Anda di halaman 1dari 16

Penyakit Imunologi HIV AIDS

Aug 15, 2009 11 Comments by lusa

Pendahuluan

Epidemi HIV/ AIDS di Indonesia sudah merupakan krisis


global dan ancaman yang berat bagi pembangunan dan
kemajuan sosial. Kasus-kasus HIV/ AIDS mengalami
peningkatan pesat. Peningkatan yang tajam banyak
dijumpai pada kasus orang dewasa terutama pengguna
narkoba, pekerja seks maupun pelanggannya.

Menurut data Dirjen P2MPLP Depkes RI, tercatat sejak


April 1987 hingga Maret 2004 terdapat 4.159 kasus HIV/
AIDS dengan 2.746 menderita HIV, 1.413 menderita
AIDS dan 493 meninggal dunia. Diperkirakan jumlah
penduduk Indonesia yang terinfeksi HIV/ AIDS sekitar
120.000 orang dan infeksi baru sekitar 80.000 orang.
Angka-angka tersebut diatas diperoleh dari pemeriksaan
darah anonymunlinked yang artinya darah yang diperiksa
tidak diketahui orangnya. Karena masa inkubasi HIV/
AIDS sekitar 5-10 tahun dan masih adanya penolakan dari
penderita yang terinfeksi. Perlu diingat bahwa HIV/ AIDS
belum ada vaksin untuk mencegah dan cara
pengobatannya. Sehingga pencegahan tergantung pada
kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu
hidup sehat dan penggunan kondom bagi yang
berperilaku resiko tinggi. Adapun tujuan dari
penanggulangan ini adalah megurangi dampak sosial dan
ekonomi serta mencegah dan memberantas penyakit
infeksi menular seksual. Bayangan ancaman pada tahun
2010 sekitar 100.000 orang yang menderita/ meninggal
akibat AIDS dan 1 juta orang mengidap virus HIV.

Definisi

AIDS adalah singkatan dari acquired immunedeficiency


syndrome, merupakan sekumpulan gejala yang menyertai
infeksi HIV. Infeksi HIV disertai gejala infeksi yang
oportunistik yang diakibatkan adanya penurunan
kekebalan tubuh akibat kerusakan sistem imun.
Sedangkan HIV adalah singkatan dari Human
Immunodeficiency Virus.

Epidemiologi

Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal


GO, klamidia), dapat meningkatkan risiko penularan HIV
(2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem imunitas
tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun
dan sering berakibat kematian. HIV akan mati dalam air
mendidih/ panas kering (open) dengan suhu 56oC selama
10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah
yang kering lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan
hidup dalam darah yang tertinggal di spuit/ siring/ tabung
suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan
terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9,
sodium klorida dan sodium hidroksida.

Gejala Infeksi HIV/ AIDS

 Infeksi akut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi,


panas dan rasa lemah selama 1-2 minggu. Bisa
disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul
dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh
bagian atas) dan tidak gatal. Sakit kepala, sakit pada
otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar,
diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.
 Infeksi kronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6
minggu setelah infeksi sampai 10 tahun.
 Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T
CD4 turun dibawah 200/ml dan penderita masuk
dalam fase AIDS.
 AIDS merupakan kumpulan gejala yang menyertai
infeksi HIV. Gejala yang tampak tergantung jenis
infeksi yang menyertainya. Gejala-gejala AIDS
diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan
kelenjar pada leher atau lipatan paha, panas yang
berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,
penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya, bercak keunguan pada kulit yang tidak
hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat yang
berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada
mulut, tenggorokan, atau vagina dan mudah
memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan
penyebabnya.

Stadium Infeksi

AIDS Council of NSW

Stadium 1 Infeksi primer:

Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali


dengan keluhan “seperti flu”.

Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:

Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung


sampai beberapa tahun.

Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:


Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa
lelah, keringat malam, dll.

Stadium 4 Kelainan berat:

Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh


karena daya tahan tubuh yang menurun (AIDS, Aquired
Immunodeficiency Syndroms).

WHO

Stadium I

Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di


seluruh tubuh yang menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa
gejala, aktivitas normal.

Stadium II

Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada


mukosa dan kulit yang ringan (dermatitis seboroik,
infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut
yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes
zoster terjadi dalam 5 tahun terakhir; ISPA (infeksi
saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya
sinusitis karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2:
dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III

Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang


tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam
berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih
dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada
mulut berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi
bakteri yang berat, misalnya: pneumonia, bisul pada otot.
Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang dari
15 hari dalam satu bulan terakhir.

Stadium IV

 Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah


salah satu dari : diare kronik yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik
dan demam berkepanjangan yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan.
 Pneumocystis carinii pneumonia (PCP).
 Toksoplasmosis pada otak.
 Kriptosporidiosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
 Kriptokokosis di luar paru.
 Sitomegalovirus pada organ selain hati, limpa dan
kelenjar getah bening.
 Infeksi virus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa
lebih dari 1 bulan atau dalam rongga perut tanpa
memperhatikan lamanya.
 PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau
infeksi virus dalam otak.
 Setiap infeksi jamur yang menyeluruh,
misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.
 Candidiasis pada kerongkongan, tenggorokan,
saluran paru dan paru.
 Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.
 Septikemia salmonela bukan tifoid.
 TB di luar paru.
 Limfoma.
 Kaposi’s sarkoma.
 Ensefalopati HIV sesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15


hari dalam 1 bulan terakhir.

Kelompok Resiko

Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang


berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS adalah pekerja seks
komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat,
kaum homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan
penerima darah atau produk darah yang berulang.
Dampak HIV/ AIDS

Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam


masyarakat adalah : menurunnya kualitas dan
produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka
kematian tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS
pada bayi, anak dan orang tua; serta adanya ketimpangan
sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS
masih kuat.

Cara Penularan

HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah,


cairan air mani (semen), cairan vagina dan serviks, air
susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air
kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus
dalam jumlah kecil tidak berpotensi menularkan HIV.

Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa


pengaman/ kondom, jarum suntik yang digunakan
bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah
dan hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu
hamil pada bayinya(sewaktu hamil, melahirkan maupun
menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk
WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV
(bersalaman, berpelukan), tidak juga melalui bersin,
batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing),
maupun melalui gigitan nyamuk atau kutu.

Penularan HIV/ AIDS :

 Hubungan seksual dengan orang yang mengidap


HIV/AIDS, berhubungan seks dengan pasangan yang
berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung
(kondom).
 Kontak darah/luka dan transfusi darah – Kontak
darah/luka dan transfusi darah yang sudah tercemar
virus HIV.
 Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik –
Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik secara
bersama atau bergantian dengan orang yang
terinfeksi HIV.
 Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang
dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang


bersalaman, berciuman, berpelukan, tinggal serumah,
makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

Cara Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang
yang mempunyai perilaku beresiko, sehingga diharapkan
pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri
maupun pasangannya. Adapun caranya adalah dengan
tidak berganti-ganti pasangan seksual (monogami),
penggunaan kondom untuk mengurangi resiko penularan
HIV secara oral dan vaginal. Pencegahan pada pengguna
narkoba dapat dilakukan dengan cara menghindari
penggunaan jarum suntik bersamaan dan jangan
melakukan hubungan seksual pada saat high (lupa dengan
hubungan seksual aman). Sedangkan pencegahan pada
ibu hamil yaitu dengan mengkonsumsi obat anti HIV
selama hamil (untuk menurunkan resiko penularan pada
bayi) dan pemberian susu formula pada bayi bila ibu
terinfeksi HIV. Serta menghindari darah penderita HIV
mengenai luka pada kulit, mulut ataupun mata.

Pemeriksaan HIV/ AIDS

Pemeriksaan sedini mungkin untuk mengetahui infeksi


HIV sangat membantu dalam pencegahan dan pengobatan
yang lebih lanjut. Tes HIV untuk yang beresiko dilakukan
setiap 6 bulan, selain itu pencegahan dapat mengurangi
faktor resiko. Apabila sudah terdiagnosis infeksi HIV
dilakukan dengan dua cara pemeriksaan antibodi yaitu
ELISA dan Western blot. Tes Western blot dilakukan di
negara-negara maju, sedangkan untuk negara berkembang
dinjurkan oleh WHO pemeriksaan menggunakan tes
ELISA yang dilakukan 2-3 kali.

Beberapa kelemahan dan keunggulan tes pemeriksaan


infeksi HIV :

1. Tes Elisa – Keuntungan : murah; efisien; cocok untuk


testing dalam jumlah besar; dapat mendeteksi HIV-1,
HIV-2 dan varian HIV; cocok dalam surveilans dan
pelayanan transfuse darah terpusat. Kelemahan : butuh
staf dan tehnisi laboratorium yang terampil dan terlatih;
peralatan canggih; sumber listrik konstan; waktu yang
cukup.

2. Tes Sederhana/ Cepat – Keuntungan : hasil cepat;


menggunakan sampel darah lengkap (whole blood); tidak
butuh peralatan khusus; sederhana; dapat dikerjakan oleh
staf dengan pelatihan terbatas; tidak perlu listrik; dapat
dipindah-pindahkan dan fleksibel; hasil mudah dibaca;
punya kontrol internal sehingga hasil akurat; rancangan
tes tunggal untuk spesimen terbatas. Kelemahan : lebih
mahal dari tes ELISA; butuh mesin pendingin (2o C dan
30 o C); meningkatkan potensi testing wajib;
pemberitahuan hasil tes tidak terpikirkan implikasinya.
3. Tes Air Liur dan Air Kencing – Keuntungan : prosedur
pengumpulan lebih sederhana; cocok untuk orang yang
menolak memberikan darah; menurunkan resiko kerja;
lebih aman (karena mengandung sedikit virus).
Kelemahan : harus mengikuti prosedur testing yang
spesifik dan hati-hati; berpotensi untuk testing
mandatory; mendorong timbulnya mitos penularan HIV
lewat ciuman; belum banyak dievaluasi di lapangan.

4. Tes Konfirmasi (Western blot) – Keuntungan : untuk


memastikan suatu hasil positif dari tes pertama.
Kelemahan : mahal; membutuhkan peralatan khusus;
pemeriksa harus terlatih.

5. Antigen Virus - Keuntungan : mengetahui infeksi dini


HIV; skrinning darah; mendiagnosis infeksi bayi baru
lahir; memonitor pengobatan dengan ARV. Kelemahan :
kurang sensitif untuk tes darah.

6. VCT (Voluntary Counseling And Testing) - Kelemahan


: perlu pelayanan konseling yang efektif; konselor perlu
disupervisi; konselor terkadang perlu konseling.

Pengobatan HIV/ AIDS


Pengobatan HIV/ AIDS yang sudah ada kini adalah
dengan pengobatan ARV (antiretroviral) dan obat-obat
baru lainnya masih dalam tahap penelitian.

Jenis obat-obat antiretroviral :

 Attachment inhibitors (mencegah perlekatan virus


pada sel host) dan fusion inhibitors (mencegah fusi
membran luar virus dengan membran sel hos). Obat
ini adalah obat baru yang sedang diteliti pada
manusia.
 Reverse transcriptase inhibitors atau RTI, mencegah
salinan RNA virus ke dalam DNA sel hos. Beberapa
obat-obatan yang dipergunakan saat ini adalah
golongan Nukes dan Non-Nukes.
 Integrase inhibitors, menghalangi kerja enzim
integrase yang berfungsi menyambung potongan-
potongan DNA untuk membentuk virus. Penelitian
obat ini pada manusia dimulai tahun 2001 (S-1360).
 Protease inhibitors (PIs), menghalangi enzim
protease yang berfungsi memotong DNA menjadi
potongan-potongan yang tepat. Golongan obat ini
sekarang telah beredar di pasaran (Saquinavir,
Ritonavir, Lopinavir, dll.).
 Immune stimulators (perangsang imunitas) tubuh
melalui kurir (messenger) kimia, termasuk
interleukin-2 (IL-2), Reticulose, HRG214. Obat ini
masih dalam penelitian tahap lanjut pada manusia.
 Obat antisense, merupakan “bayangan cermin” kode
genetik HIV yang mengikat pada virus untuk
mencegah fungsinya (HGTV43). Obat ini masih
dalam percobaan.

Perawatan dan Dukungan

Perawatan dan dukungan untuk ODHA (orang dengan


HIV/ AIDS) sangat penting sekali. Hal tersebut dapat
menimbulkan percaya diri/ tidak minder dalam pergaulan.
ODHA sangat memerlukan teman untuk memberikan
motivasi hidup dalam menjalani kehidupannya. HIV/
AIDS memang belum bisa diobati, tetapi orang yang
mengidap HIV/ AIDS dapat hidup lebih lama menjadi apa
yang mereka inginkan.

Kiat Hidup Sehat Dengan HIV/AIDS

1) Makan makanan bergizi. 2) Tetap lakukan kegiatan dan


bekerja/ beraktivitas. 3) Istirahat cukup. 4) Sayangilah diri
sendiri. 5) Temuilah teman/ saudara sesering mungkin.
6) Temui dokter bila ada masalah/ keluhan. 7) Berusaha
untuk menghindari infeksi lain, penggunaan obat-obat
tanpe resep dan hindari mengurung diri sendiri.

Perawatan di rumah (home care)

1. Melakukan pendidikan pada odha dan keluarga tentang


pengertian, cara penularan, pencegahan, gejala-gejala,
penanganan hiv/ aids, pemberian perawatan, pencarian
bantuan dan motivasi hidup.

2. Mengajar keluarga ODHA tentang bertanya dan


mendengarkan, memberikan informasi dan
mendiskusikan, mengevaluasi pemahaman, mendengar
dan menjawab pertanyaan, menunjukkan cara melakukan
sesuatu dengan benar dan mandiri serta pemecahan
masalah.

3. Mencegah penularan HIV di rumah dengan cara cuci


tangan, menjaga kain sprei dan baju tetap bersih, jangan
berbagi barang-barang tajam.

4. Menghindari infeksi lain seperti dengan cuci tangan,


menggunakan air bersih dan matang untuk konsumsi,
jangan meludah sembarang tempat, tutup mulut/ hidung
saat batuk/ bersin, buanglah sampah pada tempatnya.
5. Menghindari malaria dengan menggunakan kelambu
saat tidur dan penggunaan obat nyamuk.

6. Merawat anak-anak dengan HIV/ AIDS, yaitu dengan


memberikan makanan terbaik (ASI), memberikan
imunisasi, pengobatan apabila si kecil sudah terinfeksi,
serta memperlakukan anak secara normal.

7. Mengenal dan mengelola gejala yang timbul pada


ODHA.

Gejala-gejalanya seperti demam, diare, masalah kulit,


timbul bercak putih pada mulut dan tenggorokan, mual
dan muntah,nyeri, kelelahan dan kecemasan serta
kecemasan dan depresi.

8. Perawatan paliatif (untuk memberikan perasaan


nyaman dan menghindari keresahan, membantu belajar
mandiri, menghibur saat sedih,membangun motivasi diri).

Anda mungkin juga menyukai