PADA FORKLIFT
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Nama : Yohanes Boedianto
NIM : 025214002
FINAL PROJECT
By :
Name : Yohanes Boedianto
NIM : 025214002
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini tidak terdapat karya
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Penulis
Yohanes Boedianto
Karya ini kupersembahkan untuk :
bahan, material, hasil, atau unit produksi dari suatu tahapan produksi ke tahapan
yang lainnya ataupun dari suatu departemen menuju departemen lainnya. Forklift
Material yang akan diangkat oleh forklift ini dibatasi sampai pada berat
Dalam sistem pengangkat pada forklift ini digunakan motor listrik yang
memberi suplai berupa putaran dan torsi kepada pompa roda gigi dan kemudian
menghasilkan debit dan tekanan fluida yang dialirkan melalui selang hidrolik
menuju silinder pengangkat maupun silinder miring. Debit dan tekanan fluida
pada silinder angkat menghasilkan dorongan terhadap piston dan batang silinder
angkat sehingga mampu mendorong fork beserta bebannya sepanjang rel sampai
operator.
ABSTRACT
the supporting systems is a vehicle that can be used to move or lift materials,
products or production units from one production stage to another or from one
must be designed in such a way that it can hold a maximum load capacity.
This forklift design system use an electric motor to give supply such as
wheel and torsion to gear pump that produce fluid rate of flow and pressure that
flow and pressure on the lift-cylinder push piston and lift-cylinder body so it can
push the fork and its load along the track until some degree of height. On tilt-
cylinder it push piston and tilt-cylinder body so can use to push fork and its load
Dengan segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya yang besar, sehingga penulis
Pengangkat pada Forklift” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kepada dosen serta rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
1. Romo Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan
2. Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin
ini. Dan juga nasihat-nasihat agar menjadi lulusan yang memiliki nilai sumber
4. Bapak Ir. Rines Alapan, M.T. dan Bapak Doddy Purwadianto, S.T., M.T.,
Sanata Dharma.
6. Papa Hendry Boedianto dan Mama Suryana Astrodiarjo tercinta, terima kasih
buat kasih sayang, dukungan dan doa-doanya selama saya mulai kuliah
7. Papa Anto Sulistyo dan Mama Sharlota Soik tercinta, terima kasih buat
8. Keluarga Besar Liem Bing Lie, terima kasih buat support dana selama masa
kuliah saya. Kiranya Tuhan memberkati kehidupan Anda dan damai sejahtera
9. My heart, Merlyana Soik, S.T, terima kasih sudah banyak mendukung dan
berdoa buat saya saat saya mengalami saat-saat yang susah. Terima kasih
sudah banyak membagi hidup bersama saya. Terima kasih buat cinta dan
10. Adik-adikku semua (Chandra, Meme, Icha, Putri dan Fredy, Siong, Siana).
11. GBI Generasi Baru, tempat di mana saya bertumbuh dan mendapatkan nutrisi
12. History Maker (Bang Sam, Eros, Epen, Edy dan Maraden), rumah dan
13. Chronicles (Bang Punto, Ita, Nancy, Joyce, Butet, Lia, Awing, Eros, Bayu,
Echi, Titik), terima kasih buat dukungan doa kalian. Ayo terus kejar
dalam kehidupan kalian. Saya bangga memiliki saudara seperti kalian. I love
you all.
14. Para punggawa zona 2 (Bang Eko, Bu Semi, Bang Punto, Mas Hendro, Mbak
15. Eks ViJ (Bang Natar, Okto, Liawati, Kak Raul, Robby, Edy Guntank, Samuel,
16. Semua teman-teman TM, terima kasih buat semua bantuannya. Sampai jumpa
17. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Tugas Akhir ini, penulis memohon kritik dan saran yang membangun. Penulis
memiliki harapan yang sangat besar, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat
Penulis
Yohanes Boedianto
DAFTAR ISI
INTISARI ..................................................................................................................viii
ABSTRACT ................................................................................................................ix
xiii
1.5. Pembatasan Masalah .................................................................................... 16
xiv
2.2.3 Sistem Hidrolik Angkat (Lift) dan Miring (Tilt) ................................. 67
xv
BAB IV. KESIMPULAN DAN PENUTUP............................................................ 123
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.6. Bentuk dan Konstruksi Forklift Tipe Linde R20 ............................. 10
xvii
Gambar 2.12. Posisi Roller pada Rel .................................................................... 45
Gambar 2.19. Mekanisme Kerja Sistem Hidrolik Angkat dan Miring ................. 68
Gambar 2.29. FOS pada fork dan kait dengan pembebanan terpusat ................. 104
Gambar 2.30. STRESS pada fork dan kait dengan pembebanan terpusat .......... 105
Gambar 2.31. FOS pada fork dan kait dengan pembebanan merata................... 105
Gambar 2.32. STRESS pada fork dan kait dengan pembebanan merata ............ 106
Gambar 2.33. FOS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban terpusat..... 107
xviii
Gambar 2.34. STRESS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban terpusat108
Gambar 2.35. FOS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban merata....... 108
Gambar 2.36. STRESS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban merata 109
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel L.1. Baja karbon konstruksi mesin dan baja batang yang difinis dingin
Tabel L.12. Tegangan lentur yang diizinkan pada bahan roda gigi
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
semakin maju ini secara otomatis mendorong laju produksi menjadi semakin
besar pula. Hal tersebut juga sejalan dengan permintaan pasar terhadap hasil
dari suatu tahapan produksi ke tahapan yang lainnya ataupun dari suatu
Hal ini tentu saja mempengaruhi jumlah nilai nominal (uang) yang mampu
kita tekan atau minimalisir untuk melakukan proses produksi yang kurang
efisien.
1
2
forklift dalam dunia industri menjadi demikian penting dan signifikan untuk
1. 2. Definisi Forklift
powered industrial truck seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.1 adalah:
untuk :
yang terbagi atas badan (truck-body) serta peralatan kerja (work equipment)
a.) b.)
a.) b.)
1. 3. Jenis-jenis Forklift
Forklift ini menggunakan jenis bahan bakar gas / LPG (Liquid Petrolium
Forklift ini menggunakan jenis motor arus searah (DC) atau arus bolak-
balik (AC).
dipindahkan. Hal ini seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1.4 , yaitu
sebagai berikut :
4) Klem keranjang
5) Garpu pembalik
1) Sekop pengaduk
2) Sekop gravitasi
7
8
ada beberapa macam bentuk fork yang digunakan seperti yang diperlihatkan
a. Long forkbar
b. Sleeved forks
c. Long forkbar
e. Tappered forks
(a) Long forkbar (b) Sleeved forks (c) High load backrest
1. 4. Dimensi Forklift
dimensinya saja yang berbeda. Berikut dapat dilihat konstruksi forklift yang
termasuk dalam powered industrial trucks kelas II yaitu forklift dengan tipe
‘Reach Type Outrigger’ dan sistem penggerak berupa electric motor rider
kotak ataupun material lain dengan pallet dan dipasang pada tiang (mast)
umum dari dimensi forklift diperlihatkan pada Gambar 1.7 dan Gambar 1.8.
umum dipergunakan.
12
1. Gradeability
4. Free lift
Jarak dari permukaan tanah (ground) ke garpu dengan rel /tiang (mast)
5. Load center
Jarak dari titik pusat beban ke garpu bagian depan ketika diberi beban
maksimum.
pada saat garpu dinaikkan maksimum. Tiang / rel harus dalam keadaan
7. Maximum load
maupun ke belakang.
maksimum.
Lebar minimum dari jalan (gang) ketika forklift masih dapat berbelok.
Tinggi total yang diukur dari permukaan tanah atau lantai ke bagian atas
dengan posisi tiang tegak lurus dan garpu terletak di permukaan tanah.
14
Ukuran panjang diukur dari ujung garpu paling depan ke bagian paling
Ukuran lebar yang diukur dari bagian forklift yang paling menonjol dari
kedua sisinya.
Ukuran berat total dari forklift tetapi tidak termasuk operator. Untuk
18. Tread
Jarak tengah antara ban kiri dan kanan. Jika tread semakin pendek lebar
keseimbangannya.
Jarak mendatar / horizontal dari titik pusat poros depan (front axle) ke
titik pusat poros belakang (rear axle). Apabila wheel base semakin
(a) Gradeability (b) Free lift (c) Load center (d) Maximum (e) Maximum
lifting height load
(f) Minimum under (g) Maximum turning (h) Minimum intersecting (i) Overall height
clearance radius aisle
(j) Overall length (k) Overall width (l) Tread (m) Service weight (n) Wheel base
1. 5. Pembatasan Masalah
akan bertitik berat pada beberapa hal. Selain dari hal tersebut, tidak akan
dibahas secara lengkap. Hal- hal yang menjadi titik berat dalam Tugas Akhir
ini adalah :
sistem hidrolik.
maksimum 2 ton.
1. 6. Prosedur Perancangan
berikut :
sistem hidrolik untuk miring (tilt). Dalam hal ini juga meliputi
perhitungan manual.
operator ataupun bagi orang lain yang berada dalam lingkup kerja
forklift yang dapat diganti menurut kebutuhan kerja serta jenis dari beban
yang akan diangkat. Fungsi fork adalah sebagai dudukan dari beban atau
materi yang akan diangkat, yang dapat berupa kotak atau pallet. Dalam
Bahan fork dipilih menggunakan Tabel L.1 dan L.12 pada lampiran,
Bahan fork = S 35 C
Jumlah fork =2
18
19
1
F= × Q ....................................................................................... (2.1)
2
1
F= × 2000 = 1000 kg
2
keamanan dari suatu bagian mesin. Angka keamanan yang diambil Sf = 1,5.
persamaan 2.2.
Ff = Sf × F ..................................................................................... (2.2)
Penampang A-B seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 akan mengalami
Ff
σb = .................................................................................... (2.3)
A
A = a × b .................................................................................. (2.4)
20
Ff
σb =
a×b
Sehingga:
1500 33,33
σb = = kg/mm²
45 × b b
pada fork seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3
ro = ri + a ........................................................................... (2.5)
ro = 20 + 45 = 65 mm
a
r= ......................................................................... (2.6)
⎛ ro ⎞
ln⎜ ⎟
⎝ ri ⎠
22
45
r= = 38,18 mm
⎛ 65 ⎞
ln⎜ ⎟
⎝ 20 ⎠
a
r = ri + ........................................................................... (2.7)
2
45
r = 20 + = 42,5 mm
2
d. Jarak dari sumbu titik berat ke sumbu netral (e) ditentukan oleh
e = r − r ............................................................................. (2.8)
e. Jarak dari sumbu netral ke serat luar (Co) ditentukan oleh persamaan
1
Co = e + × a ................................................................... (2.9)
2
1
Co = 4,32 + × 45 = 26,82 mm
2
1
Ci = × a − e .................................................................... (2.10)
2
1
Ci = × 45 − 4,32 = 18,18 mm
2
23
Momen lengkung yang terjadi pada fork dapat ditentukan dengan oleh
persamaan 2.11
M × Ci
Pada titik A σ aA = ............................................ (2.12)
A × e × ri
M × Co
Pada titik B σ aB = ........................................... (2.13)
A × e × ro
pada batang fork harus lebih kecil daripada kekuatan tarik bahan
sebagai berikut :
σB ≥ σmaks
3667,79
52 ≥
b
b ≥ 70,53 mm
M
σa = .................................................................................. (2.16)
z
b × a2
z= ................................................................................ (2.17)
6
sehingga :
100 × 45 2
z= = 33750 mm³
6
25
777270
σa = = 23,03 kg/mm²
33750
1500
σb = = 0,33 kg/mm²
45 × 100
σa ≥ σresult
26 ≥ 23,36
tegangan yang terjadi pada batang fork, sehingga fork aman untuk
digunakan.
Bahan kait fork dipilih sama dengan bahan fork yang dipilih
Analisis gaya-gaya yang terjadi pada kait fork seperti diperlihatkan pada
Gaya horizontal :
∑MB = 0
1000 × 545
FAH = = 1238,64 kg
440
∑F = 0
FAH − FBH = 0
FBH = 1238,64 kg
Gaya vertikal :
FAV = F = 1000 kg
FBV = 0
27
akan dianalisis adalah kait A saja. Berikut adalah perhitungan kait A dengan
Karena ∑ FX = 0 , maka FAH’ pada Gambar 2.5 besarnya sama dengan FAH
Penampang X-X’
Kait secara langsung menerima gaya beban dari fingerboard dengan harga
seperti yang telah dihitung di atas, dengan ketentuan beban berada di tengah
halaman 52).
⎛ 25 ⎞
M H = FAH × ⎜15 + ⎟
⎝ 2 ⎠
⎛ 25 ⎞
M H = 1238,64 × ⎜15 + ⎟ = 34062,60 kg.mm
⎝ 2 ⎠
28
⎛ 25 ⎞
M V = FAV × ⎜ ⎟
⎝ 2 ⎠
⎛ 25 ⎞
M V = 1000 × ⎜ ⎟ = 12500 kg.mm
⎝ 2 ⎠
M result = M V + M H
1
I= × b × h 3 ......................................................................... (2.19)
12
h = tebal kait = 25 mm
Sehingga :
1
I= × 100 × 25 3 = 130208,33 mm4
12
M result × C
σa = ...................................................................... (2.20)
I
1
Dengan : C= × 25 = 12,5 mm
2
46562,60 × 12,5
Sehingga : σa = = 4,47 kg/mm2
130208,33
FAH
σb =
A
Dengan : A = b×h
29
1238,64
Sehingga : σb = = 0,5 kg/mm2
100 × 25
A.,halaman 30).
3 × FAV
τ= ............................................................................. (2.22)
2× A
3 × 1000
τ= = 0,6 kg/mm2
2 × (25 × 100)
Tegangan maksimum total yang terjadi akibat tegangan tarik dan tegangan
Penampang Y-Y’
1
I= × 100 × 20 3 = 66666,67 mm4
12
1
Dengan : C= × 20 = 10 mm
2
46562,60 × 10
Sehingga : σa = = 6,98 kg/mm2
66666,67
σb = 0
σ total = σ b + σ a
3 × 1238,64
τ= = 0,93 kg/mm2
2 × (20 × 100 )
Tegangan maksimum total yang terjadi akibat tegangan tarik dan tegangan
σB
σb = ....................................................................................... (2.24)
Sf
45
σb = = 30 kg/mm2
1,5
terjadi pada kait fork, tepatnya pada kedua penampang yang dianalisa (X-X’
dan Y-Y’) harus lebih kecil daripada tegangan tarik bahan. Sehingga dapat
Tegangan yang terjadi pada penampang kait fork masih lebih kecil
dibanding dengan tegangan tarik izin bahan, sehingga kait fork aman untuk
dipergunakan.
2.1.2. Fingerboard
Bahan fingerboard dipilih berdasarkan Tabel L.1 dan L.12 pada lampiran,
Bahan fingerboard = S 25 C
tegangan paling besar. Momen yang terjadi pada penampang A-A’ adalah :
1. Momen puntir
Tebal fingerboard b = 20 mm
Sehingga :
1
C= × 100 = 50 mm
2
1
I= × 20 × 100 3 = 1666666,67 mm4
12
197000 × 50
σa = = 5,91 kg/mm2
1666666,67
M ×r
τ= ............................................................................... (2.25)
J
J = I x + I y .............................................................................. (2.26)
1
Ix = × b × h 3 ........................................................................ (2.26a)
12
33
1
Ix = × 20 × 100 3 = 1666666,67 mm4
12
1
Iy = × h × b 3 ........................................................................ (2.26b)
12
1
Iy = × 100 × 20 3 = 66666,67 mm4
12
Maka hasil dari persamaan 2.26a dan 2.26b jika dimasukkan ke dalam
100
Mp ×X 545000 ×
τx = = 2 = 15,72 kg/mm2
J 1733333,34
20
M p ×Y 545000 ×
τy = = 2 = 3,14 kg/mm2
J 1733333,34
F
τ= dengan A = b × h
A
1000
τ= = 0,5 kg/mm2
20 × 100
τ result = (τ y +τ ) +τ x
2 2
.......................................................... (2.27)
Tegangan normal yang terjadi ditentukan oleh persamaan 2.28 (Suroto, A.,
halaman 30).
σB 45
σb = = = 30
Sf 1,5
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa tegangan normal yang terjadi
pada fingerboard harus lebih kecil dari tegangan tarik izin bahan.
Didapatkan pula bahwa tegangan lentur yang terjadi pada fingerboard lebih
kecil dari tegangan lentur izin bahan, maka konstruksi aman dipergunakan.
material dari satu tempat pada ketinggian tertentu ke tempat lain dengan
ketinggian yang berbeda. Mast memiliki peranan yang sangat penting dalam
35
Pada tipe 2 tingkat ini juga ada beberapa macam. Perbedaan tersebut
biasanya terletak pada jumlah dan posisi silinder angkat atau silinder
miring, konstruksi rel luar dan rel dalam, jumlah rantai, disesuaikan
Sama halnya dengan tipe 2 tingkat, tipe 3 tingkat ini juga ada beberapa
silinder angkat atau silinder miring, konstruksi rel luar dan rel dalam,
rotasi membentuk sudut ayun ke depan dan belakang. Fungsi dari kolom
Komponen ini dapat bergerak bebas seiring dengan gerakan dari piston
3. Rantai (chain)
membawa beban.
momen yang lebih besar dibanding kolom dalam karena bagian ini
menerima beban dan kerja secara langsung. Konstruksi rel luar diperlihatkan
1. Titik berat rel dapat ditentukan oleh persamaan 2.29 dan 2.30
Sumbu X :
∑ x. A
xs = ............................................................................... (2.29)
∑A
137500
xs = = 25 mm
5500
Sumbu Y :
∑ y. A
ys = .............................................................................. (2.30)
∑A
453750
ys = = 82,5 mm
5500
39
Sumbu X :
2 2 2
I x = I 1 + A1 × y1 + I 2 + A2 × y 2 + I 3 + A3 × y 3 ..................... (2.31)
1
I1 = × 20 × 165 3 = 7486875 mm4
12
1
I2 = × (75 − 20 ) × 20 3 = 36666,67 mm4
12
1
I3 = × (75 − 20) × 20 3 = 36666,67 mm4
12
165
y1 = 82,5 − =0
2
20
y 2 = 82,5 − = 72,5 mm
2
20
y 3 = 82,5 − = 72,5 mm
2
Sehingga :
Sumbu Y :
2 2 2
I y = I 1 + A1 × x1 + I 2 + A2 × x 2 + I 3 + A3 × x3 ..................... (2.32)
1
I1 = × 165 × 20 3 = 110000 mm4
12
40
1
× 20 × (75 − 20) = 277291,67 mm4
3
I2 =
12
1
× 20 × (75 − 20) = 277291,67 mm4
3
I3 =
12
20
x1 = 25 − = 15 mm
2
55
x 2 = 20 + − 25 = 22,5 mm
2
55
x3 = 20 + − 25 = 22,5 mm
2
Sehingga :
Bahan rel dipilih menggunakan Tabel L.12 pada lampiran, dengan data
Bahan rel = S 35 C
maksimum.
Momen yang terjadi pada rel luar dengan posisi rel seperti yang
F f = 1500 kg
Karena pada forklift tipe Linde R20 mast tidak mengalami posisi miring,
maka dapat diketahui momen maksimum yang terjadi pada rel yaitu :
M max × y s
σa =
Ix
1095000 × 82,5
Sehingga : σ a = = 4,72 kg/mm2
19123958,34
42
terjadi pada rel harus lebih kecil daripada tegangan lentur izin bahan,
sehingga :
σa ≤ σA
4,72 ≤ 26
Diketahui bahwa tegangan lentur yang terjadi pada rel masih lebih kecil
daripada tegangan lentur izin bahan, maka rel hasil perancangan aman
untuk digunakan.
Lk
λ= ..................................................................................... (2.33)
i
Dengan : Lk = n × L
I
i= ..................................................................................... (2.34)
A
λ = koefisien kerampingan
n = faktor pemasangan
Sehingga :
19123958,34
i= = 58,97 mm
5500
43
2 × 4655
λ= = 157,88
58,97
157,88 ≥ 100
dipergunakan.
Roller ini terletak pada rel luar serta pada fingerboard. Fungsinya
adalah untuk memperkecil gesekan antara rel luar dengan rel dalam serta rel
dengan fingerboard. Roller yang dipergunakan ada 8 buah. Posisi roller pada
rel luar dan fingerboard dapat diperhatikan pada Gambar 2.11 dan 2.12.
∑MA = 0
RB × 350 − F × 730 = 0
F × 730
RB =
350
1500 × 730
RB = = 3128,57 kg (→)
350
R A = R B = 3128,57 kg (←)
∑MA = 0
F × 730. cos 2°
RB =
350
R A = R B = 3126,67 kg (←)
∑MA = 0
F × 730. cos 4°
RB =
350
R A = R B = 3120,95 kg (←)
45
∑MC = 0
R D × 350 − F × 730 = 0
F × 730
RD =
350
1500 × 730
RD = = 3128,57 kg (←)
350
RC = RD = 3128,57 kg (→)
∑MC = 0
F × 730. cos 2°
RD =
350
RC = RD = 3126,67 kg (←)
∑MC = 0
F × 730. cos 4°
RD =
350
RC = RD = 3120,95 kg (←)
terjadi di titik C dengan posisi fork tegak lurus dengan rel. RC = 3128,57 kg.
3. Pemilihan roller
Dari hasil perhitungan gaya reaksi roller, maka dapat dipilih jenis roller
Diameter dalam d = 35 mm
Diameter luar D = 80 mm
π × D×n
v= ................................................................................. (2.35)
60
60 × v
n=
π ×D
47
60 × 600
n= = 143,24 rpm
π × 80
Kecepatan roller pada rel dan fingerboard adalah setengah kalinya dari
143,24
n= = 71,62 rpm
2
3
⎛ 33,3 ⎞ 10
fn = ⎜ ⎟ ................................................................................ (2.36)
⎝ n ⎠
3
⎛ 33,3 ⎞ 10
fn = ⎜ ⎟ = 0,79
⎝ 71,62 ⎠
Faktor umur ditentukan oleh persamaan 2.37 (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
C
fh = fn × ................................................................................... (2.37)
P
Sehingga :
3850
f h = 0,79 × = 0,97
3128,57
10
Lh = 500 × f h 3 .............................................................................. (2.38)
10
4. Poros roller
Bahan poros = S 25 C
Tegangan lentur yang terjadi pada poros roller akibat beban ditentukan oleh
10,2 × M s
σa = 3
............................................................................. (2.39)
ds
10,2 × 46928,55
σa = = 11,16 kg/mm²
35 3
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa tegangan lentur yang terjadi
pada poros harus lebih kecil daripada tegangan lentur izin bahan.
49
σa ≤ σA
11,16 ≤ 21
Didapatkan bahwa tegangan lentur yang terjadi masih lebih kecil dibanding
tegangan lentur izin bahan, maka poros roller ini aman untuk dipergunakan.
Rantai pada unit mast ini pada satu sisi terikat dengan fingerboard
dan pada sisi yang lain terpasang pada penghubung rel luar (outer mast).
kekuatan yang besar sehingga mampu untuk meneruskan daya yang besar
Di sisi lain, rantai juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain tidak
Rantai yang dipakai adalah rantai dengan model roller chains. Rantai
adalah 600 mm/s dengan kecepatan rantai setengah dari kecepatan angkat
maksimum, yaitu 300 mm/s, sehingga penggunaan dan pemilihan rantai rol
telah tepat serta memenuhi persyaratan. Beban tarik yang dialami oleh rantai
Sehingga :
3320
F1rantai = = 1660 kg
2
Berdasarkan Tabel L.3 maka dipilih Rantai No. #60-3 dengan beban
oleh pengaruh gaya sentrifugal pada rantai. Besarnya beban ini ditentukan
FC = m × v 2 .................................................................................... (2.41)
Sehingga :
FC = 0,04 kg
Oleh karena gaya sentrifugal yang dihasilkan memiliki harga yang relative
π
a. Pena A1 = × D2
4
π
Sehingga : A1 = × 5,96 2 = 27,9 mm²
4
π
b. Rol A2 = × R2
4
π
Sehingga : A2 = × 11,912 = 111,41 mm²
4
A4 = T × (h − D )
Tegangan yang terjadi pada tiap-tiap bagian rantai adalah sebagai berikut :
a. Pena
1660
Tegangan geser τ= = 59,5 kg/mm²
27,9
Ma
Tegangan lentur σa = ................................................... (2.42)
Wa
52
π
Wa = momen tahanan terhadap lentur (mm³) = × D3
32
1660 × 2,4
σa = = 191,68 kg/mm²
π
× 5,96 3
32
σ b = σ a 2 + 3τ 2
b. Rol
1660
Tegangan geser τ= = 14,9 kg/mm²
111,41
1660 × 2,4
σa = = 24,02 kg/mm²
π
× 11,91 3
32
160
Tegangan tarik untuk A3 σ b = = 57 kg/mm²
29,14
1660
Tegangan tarik untuk A4 σ b = = 71,74 kg/mm²
23,14
Batas kekuatan dari rantai yang telah dipilih adalah σ B = 9600 kg/mm²
σmax ≤ σB
2176,3 ≤ 9600
Wb = F1rantai = 1660 kg
Bahan baut pengikat rantai dipilih dari tabel L.4 pada lampiran.
σB
σa = ........................................................................................ (2.43)
Sf
54
30
σa = = 4,29 kg/mm²
7
Diameter inti baut ditentukan oleh persamaan 2.44 (Sularso dan Kiyokatsu
4 × Wb
db ≥ ...................................................................... (2.44)
π × σ a × 0,64
4 × 1660
db ≥
π × 4,29 × 0,64
d b ≥ 27,74 mm
Wb
≤ σ a ......................................................................... (2.45)
π 2
× 0,8 × d b
4
1660
≤ 4,29
π
× 0,8 × 26,2112
4
3,85 ≤ 4,29
Tegangan lentur yang dialami baut lebih kecil dibanding tegangan lentur
izin dari bahan, sehingga baut yang dipilih aman untuk dipergunakan.
3. Perhitungan mur
σB 30
σa = = = 4,29 kg/mm²
Sf 7
Tegangan geser izin ditentukan oleh persamaan 2.46 (Sularso dan Kiyokatsu
Tekanan permukaan izin dapat dilihat pada Tabel L.6 pada lampiran.
q a = 1,5 kg/mm²
Dari tabel L.5 pada lampiran, maka dapat diketahui dimensi mur M30
sebagai berikut :
Jumlah ulir mur ditentukan oleh persamaan 2.47 (Sularso dan Kiyokatsu
Wb
Z≥ ....................................................................... (2.47)
π × D2 × h × q a
1660
Z≥
π × 27,727 × 1,894 × 1,5
Tinggi mur ditentukan oleh persamaan 2.48 (Sularso dan Kiyokatsu Suga,
H ≥ Z × P ...................................................................................... (2.48)
H ≥ 7 × 3,5
H ≥ 24,5
Persyaratan yang harus dipenuhi adalah bahwa tinggi mur adalah antara 0,8
sampai dengan 1 kali diameter mur (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997,
halaman 297).
H ≥ (0,8 − 1)D
H ≥ (0,8 − 1)30
H 30
Maka jumlah ulir mur koreksi adalah : Z'= = = 8,57
P 3,5
Tegangan geser akar ulir baut ditentukan oleh persamaan 2.49 (Sularso dan
Wb
τb = ................................................................. (2.49)
π × D1 × k × P × Z
Sehingga :
1660
τb = = 0,8 kg/mm²
π × 26,211 × 0,84 × 3 × 8,57
Tegangan geser akar ulir mur ditentukan oleh persamaan 2.50 (Sularso dan
Wb
τn = .................................................................. (2.50)
π ×D× j×P×Z
Sehingga :
1660
τn = = 0,78 kg/mm²
π × 30 × 0,75 × 3 × 8,57
Didapatkan bahwa tegangan geser baut maupun tegangan geser mur lebih
kecil daripada tegangan geser izin bahan, sehingga baut dan mur aman untuk
dipergunakan.
dalam mesin dengan menggunakan media zat cair atau fluida. Forklift ini
hidrolik adalah :
1. Pemindahan gaya dan daya yang besar. Suku cadang hidrolik adalah
mudah.
nilai tertentu menjadi nilai yang lain, yaitu dengan cara mengatur debit
hidolik adalah :
pompa berada pada tekanan statis. Tipe-tipe dari pompa ini adalah :
Pompa ini terdiri dari dua roda gigi dengan roda gigi pertama diputar
dari luar dan kemudian akan memutar roda gigi yang kedua. Dengan
naik dari tangki oli (reservoir) menuju pompa. Beberapa jenis pompa
2. Vane pump
3. Piston pump
mekanis yang bergerak lurus ataupun berputar. Yang bergerak lurus disebut
silinder hidrolik, dan untuk yang bergerak berputar disebut sebagai motor
hidrolik.
1. Silinder hidrolik
Silinder hidrolik ini terdiri dari sebuah silinder dan batang torak (piston)
silinder kerja tunggal (single acting) dan silinder kerja ganda (double
2. Motor hidrolik
dari pompa ke silinder, mengontrol tekanan dan kapasitas aliran fluida, dan
b. Directional valve
c. Shut-off valve
Katub yang bekerja pada dua kondisi yaitu terbuka dan tertutup.
d. Shuttle valve
tekanan.
Gambar 2.17.
sehingga tidak melebihi dari yang diinginkan. Cara kerja katub ini
fungsinya, yaitu :
Katub ini terletak pada hamper setiap sistem hidrolik serta terletak
adalah apabila tekanan fluida yang masuk ke dalam katub lebih besar
Gambar 2.18.
silinder ataupun dari silinder ke silinder lain. Katub ini akan mengatur
memiliki pengaruh yang krusial terhadap unjuk kerja serta kemantapan dari
peralatan hidrolik.
hidrolik, meredam suara bising dan getaran yang ditimbulkan oleh hentakan
adalah :
kemampuan tahan fluida untuk mengalir pada suhu tertentu yang sesuai
dengan kebutuhan.
lingkungan.
silinder.
Contohnya : emulsi minyak dalam air (1-10% minyak), emulsi dari air
3. Minyak sintetis
mudah terbakar.
daya dari mesin menjadi gaya angkat atau miring dengan menggunakan
diperhatikan pada Gambar 2.19. Tenaga penggerak dari mesin forklift akan
(reservoir) melalui control valve yaitu relief valve, lift valve, atau tilt valve.
mengalir menuju katub angkat (lift valve) dan selanjutnya menuju silinder
angkat (lift cylinder). Minyak hidrolik akan mengisi bagian bawah dari
menuju reservoir digunakan berat beban peralatan kerja itu sendiri. Untuk
menjaga agar gerak turun pada silinder angkat dapat berjalan dengan baik,
maka akan digunakan katub pengontrol turun (down control (safety) valve /
controlled exhaust). Katub ini berfungsi untuk mengontrol aliran fluida cair
yang keluar dari silinder angkat dengan cara mengalirkannya melalui lubang
setelah tuas perintah miring digeser, aliran minyak dapat mengalir menuju
68
karub miring (tilt valve). Cara kerja untuk fork miring ke atas dan ke bawah
dengan dibantu oleh safety valve. Sudut kemiringan pada fork bertujuan
dari tekanan kerja yang seharusnya, relief valve akan membatasi tekanan dan
Silinder ini merupakan tipe single acting yaitu silinder yang hanya
memiliki satu arah gerakan oleh tenaga dari pompa. Arah gerakan itu
Kapasitas beban adalah 2000 kg. pada saat akan mengangkat beban
kapasitas angkatnya. Hal tersebut juga karena adanya gaya gesek pada
silinder hidrolik dan puli rantai yang bekerja pada saat pengangkatan.
Berikut ini merupakan analisis gaya angkat untuk satu buah silinder. Dari
F = Fw + Fr .................................................................................. (2.51)
70
1
Fw = ×Q
2
Fr = 5% × Fw
1 1
F= × Q + 0,05 × × Q
2 2
1 1
F= × 2000 + 0,05 × × 2000 = 1050 kg
2 2
3
F'= ×F
2
3
F'= × 1050 = 1575 kg
2
memperhatikan jumlah tegangan rantai yang terpasang pada rol puli, tetapi
Gaya untuk mengangkat beban ke atas pada satu buah silinder angkat
Sehingga :
Silinder miring ini termasuk dalam tipe double acting yang mampu
bekerja pada dua arah, yaitu untuk miring ke depan (extending) dan miring
θ = 00
∑M A =0
− 350 × FT + 1180000 = 0
1180000
FT = = 3371,429 kg
350
0,21
tan θ =
127,79
73
0,21
θ = arc tan = 0,094 0
127,79
∑M A =0
− FT × cos 0,094° × 350 × cos 2° − FT × sin 0,094° × 350 × sin 2° + 2000 × 590 × cos 2° = 0
1179281,176
FT = = 3371,243 kg
349,806
8,77
tan θ =
164,02
74
8,77
θ = arc tan = 3,06 0
164,02
∑M A =0
− FT × cos 3,06° × 350 × cos 4° − FT × sin 3,06° × 350 × sin 4° + 2000 × 590 × cos 4° = 0
1177125,579
FT = = 3363,677 kg
349,952
mengalami beban tekan pada sumbu batangnya, sehingga akan terjadi efek
π3 ×E×I
F= 2
............................................................................... (2.53)
Lk × S f
π
I = momen inersia, untuk penampang lingkaran = × d 4 (mm 4 )
64
n = 1, untuk sendi-sendi
F × S f × n 2 × L2 × 64
d≥4 ........................................................... (2.54)
π3×E
32373 × 4 × 12 × 3000 2 × 64
d≥4
π 3 × 2,1 × 10 5
Lk
λ= ........................................................................................... (2.55)
i
I
i=
A
π ×d4 d
i= 64 = ....................................................................... (2.56)
π ×d2 2
4
Lk × 4
λ=
d
baja harus lebih besar sama dengan seratus (Niemann, Gustav, halaman 50).
76
Lk × 4
≥ 100
d
3000 × 4
≥ 100
60
200 ≥ 100
dan ke atas 4°. Gaya-gaya yang dialami oleh silinder miring diperoleh dari
Kedudukan fork
+ 40 00 − 20
menjadi perhatian adalah gaya yang terbesar. Dari hasil perhitungan gaya
saat kondisi miring, dapat disimpulkan bahwa gaya yang digunakan untuk
Jika perhitungan untuk satu buah silinder miring, gaya pada silinder
1
miring menjadi : F = × 3371,429 = 1685,715 kg (16539,591 N)
2
Posisi sendi-sendi n = 1
Sehingga :
16539,591 × 4 × 12 × 40 2 × 64
d≥4
π 3 × 2,1 × 10 5
d ≥ 5,679 mm
adalah harga koefisien kerampingan untuk baja harus lebih besar sama
dengan seratus.
Lk × 4
≥ 100
d
40 × 4
≥ 100
20
8 < 100
persamaan 2.57, 2.58 serta 2.59 berupa rumus Von Tetmayer (Suroto, A.,
halaman 39).
π
Fk = × d 2 × σ k ........................................................................ (2.58)
4
π
Fk = × 20 2 × 287,2 = 90226,54 N
4
Persyaratan rumus Von Tetmayer adalah gaya tekuk yang diizinkan harus
lebih besar daripada gaya yang terjadi pada batang, sehingga dapat
Fk
F'= ....................................................................................... (2.59)
Sf
79
90226,54
F'= = 22556,635 N >>> 16539,591 N
4
Gaya tekuk yang diizinkan lebih besar daripada gaya yang terjadi pada
F
P= ............................................................................................ (2.60)
A
80
F
P= .................................................................................. (2.61)
π 2
× Dd
4
kerja sistem seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.26 dapat ditentukan
3300
P= = 0,99 kg/mm 2 (99 kg/cm 2 = 9,88 × 10 6 N/m 2 )
π × 65 2
4
Perhitungan tekanan sistem dari silinder miring saat kondisi beban yang
F
P= ...................................................................... (2.62)
(
π × Dd 2 − d 2
4
)
dengan : F = gaya pada silinder miring = 1683,993 kg (16539,591 N)
1683,993
P= = 0,858 kg/mm 2 (85,8 kg/cm 2 = 8,56 × 10 6 N/m 2 )
π × 50 2
4
Pm × Dd
t= ................................................................................... (2.63)
2×σ b
σB
σ b = tegangan tarik bahan izin = (kg/mm 2 )
Sf
Sf = angka keamanan = 2
Dengan menggunakan tabel L.1, bahan silinder angkat adalah S30C yang
48
σb = = 24 kg/mm 2 .
2
0,885 × 65
t= = 1,2 mm
2 × 24
Dl = Dd + 2 × t (2.64)
Dl = 65 + 2 × 5 = 75 mm
ditentukan oleh persamaan 2.65 dan 2.66. (Niemann, Gustav, halaman 42).
σ m = q × σ (2.65)
83
2
⎛ Dl ⎞
⎜⎜ − 1⎟⎟
D
q = 1+ ⎝ d ⎠ (2.66)
⎛ Dl Dd ⎞
⎜⎜ − ⎟⎟
⎝ Dd Dl ⎠
0,855 × 65
σ= = 5,56 kg/mm²
2×5
maksimum silinder.
Metode perhitungan silinder miring sama dengan yang ada pada silinder
1,53 × 50
Tebal dinding silinder t= = 1,59 mm
2 × 24
2
⎛ 60 ⎞
⎜ − 1⎟
50 ⎠
Faktor tegangan maksimum q = 1+ ⎝ = 1,11
⎛ 60 50 ⎞
⎜ − ⎟
⎝ 50 60 ⎠
1,53 × 50
Tegangan tarik silinder miring σ= = 7,65 kg/mm²
2×5
Untuk menghitung debit aliran fluida pada silinder angkat, maka kecepatan
Aliran fluida akan dianalisis pada saat sistem mencapai kecepatan angkat
1
v= × 600 = 300 mm/s
2
L
ta = ............................................................................................ (2.67)
v
3000
ta = = 10 s
300
Debit aliran untuk sebuah silinder dapat ditentukan dengan persamaan 2.68.
Q = v × A ....................................................................................... (2.68)
π 2
Dengan A = × Dd , sehingga dapat diperoleh persamaan 2.69.
4
π 2
Q = v× × Dd ............................................................................. (2.69)
4
π
Q = 300 × × 65 2 = 995492,172 mm³/s ( 9,95 × 10 −4 m³/s)
4
Debit aliran untuk satu buah silinder miring dapat diketahui dengan
π
Q = 20 × × 50 2 = 39269,91 mm³/s ( 3,93 × 10 −5 m³/s)
4
menjadi perhatian dalam memilih selang adalah tekanan kerja sistem, debit
selang saling menumpuk, memasang selang jauh dari bagian yang panas.
debit aliran dalam silinder selalu sama dengan debit aliran dalam selang atau
Q silinder = Q pipa
π 2 π 2
v× × Dd = v p × × Dp
4 4
2
Dd
vp = 2
× v .................................................................................. (2.70)
Dp
Dari Tabel L.7 pada lampiran, dapat diperoleh data-data mengenai pipa
sebagai berikut :
65 2
vp = × 300 = 3333,33 mm/s = 3,33 m/s
19,05 2
88
Dari Tabel L.8 pada lampiran, pipa yang digunakan mampu menahan
4mm/s. Kecepatan aliran dalam pipa menuju silinder angkat lebih kecil
memenuhi persyaratan.
Dari Tabel L.7 pada lampiran, diperoleh data mengenai pipa yaitu sebagai
berikut :
persamaan 2.70.
50 2
vp = × 20 = 137,78 mm/s = 0,14 m/s
19,05 2
Kecepatan aliran dalam pipa menuju silinder miring lebih kecil daripada
memenuhi persyaratan.
89
⎛ L ⎞ ⎛ v2 ⎞
P1 = f × ⎜ ⎟×⎜ ⎟ × δ .......................................................... (2.71)
⎜D ⎟ ⎜ 2× g ⎟
⎝ p ⎠ ⎝ ⎠
f = faktor gesekan
Panjang pipa L = 5m
v × Dp
Re = ................................................................................... (2.72)
υ
3333,33 × 19,05
sehingga : Re = = 1380,43 < 2300
46
Dari Tabel L.10 pada lampiran, harga angka Reynold lebih kecil daripada
aliran laminer, maka faktor gesekan pada pipa berlaku persamaan 2.73.
64
f = .......................................................................................... (2.73)
Re
64
f = = 0,046
1380,43
⎛ 5 ⎞ ⎛ 3,33 2 ⎞
P1 = 0,046 × ⎜ ⎟ × ⎜⎜ ⎟⎟ × 8829 = 60246,78 N/m²
⎝ 0,01905 ⎠ ⎝ 2 × 9,81 ⎠
Panjang pipa L = 85 mm
v × Dp
Re = ................................................................................... (2.72)
υ
137,78 × 19,05
sehingga : Re = = 57,06 < 2300
46
Dari Tabel L.10 pada lampiran, harga angka Reynold lebih kecil daripada
aliran laminer, maka faktor gesekan pada pipa berlaku persamaan 2.73.
64
f = .......................................................................................... (2.73)
Re
64
f = = 1,12
57,06
⎛ 0,085 ⎞ ⎛ 0,14 2 ⎞
P1 = 0,046 × ⎜ ⎟ × ⎜⎜ ⎟⎟ × 8829 = 1,81 N/m²
⎝ 0,01905 ⎠ ⎝ 2 × 9,81 ⎠
Rugi
Panjang Diameter Kecepatan Gesekan
Silinder tekanan
pipa (mm) pipa (mm) (m/s) f
P1(N/m2)
k × v2 ×δ
P2 = ............................................................................... (2.74)
2× g
hasil:
3 × 3,33 2 × 8829
P2 = = 14970,02 N/m²
2 × 9,81
3 × 0,14 2 × 8829
P2 = = 26,46 N/m²
2 × 9,81
4. Total kerugian
dan rugi tekanan yang terjadi dalam sistem, sehingga dapat diperoleh hasil :
persamaan 2.75.
P×Q
Np = ................................................................. (2.75)
η mek × η vol × 1000
Debit pompa merupakan jumlah debit aliran minyak hidrolik dari silinder
hidrolik angkat dan miring yang terpasang secara pararel, sehingga debit
pompa menjadi :
9,96 × 10 6 × 2,07 × 10 −3
Np = = 25,45 kW (34,11 HP)
0,9 × 0,9 × 1000
untuk mengangkat beban (lift) serta bergerak miring (tilt) masih berada
dibuat tetapi kuat, tidak terlalu peka terhadap fluida hidrolik yang
Perbandingan gigi i= 1
Jumlah gigi z1 = z 2 = 20
Diameter luar atau kepala roda gigi dapat ditentukan dengan menggunakan
d k = ( z + 2 ) × m ................................................................................. (2.76)
d k = (20 + 2 ) × 4 = 88 mm
96
d f = (z − 2) × m
d f = (20 − 2 ) × 4 = 72 mm
VD =
π
4
( 2
× dk − d f
2
)× b ................................................................ (2.77)
dengan :b = lebar gigi (mm)
π
VD =
4
( )
× 88 2 − 72 2 × b = 2010,62 × b mm (0,2 × b ) dm³
Q = V D × n ..................................................................................... (2.78)
89,40
Sehingga lebar gigi = b = = 0,248 dm (24,8 mm)
0,20 × 1800
persyaratan mengenai gigi pada pompa roda gigi. Berikut ini merupakan
d = z × m ....................................................................................... (2.79)
d = 20 × 4 = 80 mm
c k = 0,25 × 4 = 1 mm
Kelonggaran sisi C0 = 0;
π ×d ×n
v= ................................................................................. (2.81)
60 × 1000
π × 80 × 1800
v= = 7,54 m/s
60 × 1000
gigi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 2.82 dari tabel L.11
6
fv = ......................................................................................... (2.82)
6+v
98
6
fv = = 0,44
6 + 7,54
102 × N p
Ft = ............................................................................... (2.83)
v
102 × 25,61
Ft = = 346,45 kg
7,54
102 × 41,2
Ft = = 557,35 kg
7,54
Bahan roda gigi diambil dari Tabel L.12 pada lampiran, dengan data-data
yang diketahui :
Lebar roda gigi terhadap beban lentur izin dapat ditentukan menggunakan
F1 = σ a × b × m × Y × f v .................................................................. (2.84)
Ft
b≥
σ a × m × Y × fv
99
Faktor bentuk gigi (Y) dapat diperoleh dari Tabel L.14 pada lampiran,
557,35
b≥
35 × 4 × 0,32 × 0,44
b ≥ 28,27 mm
Lebar roda gigi terhadap beban tekan terhadap gidi dapat ditentukkan
halaman 243).
2 × z2
Ft = f v × k H × b × d × ........................................................ (2.85)
z1 + z 2
Ft z + z2
b≥ × 1
f v × k H × d 2 × z2
557,35 20 + 20
b≥ ×
0,44 × 0,569 × 80 2 × 20
b ≥ 27,83 mm
Lebar roda gigi hasil perhitungan tersebut lebih kecil daripada lebar roda
dengan modul gigi haruslah di antara harga 6–10, sehingga dapat diperoleh
b
6≤ ≤ 10 (2.86)
m
30
6≤ ≤ 10
4
6 ≤ 7,5 ≤ 10
100
Perbandingan antara lebar roda gigi dengan modal gigi telah berada di antara
Perbandingan diameter jarak bagi roda gigi dengan lebar gigi harus
lebih besar dari harga 1,5 sehingga dapat diperoleh persamaan 2.85 (Sularso
d
> 1,5
b
80
> 1,5
30
Perbandingan diameter jarak bagi dan lebar gigi telah memenuhi persyaratan
2.2.3.5. Katub
pembebas (relief valve). Katub ini terletak di keluaran (outlet) pompa yang
menerima beban kejut atau beban yang melebihi kapasitasnya. Katub ini
Pada saat tuas angkat (lift lever) ditarik, valve spool akan bergerak ke atas.
Tekanan minyak menekan bola ke dalam lagi atau kembali menekan gaya
pegas. Aliran minyak akan menjadi terbuka dan mengalir menuju silinder
angkat. Jika tuas angkat tersebut didorong atau ditekan ke depan, detektor
valve spool akan bergerak ke bawah dan membuka aliran minyak dari
silinder angkat menuju ke tangki. Turunnya garpu dan inner mast sebagai
Supaya gerakan dari miring depan dan belakang mast dapat berjalan dengan
aman, maka katub miring memiliki komponen check valve dan tilt lock
valve. Check valve berfungsi untuk mencegah aliran balik dari fluida
hidrolik. Tilt lock valve yang dilengkapi dengan tilt spool berfungsi untuk
menjaga agar aliran fluida ke silinder dapat sesuai dengan yang dikehendaki.
Mekanisme untuk miring depan dengan menekan tuas miring (tilt lever)
bawah menyebabkan bola melawan gaya pegas dan fluida masuk ke dalam
lubang (D spool) serta menekan tilt lock valve ke bawah. Fluida yang berada
dalam silinder oli dialirkan dari lubang (pintu atau port). Tilt lock valve ini
akan menjaga tekanan ke bawah pada saat mast terdorong ke depan. Apabila
tiba-tiba mesin mati serta tuas miring berada dalam posisi bekerja, tekanan
102
minyak yang digunakan untuk mendorong tilt lock valve akan kembali ke
posisi netral. Pegas kembali menekan piston serta menutup katub tersebut.
Minyak yang akan mengalir kembali ke dalam tangki akibat mesin mati
dapat ditahan. Jika akan miring ke belakang, tuas miring ditarik dan valve
spool akan menekan ke atas. Fluida dari silinder bagian bawah akan
tangki. Jika mesin mati secara tiba-tiba, check valve ini yang akan mencegah
silinder ataupun proses sebaliknya. Katub ini juga akan mengatur kecepatan
dan miring.
berfungsi sebagai pemicu atau dengan kata lain sebagai saklar yang akan
memulai dan mengakhiri setiap gerakan dari fluida. Katub ini akan
silinder kerja tunggal dan katub pengarah berbentuk T-spool yang memiliki
3 buah lubang yaitu lubang suplai, kembali, dan silinder. Silinder miring
sampai 80 °C. Berdasarkan Tabel L.14 pada lampiran, fluida ini memiliki
(ISO 3448, DIN 51519) yaitu ISO VG 46 seperti misalnya mineral oil HVLP
atau SAE 20W dengan angka viskositasnya adalah 46 mm²/s. kondisi kerja
pada area kering beriklim tropis dengan temperatur sekitar 40 °C atau lebih.
(σ 1 − σ 2 )2 + (σ 2 − σ 3 )2 + (σ 1 − σ 3 )2
σ vonMises = ......................... (2.86)
2
σ lim it
FOS = .............................................................................. (2.87)
σ vonMises
Maka diambil nilai yang terbesar yaitu 3,511 × 10 8 N/m² = 351,1 N/mm²
Reaction force pada beban terpusat Reaction force pada beban merata
Gambar 2.29 FOS pada fork dan kait dengan pembebanan terpusat
105
Gambar 2.30 STRESS pada fork dan kait dengan pembebanan terpusat
Gambar 2.31 FOS pada fork dan kait dengan pembebanan merata
106
Gambar 2.32 STRESS pada fork dan kait dengan pembebanan merata
Maka diambil nilai yang terbesar yaitu 4,515 × 10 8 N/m² = 451,5 N/mm²
Gambar 2.33 FOS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban terpusat
108
Gambar 2.34 STRESS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban terpusat
Gambar 2.35 FOS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban merata
109
Gambar 2.36 STRESS pada fingerboard akibat fork dan kait berbeban merata
3. Penutup fingerboard
Reaction force yang dihasilkan adalah 37322 N (↓) dan 37302 N (↓)
6. Rangkaian total
3.1. Operasional
kerja. Hal ini dimaksudkan supaya dalam pengoperasian forklift tidak ada
maupun pihak lain yang berada dalam area pengoperasian forklift. Manuver
Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh operator
lain:
1. Loads
tersebut. Pemilihan peralatan kerja yang tepat dan sesuai dengan jenis
dan masih banyak jenis beban yang lain. Hal ini seperti yang
116
117
menyetel fork supaya beban berada pada posisi yang tepat ketika
dibawa. Setel fork agak ke luar untuk beban yang lebar. Setelah itu
bergeser.
lebih.
c. Jenis beban yang panjang atau lebar lebih tidak stabil daripada beban
lainnya. Untuk itu operator harus jeli menentukan titik beban (load
center) dan kapasitas forklift. Beban yang panjang ataun lebar juga
2. Raised fork
3. No lifting
4. Chain slack
3.2. Perawatan
Tujuan dari kegiatan maintenance ini adalah untuk menjaga dan memelihara
kondisi fisik dan kondisi kerja suatu peralatan, dalam hal ini khususnya
sehingga apabila peralatan kerja tersebut tidak sesuai standar maka perlu
119
pertama adalah pada bagian fork dan kait fork, dikarenakan bagian inilah
bagian lain seperti rantai, roller dan rel. Hal ini dapat diperhatikan pada
dalam keadaan tidak layak pakai ataupun habis pada saat forklift
adalah oli pada transmisi, oli roda gigi, gemuk pada bagian tertentu
jangan dibiarkan kering atau habis, serta perhatikan kondisi sil. Hal ini
3. Mengganti filter
Filter yang perlu diganti secara berkala adalah filter hidrolik dan filter
control lever, serta tuas 3 berfungsi sebagai tilt control lever. Hal ini
4.1. Kesimpulan
dan perhitungan.
2. Garpu (Fork)
2. Bahan S 25 C
4. Jumlah 2
3. Fingerboard
1. Bahan S 25 C
123
124
3. Jumlah 1
4. Tiang (Mast)
2. Komponen Dua buah rel (luar dan dalam), dua buah rantai
3. Bahan S 35 C
8. Berat 500 kg
1. Jumlah 8
3. Gaya terbesar (Rc) 2085,71 kg pada posisi fork tegak lurus rel
5. Putaran 71,62
125
6. Rantai
1. Jumlah 2
Jumlah silinder 2 2
Bahan silinder S 30 C S 30 C
126
8. Pompa hidrolik
Bahan = S25C
σ B = 45 kg/mm²
(83,52 N/mm²)
Bahan = S25C
Bahan = Alloy Steel
σ B = 45 kg/mm²
σ B = 723,826 N/mm²
Fingerboard (441,9 N/mm²)
σ a = 620,422 N/mm²
σ normal = 42,855 kg/mm²
σ lim it = 632,1 N/mm²
(420,84 N/mm²)
4.2. Penutup
cukup banyak kekurangan dalam penyusuna Tugas Akhir ini. Oleh karena
itu, penulis sangat berterima kasih atas saran maupun kritik, demi
Esposito, A., 1994, Fluid Power with Applications, Prentice-Hall International Inc.
Shigley, J.E. dan Mitchell, L., 1986, Perencanaan Teknik Mesin Jilid I, Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Sularso dan Suga, K., 1997, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
_____, 2003, Diktat-Diktat Forklift, PT. United Tractors Pandu Engineering, Jakarta.
_____, 2001, International Vehicle Technology Magazine: Lift Truck and Materials
Handling Equipment Edition, UK and International Press.
[Ukuran umum]
Nomor Jarak Diameter Lebar rol Plat mata rantai Diameter
rantai bagi P rol W Tebal Lebar Lebar pena
R T H h D
60 19,05 11,91 12,70 2,4 18,1 15,6 5,96
[Ukuran individual]
Nomor Rang- Pan- L1 L2 Pan- Jarak Jenis Batas Batas Beban Berat Jumlah
rantai kaian jang jang sum- pena kekuatan kekuatan maksi- kasar sambungan
pena pena bu tarik tarik mum (kg) setiap
L1+L2 offset rang- JIS rata-rata yang satuan
L kaian kg/mm2 kg/m2 diizin-
C kan
(kg)
# 60 1 28,1 12,85 15,25 28,2 3200 4450 740 1,53
# 60-2 2 51,0 24,25 26,75 52,6 6400 8900 1260 3,04
# 60-3 3 73,8 35,65 38,15 75,5 9600 13350 1850 4,54
22,8 Keling 160
# 60-4 4 96,6 47,05 49,55 98,3 12800 17800 2440 6,04
# 60-5 5 119,5 58,5 61,0 121,2 16000 22250 2880 7,54
# 60-6 6 142,4 69,9 72,5 144,0 19200 26700 3400 9,05
Tabel L.4 Besi cor kelabu
(Sumber:_____ ,Tabel ElemenMesin, ATMI Press)
Lambang Tebal utama coran Kekuatan tarik Kekerasan
(mm) (kg/mm2) (kg/mm2)
4-8 24 255
8-15 22 235
FC 20
15-30 20 223
30-50 17 217
4-8 28 269
8-15 26 248
FC 25
15-30 25 241
30-50 22 229
4-8 31 269
FC 30 8-15 30 262
15-30 27 248
15-30 35 277
FC 35
30-50 32 269
Tabel L.5 Ukuran standar ulir kasar metris (JIS B 0205)
(Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997, halaman 290)
Catatan: (1) Kolom 1 merupakan pilihan utama. Kolom 2 atau 3 hanya dipilih jika terpaksa
Tabel L.6 Tekanan permukaan yang diizinkan pada ulir
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997, halaman 298)
6
Kecepatan sedang v = 5-20 m/s fv =
6+v
5,5
Kecepatan tinggi v = 20-50 m/s fv =
5,5 + v
Tabel L.12 Tegangan lentur yang diizinkan σ a pada bahan roda gigi
FC 15 15 140-160 7
FC 20 20 160-180 9
Besi cor
FC 25 25 180-240 11
FC 30 30 190-240 13
SC 42 42 140 12
Baja cor SC 46 46 160 19
SC 49 49 190 20
S 25 C 45 123-183 21
Baja karbon untuk
S 35 C 52 149-207 26
konstruksi mesin
S 45 C 58 167-229 30
400 (dicelup
S 15 CK 50 dingin dalam 30
Baja paduan
minyak)
dengan pengerasan
kulit 600 (dicelup
SNC 21 80
dingin dalam 30
SNC 22 100
air)
SNC 1 75 212-255 35-40
Baja khrom nikel SNC 2 85 248-302 40-60
SNC 3 95 269-321 40-60
Perunggu 18 85 5
Logam delta 35-60 - 10-20
Perunggu fosfor
(coran) 19-30 80-100 5-7
Perunggu nikel
(coran) 64-90 180-260 20-30
▪ VG10, VG15
Systems intended for short time operation
or use in the open or for clamping devices.
Systems intended for continuous operation
(for use in the open, operation in winter)
▪ VG22, VG32
General application
(for use in the open, operation in summer
only)
▪ VG46, VG68
Systems in tropical conditions at ambient
temperatures up to 40°C or closed rooms
Temperature during start not lower than
20°C)