dan menerima tamu
- Menunjukkan nilai – nilai positif dari akhlak berpakaian, berhias,
perjalana, bertamu, dan menerima tamu dalam fenomena kehidupan
- Membiasakan akhlak berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan
menerima tamu.

A. AKHLAK BERPAKAIAN
Pakaian adalah salah satu alat pelindung fisik manusia. Tentunya
pakaian tak lepas dari kehidupan manusia. Semua kehidupan manusia
haruslah sesuai syari’at Islam, yang mana telah diatur oleh Al – Qur’an.
Maka dari itu, manusia haruslah berpakaian sesuai dengan yang telah
diatur oleh Allah SWT. Berpakaian sesuai dengan syari’at Islam, akan
membuat kita merasa itu adalah sebuah kewajiban untuk menjaganya
agar tetap dengan aturan yang ada.
1. Pengertian Akhlak Berpakaian
Pakaian adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang sesuai dengan situasi
dan kondisi dimana seorang berada. Pakaian termasuk salah satu
kebutuhan yang tak bisa lepas dari kehidupan. Karena pakaian
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita. Melindungi
tubuh kita agar tidak mengalami dan mendapatkan bahaya dari luar.
Dalam bahasa Arabg pakaian disebut dengan kata “Libaasun-tsiyaabun”.
Dan salam kamus besar Bahasa Indonesia, pakaian diartikan sebagai
barang apa yang biasa dipakaioleh seorang baik berupa jaket, celana,
sarung, selendang, kerudung, jubah, surban dll.
Secara isltilah, pakaian adalah segala sesuatuyang dikenakan seseorang
dalam berbagai ukuran dan modenya berupa (baju, celana, sarung, jubah,
ataupun yang lain), yang disesuaikan dengan kebutuhan pemakainya
untuk suatu tujuan yang bersifat khusus artinya pakaian yang digunakan
lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesuaikan dengan situasi
dan kondisi pemakaian.
Pakaian mempunyai tujuan umum untuk melindungi ataupun menutup
tubuh manusia agar terhindar dari bahaya yang dapat merusak tubuh kita
secara langsung melalui kontak fisik. Sedangkan menurut agama lebih
mengarah kepada menutup aurat tubuh manusia, agar tidak melanggar
ketentuan syariat.

2. Bentuk akhlak berpakaian


Didalam pandangan IslamDalam pandangan Islam, pakaian terbagi
menjadi 2 bentuk pertama pakaian untuk menutupi aurat tubuh sebagai
realisasi dari perintah Allah bagi wanita seluruh tubuhnya kecuali tangan
dan wajah, dan bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan diatas pusar.
Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh Allah ini melahirkan
kebudayaan yang sopan dan enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa
aman dan tenang karena pakaian kita yang memenuhi kewajaran pikiran
manusia. Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan yang
menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan peradaban
manusia.
Apabila berpakaian dalam tujuan menutup aurat dalam Islam, memiliki
ketentuan – ketentuan yang jelas, baik dalam hal ukuran pakaian
maupun jenis pakaian yang akan dipakai. Maka dari itu, sebagai muslim
kita harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
Pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan menyatakan identitas diri,
sesuai dengan adat dan tradisi dalam berpakaian, yang menjadi
kebutuhan untuk menjaga dan mengaktualisasi dirinya dalam
perkembangan zaman. Setiap manusia berhak mengekspresikan dirinya
lewat pakaian yang dipakainya, tetapi tidaklah sembarangan. Tetap
harus mengikuti syari’at Islam.
Didalam Islam, kita mengenal salah satu jenis pakaian yang dapat
menutup salah satu aurat wanita yaitu Jilbab. Jilbab mempunyai
berbagai ragam jenisnya, tetapi walaupun banyak ragamnya Jilbab boleh
dikatakan Jilbab apabila dapat menutup aurat, dari atas kepala manusia
sampai dengan dada manusia,menutupi bagian – bagian yang harus
ditutupi terkecuali muka.
Bagi wanita, aurat adalah seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak
tangan, yang lainnya haram untuk diperlihatkan kepada masyarakat
umum. Kecuali bagi mahram atau maharimnya. Bagi suaminya, wanita
tidak mempunyai batasan aurat.
Busana Muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut:
1. Tidak jarang dan Ketat
2. Tidak menyerupai laki – laki
3. Tidak menyerupai busana khusus non-muslim
4. Pantas dan sederhana (Roli A. Rahman dan M. Khamzah, 2008:30)
3. Nilai positif Akhlak Berpakaian
Pakaian sangat berfungsi bagi tubuh kita, salah satunya untuk
melindungi kulit kita. Apabila kulit kita tidak terlindungi oleh pakaian,
langsung terkena pancaran sinar ultra violet, maka kulit kita akan
terbakar dan kita bisa mengalami kanker kulit.
Pakaian juga menjaga suhu tubuh menusia agar tetap stabil, dengan
menggunakan jenis bahan pakaian tertentu, kita bisa menjaga suhu tubuh
kita. Pakaian juga bisa menjadi identitas diri kita, apabila kita
menggunakan pakaian yang bagus dan kelihatan nyaman, berarti kita
sudah memenuhi kriteria berpakaian yang sopan, dan kita pun bisa
melakukan ibadah tanpa harus khawatir, apakah baju kita suci dan
pantas untuk dipakai.

4. Membiasakan akhlak berpakaian


Agama Islam memerintahkan pemeluknya agara berpakaian yang baik
dan bagus, sesuai dengan kemampuan masing – masing. Dalam
pengertian bahwa pakaian tersebut dapat memenuhi hajat tujuan
berpakaian, yaitu menutup aurat dan keindahan.
Islam memiliki etika berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT
didalam Al – Qur’an dan Hadits. Didalam Islam, kita sebagai umat Allah
tidak diperbolehkan memakai pakaian yang melanggar aturan Islam,
tetap harus mengikuti aturan itu sampai kita meninggal. Jika kita
melanggar, dan tidak mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
Allah, maka sama saja kita orang munafiq. Zaman semakin berkembang
bukan berarti kita harus mengikuti perkembangan yang ada secara
keseluruhan. Pakaian merupakan pengaruh yang besar bagi
perkembangan zaman. Karena, akibat dari perkembangan zaman yang
datangnya dari Dunia Barat, sangat mempengaruhi mode pakaian kita
sebagai umat muslim. Maka dari itu biasakanlah berpakaian sesuai
syari’at Islam, agar tidak terpengaruh oleh pengaruh – pengaruh negatif,
yang membuat kita lupa akan Allah serta aturanNya.

B. AKHLAK BERHIAS

1. Pengertian Akhlak Berhias


Berhias adalah naluri yang dimiliki oleh manusia. Berhias sudah
menjadi kebutuhan bagi sebagian besar manusia, agara dapat
memperindah diri baik di lingkungan sekitar maupun diluar. Berhias
adalah salah satu alat untuk mengekspresikan diri, yang menunjukkan
identitas serta jati diri seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, berhias diartikan “usaha memperelok diri dengan pakaian
ataupun yang lainnya yang indah, berdandan dengan dandanan yang
indah dan menarik”.
Berhias dapat memberikan kesan indah tersendiri bagi orang lain yang
melihatnya, baik dari segi pakaian, maupun make up wajah mereka.
Maka dari itu berhias dikategorikan sebagai akhlak terpuji. Tetapi
berhias juga terdapat aturannya agar tidak melanggar syari’ay Islam.
Dalam sebuah hadits Nabi SAW bersabda:

Artinya: Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan (HR.


Muslim)

2. Bentuk Akhlak Berhias


Berhias bukanlah dipandang dari segi dandanan nuka, tetapi pakaian
juga termasuk sesuatu yang bisa dikatakan alat untuk berhias. Pakaian
kita yang sederhana bisa menjadi pakaian yang mempunyai nilai
keindahan yang tinggi apabila kita beri hiasan agar kita terlihat cantik
memakainya. Jilbab juga dapat menjadi hiasan. Sekarang sudah banyak
bentuk Jilbab yang berbagai macam, dan dapat menghias diri kita agar
terlihat indah dan nyaman dipakai.
Perhiasan kita juga termasuk salah satu alat untuk berhias. Arloji,
kalung, gelang, cincin dsb. Parfum juga termasuk, tapi kita tidak boleh
lupa. Jika kita ingin berhias tersapat rambu – rambu, agar tidak
melanggar Syari’at yang sudah ditetapkan oleh Allah:
1. Niat yang lurus, berhias hanya untuk beribadah yang diorientasikan
sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
2. Dalam berhias tidak diperbolehkan menggunakan bahan – bahan yang
dilarang agama
3. Tidak boleh menggunakan hiasan yang menggunakan simbol non
muslim
4. Tidak berlebih – lebihan
5. Tidak Boleh berhias seperti orang jahiliah
6. Berhias menurut kelaziman dan kepatutan dengan memperhatikan
jenis kelamin
7. Berhias bukan untuk berfoya – foya

Ketika berhias terkadang kita lupa akan aturan, melewati batas


kewajaran yang telah ditetapkan. Seringkali naluri manusia berubah
menjadi hawa nafsu yang liar. Yang aka menyebabkan manusia
terjerumus kedalam hal yang mnyesatkan. Agama Islam memeberi
batasan dalam etika berhias, sebagaimana ditegaskan dalam firman
Allah
3. Nilai positif Akhlak Berhias
Berhias dapat menunjukkan kepribadian kita. Apabila kita menggunakan
hiasan yang cocok dengan diri kita, maka orang akan menilai diri kita
dengan pandangan yang berbeda ketika kita tidak berhias. Jika kita
menggunakan arloji, jas, kerudung, maka orang lain akan memandang
kita dengan penug pemikiran. Bahwa kita sebenarnya tidak sesederhana
yang dibayangkan. Kita bisa berorientasi dengan waktu, tanpa
meninggalkan syari’at Islam.
Berhias memberikan pengaruh positif dalam berbagai aspek kehidupan,
karena berhias diniatkan untuk beribadah, maka setiap langkah kita akan
menjadi langkah menggapai barokan dan pahala dari Allah SWT.
Namun sebaliknya apabila berhias hanya untuk menarik perhatian orang
lain untuk tergoda dan memuji muji kita agar kita senang sendiri, maka
itu menjadi alat yang sesat. Lupa akan Allah, dan hanya ingin dijadikan
alat pemuas diri kita. Maka yang demikian itu adalah haram.

4. Membiasakan akhlak berhias


Berhias merupakan kebutuhan manusia untuk menjaga dan
mengaktualisasikan dirinya menurut tunutan perkembangan zaman.
Nilai keindahan dan kekhasan dalam berhias menjadi tuntutan yang terus
dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman. Dalam kaitannya
dengan kegiatan berhias atau berhias atau berdandan, maka setiap
manusia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan keinginan
mengembangkan berbagai mode menurut fungsi dan momentumnya,
sehingga berhias dapat menyatakan identitas diri seseorang.
Dalam Islam diperintahkan untuk berhias yang baik, bagus, dan indah
sesuai dengan kemampuan masing – masing. Terutama apabila kita akan
melakukan ibadah shalat maka seyogyanya perhiasan yang kita pakai itu
haruslah baik, bersih dan indah (bukan berarti mewah), karena mewah
itu sudah memasuki wilayah berlebihan.
Hal ini sesuai firman Allah; “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang
indah disetiap (memasuki ) masjid, makan, minumlah, dan janganlah
berlebih – lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang
brlebih – lebihan.” Qs. Al - A’raf /7 : 31)

C. AKHLAK PERJALANAN (SAFAR)

1. Pengertian Akhlak Perjalanan


Perjalanan dalam bahasa Arab disebut dengan kata “Rihlah atau – Safar”
dalam kamus besar Bahasa Indonesia perjalanan diartikan ; “perihal”
(cara, gerakan, dsb) Berjalan atau berpergian dari suatu tempat menuju
tempat untuk suatu tujuan”. Secara istilah, perjalanan sebagai aktifitas
seseorang untuk keluar ataupun meninggalkan rumah dengan berjalan
kaki ataupun menggunakan berbagai sarana transportasi yang
mengantarkan sampai pada tempat tujuan dengan maksud ataupun
tujuan tertentu.
Pada zaman Rasulullah, melakukan perjalanan telah menjadi tradisi
masyarakat Arab. Dalam Al Qur’an Surah Al Quraisy yang disebut
diatas, Allah mengabadikan tradisi masyarakat Arab yang suka
melakukan perjalananpada musim tertentu untuk berbagai keperluan.
Karena itu tidak heran jika Islam sebagai satu – satunya agama yang
mengatur kegiatan manusia dalam melakukan perjalanan, mulai dari
masa persiapan perjalanan, ketika masih berada dirumah, selanjutnya
pada saat dalam perjalanan dan ketika sudah kembali pulang dari suatu
perjalanan. (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah, 2008: 37)
2. Bentuk Akhlak Perjalanan
Islam mengajarkan agar setiap perjalanan yang dilakukan bertujuan
untuk mencari Ridho Allah. Diantara jenis perjalanan (Safar) yang
dianjurkan dalam Islam yaitu pergi Haji, Umroh, menyambung
silaturahmi , menuntut Ilmu, berdakwah, berperan di jalan Allah,
mencari karunia Allah dll. Perjalanan (Safar) juga berfungsi untuk
menyehatkan dan merefreshing kondisi jasmani dan rohani dari
kelelahan dan kepenatan dalam menjalani suatu aktifitas.
Sebagai pedoman Islam mengajarkan adab dalam melakukan perjalanan
yaitu :
1. Bermusyawarah dan shalat Istikharah
2. Mengembalikan hak dan amanat kepada pemiliknya
3. Membawa 6 benda : gunting, siwak, tempat celak, tempat air minum,
cebok dan wudhu. Hal tersebut disunnahkan Rasulullah
4. Menyertakan Istri ataupun anggota keluarga
5. Wanita menyertakan teman atau muhrimnya
6. Memiliki kawan pendamping yang shalih dan shalihah
7. Mengangkat pemimpin atau ketua rombongan
8. Mohon pamitan pada keluarga dan handai taolan serta mohon do’a

3. Nilai positif Akhlak Perjalanan


Keuntungan melakukan perjalanan diantaranya yaitu:
1. Safar dapat menghibur diri dari kesedihan
2. Safar menjadi sarana bagi sesorang untuk memperoleh tambahan
pengalaman
3. Safar dapat mengantarkan seseorang untuk memperoleh pengalaman
dan ilmu pengetahuan
4. Dengan Safar maka seseorang akan lebih banyak mengenal adapt
kesopanan yang berkembang pada suatu komunitas masyarakat.
5. Perjalanan akan dapat menambah wawasan dan bahkan kawan yang
baik dan mulia. (Roli A. Rahman, dan M. Khamzah, 2008: 37)

4. Membiasakan akhlak perjalanan


Sebaiknya setiap orang memikirkan terlebih dahulu secara matang
terhadap semua perjalanan. Niat kita harus lah baik, ingin beribadah
kepada Allah SWT. Apabila melakukan safar atau Rihlah dengan
perhitungan jadwal yang matang, akurat , rinci dan jelas agendanya.
Sebaiknya jika suatu perjalanan tanpa adanya agenda yang jelas, maka
akan cenderung menyia – nyiakan waktu, biaya ataupun Energi, dan
bahkan akan membuka celah bagi syaitan untuk menyesatkan dan
akhirnya tujuan Safar tak tercapai. Dan kita harusnya bersyukur jika kita
sudah berhasil melakukan perjalanan.

D. AKHLAK BERTAMU
Dalam kehidupan bermasyarakat, kita tidak akan pernah terlepas dari
kegiatan bertemu. Adakalanya kita yang datang mengunjungi anak
saudara, teman-teman atau para kenalan, namun kesempatan lain
berganti kita yang dikunjungi. Supaya kegiatan saling berkunjung tetap
berdampak positif bagi kedua belah pihak, maka islam memberikan
tuntunan begaimana sebaiknya bertamu dan menerima tamu dilakukan.

1. Pengertian Akhlak Bertamu


Bertamu merupakan tradisi masyarakat yang selalu dilestarikan. Dengan
bertamu seorang bias menjalin persaudaraan bahkan dapat menjalin
kerja ama untuk meringankan berbagai maalah yang dihadapi dalam
kehidupan.adakalanya seorang bertamu karena adanya urusan yang
serius, mialnya untuk mencari solusi terhadap problema masyarakat
actual, sekedar bertandang, karena lama tidak ketemu (berjumpa)
ataupun sekedar untuk mampir sejenak. Dengan bertangang ke rumah
kerabat atau sahabat, maka kerinduan terhadap kerabat ataupun ahabat
dapat tersalurkan, sehingga jalinan persahabatan menjadi kokoh.
Bertamu dalam bahaa Arab disebut dengankata ( ) “Ataa liziyaroti, atau
( - ) Iatadloofa-Yastadliifu”. Menurut kamus bahasa Indonesia, bertamu
diartikan ; “dating berkunjung kerumah seorang teman atupun kerabat
untuk suatu tujuan ataupun maksud (melawat dan sebagainya)”. Ecara
istilah bertamu merupakan kegiatan mengunjungi rumah ahabat, kerabat
atau[un orang lain, dalam rangka menciptakan kebersamaan dan
kemalahatan bersama.
Tujuan bertamu sudah barang udah barang tentu untuk menjalin
persaudaraan ataupun perahabatan. Sedangkan bertamu kepadea orang
yang belum dikenal, memiliki tujuan untuk saling memperkenalkan diri
ataupun bermaksud lain yang belu diketahui kedua belah pihak.
Bertamu merupakan kebiaaan poitif dalam kehidupan bermasyarakat
dari zaman tradisional sampai zaman modern. Dengan melestarikan
kebiaaan kunjung mengunjungi, maka segala persoalan mudah
dilestarikan, segala urusan mudah diberskan dan segala maalah mudah
diatasi.

2. Bentuk Akhlak Bertamu


Sebelum memasuki rumah seseorang, hendaklah orang yang bertamu
terlebih dahulu meminta izin dan mengucapkan salam kepada penghuni
rumah. Allah berfirman: Artinya:”Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.”(.S. an-Nur/24/27).
Berdasarkan iyarat al-Qur’an di atas, maka yang pertama dilakukan
adalah meminta izin, baru kemudian mengucapkan salam. Sedangkan
menurut mayoritas ahli fiqih berpendapat sebaliknya. Menurut
Rasululluh aw, meminta izin maksimal boleh dilakukan tiga kali.
Disamping meminta izin dan mengucapkan alam, hal lain yang perlu
diperhatikan oleh setiap orang yang bertamu sebagai berikut:
1. Jangan bertamu sembarangan waktu.
2. Kalau diteima bertamu, jangan selalu lama sehingga merepotkan tuan
rumah. Setelah urusan seleai segeralah pulang.
3. Jangan melakukan kegiatang yang membuat tuan rumah terganggu.
4. Kalau diuguhi minuman atau makanan hormatilah jamuan itu. Bahkan
Rasulullah saw. Menganjurkan kepada orang yang berpuasa sunnah
sebaiknya berbuka puasanya untuk menghormati jamuan.
5. Hendaklah pamid pada waktu mau pulang.

3. Nilai positif Akhlak Bertamu


Bertamu secara baik dapat menumbuhkan sikap toleran terhadap oaring
lain dan menjauhkan sikap pakaan, tekanan, dan intimidasi. Islam tidak
mengenal tindakan kekerasan. Bukan saja dalam usaha meyakinkan
orang lain terhadap tujuan dan maksud beik kedatangan, tetapi juga
dalam tindak laku dan pergaulan dengan sesame manuia harus terhindar
cara-cara pakaan dan kekerasan.
Dengan bertamu ataupun bertangang, seorang akan mempertemukan
persamaan ataupun kesesuaian sehingga akan terjalin persahabatan dan
kerjasama dalam menjalin kehidupan.
Dengan bertamu, seorang akan melakukan diskui yang baik, sikap yang
sportif, dan elegan terhadap seamanya.
Bertamu dianggap sebagai sarana yang efektif untuk berdakwah dan
menciptakan kehidupan mesyarakat yang bermartabat.

4. Membiaakan Akhlak Bertamu


Sesungguhnya bertamu itu sebagai kegiatan yang cukup mengasyikan.
Dengan tujuan bertamu seseorang dapat menemukan berbagai manfaat,
baik berupa wawasan, pengalaman berharga ataupun dapat menikmati
segala bentuk penyambutan tuan rumah. Menurut ungkapan Al-Qu’an,
sebaiknya orang bertamu tidak memaksa untuk pada saat tidak ada orang
yang di rumuh.
Allah berfirman:

Artinya: ‘Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka


janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan
kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu
bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. an-Nur/24:28).
Al-Qur-an memberikan isyarat yang tegas, betapa pentingnya setiap
orang yang bertemu dapat nejaga diri agar tetap menghormati tuan
rumah. Setiap tamu haru berusaha menahan segala keinginan dan
kehendaknya baiknya sekalipun, jika tuan rumah tidak berkenan
menerimanya. Demikin pula apabila kegiatan bertamu telah uai, maka
seorang yang bertamu telah usai, maka seorang yang bertamu harus
meninggalkan kesan yang beik dan menyenagkan bagi tuan rumah.
Karena itu haram hukumnya orang yang bertamu meninggalkan
kekecewaan ataupun kesusahan bagi tuan rumah.

E. AKHLAK MENERIMA TAMU


Islam memberikan aturan yang jelas agar setiap muslim memuliakan
etiap tamu yang dating, kerena memuliakan tamu sebagai perwujudan
keimanan kepada Allah dan hari akhir.
1. Pengertian Akhlah Menerima Tamu
Menurut kamus bahasa Indonesia, menerima tamu (ketamuan) diartikan;
“kedatangan orang yang bertamu, melawat atau berkunjung”. Secara
istilah menerima tamu dimaknai menyambut tamu dengan berbagai cara
penyambutan yang lazim (wajar) dilakukan menurut adapt ataupun
agama dengan meksud yang menyenagkan atau memuliakan tamu, atas
dasar keyakinan untuk mendapatkan rahmad dan rida dari Allah.

2. Bentuk Akhlak Menerima Tamu


Islam sebagai agama yang sangat serius dalam memberikan perhatian
orang yang sedang bertamu. Sesungguhnya orang yang bertau telah
dijamun hak-haknya dalam islam.karena itu menghormati tamu
merupakan perhatian yang mendatangkan kemuliaan di dunia dan
akhirat. Setiap muslim wajib memuliakan tamu, tanpa membeda-
bedakan statu social ataupun maksud dan tujuan bertamu.
Memuliakan tamu dilakukan antara lain dengan menyambut
kedatangannya dengan muka menis dan tutur kata yang lemah lembut,
mempersilahkan duduk ditempat yang baik. Kalau perlu, disediakan
ruangan khusus untuk menerima tamu yang selau dijaga kerapian dan
kelestariannya.
Kalau tamu dating dari tempat yang jauh dan ingin menginap, tuan
rumah wajib menerima dan menjamunya mekimal tiga hari tiga malam.
Lebih dari tiga hari terserah kepada tuan rumah untuk tetap
menjamunyaatau tidak. Menurut Rasulullah saw menjamu tamu lebih
dari tiga hari nilainya sedekah, bukan lagi kewajiban.

3. Nilai Positif Akhlak Menerima Tamu


Setiap oaring islam telah diikat oleh suetu tata aturan supaya hidup
bertetangga dan bersahabat dengan orang lain, sekalipun berbeda agama
atau suku. Hak-hak mereka tidak boleh dikurangi dan tidak boleh
dilanggar undang-undang perjanjian yang mengikat di antara sesame
manusia.
Menerima tamu sebagai perwujudan keimanan, artinya semakin kuat
iman seseorang, maka semakin ramah dan antun dalam menyambut
tamunya karena orang yang beriman meyakini bahwa menyambut tamu
bagian dari perintah Allah.
Menyambut tamu dapat meningkatkan akhlak, mengembangkan
kepribadian, dan tamu juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk
mendpatkan kemashalatan dunia ataupun akhirat.

4. Membiaakan Akhlak Menerima Tamu


Menerima tamu merupakan bagian dari aspek soial dalam ajaran Islam
yang harus terus dijaga. Menerima tamu dengan penyambutan yang baik
merupakan cermin diri dan menunjukkan kualitas kepribadian seorang
muslim. Setiap muslim harus membiasakan diri untuk menyambut setiap
tamu yang dating dengan penyambutan yang penuh suka cita.
Agar dapat menyambut tamu dengan suka cita maka tuan rumah harua
menghadirkan pikiran yang positif (husnudon)terhadap tammu, jangan
sampai kehadiran tamu disertai dengan munculnya pikiran negative dari
tuan rumah (su’udzon).
Apabila suatu saat tuan rumah meraakan berat untuk menerima
kehadirab tamunya, maka tuan rumah haru tetap menunjukkan sikap
yang arif dan bijak, jngan sampai menyinggung perasaan tamu.
Seyogyanya setiap muslim harus menunjukkan sikap yang baik terhadap
tamunya, mulai dari keramahan diri dalam menyambut tamu,
menyediakan sarana dan prasarana penyambutan yang memadai, serta
memberikan jamuan makan ataupun minuman yang memenui tamu.

KESIMPULAN
Agama Islam adalah agama yang sempurna, mengatur manusia dalam
segala aspeknya. Berpakaian, Berhias, perjalanan, bertamu serta
menerima tamu tetap ada aturannya dalam Islam. Semua akhlak tersebut
adalah akhlak terpuji apabila kita melakukannya hanya karena Allah
SWT, tanpa ada niat yang berlebihan dan lain dari pada niat kita kepada
Allah SWT.
Maka dari itu, kita tidak boleh menyalah gunakan arti pakaian. Yang
sebetulnya untuk melindungi tubuh dari bahaya serta menutup aurat,
fungsinya berubah menjadi untuk memamerkan bentuk lekuk tubuh.
Berhias juga tidak boleh kita salah gunakan. Haruslah sesuai kadarnya,
agar tidak menimbulkan pandangan buruk terhadap kita. Dan jangan
gunakan Berhias menjadi suatu hal yang maksiat bagi kita. Perjalanan
adalah suatu hal yang mulia.Hal yang suka dilakukan oleh Rasulullah,
dengan mempersiapkan segala aspek, baik waktu, tujuan, makanan, serta
yang lainnya.
Bertamu dapat menyambung tali silaturahmi, baik kepada siapapun.
Ketika kita bertamu, juga harus ingat aturan, karena kita bukan berada
didalam rumah kita sendiri. Menerima tamu juga hal yang mulia.
Menerima tamu hukumnya wajib, kita wajib menerima tamu apabila ia
berada didalam rumah kita selama tiga hari. Apabila tamu itu menginap
dirumah kita lebih dari tiga

Anda mungkin juga menyukai