Disusun oleh :
Mas Murtedjo
1
BAB
MENGGAMBAR TEKNIK
i
1.1.PENDAHULUAN
Dalam perencanaan struktur lepas pantai baik yang terapung maupun
yang terpancang, pada umumnya tehap berikutnya aan diikuti/diperlukan
gambar-gambar hasil perencanaan tersebut.
1.2.TUJUAN
Untuk memperoleh gambar-gambar teknik yang memenuhi standard
ketentuan yang umum dipakai, sehingga dihasilkan gambar-gambar teknik
yang baik serta memenuhi ketentuan yang umum dipakai dibidang teknik
kelautan.
2
1.3. KETENTUAN MENGENAI MENGGAMBAR TEKNIK
1.3.1. Macam garis dan tebal garis menurut “N.26” (1936)
1. garis sumbu
1. garis pertolongan
4. garis arsir
Catatan:
- Bila gambar dikerjakan dengan pensil dapat dibedakan dengan tingkat
kekerasan dari pensil, misalnya:
1. Untuk garis gambar dan garis strip = pensil F atau HB
2. Untuk garis strip titik dan garis tipis = pensil 2H
- Tebalnya garis gambar disesuaikan sendiri dengan besarnya gambar
sehingga kelihatannya sepadan dan baik dipandang
3
- Untuk gambar potongan
Misalnya potongan kulit, bila kita gambarkan dalam potongan,
maka kita dapatkan tebal pelat dan bila kita gambarkan dengan skala
sangat kecil. Untuk ini kita gambarkan dengan garis yang tebalnya
Maximum = 2x tebal garis gambar
Minimum = 11/2x tebal garis gambar
1.3.2. Huruf/Angka
Huruf dan angka harus ditulis dengan huruf/angka cetak lihat
“N.27” (1936)
ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
abcdefg hijklmnopqrstuvwxyz
Jadi tidak diperkenankan dengan huruf-huruf lain dari ini
Untuk menggambar kapal, selain dari ketentuan tersebut, dapat
digunakan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua huruf/angka ditulis dengan semua huruf tegak atau huruf
miring (tidak boleh kombinasi)
b. Semua tulisan dapat ditulis dengan huruf besar
c. Semua tulisan harus disesuaikan dengan gambar dan keperluannya
d. Semua tulisan harus rapi
4
1.3.4. Tanda-Tanda untuk Menggambar Kapal
a. Untuk profil-profil :
- Profil siku-siku sebarang (unequal bar) (┌)
- Profil siku-siku samakaki (equal bar) (┌)
- Profil “I” (I beam) (I)
- Profil “Z” (Z bar) (Z)
- Profil “T” (T bar) (T)
- Profil siku-siku dan bulb (bulb angle) (L)
- Profil “U” ([)
- Profil bulb satu pihak (⁋)
- Profil bulb dua pihak (¶)
- Profil bulat (round bar) (Ø)
- Profil setengah bulat (half round bar)
- Profil datar (flat bar) (≠)
5
1.3.5. Skala Gambar
Skala yang diperkenankan untuk Menggambar Kapal ialah :
1:1 1:50
1:5 1:75
1:10 1:100
1:20 1:125
1:25 1:200
B0 = 1000 x 1414 mm
A2 = 420 x 594 mm
A3 = 297 x 420 mm
A4 = 210 x 297 mm
A5 = 148 x 210 mm
6
1.3.7. Kotak Gambar
Kotak nama harus diletakkan disudut kanan bawah dari
tempat gambar. Dan harus mengikuti normalisasi kotak.
7
BAB
PERANCANGAN
II LINES PLAN
8
Gambar Lines Plan merupakan gambar potongan-potongan badan suatu
floating structure (kapal) dalam 3 dimensi . Apabila pada floating offshore
structure digambarkan sistem sumbu koordinat,maka sumbu-x adalah
horizontal memanjang, sumbu-y adalah horizontal melintang, sumbu-z
adalah vertical, maka diperoleh gambar-gambar penampang bidang
sebagai berikut :
9
2.2 LATAR BELAKANG
Untuk memahami dalam proses perancangan Lines Plan maka diperlukan
filosofi pemahaman dasar-dasar perancangan Lines Plan. Dalam mencapai
pemahaman dasar-dasar perancangan Lines Plan, metodologi langkah-
langkah perancangan nya pada tahap perhitungan-perhitungan dilaksanakan
dengan cara manual selanjutnya proses perencanaan Body Plan , Half
Breadth Plan , dan Sheer Plan dilaksanakan dengan menggunakan Auto-cad.
Perancangan Lines Plan secara manual , tanpa memakai soft-ware
(maxsurf), pada umumnya memakai Metode Diagram NSP atau Metode
Sceltema D.H.
Dalam buku Langkah-Langkah perencangan Lines Plan ini yang dipakai
adalah “Metode Diagram NSP”.
Dalam proses pembangunan baru maupun modifikasi/konversi Offshore
Floating Structure, mutlak diperlukan Lines Plan dalam format gambar
autocad maupun dalam format pemodelan maxsurf untuk
menghitung/mendesain tahapan materi-materi berikutnya antara lain:
Hydrostatic/Bonjean, Resistance and Propulsion System, General
Arrangement, Tank Capacity Plan, Engine Room Lay-out, Construction
Profile, Shell Expansion, Midship/Frames Section, Prelimanary Stability,
Damage Stability/Stability Booklet, dll.
Berdasarkan latar belakang seperti tersebut diatas, betapa pentingnya
filosofi pemahaman Perancangan Lines Plan bagi para mahasiswa, praktisi,
serta engineer baik yang beraktifitas di bidang perencanaan, pembangunan
maupun pengawasan.
Dengan diperolehnya pemahaman dasar-dasar perancangan Lines
Plan yang dilaksanakan dengan perhitungan secara manual maka
diharapkan tercapainya basic philosophy pemahaman Lines Plan secara
mendalam, sehingga nantinya pada saat merancang Lines Plan dengan
menggunakan “software“ (maxsurf ,dll) akan lebih memahami, lebih
mudah, cepat dan dapat diperoleh hasil Lines Plan yang optimal dan
akurat.
10
Gambar 2.1 Floating Offshore Structures
11
Gambar 2.2 Fixed Offshore Structures
12
13
Gambar 2.3 Lines Plan Tanker 80000 DWT
2.3 DEFINISI - DEFINISI
14
Panjang displacement dirumuskan sebagai rata-rata antara Lpp dan LWL,
yaitu:
𝟏
𝑳𝒅𝒊𝒔𝒑 = ( Lpp + LWL ) (3.2)
𝟐
Breadth ( B )
Lebar kapal yang diukur pada sisi dalam plat di tengah kapal
(Amidship).
Depth ( H )
Tinggi geladak utama (main deck) kapal adalah jarak vertikal yang
diukur pada bidang tengah kapal (midship) dari atas keel (lunas)
sampai sisi atas geladak di sisi kapal.
Draught / Draft ( T )
Sarat air kapal yaitu jarak vertikal yang diukur dari sisi atas lunas
sampai dengan garis air/ waterline pada bidang tengah kapal
(midship).
15
Service Speeds (Vs)
Displacement (∆)
∆ = LWT+ DWT
16
Light Weight (LWT)
17
18
Gambar 3.1 Ukuran Utama Kapal
2. 3.2. POTONGAN-POTONGAN BADAN KAPAL
Dalam perancangan floating offshore structures khususnya pada
tahapan perancangan Lines Plan, perlu dipahami beberapa macam
potongan-potongan badan kapal sebagai berikut:
Station
- Merupakan bidang penampang melintang sepanjang kapal dari
belakang (buritan) sampai depan (haluan). Selain itu, merupakan
potongan-potongan vertical melintang sepanjang kapal.
- Pada umumnya panjang kapal (Lpp)dibagi menjadi 20 station dari AP
sampai dengan FP dengan jarak antar station sama.
- Station no.10 yang merupakan bagian melintang tengah kapal disebut
sebagai “Midship Section”. Luasan bidang/station no.10/ luasan
bidang tengah kapal disebut sebagai “Midship Section Area”.
- Bagian badan kapal dari station AP sampai dengan station FP disebut
sebagai “Main Part”. Sedangkan bagian badan kapal di daerah
belakang (buritan) yaitu dari station AP sampai dengan ujung buritan
kapal disebut sebagai “Cant Part”. Panjang Cant Part ini diberi notasi
Lcp, dimana Lcp = Lwl - Lpp.
Buttock Line
- Adalah bidang penampang vertical memanjang, merupakan potongan-
potongan vertical memanjang kapal.
- Pada umumnya dalam perancangan Lines Plan, dari bagian tengah
memanjang kapal (center line) kesamping kanan atau kiri lambung
19
kapal dibuat potongan-potongan buttock line seperti BL-0m; BL-0,5m;
BL-1m; BL-1,5m; BL-2m; BL-3m; dst,melebar sampai dengan lambung
kanan/kiri kapal. Jadi, dalam hal ini BL-0m berada tepat/berimpit
pada center line (CL ).
Water Line
- Adalah bidang penampang horizontal memanjang kapal,
merupakan potongan-potongan horizontal memanjang kapal dari
bagian dasar badan kapal sampai dengan sarat air (draft)
maksimum.
- Pada umumnya dalam perancanaan Lines Plan dibuat potongan-
potongan horizontal memanjang kapal dari bidang dasar kapal
(base line) seperti WL-0m; WL-0,5m; WL-1m; WL-1,5m; WL-2m;
WL-3m; dst, sampai dengan sarat air (draft) maksimum. Jadi
dalam hal ini, WL-0m merupakan bidang dasar badan kapal.
- Bidang penampang horizontal memanjang kapal pada posisi sarat
air maksimum pada umumnya disebut sebagai “Water Plane Area”
(WPA).
20
Prismatic Coeffisient (Cp / )
Merupakan perbandingan antara bentuk kapal di bawah sarat
dengan sebuah prisma yang dibentuk oleh bidang tengah kapal.
Midship Coeffisient ( Cm / 𝜷 )
Merupakan perbandingan antara luas penampang menghitung
tengah kapal (Midship Area) dengan luasan suatu bidang yang
lebarnya B dan tingginya T pada penampang melintang tengah kapal.
𝑨𝒎
𝑪𝒎 = (3.9)
𝑩𝒙𝑻
21
Gambar 3.5 Midship Section
WPA
𝑾𝑷𝑨
Cw = (3.10)
𝑳𝑾𝑳 𝒙 𝑩
Volume Displacement ( 𝛁 )
Adalah volume perpindahan fluida (air) sebagai akibat adanya
badan kapal yang tercelup di bawah permukaan air, yang dirumuskan
sebagai :
𝛁 Ldisp = Ldisp x B x T x 𝜹𝒅𝒊𝒔𝒑 (3.11)
22
Radius Bilga (R)
Adalah jari-jari lengkung bagian penampang menghitung
tengah kapal yang menghubungkan antara bagian samping dan bagian
dasar kapal, yang dirumuskan sebagai :
R = √𝟎, 𝟓 [(𝑩𝒙𝑻)] − 𝑨𝒎 (3.12)
(1 - 𝟎, 𝟐𝟓𝝅)
23
Body Plan
Body plan adalah bentuk potongan-potongan melintang station-
station pada kapal dari pandangan depan maupun belakang. Jadi body
plan adalah potongan-potongan badan kapal secara melintang.
24
Half breadth Plan
Half Breadth plan merupakan gambar potongan-potongan
horizontal memanjang kapal jika dilihat dari atas pada setiap garis air
(waterline) . Jadi half breadth plan adalah potongan-potongan bentuk
kapal secara horizontal memanjang . Untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar dibawah ini
25
Sheer plan
Sheer plan ini merupakan gambar irisan-irisan kapal jika dilihar
dari samping pada setiap buttockline . Jadi sheer plan adalah potongan-
potongan bentuk kapal secara vertikal memanjang.
26
laut naik ke atas kapal, lengkungan ini berfungsi agar air laut cepat
keluar kembali dari atas geladak utama.
2,25÷2,50m di atas upper deck side line, dan panjangnya dimulai dari
linggi haluan sampai collision bulkhead. (Jarak collision bulkhead dari FP
27
Gambar 3.10 Forecastle Deck
28
2.4 LANGKAH-LANGKAH MERANCANG LINES
PLAN (Metode NSP-Diagram)
2.4.2 LANGKAH-LANGKAH :
𝑽𝒔
2. Menghitung “Speed Ratio” = (4.3)
√𝑳
Dimana:
L = Ldisp [feet]
29
30
Gambar 4.1 Diagram NSP
Vs
Harga dimasukkan Ke “Diagram NSP”.(gambar 4.1)
L
Vs
kemudian dari harga tersebut buat garis lurus horizontal ke kanan,
L
maka akan diperoleh harga-harga berikut:
Vs
Harga masukkan pada Diagram NSP (gambar 4.1), kemudian tarik
L
garis horizontal ke kanan sehingga memotong grafik-grafik station 1
s/d 19.
Dari titik-titik perpotongan pada tiap-tiap station, tarik garis vertikal
ke atas hingga memotong garis horizontal maka akan diperoleh harga-
harga % luas untuk setiap station. Harga-harga %luas yang diperoleh
untuk setiap station ini masukkan dalam kolom-2 tabel-1.
Dari harga-harga % luas pada tiap-tiap station dikalikan Am akan
diperoleh harga-harga “luas untuk tiap-tiap station” (St.0 s/d St.20).
31
Harga-harga luas yang diperoleh untuk setiap station ini masukkan
dalam kolom-3 tabel-1.
St.0 s/d St.20 diperoleh dari Ldispl. dibagi 20 bagian yang berjarak
sama.
0 0
0
1 … …
… … …
10 … …
… … …
19 … …
20 0 0
32
6. Cara Menentukan Letak LCB Berdasarkan Diagram NSP (LCBNSP)
Vs
Harga masukkan pada diagram NSP (gambar-1) kemudian tarik
L
garis horizontal ke kanan, hingga memotong lengkungan grafik-grafik
a, b dan c.
Ambil titik perpotongan yang memotong grafik b (optimum line),
kemudian dari titik ini tarik garis vertikal ke bawah hingga memotong
garis horizontal yang memuat angka- angka prosentase (%) letak LCB
terhadap Ldispl.
LCBNSP = … % x Ldispl.
= ±…. m (dari station 10) (4.6)
Tabel - 2
1 … A1 4 4A1
2 … A2 2 2A2
… … … … …
10 … A10 2 2A18
… … … … …
18 … A18 2 2A18
19 … A19 4 4A19
20 0 0 1 0
∑1 = ………………….
33
Ldispl. (tabel) = 1 Ldispl .
x x 1 ......[m 3 ] (4.7)
3 20
Tabel - 3
1 … A1 4 4A1 -9 -9.4.A1
2 … A2 2 2A2 -8 -8.2.A2
… … … … … … …
10 … … … … 0 0
… … … … … … …
20 0 0 1 0 10 0
∑2 = …………… ∑3 = ……………
34
LCB (tabel) = Ldispl . x 3 .......[m] dari station 10 (4.8)
20 2
= 0.1% (memenuhi)
35
36
Gambar 4.2 Contoh FSA yang Sudah Difairing
11. Menghitung Wl Berdasarkan CSAF
Berdasar CSAF yang sudah di-fair-kan dengan panjang LWL (Lpp+LCant
Part), diukur besaran luas untuk semua station :
- Main Part : AP FP
- Cant Part : A AP
AP … 1 … -10 …
1 … 4 … -9 …
2 … 2 … -8 …
… … … … … …
10 … … … 0 0
… … … … … …
18 … 2 … 8 …
19 … 4 … 9 …
FP 0 1 … 10 0
4 =……….. 5 =………….
1 Lpp
Main Part : mp = x x 4 [m3] (4.10)
3 20
37
[+] = depan station 10 (midship)
B … 4 … 1 …
A … 1 … 2 …
6 = 7 =
1 Lwl Lpp
Cant Part : CP = x x 6 [m3 ] (4.12)
3 20
= - …… m belakang AP
𝑳𝒑𝒑
= (- …… m belakang AP) + (- )
𝟐
38
Koreksi Total Volume Displascement dan Total LCB :
(LCBMP x MP ) (LCBCP x CP )
LCB total = (4.17)
LWL
LCBNSP = … % x Lwl
= ±…. m (dari midship)
LCBNSP LCBtotal
Koreksi LCB = x100% (4.18)
LCBNSP
0.1% (memenuhi)
f = ± (1.40 + ) e (4.19)
39
Pada FP buat garis memotong LWL yang membentuk sudut - ie [0]
Dari titik-titik station tarik garis-garis vertikal. Ukurkan
(merencanakan) lebar/ordinat untuk masing-masing station (dengan
skala lebar) pada garis vertikal. Khusus pada midship lebar ordinat =
𝐵⁄ (maximum) . Hasil perencanaan lebar / ordinat pada masing-
2
masing station untuk main part masukkan pada table 6A kolom 2 ,
sedangkan untuk Cant Part masukan tabel 6B kolom 2 .
Apabila dari titik-titik lebar / ordinat pada setiap station dari station A
40
41
Tabel – 6A Perhitungan WPA Main Part berdasarkan
Curve of Water Line
Main Part
… … … …
10 B/2 2 …
… … … …
19 … 4 …
FP … 1 0
Ʃ8= ………….
1 𝐿𝑝𝑝
Luas Bidang Garis Air Main Part : WPAmp = x x Ʃ8 = ……. [m2] (3.21)
3 2
B … 4 …
A 0 1 0
Ʃ9 = ………
42
Luas Bidang Garis Air Cant Part :
1 Lcp
WPAcp = x x Ʃ9 (3.22)
3 2
1 Lwl−Lpp
= x x Ʃ9
3 2
= …….. [m2]
Koreksi WPA :
Koreksi = WPA(RUMUS) - WPA(TOTAL) X 100 % (3.27)
WPA(RUMUS)
= 0,5 % ( Memenuhi )
43
44
13. Merancang Body Plan Kapal
Tabel 7 . Main Part untuk menunjang merancang Body Plan
AAP 1 … 1 …
AP
1 A1 4 … 4 …
… … … … … …
4 A4 … B/2 2 …
… … … … … …
10 A10 … … …
… … … … … …
18 A18 … … … …
19 A19 4 … 4 …
FP 0 1 … 1 0
10 =…………
45
Kemudian pada garis air T dari centre line diukurkan
garis yang besarnya A/2T sehingga berbentuk
persegi panjang ABCD. Kemudian dari centre line
pada garis air T kita ukur juga B/2. Setelah itu kita
buat bentuk Body Plan.
Hal ini berlaku untuk setiap station dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Garis Air
Base Line
K
46
Sedangkan untuk station pada paralel middle body,
tidak lagi menggunakan cara diatas, melainkan
menggunakan perhitungan jari-jari bilga.
Setelah semua station baik pada bagian haluan
maupun buritan tergambar pada body plan
selanjutnya adalah membuat garis sent (sent line)
atau bilge diagonal expended serta membuat garis
stream line yang merupakan garis perpotongan
antara station dengan garis A/2T. garis ini berfungsi
sebagai koreksi terhadap bentuk base line kapal.
Selanjutnya contoh-contoh bentuk body plan kapal
lebih jelas dapat dilihat pada gambar 5.2
Merancang Jari-Jari Bilga
Jari-jari Bilga (R) tanpa rise of floor dapat dicari dengan
rumus:
47
Garis WL diukur mulai Base Line (garis dasar
kapal). Pada kapal dengan sarat ait 6,0 m, missal
pembagian sarat airnya dapat dibagi menjadi 7
WL yaitu WL 0; WL 0,5; WL 1; WL 1,5; WL 2; WL
4; dan WL 6.
Selanjutnya garis-garis WL tersebut digambar
pada body plan.
Kemudian ukur jarak tiap station pada garis WL
terhadap garis sumbu atau centerline.
Setelah diukur, gambar half breadth plan sesuai
dengan jarak WL terhadap CL pada tiap-tiap
station.
15. Pembuatan Sent Line ( Garis Diagonal )
Membuat Sent Line dengan cara menarik garis
diagonal pada kedua sisi Body Plan dimulai dari
center line kesisi bawah body plan. Kemudian
ukur jarak tiap station pada garis sent line
terhadap titk awal garis diagonal atau sent line.
Setelah diketahui dimension (jarak) garis sent
line antara center line dengan masing – masing
station, langkah selanjutnya adalah
mentransformasi jarak (dimensi) tersebut ke
proyeksi Half Breadth.
48
16. Merencanakan Sheer Plan
Membuat garis buttock line baik pada body plan maupun
pada half breadth plan.
Dari perpotongan antara garis-garis lurus itu dengan
garis-garis air (water lines), diproyeksikan ke sheer
plan, dengan cara menarik garis lurus ke atas. Garis-
garis vertikal ini jika dipotongkan dengan garis-garis air
(water lines) pada sheer plan yang sesuai pada half
bread plan, maka akan terbentuk titik-titik yang jika
dihubungkan akan terbentuk buttock line pada sheer
plan seperti gambar 3.9.
MENGGAMBAR SHEER-PLAN BAGIAN HALUAN
Misalkan untuk menggambar BL 2
Bulwark
F’cle deck sideline
Deck sideline
19
BL 3 BL 2 BL 1
BL 1 BL 2 BL 3 Perpotongan 18 BL 3 BL 2 BL 1
BL 2 dengan 17 16
station
BL 3 BL 2 BL 1 C
L BL 1 BL 2 BL 3
BL 1 BL 2 BL 3
BL 3
BL 2
Perpotongan
BL 2 dengan BL 1
WL
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP AP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 FP B : 19.4 m
BL 1 H : 10.4 m
BL 2 T : 8.00 m
BL 3 Cb : 0.7 m
POOP DECK
FORECASTLE DECK
BULWARK
MV AURORA
RENCANA GARIS
Koordinator : Ir. S oemartojo Wid jojo Atmodjo NRP : 4206 100 050
49
17. Merencanakan Bentuk Linggi Haluan (Stem) dan Linggi
Buritan (Stern) Kapal.
Perancangan Bentuk Haluan
Dalam buku Teori Bangunan Kapal disebutkan bahwa
kemiringan linggi haluan ±150 dan bisa diperbesar
untuk menambah kecepatan.
POOP DECK
BULWARK
Linggi buritan
Basealine
50
Panjang poopdeck = 23% x Lpp (3.32)
Tinggi poopdeck (2.0m – 2.4m) (3.33)
19. Merencanakan Propeler dan Kemudi
Perhitungan Kemudi
Luas daun kemudi :
A = T . LPP { 1 + 25 ( B / LPP )2 } [m2 ] (3.34)
100
A
b’ = (3.35)
1,8
h = 1,8 x b’ (3.36)
A = 23 % x A (3.37)
b’’ = A / H (3.38)
a’ = 5% x h (3.39)
Perhitungan Propeler
Menurut BKI regulation, perhitungan propeler sebagai berikut
:
51
2.5 CONTOH PERHITUNGAN RENCANA
GARIS (DIAGRAM NSP)
𝑽𝒔
2. Menghitung “Speed Ratio”
√𝑳𝒅𝒊𝒔𝒑𝒍
52
(koefisien blok) = Cb = 0,70313
(koefisien prismatik) = Cp = 0,71364
Prosentase luas tiap-tiap station terhadap luas midship
Letak LCB terhadap midship = ± 0,5% x Ldispl.
A midship = B x T x Cm
= 15 x 7 x 0,98373
= 103,292 m
53
Tabel 6. Tabel Prosentase luas tiap-tiap station terhadap luas midship
St % Luas Luas Simpson Product – i Lever Product - ii
(3) = (2) x
(1) (2) (4) (5) = (3) x (4) (6) (7) = (5) x (6)
Amidship
0 0,000 0,00 1 0,000 -10 0,000
1 10,500 10,85 4 43,382 -9 -390.442
2 30,250 31,25 2 62,491 -8 -499,932
3 51,250 52,94 4 211,748 -7 -1482,235
4 70,450 72,77 2 145,538 -6 -873,228
5 84,500 87,28 4 349,126 -5 -1745,629
6 92,700 95,75 2 191,503 -4 -766,011
7 97,000 100,19 4 400,772 -3 -1202,315
8 99,500 102,78 2 205,550 -2 -411,101
9 100,000 103,29 4 413,167 -1 -413,167
10 100,000 103,29 2 206,583 0 0.000
11 100,000 103,29 4 413,167 1 413,167
12 100,000 103,29 2 206,583 2 413,167
13 100,000 103,29 4 413,167 3 1239,500
14 97,500 100,71 2 201,419 4 805,675
15 91,750 94,77 4 379,080 5 1895,402
16 80,000 82,63 2 165,267 6 991,600
17 62,650 64,71 4 258,849 7 1811,942
18 38,900 40,18 2 80,361 8 642,887
19 15,000 15,49 4 61,975 9 557,775
20 0,000 0,00 1 0.000 10 0,000
Σ1 Σ2 987,055
4409,727
54
6. Menghitung letak LCB Berdasarkan Tabel 6
Menentukan lever (jarak) tiap-tiap station terhadap midship . Apabila
terhadap midship maka besaran lever pada midship adalah 0 (nol) ,
kearah belakang besaran angka nya negatif dan keaah depan besaran
angkanya positif . Lihat kolom 6 tabel 6 .
Menentukan fungsi momen untuk tiap- tiap station sebagai perkalian
antara fungsi volume dikalikan dengan lever . Lihat kolom 7 tabel 6 .
Menghitung letak LCB berdasarkan tabel 6 seperti tesebut dibawah .
*Dari tabel
LCB = Ʃ2 / Ʃ1 x (Ldispl/20 )
=987,055/4409,727x(85/20)=(+)0,952 m (depan Midship)
*Dari diagam NSP
LCB = LCB NSP % x Ldisp
= 1,120 % x 85 = (+) 0,9513 m ( depanMidship)
55
8. Menggambar Curve of Sectional (CSA) yang sudah di fairkan .
Berdasarkan dari gambar CSA sebelum di fairkan , dari station 10
pada Ldisp ditarik garis yang panjangnya ½ Lwl ke bagian depan
sehingga ujung terdepan merupakan titik FP .
Demikian juga ditarik garis ½ LWL ke bagian belakang sehingga ujung
belakang merupakan titik AP . Jadi titik AP sampai FP adalah
panjang garis air atau Lwl .
Selanjutnya dilaksanakan CSA yg di fairkan pada bagian belakang
sampai titik A dan di bagian depan sampai titik FP
(Lihat gambar 3.2)
56
Tabel 7. Menghitung volume displacement dan LCB pada Main Part
Station Luas Simpson Fungsi Volume Lever Fungsi momen
(1) (2) (3) (4) = (2) * (3) (5) (6) = (4) * (5)
AP 6,000 1 6,000 -10 -60,000
1 23,000 4 92,000 -9 -828,000
2 40,000 2 80,000 -8 -640,000
3 59,000 4 236,000 -7 -1652,000
4 77,000 2 154,000 -6 -924,000
5 90,500 4 362,000 -5 -1810,000
6 102,000 2 197,000 -4 -788,000
7 103,292 4 408,000 -3 -1224,000
8 103,292 2 206,000 -2 -412,000
9 103,292 4 413,168 -1 -413,168
10 103,292 2 206,584 0 0.00
11 103,292 4 413,168 1 413,168
12 102,000 2 204,000 2 408,000
13 100,000 4 400,000 3 1200,000
14 95,000 2 190,000 4 760,000
15 85,000 4 340,000 5 1700,000
16 70,000 2 140,000 6 840,000
17 51,000 4 204,000 7 1428,000
18 33,000 2 66,000 8 528,000
19 16,000 4 64,000 9 576,000
FP 0.00 1 0.00 10 0.00
Σ3 = 4381,960 Σ4 = -898,160
57
Tabel 8. Menghitung volume displacement dan LCB pada Cant Part
= ½ (86 – 84)
=1m
58
Menghitung Volume Displacement dan LCB Total Main Part dan Cant Part
= 6140,147 m3
59
10. Perencanaan Bidang Garis Air (Water Line)
1. Menentukan sudut masuk
Cpf = ( 1,4 + ) x e, dimana e = LCB NSP / Ldispl
= -0,8976 / 85
= -0,011
Cpf = ( 1,4 + ) x e
Cpf = 0,71364 + (1,4 + 0,71364 ) x -0,011
= 0,736
Dari hasil (Cpf) dimasukan dalam grafik fungsi Cpf terhadap fungsi
sudut masuk (ie) seperti terlihat pada gambar 3.4 .
Untuk mendapatnya sudut masuk dai grafik fungsi Cpf ditarik garis
vertical keatas dipotongkan terhadap curve NSP selanjutnya dari titik
perpotongan tesebut ditarik horizontal kekiri memotong ordinat sudut
masuk (ie) .
Dengan demikian diperoleh besarnya sudut masuk (ie) adalah 18o
60
masuk ie 18o dan pada station 10 ordinatnya selebar B/2 ,
maka akan diperoleh grafik bidang garis air (Curve of
WaterLine) seperti pada gambar 3.4 .
1 Lpp
AWL Main Part =2x x 7
3 20
= 2 x 1/3 x 361,12 x ( 84 /20)
= 1011,14 m2
61
Tabel 10. Cant Part dari perhitungan garis air
62
12.Perencanaan Body Plan
63
Tabel 12. cant part dari perhitungan garis air
STATION LUAS A / 2T B/2
AP 6,00 0,43 2,70
B 2,55 0,18 2,20
A 0,00 0.00 0.00
64
12.Perencanaan Half Breadth Plan pada Kapal
Membuat garis buttock line baik pada body plan maupun pada half
breadth plan.
Dari perpotongan antara garis-garis lurus itu dengan garis-garis air
(water lines), diproyeksikan ke sheer plan, dengan cara menarik
garis lurus ke atas. Garis-garis vertikal ini jika dipotongkan dengan
garis-garis air (water lines) pada sheer plan yang sesuai pada half
bread plan, maka akan terbentuk titik-titik yang jika
dihubungkan akan terbentuk buttock line pada sheer plan
65
Tiap-tiap garis baik pada water line maupun pada buttock line
harus mempunyai bentuk yang fair dan stream line. Jika tidak,
maka harus dirubah supaya bisa fair dan stream line. Tentu saja
perubahan ini akan berpengaruh pada bagian-bagian sebelumnya,
misalnya merubah body plan dan half breadth plan.
66
67
2.5.4. PERENCANAAN KEMUDI DAN PROPELLER CLEARENCE
Perancangan Kemudi dan propeler berdasarkan buku BKI 2004 dan Von
Lammeren. Perhitungannya sebagai berikut :
a. Perencanaan Kemudi
Luas daun kemudi :
A
b’ = b’’ = A / H
1,8
= (10,53 /1.8)½ = 2,422 / 7.5
= 2,42 m = 0.323 m
H = 1,8 x b’ a’ = 5 % x H
= 1,8 x 2,42 = 5 % x 4,356
= 4,356 m = 0.217 m
b.Perhitungan Propeller Clearence
68
Clearence
a = 0,1 x Dp
= 0,1 x 4,2
= 0,42 m
b = 0,08 x Dp
= 0.08 x 4.2
= 0,336 m
c = 0,15 x Dp
= 0,15 x 4,2
= 0,63 m
d = (8” sampai 10”)
= 10”
e = 0,035 x Dp
= 0,035 x 4,2
= 0,147 m
f = 0,7 x R
= 0,7 x 2,1
= 1,47 m
69
Gambar 4.1 Perencananaan propeler dan kemudi
70
Gambar 5.1 Contoh Body Plan
71
72
Gambar 5.3 . Contoh Body Plan dan Sheerplan sesuai Cb
73
74
Gambar V.5
75
76
77
78
79
2.6 LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN
LINES PLAN MENGGUNAKAN APLIKASI
MAXSURF MODELER
Maxsurf Modeller Advanced adalah program yang digunakan oleh Marine
Engineer untuk membuat model (Lines Plan). Pembuatan Lines Plan ini
merupakan kunci utama suksesnya perancangan desain sebelum model
dilakukan analisa hidrodinamika, kekuatan struktur dan pendetailan lebih
lanjut. Seringkali pembuatan model dan analisa ini selalu berubah karena
ketidak sesuaian antara desain dan analisanya, sehingga proses desain dapat
digambarkan sebagai desain spiral yang saling menyempurnakan.
1.
Buka aplikasi maxsurf.
80
2.
Setelah dibuka, akan muncul tampilan awal aplikasi maxsurf seperti gambar di
atas.
3.
Setelah itu klik Maximize pada kotak Perspective.
81
4.
Akan muncul tampilan seperti diatas. Setelah itu klik File – Open Design
5.
Setelah itu dengan install software MOSES, pilih tempelate Tanker, sesuai di
MOSES modeler terdapat 5 macam variasi Tanker sebagai berikut :
82
* Dartangan : L= 228,6 m B= 32,2 m H= 28 m
* Waneta : L= 240 m B= 42 m H= 18 m
6.
Langkah berikutnya adalah mengubah ukuran utama Tanker yang telah di buka
dengan data ukuran utama Tanker dari tugas, klik Surfaces – Size Surfaces
83
7.
Berikut adalah tampilan dari Tools Size Surfaces. Masukan Length untuk
merubah panjang kapal (Loa) , Beam untuk mengubah lebar kapal (B), dan
Depth untuk mengubah tinggi kapal (H) sesuai dengan data ukuran utama
Tanker dari tugas.
8.
Setelah selesai mengganti ukuran utama Tanker, selanjutnya adalah merubah
titik koordinat O (0,0,0) yang berada di depan FP pada Maxsurf Modeler. Yang
84
nanti akan berfungsi untuk proses selanjutnya. Caranya dengan cara Tools Data
- Frame of Reference
9.
Berikut adalah tampilan dari Tools Frame of Reference. Tujuan dari Tools ini
adalah untuk mengubah letak titik koordinat O (0,0,0) pada Tanker ke posisi
(AP,CL,Keel).
Pertama perhatikan letak zero point pada gambar berada dimana, karena zero
point pada gambar adalah koordinat O (0,0,0) pada Tanker di maxsurf. Jika
zero point belum berada pada (AP,CL,Keel) maka zero point perlu dirubah.
Berikut adalah langkah untuk mengubah letak zero point. pertama pastikan
bahwa garis baseline pada posisi WL 0 m. Lalu mengubah DWL sesuai dengan
sarat air (T) kapal. Setelah itu klik ok.
85
10.
Lalu buka lagi Frame of Reference untuk mengubah zero point secara
longitudinal, setelah DWL telah dirubah maka perpotongan antara garis air
dengan perpotongan linggi haluan akan juga berubah, maka titik FP juga harus
dirubah. Dengan cara klik “set to DWL” pada FP. Lalu pindahkan juga titik biru
ke FP lalu ok
11.
86
Lalu buka lagi Frame of Reference. Maka nilai pada FP akan berubah menjadi 0.
Jika belum ulangi langkah 10. Lalu pada AP inputkan nilai –LPP pada kapal.
Setelah itu pindahkan titik biru ke AP dan tekan ok. Maka titik zero point sudah
berada pada AP
12.
Langkah selanjutnya adalah klik Data – Design Grid. Untuk memasukan
Koordinat Station, Waterline, dan Buttock Line pada kapal
87
13.
Maka akan muncul tampilan seperti diatas. Section adalah untuk station kapal,
Buttocks untuk Buttock Line, dan Waterlines untuk Waterlines
14.
Berikut adalah contoh untuk memasukan Station. Klik Add pada pilihan Section.
Lalu masukan jumlah section sesuai dengan jumlah station kapal dan klik ok.
88
15.
Selanjutnya memasukkan jarak antar station dibagi rata berdasarkan LPP maka
bisa menggunakan space pada menu Design Grid. Lalu pilih menu “evenly
between Perpendiculars” lalu klik oke
16.
89
Maka akan muncul tampilan seperti diatas. Lalu lalukan cara yang sama seperti
langkah 15 untuk memasukan Buttock line pada menu bottock dan waterlines
pada menu waterlines.
17.
Jika sudah semua maka Lines Plan sudah bisa terlihat seperti pada gambar
diatas. Profile adalah Sheer Plan, Plan adalah Half Breadth Plan dan Body plan
adala body plan.
90
18.
Karena pada Lines Plan di Maxsurf ada garis yang belum streamline maka akan
lebih mudah jika diperbaiki di AUTOCAD. Berikut adalah cara untuk
mengeksport dari maxsurf ke AUTOCAD. Dengan cara klik File – Export pilih DXF
and IGES. Lalu klik ok. Namun perlu di garis bawahi untuk mengeksport ke
AUTOCAD tidak bisa dilakukan export untuk 3 tampak sekaligus. Maka pastikan
sebelum klik export pilih tampak mana yang akan di export.
91
BAB
HIDROSTATIK & BONJEAN
iii
3.1 LANGKAH-LANGKAH MENGHITUNG
HIDROSTATIK DAN KURVA BONJEAN
MENGGUNAKAN APLIKASI MAXSURF
STABILITY
1.
Buka Maxsurf Stability
92
2.
Berikut adalah tampilan awal dari maxsurf stability
3.
Pertama adalah memasukan data lines plan yang sudah dibuat sebelumnya
melalui maxsurf modeler dengan format .msd dengan cara klik File – Open
Design. Lalu klik ok
93
4.
Maka akan keluar tampilan seperti di atas ini. Akan keluar menu “Section
Calculation Options”. Opsi tersebut untuk menentukan berapa jumlah station
yang akan digunakan pada perhitungan di maxsurf stability. Pada contoh
dibawah ini menggunakan “Medium number of stations”. Jumlah station akan
mempengaruhi ketelitian dalam perhitungan dan juga mempengaruhi waktu
running dalam software. Jika sudah ditentukan klik ok
94
5.
Berikut adalah tampilan dari lines plan yang sudah dimasukkan pada maxsurf
stability
6.
Untuk melakukan analisa hidrostatik. Maka perlu di set terlebih dahulu tipe
analisis pada software adalah “upright hydrostatics”. Seperti pada gambar
diatas.
95
7.
Lalu langkah selanjutnya adalah memasukan trim pada kapal, dengan cara klik
menu Analysis – Trim. Maka akan muncul tampilan di nomer 8
8.
Jika kapal yang akan dianalisa adalah pada kondisi even keel. Maka isikan nilai
0 pada Fixed Trim seperti pada gambar diatas. Lalu tekan ok
96
9.
Lalu langkah selanjutnya adalah memasukan draft pada kapal, dengan cara klik
menu Analysis – Draft. Maka akan muncul tampilan di nomer 10
10.
“Initial draft” adalah draft terendah yang akan dianalisis dan “Final draft”
adalah draft tertinggi yang akan dianalisis. “Draft increment” adalah interval
draft yang digunakan pada analisis. Pada umumnya draft yang digunakan adalah
97
seperti diatas, yaitu “initial draft” pada keel (0 m) lalu “final draft” pada T
(sarat air maksimum). “Draft increment” pada umumnya 0.5 m. Lalu klik ok
11.
Selanjutnya analisis sudah bisa dilakukan dengan cara seperti diatas. Klik
Analysis – Start Hydrostatics
12.
98
Setelah melakukan running. Tampilan akan berubah seperti gambar diatas.
Untuk melihat hasil running akan muncul di tampilan nomer selanjutnya.
13.
Berikut adalah output running hidrostatik yang masih berupa tabel pada
window “result”. Namun pada gambar diatas telah muncul titik G pada analisis.
Dan hal tersebut salah karena pada kondisi ini kita belum memeasukan
komponen-komponen di dalam kapal. Maka titik G harus dihilangkan pada
window result, caranya adalah seperti pada nomer 14
99
14.
Klik Display – Data format. Lalu hilangkan centang pada titik G. Lalu klik ok
15.
Berikut merupakan tampilan hidrostatik setelah titik G dihilangkan
100
16.
Diatas adalah Kurva/Grafik Hidrostatik hasil running pada window Graph
17.
Diatas adalah “Curve of Form” hasil running pada window Graph
101
18.
Diatas adalah Kurva Bonjean hasil running pada window Graph
19.
Jika ingin mengeksport Grafik untuk Autocad. Maka bisa dilakukan sama dengan
cara mengekport pada maxsurf modeler sebelumnya, dengan cara klik File –
Eksport – DXF and IGES
102
3.2 GAMBAR AUTOCAD
KURVA HIDROSTATIK & BONJEAN
103