Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan taufiq serta hidayahnya kepada kami semua, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah pada mata kuliah Genetika yang membahas tentang “APOPTOSIS
DAN NEKROSIS”, InsyaAllah dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini kami buat
dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Genetika dan agar kami juga dapat
memahami lebih jelas tentang APOPTOSIS DAN NEKROSIS.

Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita semua, bagi
pembaca pada umumnya dan kami sebagai penyusun pada khususnya. Penyusun menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna, namun penyusun berharap makalah ini dapat
menjadi manfaat bagi penyusun sendiri terlebih untuk pembaca. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Bengkulu, 17 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ ii
BAB I .................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Apoptosis................................................................................................................. 3
2.2 Mekanisme Apoptosis............................................................................................................... 5
2.3 Pengertian Nekrosis ............................................................................................................... 14
2.4 Mekanisme Nekrosis .............................................................................................................. 15
2.5 Perbedaan antara Apoptosis dan Nekrosis .............................................................................. 17
2.6 Contoh Apoptosis dan Nekrosis .............................................................................................. 18
2.7 Gen yang berperan dalam apoptosis dan nekrosis................................................................... 21
BAB III.............................................................................................................................................. 22
PENUTUP ......................................................................................................................................... 22
3.1 Simpulan .......................................................................................................................... 22
3.2 Saran................................................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tubuh manusia tersusun oleh bermilyar-milyar sel. Setiap kehidupan berawal
dari hanya satu sel yang kemudian membelah menjadi dua, kemudian empat, lalu
delapan dan seterusnya. Selanjutnya beberapa sel tersebut berubah menjadi mata,
sementara sel yang lain menjadi kulit, jantung, otak dan sebagainya. Setelah
membentuk organ, sel berhenti membelah kecuali untuk mengganti sel yang rusak atau
akibat luka. Dengan kata lain, sel sehat mengetahui kapan mereka harus membelah dan
juga kapan mereka harus berhenti melipatganda (McKusick, 2000) Jika sel gagal
mengikuti proses ini maka akan terbentuk kanker.

Sel normal memerlukan keseimbangan antara kebutuhan fisiologik dan


keterbatasan-keterbatasan struktural sel dengan kemampuan metabolik, luarannya
adalah hasil yang tersusun seimbang atau homeostasis. Keadaan fungsional sel dapat
berubah ketika bereaksi terhadap stress yang ringan untuk mempertahankan keadaan
yang seimbang. Setiap organisme yang hidup terdiri dari ratusan tipe sel. Selama
perkembangannya sejumlah sel bertambah yang kemudian akan membentuk berbagai
jenis jaringan dan organ. Seiring dengan pembentukan sel yang baru tersebut, sel yang
mati merupakan proses regulasi yang normal pada sejumlah sel dari jaringan.
Pengendalian terhadap eliminasi sel-sel yang mati ini disebut dengan kematian sel
yang terprogram atau apoptosis.

Apoptosis sel ini berguna untuk menghindarkan tumbuhnya sel-sel yang


berpotensi bahaya serta yang membersihkan sel-sel yang sudah tidak berguna. Juga,
untuk membersihkan sel-sel yang tidak dapat diperbaiki kerusakan pada protein atau
DNA sel setelah mengalami proses patologis. Kematian sekelompok sel atau jaringan
pada lokasi tertentu dalam tubuh disebut Nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan
karena stimulus yang bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel
juga dapat terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram dimana
setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan apoptosis?
2. Bagaimanakah mekanisme terjadinya apoptosis?
3. Apa yang dimaksud dengan nekrosis?
4. Bagaimanakah mekanisme terjadinya nekrosis?
5. Apa contoh dari apoptosis dan nekrosis?
6. Apa sajakah gen-gen yang berperan dalam apoptosis dan nekrosis?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari apoptosis
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya apoptosis
3. Untuk mengetahui pengertian dari nekrosis
4. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya nekrosis
5. Untuk mengetahui contoh dari apoptosis dan nekrosis
6. Untuk mengetahui gen-gen yang berperan dalam apoptosis dan nekrosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Apoptosis


Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram (programmed cell death),
adalah suatu komponen yang normal terjadi dalam perkembangan sel untuk menjaga
keseimbangan pada organisme multiseluler. Sel-sel yang mati adalah sebagai respons
dari beragam stimulus dan selama apoptosis kematian sel-sel tersebut terjadi secara
terkontrol dalam suatu regulasi yang teratur.
Informasi genetik pemicu apoptosis aktif setelah sel menjalani masa hidup
tertentu, menyebabkan perubahan secara morfologis termasuk perubahan pada inti sel.
Kemudian sel akan terfragmentasi menjadi badan apoptosis, selanjutnya fragmen
tersebut diabsorpsi sehingga sel yang mati menghilang. Kematian sel yang terprogram
atau apoptosis merupakan suatu komponen yang normal pada perkembangan dan
pemeliharaan kesehatan pada organisme multiseluler. Sel yang mati ini merupakan
respon terhadap berbagai stimulus dan selama apoptosis sel ini dikontrol dan
diregulasi, sel yang mati kemudian difagosit oleh makrofag.
Kematian sel melalui apoptosis merupakan fenomena yang normal, yaitu terjadi
eliminasi sel yang tidak diperlukan lagi. Proses apoptosis secara fisiologis diperlukan
untuk :
1.Terminasi sel
Apoptosis dapat terjadi pada sel yang mengalami kerusakan yang tidak bisa
di repair, infeksi virus, dan keadaan yang mengakibatkan stress pada sel.
Kerusakan DNA akibat ionisasi radiasi maupun bahan kimia toxic juga dapat
mencetuskan apoptosis melalui aktivasi tumor supresor gen p53. Keputusan untuk
apoptosis dapat berasal dari sel itu sendiri, dari jaringan disekitarnya ataupun dari
sel yang termasuk dalam immune system. Pada keadaan ini fungsi apoptosis adalah
untuk mengangkat sel yang rusak, mencegah sel menjadi lemah oleh karena
kurangnya nutrisi dan mencegah penyebaran infeksi virus.
3
2. Mempertahankan homeostasis
Pada organisme dewasa, jumlah sel dalam suatu organ atau jaringan harus
berada dalam keadaan yang relatif konstan. Proses keseimbangan ini termasuk
dalam homeostasis yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk mempertahankan
lingkungan internalnya. Keseimbangan (homeostasis) ini dapat tercapai bila
kecepatan mitosis pada jaringan seimbang dengan kematian sel. Bila
keseimbangan ini terganggu, maka akan dapat mengakibatkan :
• Bila kecepatan pembelahan sel lebih tinggi daripada kecepatan kematian sel
→terbentuk tumor.
• Bila kecepatan pembelahan sel lebih rendah dari kecepatan kematian sel
→jumlah sel menjadi berkurang.
3. Perkembangan embrional
Kematian sel yang terprogram merupakan bagian dari perkembangan
jaringan. Pada masa embrio, perkembangan suatu jaringan atau organ didahului
oleh pembelahan sel dan diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian
dikoreksi melalui apoptosis. Contoh: bila terjadi gangguan proses apoptosis,
berupa diferensiasi inkomplit pada pembelahan jari-jari akan mengakibatkan
syndactyly.
4. Interaksi limfosit
Perkembangan limfosit B dan Limfosit T pada tubuh manusia merupakan
suatu proses yang kompleks, yang akan membuang sel-sel yang berpotensi
menjadi rusak. Cytotoksik T sel dapat secara langsung menginduksi apoptosis
pada sel melalui terbukanya suatu celah pada targetmembran dan pelepasan zat-zat
kimia untuk mengawali proses apoptosis. Celah ini dapat terjadimelalui adanya
sekresi perforin, granul yang berisi granzyme B,serine protease yang dapat
mengaktivasi caspase melalui pemecahan residu aspartat.
5. Involusi hormonal pada usia dewasa.
Apoptosis dapat terjadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama
siklus menstruasi, regresi pada payudara setelah masa menyusui dan atresia folikel
ovarium pada menopause (Kumar et al., 2005)

4
2.2 Mekanisme Apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya
apoptosis dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

1. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis) atau Signal


Penginduksi Apoptosis

Apoptosis tidak memerlukan suatu proses transkripsi atau translasi.


Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami
dormansi dan hanya memerlukan aktivasi yang cepat. Signal yang menginduksi
apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler dan intraseluler (Sudiono, 2003).

Signal ekstraseluler contohnya hormon-hormon. Hormon tiroksin


menginduksi apoptosis pada ekortadpole. Apoptosis juga bisa dipicu oleh
kurangnya signal yang dibutuhkan sel untuk bertahan hidup seperti growth
factor. Sel lain, sel berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bisa
memberikan signal untuk apoptosis. Signal intra seluler misalnya radiasi
ionisasi, kerusakan karena oksidasi radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel

Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi


famili protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai caspase. Sel yang
berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis.
Misalnya sel spleniclimfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar
radiasiionisasi, sedangkan selmyocyte tidak mengalami apoptosis untuk
pemaparan yang sama (Lumongga, 2008).

2. Regulator Molekuler dari Apoptosis

Signal kematian dihubungkan dengan pelaksanaan apoptosis oleh


tahap integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini terdapat molekul regulator
positif atau negatif yang dapat menghambat, memacu, mencegah apoptosis
5
sehingga menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami apoptosis (mati)
(Sudiono, 2003).

Apoptosis diperantarai oleh famili protease yang disebut caspase,


yang diaktifkan melalui proteolisis dari bentuk prekursor inaktifnya (zymogen).
Caspase merupakan endoprotease yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan
membelah pada terminal C pada residu Asp, oleh karena itu dikenal sebagai
Caspases (Cyscontaining Asp specificprotease)

Saat ini telah ditemukan 13 anggota famili caspases pada manusia.


Beberapa anggota famili caspase yang terlibat dalam apoptosis dibedakan
menjadi 2 golongan. Golongan yang pertama terdiri dari caspase 8,9,10 yang
mengandung prodomain yang panjang pada terminal N, fungsinya sebagai
inisiator dalam proses kematian sel. Golongan yang kedua terdiri dari caspase
3,6,7 yang mengandung prodomain yang pendek dan berfungsi sebagai efektor,
membelah berbagaisubstratyangmati yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan morfologi dan biokimia yang tampak pada sel yang mengalami
apoptosis. Molekul efektor lain dalam apoptosis adalah Apaf-1 (apoptotic
protease activating factor) bersama sitokrom c mengambil pro- caspase 9 di
ATP-dependent manner, dan menstimulasi proses perubahan pro- caspase 9
menjadi caspase 9

Regulator apoptosis yang lain adalah anggota famili Bcl-2. Saat ini
ada18 anggota famili Bcl-2 yang telah diidentifikasi, dan dibagi ke dalam 3 grup
berdasarkan strukturnya. Anggota grup pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL
yang berfungsi sebagai anti-apoptosis. Anggota grup kedua diwakili oleh
Bax dan Bak (Bcl-2 associated killer), sebagaimana anggota grup yang ketiga
yaitu Bid (a novel BH3 domain-only death agonist) dan Bad (the Bcl-2
associated death molecule), merupakan molekul pro-apoptosis (Lumongga,
2008).

6
Target Caspase

Apoptosis melibatkan:

1. Memadatkan inti sel

2. Memadatkan dan membagi-bagi sitoplasma ke dalam selaput ikat badan


apoptotis

3. Rusaknya kromosom ke dalam fragmen yang berisi berbagai nukleosom

Target protein pada umumnya harus protein lain, suatu DNA endonuklease.
Ketika protein target pecah, DNAse bebas untuk berpindah tempat ke inti dan
mulai pelaksanaan. Perubahan dalam apoptosis terjadi ketika caspase 3
membelah gelsolin, suatu protein dilibatkan dalam pemeliharaan morfologi sel.
Gelsolin yang dibelah membelah actin filamen di dalam sel. Protein yang lain
diperlukan untuk membentuk badan apopotic: suatu kinase yang disebut p21-
activated kinase2 (PAK-2). Kinase ini diaktifkan oleh caspase-3 dengan
proteolisis terbatas

3. Tahap Pelaksanaan Apoptosis

Sinyal apoptosis bisa terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler.


Jalur ekstrinsik (ekstraseluler) diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor
kematian (death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan
faktor signal dari mitokondria dalam sel.

Peristiwa apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan


molekul signal yang disebut ligan oleh sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang
akan mengalami apoptosis. Ligan tersebut berikatan dengan deathreceptor yang
terletak pada trans membran sel target yang menginduksi apoptosis. Death
receptor yang terletak dipermukaan sel adalah famili reseptor TNF(Tumor
Necrosis Factor), yang meliputi TNF-R1, CD95 (Fas), dan TNF-Related
Apoptosis Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan R2.

7
Ligan yang berikatan dengan reseptor tersebut akan mengakibatkan
caspase inisiator 8 setelah membentuk trimer dengan adaptor FADD (Fas
Associeted Death Domain). Kompleks yang terbentuk antara ligan-reseptor dan
FADD disebut DISC (Death Inducing Signaling Complex). CD95, TRAIL-R1
dan R2 terikat dengan FADD, sedangkan TNF-R1 terikat secara tidak langsung
melalui molekul adaptor lain, yaitu: TNF-Reseptor Associeted Death Domain
protein (TRADD).

Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur intrinsik


disebabkan oleh senyawa kimia atau kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga
menyebabkan gangguan pada mitokondria dan terjadi pelepasan sitokromc dari
intermembran mitokondria. Protein capcase-8 akan memotong anggota famili
Bcl-2 yaitu Bid. Kemudian Bid yang terpotong pada bagian ujungnya akan
menginduksi insersi Bax dalam membran mitokondria dan melepaskan molekul
proapoptotik seperti sitokromc, Samc/Diablo, Apoptosis Inducing Factor (AIF),
danomi/Htr2 dengan adanya dATP akan terbentuk kompleks antara sitokromc,
APAF1 dan caspase 9 yang disebut apoptosom. Selanjutnya, capcase 9 akan
mengaktifkan downstream procaspase-3.

Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai macam


substrat,diantaranya enzim DNA repair seperti poly-ADP Ribose Polymerase
(PARP) dan DNA protein kinase yaitu protein struktural seluler dan nukleus,
termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan aktin serta endonuklease,
seperti Caspase-Aktivated Deoxyribonuklease Inhibitor (ICAD) dan konstituen
selulerlainnya. Selain itu, caspase 3 juga mempunyai kemampuan untuk
mengaktifkan caspese lainnya, seperti procaspase-6 dan procaspase-7 yang
memberikan amplifikasi terhadap kerusakan seluler.

Adanya seluler stres meningkatkan ekspresi dari protein p53 yang


mengakibatkan terjadinya GI arrest atau apoptosis. Anggota dari apoptosis
Stimulating Protein p53(ASPP) yaitu ASPP1 dan ASPP2 secara spesifik
menstimulasi fungsi trans aktivasi p53 pada promotor gen proapoptotik seperti

8
Bax dan p53 Inducible Gene 3 (PIG3), tapi tidak pada promotorgen yang
menyebabkan cellcyclearrest, yaitu p21 dan MDM2 .

Tahapan apoptosis jalur ekstrinsik/deatch receptor path way

Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan
sel T yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama diperantarai
oleh perforin/ granzyme. Tahap-tahap apoptosis dalam death receptor path
way:

a. Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan


reseptornya.

Gambar 1. Ikatan reseptor Fas dengan FasL (Fas Ligan)

TNF adalah molekul penginduksi interseluler yang berupa asam amino-157,


dihasilkan terutama oleh makrofag yang teraktivasi, merupakan mediator
apoptosis ekstrinsik utama. Ada 2 macam reseptor untuk TNF yaitu TNFR-1
dan TNFR-2. TNF yang berikatan dengan TNFR-1 yang dapat menginisiasi
jalur aktivasi caspase. Fas (Apo-1 atauCD95) adalah reseptor untuk signal
apoptosis ekstrinsik lain pada membran sel, dan termasuk famili reseptor
TNF. FasL (Fas ligan) adalah protein yang berikatan denganFas untuk
mengaktifkan jalur Fas. Fas merupakan protein trans membran yang juga
termasuk famili TNF (Lumongga, 2008).

9
b. Ikatan Fas L dengan Fas menginduksi reseptor untuk mengelompok (trimerisasi)

Gambar 2. Ikatan Fas L dengan Fas


menyebabkan trimerisasi reseptor

c. Pengikatan FADD
(Fasassociateddeath domain
protein) pada domain kematian
(death domain).

d. DED (death effector domain)


dari FADD mengikat pro-
caspase 8. Kompleks yang
terbentuk disebut DISC (death-
inducing signaling complex),
kompleks ini mengaktivasi pro-
Gambar 3. Pengikatan FADD caspase 8.

e. Caspase 8 yang teraktivasi


(heterotetramer) dilepaskan dari

10
DISC ke sitoplasma. Caspase 8
termasuk caspase inisiator yang
akan mengaktivasi caspase
eksekutor terutama melalui pro-
caspase 3

Tahapan Apoptosis Jalur Intrinsik/Mitokondrial Pathway


Riset mengindikasi keterlibatan mitokondria dalam jalur apoptotis.
Sitokrom c, suatu heme protein yang bertindak sebagai suatu pembawa elektron
dalam fosforilasi oksidasi mitokondria, pemberhenti elektroncytochrome
Coxidase atau kompleks IV, keluar inter membran dan mengikat protein
sitoplasmik yang disebut Apaf-1. Yang kemudian mengaktikan suatu inisiator
caspase-9 di sitoplasma (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

Protein ini keluar mitokondria setelah perubahan potensiasi eletrokimia di


membran. Perubahan potensial menyebabkan terbukanya suatu kanal yang non-
spesifik dalam membran yang permeabel, terdiri atas dua protein selaput bagian
dalam (adenine nucleotide translocator-ANT) dan suatu protein bagian luar
(porin, yang voltage-gated-kanal anion VDAC). Protein ini bertindak bersama-
sama, kemungkinan pada sisi luar dan sisi dalam terjadi kontak. Saluran ini
dapat dilewati zat yang memiliki bobot molekular kurang dari 1500.
Perubahan gradien proton menyebabkan oksidasi dan foforilasi di mitokondria
perubahan kekuatan anion menyebabkan pembekakan matriks. Karena sisi
bagian dalam sangat kusut dan memilki luas permukaan jauh lebih besar
dibanding selaput yang luar, bengkak pada matriks mengarah rusaknya sisi luar,
sehingga sitokrom c dan Apaf-1 keluar masuk sitoplasma (Kumar; Cotran &
Robbins, 2007).

Jalur ini biasa diaktifkan dalam respon stimulus letal yang lain
seperti pengrusakan DNA, stress oksidatif, dan hipoksia. Mitokondria
mengandung faktor pro- apoptosis seperti sitokrom c dan AIF (apoptosis
inducing factors). Keduanya merupakan substrat yang berbahaya, akan tetapi
tersimpan aman dalam mitokondria. Saat keduanya dilepaskan ke sitoplasma
11
dapat mengaktifkan jalur aktivasi caspase. Pelepasannya diatur oleh famili Bcl-2
yang terikat dengan mitokondria yaitu Bax dan Bad (Kumar; Cotran & Robbins,
2007).

Sitokrom c adalah protein heme yang berperan sebagai pembawa elektron


yang larut dalam air dalam fosforilasi oksidatif mitokondria. Bila terjadi
kumparan elektron melalui sitokromc oxidase atau kompleks IV, adanya
perubahan ke kuat anion menyebabkan gelombang matriks. Saat membran
dalam mitokondria memiliki permukaan yang lebih luas dibanding membran
luar maka gelombang matriks menyebabkan nonspecific inner membrane
permeability transition pore
terbuka sehingga sitokrom c
keluar ke sitoplasma. Sitokrom c
yang keluar ke sitoplasma
kemudian berikatan dengan
Apaf-1 membentuk CARD
(Caspase Recruitment domain).
Beberapa CARD bergabung
membentuk kompleks apoptosome
kemudian mengikat pro-caspase 9
Gambar 4. Intrinsik Pathway
dan mengaktivasinya menjadi caspase 9 (caspaseinisiator). Caspase 9 ini akan
mengaktivasi procaspase-3 menjadi caspase3 yang merupakan caspase efektor
yang melaksanakan apoptosis.

Caspase memecah protein menyebabkan inti sel pecah. Protein yang


merupakan target caspase biasanya terikat dengan protein lain, yaitu sebuah
DNA endonuklease. Saat protein pecah, DNAse bebas bermigrasi ke
nukleus dan memecahnya. Perubahan membran terjadi saat caspase 3 memecah
gelsolin, suatu protein yang terlibat dalam pemeliharaan morfologi sel. Gelsolin
yang terpecahkan membelah filamen aktin di dalam sel. Caspase 3 juga
mengaktivasi kinase yang disebut p21-activated kinase 2 (PAK 2) melalui

12
proteolisis. PAK 2 termasuk protein yang dibutuhkan dalam membentuk
apoptotic body.

Selama apoptosis mitokondria mengalami perubahan yang disebabkan oleh:

a. Gangguan oksidasi-fosforilasi dan transport elektron karena radiasi dan


adanya second messenger tertentu seperti ceramide.

b. Perubahan dalam potensial redoks sel dan turunan Reactive Oxygen Species
(ROS)

c. Kerusakan DNA

Kerusakan DNA memacu ekspresi protein yang dikenal sebagai p53. protein
ini menyebabkan penghambatan pembelahan sel atau apoptosis, dimana
keduanya akan menjaga sel dari menjadi sel tumor. Oleh karena itu gen p53
adalah gen tumor suppressor.

d. Peningkat anion Ca2+ intraseluler melalui tranduksi signal (Kumar; Cotran &
Robbins, 2007).

4. Tahap Fagositosis

Sel yang terfragmentasi menjadi apoptoticbody


mengeluarkan signal“eat me” yang dikenali oleh
fagosit. Ada 2 macam fagosit, yaitu:

• Fagosit professional, contohnya sel makrofag.

• Fagosit semi profesional, sel tetangga dari sel yang


mengalami apoptosis. Adanya sel-sel fagosit ini dapat
menjamin tidak timbulnya respon inflamasi setelah
terjadinya apoptosis.

Gambar 5. Tahap Fagositosis

13
Sel fagosit juga harus dihilangkan setelah aktif bekerja. Sel imun aktif
mulai mengekspresikan Fas beberapa hari setelah aktivasi, mentargetkannya
untuk eliminasi. Beberapa sel yang stress dapat mengekspresikan Fas dan FasL
lalu digunakan untuk bunuh diri. Akan tetapi sebagian besar hanya dapat
mengekspresikan Fas, sedangkan Fas L diekspresikan terutama oleh sel T aktif.

Gambar 6. Proses/tahapan apoptosis.

2.3 Pengertian Nekrosis


Nekrosis merupakan salah satu pola dasar kematian sel. Nekrosis terjadi
setelah suplai darah hilang atau setelah terpajan toksin dan ditandai dengan
pembengkakan sel, denaturasi protein dan kerusakan organel.Hal ini dapat
menyebabkan disfungsi berat jaringan (Kumar; Cotran & Robbins, 2008).

Nekrosis adalah kematian sel dan kematian jaringan pada tubuh yang hidup.
Nekrosis dapat dikenali karena sel atau jaringan menunjukkan perubahan-perubahan
tertentu baik secara makroskopis maupun mikroskopis.Secara makroskopis jaringan
nekrotik akan tampak keruh (opaque), tidak cerah lagi, berwarna putih abu-abu.
Sedangkan secara mikroskopis, jaringan nekrotik seluruhnya berwarna kemerahan,
tidak mengambil zat warna hematoksilin, sering pucat (Pringgoutomo, 2002).

14
2.4 Mekanisme Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel akibat cedera (jejas) yang bersifat
irreversible. ketika sel tidak mampu untuk beradaptasi, sel tersebut akan
mengalami jejas atau cedera. Jejas tersebut dapatkembali dalam keadaan normal,
apabila penyebab jejas hilang (reversible).

Gambar 7. Nekrosis

Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut (Kumar; Cotran


&Robbins, 2007):
1. Deplesi ATP
ATP penting bagi setiap proses yang terjadi dalam sel, seperti
mempertahankan osmolaritas seluler, proses transport, sintesis protein,
dan jalur metabolik dasar. Hilangnya sintesis ATP menyebabkan penutupan segera
jalur homeostasis.
2. Deprivasi oksigen
Kekurangan oksigen mendasari patogenesis jejas sel pada iskemia.
3. Hilangnya homeostasis kalsium
Kalsium bebas sitosol normalnya dipertahankan oleh transpor kalsium yang
bergantung pada ATP. Iskemia atau toksin menyebabkan masuknya kalsium
ekstrasel diikuti pelepasan kalsium dari deposit intrasel. Peningkatan kalsium sitosol
akan mengaktivasi fosfolipase (pencetus kerusakan membran),

15
10 protease (katabolisator protein membran dan struktural), ATPase (mempercepat
deplesi ATP), dan endonuklease (pemecah materi genetik).

4. Defek permeabilitas membran plasma


Membran plasma dapat langsung dirusak oleh toksin bakteri, virus,komponen
komplemen, limfosit sitolitik, agen fisik maupun kimiawi.Perubahan permeabilitas
membran dapat juga disebabkan oleh hilangnyasintesis ATP atau aktivasi
fosfolipase yang dimediasi kalsium.

5. Kerusakan mitokondria
Peningkatan kalsium sitosol, stress oksidatif intrasel dan
produk pemecahan lipid menyebabkan pembentukan saluran membran mitokondriai
nterna dengan kemampuan konduksi yang tinggi. Pori nonselektif ini
memungkinkan gradien proton melintasi membran mitokondria sehingga mencegah
pembentukan ATP.
Nekrosis dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
1) Iskemia
Terjadi akibat anoksia (hambatan total pasokan oksigen) atau hipoksiaseluler
(kekurangan oksigen pada sel). Dapat disebakan oleh berbagai hal seperti
berikut ini:
a) Obstruksi aliran darah
b) Anemia (eritrosit pembawa oksigen berkurang jumlahnya)
c) Keracunan karbon monoksida
d) Penurunan perfusi jaringan dari darah yang kaya oksigene.
e) Oksigenasi darah yang buruk, sebagai akibat penyakit paru, obstruksisaluran
nafas, konsentrasi oksigen udara yang rendah.
2) Agen biologi

Toksin bakteri dapat mengakibatkan kerusakan dinding pembuluh darah


dan trombosis. Toksin biasanya berasal dari bakteri yang virulensinya
tinggi baik endogen maupun eksogen. Virus dan parasit juga dapat mengeluakn
16
berbagai enzimdan toksin yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi jaringan dan menyebabkan nekrosis.

3) Agen kimia
Natrium dan glukosa merupakan zat kimia yang berada dalam tubuh. Namun
ketika konsentrasinya tinggi dapat menimbulkan nekrosis akibat gangguan
keseimbangan osmotik sel. Beberapa zat tertentu dapat pulamenimbulkan nekrosis
ketika konsentrasinya rendah. Respon jaringan terhadap zat kimia berbeda.
Misalnya, sel epitel pada tubulus ginjal dan sel beta pada pulau Langerhans mudah
rusak oleh alloxan. Gas yang digunakan pada perang seperti mustarddapat merusak
jaringan paru, gas kloroform dapat merusak parenkim hati serta masih banyak lagi.
4) Agen fisik
Trauma, suhu yang ekstrim (panas maupun dingin), tenaga listrik, cahaya
matahari, dan radiasi dapat menimbulkan kerusakan inti sehinggamenyebabkan
nekrosis.

5) Hipersensitivitas

Hipersensitivitas (kerentanan) pada seorang individu berbeda-


beda.Kerentanan ini dapat timbul secara genetik maupun didapat (acquired)
dan menimbulkan reaksi imunologik kemudian berakhir pada nekrosis. Sebagai
contoh, seseorang yang hipersensitif terhadap obat sulfat ketika mengonsumsi
obat sulfat dapat timbul nekrosis pada epitel tubulus ginjal (Pringgoutomo,
2002).

2.5 Perbedaan antara Apoptosis dan Nekrosis


Proses apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis merupakan kematian sel
yang terjadi pada organisme hidup yang dapat disebabkan oleh infeksi atau terluka
akut. Pada nekrosis terjadi perubahan pada inti yang pada akhirnya dapat
menyebabkan inti menjadi lisis dan membran plasma menjadi pecah.

17
Gambar 8. Gambar Perbedaan apoptosis dan nekrosis

Tabel 1. Perbedaan apoptosis dengan nekrosis:

Gambaran Apoptosis Nekrosis


Penyebab Fisiologi dan patologi patologi
Keterlibatan Satu sel Sekelompok sel
Proses Biokimia Energi oleh DNA homeostasis
Keutuhan sel membrane Diperbaiki Lisis
Morfologi Sel mengkerut dan pecah Hilang
Proses peradangan Tidak ada Sering
Proses kematian sel Difagositosis sel Diserap oleh netrofil
tetangganya dan makrofag

2.6 Contoh Apoptosis dan Nekrosis


1) Contoh apoptosis
a) Pembentukan tapak kaki katak dan mamalia

18
Pada mencit, manusia , dan mamalia lain, juga burung , wilayah embrionik yang
berkembang menjadi kaki atau tangan, pada awalnya memiliki struktur padat seperti
lempenga. Apotosis menyingkirkan sel-sel di wilayah anatarjari, sehingga membentuk
jari (digit). Apoptosis sel bermula pada tepi setiap wilayah anatarjari memuncak seiring
berkembangnya jaringan di wilayah ini dan tidak lagi terlihat ketika jaringan antar jari
telah lenyap (Campbell, 2008).

Gambar 9. Apoptosis

2) Contoh Nekrosis
a. Nekrosis Kaseosa

Nekrosis kaseosa (sentral) merupakan bentuk campuran dari nekrosis koagulatif dan
likuefaktif, yang makroskopik teraba lunak kenyal seperti keju, maka dari itu disebut
nekrosis perkejuan. Infeksi bakteri tuberkulosis dapat menimbulkan nekr-osis jenis ini.
Gambaran makroskopis putih, seperti keju didaerah nekrotik sentral. Gambaran
mikroskopis, jaringan nekrotik tersusun atas debrisgranular amorf, tanpa struktur
terlingkupi dalam cincin inflamasi granulomatosa, arsitektur jaringan seluruhnya
terobliterasi (tertutup) (Kumar;Cotran & Robbins, 2007)

19
Gambar 10.
Nekrosis Kaseosa

b. Nekrosis koagulatif

Terjadi akibat hilangnya secara mendadak fungsi sel yang disebabkan oleh
hambatan kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik hidrolitik jugadihambat
sehingga tidak terjadi penghancuran sel (proses autolisis minimal). Akibatnya struktur
jaringan yang mati masih dipertahankan, terutama pada tahap awal.Terjadi pada
nekrosis iskemik akibat putusnya perbekalan darah. Daerahyang terkena menjadi padat,
pucat dikelilingi oleh daerah yang hemoragik.Mikroskopik tampak inti-inti yang
piknotik. Sesudah beberapa hari sisa-sisainti menghilang, sitoplasma tampak berbutir,
berwarna merah tua. Sampai beberapa minggu rangka sel masih dapat dilihat
(Pringgoutomo, 2002).Contoh utama pada nekrosis koagulatif adalah infark ginjal
dengankeadaan sel yang tidak berinti, terkoagulasi dan asidofilik menetap
sampai beberapa minggu (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

Gambar 11. Nekrosis Koagulatif

20
2.7 Gen yang berperan dalam apoptosis dan nekrosis
Diawali dari penelitian pada nematoda C. elegans. Gen yang berperan untuk
menginduksi apoptosis yaitu ced-3 dan ced-4. Gen berfungsi untuk kematian sel.
Bila gen inaktif karena mutasi maka kematian sel gagal.
Gen yang menghambat apoptosis: ced-9. Apoptosis diatur melalui keseimbangan
antara gen spesifik yang menyebabkan apoptosis dan yang menghambat apoptosis
Gen apoptosis pada mamalia yaitu ced-9 = bcl-2. Ced-9 = bcl-2 ini
merupakan onkogen penyebab kanker. Bcl-2 menghambat apoptosis bila produksi
berlebihan oleh karena:
a) Radiasi
b) Obatsitotoksik
c) Signal apoptosis (c_myc)
d) Protein virus spesifik yang analog dengan bcl-2
Ced-3 = famili protease: caspase
1. Berpasangan dengan caspase 8 dan 10 (aktivasi), melalui domain efektor
kematian menjadi kompleks fas-reseptor
2. Pasangan mengaktivasi caspas cascade menjadi aktivasi caspase 3,6,7 (efektor)
3. caspase 1,4,5 (inflamasi) > prosesing sitokin
4. caspase 2,9 bertanggung jawab terhadap signal mitokondria pada proses
apoptosis
Ced-4 : apoptosis protease activating group-1 (apaf-1)
Pada regulasi caspase/ apaf berfungsi mengaktivasi kematian sel melalui pelepasan
citochrom-c dari mitokondria ceramid: mediator signal apoptosis modulasi kemampuan
sel untuk apoptosis (Kumar; Cotran & Robbins, 2007).

21
BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan

Adapun simpulan dari makalah ini antara lain :

1. Apoptosis adalah bentuk kematian sel yang terpogram (programmed cell death)
yang dapat terjadi secara fisiologis maupun patologis
2. Mekanisme apoptosis sangat kompleks danrumit. Secara garis besarnya apoptosis
dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:
a. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis) atau Signal Penginduksi
Apoptosis
b. Regulator Molekuler dari Apoptosis
c. Tahap Pelaksanaan Apoptosis
d. Tahap Fagositosis
3. Nekrosis merupakan salah satu pola dasar kematian sel. Nekrosis terjadi setelah
suplai darah hilang atau setelah terpajan toksin dan ditandai dengan pembengkakan
sel, denaturasi protein dan kerusakan organel
4. Mekanisme cedera secara biokimia adalah sebagai berikut
a. Deplesi ATP
b. Deprivasi oksigen
c. Hilangnya homeostasis kalsium
d. Defek permeabilitas membran plasma
5. Contoh apoptosis dalam kehidupan yaitu pembentukan tapak kaki katak dan
mamalia sedangkan contoh nekrosis adalah nekrosis kaseosa.
6. Gen yang berperan untuk menginduksi apoptosis yaitu ced-3 dan ced-4. Gen
berfungsi untuk kematian sel. Bila gen inaktif karena mutasi maka kematian sel
gagal. Gen yang menghambat apoptosis: ced-9. Gen apoptosis pada mamalia yaitu
ced-9 = bcl-2. Ced-9 = bcl-2 ini merupakan onkogen penyebab kanker. Bcl-2
menghambat apoptosis bila produksi berlebihan

22
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu diharapkan pembaca dapat menambah wawasan
dari berbagai sumber lain dan kepada dosen pengampu semoga dapat mengoreksi
semua kesalahan dalam penyusunan makalah ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A., dan J. B. Reece. 2008. Biologi Edisi ke 8 Jilid 1. (diterjemahkan dari :
Biology Eighth Edition, penerjemah : D.T. Wulandari). Penerbit Erlangga.
Jakarta. 486 hal. DeVita,V., Rosenberg, S. 2005. Cancer Principal & Practice of
Oncology Book 1, 7thEd. Lippincott Williams and Wilkins: 95 – 102

Kumar,V., Abbas, A.K., Fausto, N., Neoplasia. 2005. In: Robbins and Cotran Pathology
Basis of Disease. 7th Ed. Philadelphia. Elsevier Saunders:1041- 1042.

Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins S.L. 2008. Buku Ajar Patologi. Edisi 7; ali Bahasa,
Brahm U, Pendt ;editor Bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto, Nurwany
Darmaniah, Nanda Wulandari.-ed.7-Jakarta: EGC.

Lumongga, F. 2008. Apoptosis. Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran


Universitas Sumatera Utara Medan. Medan: USU Repository.

McKusick, V.A. 2000. On-line Mendelian inheritance in man (OMIM) National Center for
Biotechnology Information. Nat Inst of Health. Bethesda.

Prionggo,S.2002. Patologi I Edisi Ke-1. Jakarta : Sagung Seto.

24

Anda mungkin juga menyukai