Disusun oleh :
UNIVERSITAS PAMULANG
2013
ABSTRACT
Social group is the set of human life together , because the relationship between them.
The relationship between the other involves a reciprocal relationship of mutual influence and
also a sense of helping each other.
Some sociologists regard the division on the basis of group members group where
members know each other (face-to-face groupings), such as family, neighborhood and village,
with social groups such as the cities, corporations and the state, in which the members do not
have a relationship closely .
In the society is divided into two kinds of irregular groups that crowd and the Public .
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas kelompok ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul yang penulis ambil adalah sebagai berikut: “KELOMPOK SOSIAL DAN
KEHIDUPAN MASYARAKAT”.
Tujuan pembuatan tugas kelompok ini adalah untuk memenuhi nilai diskusi mata kuliah
Sosiologi Indonesia pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan Universitas Pamulang
Dalam penyusunan ini penulis telah mendapat banyak bantuan, dorongan, serta
bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas kelompok ini. Ucapan
terimakasih ini penulis sampaikan kepada :
Bapak Suhaya, selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Indonesia yang telah memberikan
arahan dan bimbingan yang sangat berguna bagi penulis.
Orang tua penulis, yang telah memberikan do’a dan dukungan baik moril maupun materiil
Teman-teman seperjuangan di kelas 03PPKPA ruang 408 atas support dan kerja samanya.
Penulis menyimpulkan bahwa Tugas Kelompok ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan demi perbaikan lebih lanjut. Akhir kata, harapan penulis adalah semoga tugas
kelompok ini bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa.
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................i
KATA PENGANTAR……………………………...........…………….....………ii
DAFTAR ISI…………………………………......…….………………….…..…iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah………….……………….……1
KELOMPOK SOSIAL……………………………………8
3.1 Kesimpulan………………………………………………..….25
3.2 Saran……………………………………………………….…26
BAB I
PENDAHULUAN
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.
Perilaku-perilaku yang dimaksud di atas seperti yang tercantum di dalam penjelasan Undang-
Undang tentang sistem Pendidikan Nasional, Pasal 39 ayat 2, yaitu perilaku yang memancarkan
iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang
bersifat persatuan bangsa dalam masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka
bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran, pendapat,
atau kepentingan di atas melalui musyawarah dan mufakat serta perilaku yang mendukung upaya
untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia. Sebagai suatu mata pelajaran yang
ada dalam kurikulum sekolah, PKn memiliki misi yang harus diemban. Di antara misi yang harus
diemban adalah sebagai pendidikan dasar untuk mendidik warga negara agar mampu berpikir
kritis dan kreatif, mengkritisi, mengembangkan pikiran. Untuk itu siswa perlu memiliki
kemampuan belajar tepat, menyatakan dan mengeluarkan pendapat, mengenal dan melakukan
telaah terhadap permasalahan yang timbul di lingkungannya agar tercapai perilaku yang
diharapkan.
Namun dalam kenyataan di lapangan, banyak ditemukan berbagai kendala dalam proses
belajar PKn sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak tercapai dengan baik. Salah
satu kendala itu antara lain tidak berani mengungkapkan pendapat. Salah satu sumber kritik yang
dilontarkan masyarakat adalah PKn telah digunakan sebagai alat indoktinasi dari suatu sistem
kekuasaan untuk kepentingan pemerintahan yang berkuasa. Eksesnya para siswa atau lulusan
pendidikan semakin telah dikondisikan untuk tidak berani mengemukakan pendapat dan koreksi
terhadap kesalahan penguasa. Nilai dan tindakan kreatif semakin terabaikan karena masyarakat
termasuk peserta didik hanya dituntut untuk menjadi penurut dan peminta petunjuk.
Dengan situasi seperti ini guru harus dapat mengambil suatu tindakan guna menyiasati apa
yang terjadi di kelas. Guru harus dapat mengubah strategi agar kemampuan siswa dalam
Salah satu cara yang dapat ditempuh berkaitan dengan inovasi tugas mengajar guru adalah
mengajar diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang dipakai oleh guru dalam menyajikan
bahan ajar kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Khususnya dalam hal ini adalah
Pemilihan metode mengajar ini juga perlu diperhatikan karena tidak semua materi dapat
diajarkan dengan hanya satu metode mengajar. Guru hendaknya dapat memilih metode mengajar
yang dianggap sesuai dengan materi yang hendak diajarkan. Hal ini dimaksudkan agar
kurikulum di jenjang pendidikan dasar, menengah, dan mata kuliah wajib untuk kurikulum
2003 tentang Sisdiknas pasal 37. Berdasarkan hal tersebut PKn tidak bisa dianggap remeh
karena merupakan mata pelajaran yang diwajibkan, sehingga upaya-upaya untuk memperbaiki
proses pembelajaran PKn di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi harus terus ditingkatkan.
pelajaran nomor dua atau dianggap sepele oleh sebagian besar siswa. Kenyataan ini semakin
diperburuk dengan metode mengajar yang dipakai oleh sebagian besar guru PKn masih memakai
metode konvensional atau tradisional. Metode konvensional merupakan metode dimana guru
memegang peranan utama dalam menentukan isi dan langkah-langkah dalam menyampaikan
materi kepada siswa. Sehingga keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar
Faktor apa saja yang menjadi dasar untuk membedakan kelompok-kelompok sosial?
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang
akan dibahas adalah menyangkut Faktor apa saja yang menjadi dasar untuk membedakan
kelompok-kelompok sosial?
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah, dapat dirumuskan
Metode yang kami gunakan dalam penulisan ini adalah metode pustaka, yakni dengan
mengumpulkan data dari pustaka baik berupa buku maupun informasi dari berbagai sumber
Dalam penyusunan sistematika penulisan maka penulis membahas dalam bentuk uraian sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas latar belakang dan masalah, Identifikasi masalah,pembatasan masalah,
rumusan masalah, metode penulisan, sistematika penulisan, tujuan penulisan, serta manfaat
penulisan.
Kesimpulan
Saran
Daftar pustaka
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai penyelesaian tugas diskusi untuk program
Bagi penulis diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang Kelompok
Bagi ilmu pengetahun berguna sebagai penambah hasil-hasil penulisan yang dapat dijadikan
bahan bacaan bagi penulis dan mahasiswa lain dalam mengkaji permasalahan topik serupa.
BAB II
Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri, namun mengapa harus hidup
bermasyarakat? Seperti diketahui manusia pertama, Adam telah ditakdirkan untuk hidup bersama
dengan manusia lain, yaitu istrinya yang bernama Hawa. Banyak cerita tentang manusia yang
hidup menyendiri seperti Robinson Crusoe. Akan tetapi, pengarangnya tak dapat membuat suatu
penyesaian tentang hidup seorang diri tadi karena kalau dia mati berarti riwayatnya pun akan
habis pula. Apabila kita membaca cerita-cerita dari dunia wayang, tokoh-tokoh seperti Arjuna
yang sering bertapa dan menyendiri akhirnya kembali kepada saudara-saudaranya. Betapa dan
Apabila manusia hidup sendirian, misalnya keadaan terkurung didalam sebuah ruangan
yang tertutup sehingga dia tidak dapat mendengarkan suara orang lain atau tidak dapat melihat
orang lain, maka akan terjadi gangguan dalam perkembangan jiwanya. Naluri manusia untuk
selalu hidup dengan orang lain disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut social
animal ( hewan social ); hewan yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama.
Didalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, agaknya yang paling penting
adalah reaksi yang timbul sebagai akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang
menyebabakan tindakan seseorang menjadi bertambah luas misalnya, kalau seseorang menyanyi,
dia memerlukan reaksi, entah yang berwujud pujaan atau celaan yang kemudian merupakan
dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Didalam memberikan reaksi tersebut, ada suatu
Mengapa? Karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan pokok,
yaitu:
1. Keinginana untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya (yaitu masyarakat);
1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia sebagian dari kelompok yang
bersangkutan;
2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya;
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, yang
dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik
yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya, dapat pula
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis,tetapi selalu
fungsi-fungsinya yang baru didalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya, atau bahkan
Manusia merupakan makhluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah (jiwa). Segi
rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan, akan menghasilkan
kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak. Sikap tidak itulah yang kemudian menjadi
landasan gerak segi jasmaniah manusia. Segi rohaniah manusia didalam proses pergaulan hidup
manusia berlangsung terus sampai dia mati. Proses pembentukan kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal
dari lingkungan. Kepribadian mencakup berbagai unsur yang pada hakikatnya merupakan suatu
Pola berpikir tertentu yang di anuti seseorang akan mempengaruhi sikap. Sikap tersebut
merupakan kecenderungan untuk berbuat atau tidak berbuat terhadap manusia, benda atau
keadaan. Seseorang yang pola berpikirnya materialistis, misalnya mempunyai sikap tertentu
terhadap pekerjaan tertentu. Dia lebih mementingkan pekerjaan yang menghasilkan materi yang
banyak dan kurang meperhatikan kepuasaan batinnya dalam mengerjakan pekerjaan tersebut.
Sikap tersebut lazimnya memebentuk perilaku tertentu, yang kemudian menjadi pola perilaku
perilaku matrealistis pula. Kalau pola perilaku tertentu suda melembaga dan membudaya, gejala
itu menjadi patokan perilaku yang pantas tersebut biasanya di sebut norma atau kaidah.
Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan hidup manusia yang
bersama, karna adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut di antara lain
menyangkut hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk
saling menolong.
Tipe tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa, sudut atau atas dasar berbagai
kriteria ukuran. Seorang sosiolog Jerman, Georg Simmel, mengambil ukuran besar kecilnya
sosial dalam kelompok tersebut. Ukuran lain yang diambil adalah atas dasar derajat interaksi
sosial dalm kelompok sosial tersebut. Beberapa sosiolog memperhatikan pembagian atas dasar
kelompok kelompok dimana anggota anggotanya saling mengenal (face-to face groupings),
seperti keluarga, rukun tetangga dan desa, dengan kelompok kelompok sosial seperti kota-kota,
korporasi dan negara, dimana anggota-anggota tidak mempunyai hubungan yang erat.
Ukuran lainya adalah kepentingan dan wilayah suatu komuniti (masyarakat setempat) misalnya,
merupakan kelompok kelompok atau kesatuan-kesatuan atas dasar wilayah yang tidak
Berlangsungnya suatu kepentingan merupakan ukuran lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial.
Suatu kerumunan misalnya, merupakn kelompok yang hidupnya sebentar saja karena
kepentingan pun tidak berlanggsung lama. Lain halnya dengan kelas atau komuniti yang
dijumpai pula klasifikasi atas dasar ukuran derajat organisasi. Kelompok kelompok sosial terdiri
dari kelompok kelompok terorganisasi dengan baik sekali seperti Negara, sampai pada
Seorang masyarakat yang masih bersaja susunanya, secara relatif menjadi anggota pula dari
kelompok-kelompok kecil lain secara terbatas. Kelompok sosial termasuk biasanya adalah atas
dasar kekerabatan, usia, seks, dan kadang-kadang atas dasar perbedaan pekerjaan atau
prestise tertentu yang sesuai dengan adat istiadat dan lembaga kemasyarakatan didalam
masyarakat. Namun, yang penting adalah bahwa anggota pada kelompok sosial (termasuk
dengan “mereka”-nya. Dan kepentingan suatu kelompok sosial serta sikap-sikap yang
mendukung terwujud dalam pembedaan kelompok-kelompok sosial tersebut yang dibuat oleh
sebagai in-group nya. Jelas bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan “in-group” atau
tidak bersifat relatif dan tergantung pada situasi-situasi sosial tertentu. Out-group diartikan oleh
individu sebagai kelompok yang menjadi lawan in-group nya. Ia sering dikaitkan dengan istilah-
istilah “kami atau kita” dan “mereka”, seperti “kita warga RT 001” sedangkan “mereka warga
RT 002”, “kami mahasiswa fakultas Hukum” sedangkan :mereka mahasiswa fakultas Ekonomi”,
“kami pegawai negri” sedangkan “mereka pedagang”. Sikap-sikap in-group pada umumnya
didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota-anggota
kelompok.
jumlahnya tidak begitu banyak apabila dibandingkan dengan masyarakat yang sudah kompleks,
walaupun dalam masyarakat-masyarakat yang sederhana tadi pembedaannya tak begitu tampak
dengan jelas. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa setiap kelompok, merupakan in-group
bagi anggotanya. Konsep tersebut dapat diterapkan, baik terhadap kelompok-kelompok sosial
yang relative kecil sampai yang terbesar selama para anggotanya mengadakan identifikasi
dengan kelompoknya.
2.2.4 Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Charles Horton Cooley mengemukakan perbedaaan antara kelompok Primer dengan
kelompok sekunder yang ditulis dalam Social Organization pada 1909. Kelompok primer dan
kelompok sekunder mungkin dapat diterjemahkan dengan istilah “kelompok orimer” dan
“kelompok sekunder”.
Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal
antara anggota-anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Sebagai salah satu hasil
hubungan yang erat dan bersifat pribadi tadi adalah peleburan individu-individu kepada
Secara ideal, hubungan primer dianggap sebagai tujuan atau sebagai suatu nilai ssosial yang
harus dicapai. Ini berarti bahwa hubungan tersebut harus bersifat sukarela, dimana pihak-pihak
Hubungan primer bersifat pribadi dalam arti bahwa hubungan tersebut melekat kepada
kepribadian seseorang dan tak dapat diganti orang lain. Suatu hubungan persahabatan dapat
diputuskan atau diperbaharui, tetapi kualitas persahabatn tak dimungkin diganti apabila misalnya
A mempunyai hubungan pribadi dengan B, hubungan tersebut hanya mungkin terjadi antara A
dengan B, dan tidak mungkin adik A menggantikan A dalam kualitas yang sama.
Oleh karena itu, suatu kelanggengan dalam hubungan yang dimaksud merupakan faktor yang
btidak dapat diabaikan itu semua didasarkan pada kesukarelaan dari pihak-pihak yang
Contoh hubungan sekunker adalah kontrak (jual-beli) pihak-pihak yang mengadakan kontrak
saling berhubungan dengan tujuan tertentu. Hubungan boleh dikatakan tidak dengan pribadi-
pribadi pihak-pihak yang bersangkutan. segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan
kontrak, antara lain, menyangkut hak serta kewajiban masing-masing pihak. Dalam hal
terjadinya perselisihan, penegak norma-norma (hukum) dapat memaksakan berlakunya syarat
yang dicantumkan di dalam kontrak itu. Hal-hal yang meyangkut pribadi pihak-pihak tak
diperhatikan; para pihak dapat salin membenci, salin menyukai, berbeda agama, berbeda
kedudukan sosial, dan lain sebagainya. Tujuan utama hubungan adalah terlaksananya kontrak
tersebut.
kontrak semacam di atas. Pasti harus ada rasa kesetiaan dan pengabdian tadi tak mungking
timbul dengan sendirinya,tetapi merupakan hasil dari hubungan antarmanusia yang akrab. Oleh
karena itu, adanya kelompok primer merupakan syarat mutlak terbentuknya kelompok sekunder.
memperoleh kebebasan, merasakan rasa cinta dan keadilan. Tanpa itu semua, kelompok
sekunder seolah-olah merupakan pohon tanpa akar yang sewaktu-waktu dapat tumbang.
Dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer dan kelompok
sekunder saling mengisi dan dalam kenyataan tak dapat dipisahkan secara mutlak.
Kelompok primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling
Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang,yang sifat
hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng
hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut
adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut
dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan organ
tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat dijumpai di dalam keluarga,
Sebaliknya, patembayan (gesellschaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk
jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka (imaginary) serta
strukturnya bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin. Bentuk
misalnya ikatan terhadap pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri dan lain
sebagainya.
hidup bersama
Oleh Tonneis dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa cirri
2. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja.
3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-orang lain
diluar “kita”
1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau paguyuban
yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh: keluarga,
kelompok kekerabatan.
2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yamng terdiri dari
orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong menolong, contih:
3. Paguyuban karena jiwa –pikiran (gemeinschaft of mind), yang merupakan suatu gemeinschaft
yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan ataupun tempat
tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama, ideology
yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah
atau keterunan.
Buah pikiran Tonnies mengenai bentu-bentuk kehidupan bersama tersebut diatas merupakan
bentuk-bentuk yang dicita-citakan oleh manusia atau oleh Max Weber dinamakan Ideal-Typus
karena dalam kenyataan sehari-hari, masyarakat selalu memperhatikan bentuk campuran antara
paguyuban dan patembayan. Diantara keduanya terdapat bentuk-bentuk campuran yang disebut
hukumlainnya.
Apabila beberapa orang bekerja, mungkin karena mereka bertujuan untuk mencapai suatu
sasaran. Kalau orang-orang tersebut setuju untuk melakukan sesuatu, mereka akan memerlukan
rumah sakit, menentukan tata cara menjadi dasar suatu perkumpulan olahraga, dan seterusnya.
Anggota-anggota menjadi suatu organisasi dan mereka mengharapkan untuk menaati hak dan
kewajiban.
Organisasi biasanya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Staf administratif
organisasi. Misalnya, unit kepolisian lalu lintas terdiri dari bagiam yang melakukan kegiatan
Organisasi seperti itu biasa disebut birokrasi, menurut Max Weber yang mengembangkan
teori birokrasi, organisasi-organisasi yang dibentuk menurut cara-cara birokrasi mempunyai ciri
sebagai berikut.
jabatan.
d) Unsur staf yang merupakan penjabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya keteraturan
komunikasi.
e) Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat orientasi
impersonal.
koneksi.
kelompok tersebut. Batas-batas yang dipakai untuk menentukan keanggotaan seseorang pada
Reference group adalah kelompok social yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan
anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilaku lain. Dengan perkataan lain, seorang
yang bukan anggota kelempok social bersangkutan mengidentifikasi dirinya dengan kelompok
tadi. Misalnya, seseorang yang ingin sekali menjadi mahasiswa, tetapi gagal memenuhi
persyaratan untuk memasuki persyaratan untuk memasuki salah satu perguruan tinggi,
Prinsip-prinsip reference group. Robert K. Merton dengan menyebut beberapa hasil karya
Harrold H. Kelley Shibutani, dan H. Turner mengemukakan adanya dua tipe umum reference
group, yakni:
a. Tipe normatif (normative type) yang menetukan dasar-dasar bagi kepribadian seseorang
Merupakan sumber nilai bagi individu, baik yang menjadi anggota maupun bukan anggota
kelompok. Contohnya adalah anggota angkatan bersenjata yang berpegang teguh pada tradisi
b. Tipe perbandingan (comparison type) yang merupakan pegangan bagi individu didalam menilai
kepribadiannya.
Lebih dipakai sebagai perbandingan untuk menentukan kedudukan seseorang, misalnya status
ekonomi seseorang dibandingkan dengan status ekonomi dari orang-orang yang semasyrakat.
didalam masyarakat tersebut belum ada spesialisasi yang tegas. Akan tetapi, masyarakat tersebut
pasti terpengaruh oleh dunia luar. Salah satu akibatnya adalah bahwa masyarakat itu
berkembang menjadi suatu masyarakat yang heterogen. Dalam masyarakat yang heterogen,
berkembang sistem pembagian kerja yang semakin didasarkan pada pengkhususan atau
spesialisasi. Warga masyarakat melakukan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan
Dengan berkembangnya komunikasi dalam arti luas secara cepat, praktis tak ada masyarakat
yang tertutup terhadap dunia luar. Salah satu akibatnya adalah bahwa ruang jangkauan suatu
Salah-satu akibat dari terpenuhnya kepentingan kepentingan itu, baik yang bersifat material
mencakup orang orang yang mempunyai kepentingan sama, namun tidak dapat mendapat
perhatian masyarakat yang semakin luas daya jangkaunnya tadi. Dengan demikan, maka
kelompok kelompok volunter akan dapat memenuhi kepentingan kepentingan anggotanya secara
primer. Kepentingan primer harus dipenuhi, karena manusia harus dapat hidup wajar.
berbagai ragam landasan itu, timbul aneka macam kelompok volunter, yang mungkin
berkembang menjadi kelompok kelompok yang mantap karena diakui oleh masyarakat umum.
Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang orang secara fisik. Paling tidak
batas kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telinga dapat mendengarkannya.
Kerumunan tersebut segera mati setelah orang orangnya bubar. Jadi, kerumunan merupakan
Kerumunan jelas tidak terorganisasi. Ia dapat mempunyai pimpinan, tetapi tidak mempunyai
sistem pembagian kerja maupun sistem pelampiasan sosial. Artinya, interaksi didalamnya
bersifat spontan dan tidak terduga, serta orang orang yang hadir dan berkumpul mempunyai
kedudukkan social yang sama. Identitas social seseorang biasanya tengggelam apabila orang
perhatian. Itu dapat dilakukan misalnya dengan mengupayakan agar individu-individu sadar
kembali akan kedudukkan dan peranan yang sesungguhnya. Usaha lain yang dapat dilakukan
adalah dengan menakuti mereka. Misalnya demonstrasi, kadang-kadang dibubarkan dengan gas
air mata atau dengan tembakan senjata api dan lain lain. Seringkali pula diusahakan untuk
memecah belahpendapat umum kerumunan tersebut sehingga terjadi pertentangan antara mereka
sendiri.
Sering dikatakan bahwa kerumunan timbul dalam celah-celah organisasi sosial suatu
masyarakat. Sifatnya yang sementara tidak memungkinkan terbentuknya tradisi dan kebudayaan
yang tersendiri. Alat-alat pegendalian sosial juga tidak dipunyainya karena sifatnya yang
Secara garis besar dapat dibedakan antara pertama, kerumunan yang berguna bagi organisasi
sosial masyarakat, serta timbul dengan sendirinya tanpa diduga sebelumnya. Kedua, pembedaan
antara kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan keinginan pribadi. Atas dasar pembedaan
pembedaan tersebut dapat ditarik suatu garis perihal bentuk bentuk umum kerumunan, yaitu
sebagai berikut:
1) Formal Audiences
Khalayak penonton atau pendegar yang formal (formal audiences) merupakan kerumunan
kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya pasif.
Kelompok ekspresi yang telah direncanakan (planned expressive group) adalah kerumunan yang
pusat perhatiannya tak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul.
antri karcis, orang-orang yang menungu bis, dan sebagainya. Dalam kerumunan itu kehadiran
2) Panic crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu orang-orang
yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya. Dorongan dalam diri
rasa panik.
3) Sectator Crowds
Kerumunan penonton (spectator crowds) terjadi karena ingin melihat suatu kejadian tertentu.
Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khlayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa
kerumunan penonton tidak di rencanakan, sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya tak
terkendalikan.
1) Acting Mobs
Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs) bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dengan mengunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Biasanya kumpulan orang-orang tersebut bergerak karena merasakan bahwa hak-hak mereka
2) immoral crowds
Kerumunan yang bersifat moral (immoral crowds) hampir sama dengan kelompok eksresif.
2.3.2 Publik
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langgsung melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya
pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain
sebagainya.
nilai sosial atau tradisi masyarakat bersangkutan, atau dengan menyiarkan pemberitaan-
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan maka kesimpulan yang dapat dipaparkan dalam makalah
ini adalah :
1. Dalam suatu masyarakat terdapat berbagai macam kelompok social yang akan menentukan sikap
individu – individu di dalam masyarakat. Kelompok social juga menentukan dimana individu
tersebut diletakkan. Dalam satu individu terkadang masuk dalam lebih dari satu kelompok sosial
2. Dalam kehidupan bermasyarakat dan pada dasarnya manusia memilki naluri untuk hidup
bergabung dengan orang lain, maka terbentuklah berbagai macam kelompok sosial.
3. Terdapat 8 tipe-tipe kelompok sosial, yakni Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial, Kelompok
Dipandang dari Sudut Individu, In-Group dan Out-Group, Kelompok Primer dan Kelompok
Sekunder, Paguyuban dan Patembayan, Formal Group dan Informal Group, Membership Group
4. Terdapat kelompok sosial yang tidak teratur, yakni Kerumunan dan Publik.
3.2 Saran
Semoga penulisan makalah ini dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi mahasiswa lain dalam
pengembangan keilmuan yang berhubungan dengan judul maklah ini guna perbaikan hasil
penyusunan makalah dimasa yang akan datang. Dengan menggunakan metode yang lebih
Semoga adanya perbaikan ksetersediaan buku-buku yang lebih relevan dan kompleks
sebagai sarana penunjang dalam penulisan makalah yang berkaitan dengan judul makalah ini.
Tulisan ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan acuan bagi komponen universitas yang ingin
infrastruktur, sarana dan prasarana dalam tujuan untuk meningkatkan hubungan kedua lapisan
Sebagai wadah penunjang bagi praktisi atau berfungsi sebagai fasilitator dalam penyediaan
komponen yang diperlukan bagi kedua lapisan masyarakat. Pemerataan perhatian dari
MacIver, Robert M. dan Charles H.1957. Society. An Introductory Analysis. Rinehart and
http://tharra.wordpress.com/2010/02/24/pengertian-dan-pendidikan-kewarganegaraan/
http://belajarpsikologi.com/pengertian-pendidikan-menurut-ahli/
http://muhtar-beninghati.blogspot.com/2012/03/makalah-kelompok-sosial.html
Arsip Blog
► 2015 (2)
► 2014 (2)
▼ 2013 (5)
o ▼ November (5)
Kisah sengasara di Sekolah :D
KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MACAM-MACAM HUKUM DI INDONESIA
Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa