Anda di halaman 1dari 17

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemenuhan Gizi Pada Balita


1. Mengenal Balita
Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari
lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini.
Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun
berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya.
Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan
umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti
orang dewasa.
Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu
sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan
kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan
dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi
(1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “
batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan
usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah
lebih dikenal sebagai konsumen aktif
2. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak
balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita
lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah
makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak
yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi
kecil dengan frekuensi sering.
3. Karakteristik Usia Prasekolah
Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat
memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras
kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang
lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat
mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial
anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang
sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan
khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang
menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.
4. Peran Makanan Bagi Balita
a. Makanan sebagai sumber zat gizi
Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat
pembangun , dan zat pengatur.
a) Zat tenaga
Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak,
dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta
pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi
sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.
b) Zat Pembangun
Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan
yang aus atau rusak.
c) Zat pengatur
Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak
dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai
zat pengatur.
d) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun
yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).
e) Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
f) Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.
5. Kebutuhan Gizi Balita
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk
memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan
oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat
gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang
baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan
dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).
a. Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang
dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat.
Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.
b. Kebutuhan zat pembangun
Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga
kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika
dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya
relatif lebih kecil.
c. Kebutuhan zat pengatur
Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan
bertambahnya usia.
6. Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi
Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan
gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita)
adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka.
Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi
terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:
a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang
berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa
ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab
buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang
pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak,
keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan
misalnya kebosanan
b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang
tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap
dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan
daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah
masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.
c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu
masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak
untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak
ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.
Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat
anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur,
ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak
kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara
pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).
d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut
sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua
zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang
baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya,
baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika
dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu
terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih
sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti
ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan
penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat
mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila
tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah
dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi
juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.
f. Sosial Ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas
maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya
dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan
makanan.
Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi
saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis,
cacingan. ( Dr. Harsono, 1999)
7. Akibat Gizi yang Tidak Seimbang
a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
a) Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
b) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan
dalam usus terganggu
c) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak
diimbangi dengan asupan yang memadai.
Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut
menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu
berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini
bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka
waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak
menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara
sekilas anak tidak kurus.
Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat
dibedakan menjadi tiga bentuk.
a) Marasmus
Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya
seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang
dominan.
b) Kwashiorkor
Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela-
sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot
tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan
kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena
penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
c) Marasmik-kwashiorkor
Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor.
Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat
tidak dapat terpenuhi dari asupannya.
d) Obesitas
Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor
keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi
yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992),
obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:
1) Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
2) Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
3) Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
4) Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia
berbuat sesuai keinginan orangtua.
5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.
8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a. Faktor penyakit organis
Yaitu penyakit kronis yang hilang timbul pada bagian tertentu, dapat
mengakibatkan nafsu makin menurun drastis pada anak
b. Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut:
a) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan
menangis
b) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran
tertentu sehingga anak menjadi tertekan
c) Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
d) Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang
diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
e) Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua
orang tuanya.
c. Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis,
faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan ):
a) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan
menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
b) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat
dilakukan.
c) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga
dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin
d) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar
saat memberi makan anak.
e) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan
disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk
menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
f) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan
sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan
yang baik.Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat
dilakukan beberapa hal berikut ini.
1) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak
benar-benar lapar dan haus
2) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak
membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi
3) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya
didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan
jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
4) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan
dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi
kurang atau gizi lebih.
5) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak.
B. Menu Makanan Balita
Pada umur balita 0-2 Tahun balita masih membutuhkan ASI untuk kebutuhan
perkembangan otak mereka, namun balita pada umur ini juga membutuhkan makanan
pendamping untuk memenuhi nutrisi tubuh mereka, berikut pedoman pemberiam
makanan pendamping dari umur 6-23 bulan:
1. Umur 6-8 bulan :
- Makanan utama : MPASI saring / lumat
- Makanan selingan: buah, biskuit, bubur sum-sum
2. Umur 9-11 bulan :
- Makanan utama: MPASI kasar/makanan keluarga yang
dimodifikasi (lembak, bermbu ringan tetapi tidak pedas)
- Makanan selingan : biskuit, buah, puding, bubur sum-
sum,dsb
3. Umur 12-23 bulan:
- Makanan utama : maknan keluarga berbumbu ringan dan
tidak pedas, mungkin masih lembik/lunak
- Makanan selingan: berbagai buah dan kue, biskuit, puding,
kolak atau bubur kacang hijau,dsb
Berikut merupakan tabel pedoman pemberian makan pada anak usia 0-23 bulan
Umur Tekstur Frekuensi Jumlah rata2 /kali makan
6-8 Mulai dengan 2-3x/hari, ASI tetap Mulai dgn 2-3 sdm/kali
bubur sering 1
Bulan ditingkatkan bertahap sampai 2
halus,lembut,cukup diberikan,tergantungg 1
nafsu mangkok / 2 gelas air mineral
kental,dilanjutkan
makannya,dapat kemasan (=125 ml)
bertahap menjadi
diberikan 1-2x
lebih kasar
selingan
9-11 Makanan yang 3-4x/hari,ASI tetap 1 3
sampai 4 mangkok (=125-175
2
dicincang halus diberikan, tergantung
Bulan ml)
atau disaring kasar, nafsu
ditingkatkan maknaanya,dapat
diberikan 1-2x
semakin kasar
selingan
sampai makanan
bisa
dipegang/diambil
dengan tangan

12-23 Maknana keluarga, 3-4x/hari, ASI tetap 3


sampai 1 mangkok ( 175-250
4
Bulan bila perlu masih diberikan.
ml)
dicincang atau Tergantung nafsu
kasar makannya, dapat
diberikan 1-2x
selingan

Sumber : WHO 2009

Untuk anak yang berumur 3-4 Tahun perkembangan saraf diotak mulai berhenti,
Anak sudah bisa memakan makanan keluarga seperti Nasi,sayur,dan lauk dengan
komosisi yang seimbang. Disinilah peran ibu sangat dibutuhkan untuk mengatur pola
makan yang baik bagi anak..
Namun, di umur inilah anak mulai mengenal makanan dan rasanya, terkadang anak
akan memilih makanan dan lebih menyukai satu makanan saja untuk syarat dia makan.
Oleh karena itu, ibu harus bisa menarik minat anak untuk memakan sayur, nasi, dan lauk
dengan seimbang, seperti membuat bentuk-bentuk lucu dari makanan itu sendiri.
C. Menu untuk Balita yang Sedang Sakit
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk, muntah.
Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas ditangani dengan obat
yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa
diimbangi dengan pengaturan makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
Penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat.
Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun
dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun
biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan
lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-
kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal
sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik
karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari
biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin.
2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan
sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya.

Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:


a. Infeksi.
Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan merupakan penyebab
diare pada anak
b. Malabsorpsi.
Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu karbohidrat (umumnya
laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan.
Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu.
d. Faktor psikologis.
Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit
(dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi sebab
masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia
yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.
Pengaturan makanannya secara umum adalah:
a. Cairan harus cukup untuk mengganti cairan yang hilang, baik melalui muntah
maupun diare. Setiap kali buang air besar beri minum satu gelas larutan oralit atau
larutan gula garam.
b. Berikan makanan yang rendah serat, cukup energi, protein, vitamin dan mineral.
c. Suhu makanan dan minuman lebih baik dalam keadaan hangat, tidak panas atau
terlalu dingin.
d. Bentuk makanan lunak.
3. Untuk balita dengan gejala penyakit saluran pernapasan
Penyakit saluran pernapasan yang dikenal adalah bronchitis, dan umumnya
disebabkan virus, misalnya virus influenza. Selain juga karena cuaca dan polusi
udara.Mengatur makanannya dengan:
a. Banyak diberi minum, terutama sari buah-buahan, sebaiknya diberikan dalam
keadaan hangat.
b. Makanan diberikan dalam keadaan lunak dan tidak merangsang.
c. Susu dapat diberikan dalam bentuk minuman atau campuran seperti sirup dan
lain-lain. Bisa juga dibentuk makanan kecil seperti puding.
d. Hindari makanan yang digoreng.

4. Untuk balita dengan gejala muntah


Muntah adalah gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi
appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain.
Syarat makanannya:
a. Berikan makanan lunak yang mudah dicerna, dalam porsi kecil tetapi bertahap
dan sering.
b. Banyak cairan untuk mengganti cairan yang keluar, seperti sari buah yang segar
dan susu campur buah supaya segar.
c. Cukup protein, mengingat karena penyakitnya ia membutuhkan peningkatan
protein dibandingkan dengan kebutuhan biasa. Bisa diperoleh dari telur, susu,
daging, ayam dan lain-lain.
d. Lemak perlu diberikan, untuk memberi rasa dan meningkatkan kalori. Tetapi
berikan makanan yang mudah dicerna dan secukupnya, karena kelebihan lemak
akan membuat mual.
5. Untuk balita dengan gejala batuk
Gejala batuk bisa bercampur dengan gejala lain, misalnya pada penyakit bronchitis
yang disertai panas, demikian juga penyakit lain seperti flu dan sebagainya.
Pengaturan makanan yang perlu diperhatikan :
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan
yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil tetapi sering dan
bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan protein lebih
tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak menimbulkan
batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan bisa menimbulkan batuk
seperti cokelat, permen, manisan dan minuman manis.
f. Setelah anak sembuh, kalau berat badannya turun perlu ditingkatkan konsumsi
makanannya.
D. Kebutuhan Energi Dan Zat Gizi Balita
Perhitungan Berat Badan Ideal
1. Berat badan ideal anak umur 1 tahun = 3 X BB lahir
2. Berat badan ideal anak umur 2 tahun = 4 X BB lahir
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari karakteristik anak itu sendiri.
2. Pemberian asupan zat makanan seperti zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur
sangat diperlukan bagi balita.
3. Dan pengeluarannya asupan makanan harus ada keseimbangan sehingga diperoleh
status gizi yang baik.
4. Menu makanan yang baik seperti 4 sehat 5 sempurna sangat mempengaruhi
kesehatan dan kecerdasan bagi otaknya.
5. Faktor yang mempengaruhi status nutrisi untuk balita yaitu serat makan dan
kemudahan dalam mencerna makanan dari sumber makanan yang ia makan, vitamin
serta pengaruh obat yang diminum dan faktor endokrin dan emosional.
DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT.Rieneka Cipta.


Emawati F . , Yuniar R , Susilawati , Herman . 2000 . Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet
Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM . dalam Kompas 9
September 2002 .
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sudiyanto. Dalam membina anak dalam mencapai cita-citanya. Tumbuh kembang anak,
Fakultas Kedokteran UI.
Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT
Gramedia. Jakarta.
Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil . Penelitian Gizi dan
Makanan . Jilid 21 : 15
Soal IKA Kelompok 6

1. Yang menjadi perbedaan utama anak di atas satu tahun dan anak di bawah satu tahun
adalah…
a. Tumbuh kembangnya
b. Makanannya
c. Jumlah giginya
d. Kekebalan tubuhnya

2. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu
a. Batita dan balita
b. Toodler dan balita
c. Neonates dan bayi
d. Balita dan anak pra sekolah

3. Yang menjadi konsumen aktif adalah..


a. Neonatus
b. Bayi
c. Batita dan balita
d. Balita dan pra sekolah

4. Berikut ini fungsi zat gizi, kecuali …


a. Zat tenaga
b. Zat pembangun
c. Sumber energy
d. Zat pengatur

5. Yang menjadi akibat dari gizi yang tidak seimbang adalah..


a. Menjadi kurus
b. Menjadi tidak semangat
c. Diare
d. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
6. Penyebab balita kurang nafsu makan adalah……
a. Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol
b. Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai
keinginan orangtua
c. Faktor penyakit organis, Faktor gangguan psikologi, Faktor pengaturan
makanan yang kurang baik
d. Balita dan pra sekolah

7. Berikut ini yang termasuk gizi makanan utama anak balita pada usia 12-23 bulan
a. MPASI saring / lumat
b. biskuit, buah, puding, bubur sum-sum,dsb
c. buah, biskuit, bubur sum-sum
d. maknan keluarga berbumbu ringan dan tidak pedas, mungkin masih
lembik/lunak

8. KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, apa saja …
a. Marasmus, Kwashiorkor, Marasmik-kwashiorkor
b. Balita , Neonatus, Bayi
c. Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel
dalamjaringan.
d. Faktor penyakit organis, Faktor gangguan psikologi, Faktor pengaturan makanan
yang kurang baik

9. Berikut ini adalah syarat-syarat makanan yang harus dipenuhi pada saat balita panas
tinggi , kecuali …
a. Konsistensinya lunak
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering
c. Kebutuhan air diberikan lebih banyak
d. Kebutuhan Lemak harus meningkat

10. faktor penyebab diare adalah……..


a. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus diimbangi makan
yang cukup supaya kondisi tubuh membaik
b. Infeksi, Malabsorpsi, Makanan, Faktor psikologis
c. kehilangan banyak air dan elektrolit (dehidrasi) yang menyebabkan tubuh
kekurangan cairan, gangguan gizi sebab masukkan makanan kurang sedang
pengeluaran bertambah, dan hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah
normal.
d. Gangguan absorpsi

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok 6
    Makalah Kelompok 6
    Dokumen17 halaman
    Makalah Kelompok 6
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • HEG Kelompok 4
    HEG Kelompok 4
    Dokumen17 halaman
    HEG Kelompok 4
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bunda Ratna
    Makalah Bunda Ratna
    Dokumen15 halaman
    Makalah Bunda Ratna
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal
    Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal
    Dokumen1 halaman
    Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • B.ratna Ini
    B.ratna Ini
    Dokumen21 halaman
    B.ratna Ini
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • HEG
    HEG
    Dokumen17 halaman
    HEG
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Distosia
    Distosia
    Dokumen26 halaman
    Distosia
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Bunda Ratna
    Bunda Ratna
    Dokumen15 halaman
    Bunda Ratna
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 3
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Dokumen7 halaman
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Askeb Gadar Bunda Nisspih
    Askeb Gadar Bunda Nisspih
    Dokumen90 halaman
    Askeb Gadar Bunda Nisspih
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kala Iii
    Kala Iii
    Dokumen23 halaman
    Kala Iii
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Dokumen7 halaman
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kala Iii
    Kala Iii
    Dokumen23 halaman
    Kala Iii
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Dokumen7 halaman
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kala IV
    Kala IV
    Dokumen20 halaman
    Kala IV
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 7
    Kelompok 7
    Dokumen32 halaman
    Kelompok 7
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bunda Rahma K2
    Makalah Bunda Rahma K2
    Dokumen25 halaman
    Makalah Bunda Rahma K2
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Distosia
    Distosia
    Dokumen26 halaman
    Distosia
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Distosia
    Distosia
    Dokumen26 halaman
    Distosia
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 3
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bunda Rahma K2
    Makalah Bunda Rahma K2
    Dokumen25 halaman
    Makalah Bunda Rahma K2
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • 5 16 1 PB PDF
    5 16 1 PB PDF
    Dokumen14 halaman
    5 16 1 PB PDF
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • 1 Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia
    1 Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia
    Dokumen47 halaman
    1 Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia
    dian firdaus
    Belum ada peringkat
  • 5 16 1 PB PDF
    5 16 1 PB PDF
    Dokumen14 halaman
    5 16 1 PB PDF
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat