Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data
yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan
status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain
inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Observasi (pengamatan secara seksama) Pemeriksaan dilakukan pada seluruh
tubuh, dari ujung rambut sampai ujung kaki, namun tidak harus dengan urutan tertentu.
Pemeriksaan yang menggunakan alat seperti pemeriksaan tengkorak, mulut, telinga, suhu
tubuh, tekanan darah, dan lain-lainnya, sebaiknya dilakukan paling akhir, karena dengan
melihat atau memakai alat-alat, umumnya anak menjadi takut atau merasa tidak nyaman,
sehingga menolak diperiksa lebih lanjut.
Bayi dan balita adalah sosok yang rentan dan belum terlalu kuat. Namun bayi dan
balita juga perlu pemeriksaan fisik untuk mengetahui keadaan fisik tersebut sehingga
diperlukan juga pemeriksaan fisik bayi dan balita
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja persiapan sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan anak
balita?
2. Bagaimana tehnik pemeriksaan fisik pada bayi dan balita ?
3. Apa saja penilaian hasil dari pemeriksaan fisik pada bayi dan balita ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja persiapan sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi
dan anakbalita.
2. Untuk mengetahui tehnik pemeriksaan fisik pada anak bayi dan balita.
3. Untuk mengetahui apa saja penilaian hasil dari pemeriksaan fisik pada bayi dan balita.
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami bagaimana cara pemeriksaan fisik pada bayi dananak
balita.

1
2. Untuk Pembaca
Untuk menambah wawasan para pembaca tentang pemeriksaan fisik pada bayi dan
anak balita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.Biasanya,
pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada
anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.

Pemeriksaan fisik pada bayi dapat dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatannya.Waktu pemeriksaan fisik dapat dilakukan saat bayi
baru lahir, 24 jam setelah lahir, dan akan pulang dari rumah sakit.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, antara lain:
1. Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas, atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang diperiksa.
2. Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
3. Lakukan prosedur yang mengganggu bayi, seperti pemeriksaan refleks pada tahap
akhir.
4. Bicara lembut, pegang tangan bayi di atas dadanya atau lainnya.
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan yang
bertujuan untuk memastikan normalitas dan mendeteksi adanya penyimpangan dari
normal. Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan
penyesuaian terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam
pelaksanaannya harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila
suhu tubuh bayi rendah atau bayi tampak tidak sehat.
B. Prinsip Pemeriksaan Pada Bayi Baru Lahir
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan dan pastikan pencahayaan baik.

3
3. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yang akan diperiksa (jika
bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera selimuti
kembali dengan cepat, periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
C. Persiapan Pemeriksaan fisik pada Bayi dan Balita
1. Persiapan peralatan dan perlengkapan
a. Kapas.
b. Senter.
c. Termometer.
d. Stetoskop.
e. Selimut Bayi.
f. Bengkok.
g. Timbangan Bayi.
h. Pita Ukur/Metlin..
i. Pengukur Panjang Badan
2. Persiapan Diri dan Pasien
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan dilakukan pemeriksan.
b. Lakukan anamnesa riwayat dari ibu meliputi faktor genetik, faktor lingkungan,
sosial, faktor ibu (maternal), faktor perinatal, intranatal, dan neonatal.
c. Susun alat secara ergonomis.
d. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir, keringkan dengan handuk
bersih.
e. Memakai sarung tangan.
f. Letakkan bayi pada tempat yang rata.
D. Prosedur
1. Pemeriksaan fisik pada bayi
Merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh bidan, perawat atau dokter
untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, 24 jam
setelah bayi lahir, dan pada waktu pulang dari rumah sakit.Dalam melakukan
pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang,
sehingga bayi tidk mudah mudah kehilangan panas.
Tujuan dari pemeriksaan fisik secara umum adalah menilai status adaptasi atau
penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri serta mencari
kelainan pada bayi. Adapun pemeriksaan yang dapat dilakukan pada bayi antara lain
sebagai berikut :
4
a. Hitung Frekuensi Napas
Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata
pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dilakukan normal pada bayi baru
lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali permenit, tanpa adanya retraksi dada
dan suara merintih saat ekspirasi, tetapi apabila bayi lahir dalam keadaan lahir
kurang dari 2.500 gram atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu kemungkinan
terdapat adanya retraksi dada ringan. Jika pernapasan berhenti beberapa detik
secara periodic, maka masih dikatakan dalam batas normal.
b. Lakukan Inspeksi Pada Warna Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada warna pucat,
ikterus, sianosis sentral, atau tanda lainnya.Bayi dalam keadaan aterm umumnya
lebih pucat dibandingkan bayi dalam keadaan preterm, mengingat kondisi kulitnya
lebih tebal.
c. Hitung Denyut Jantung Bayi Dengan Menggunakan Stetoskop
Pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami
gangguan yang menyebabkan jentung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu
tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut
jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali permenit.
Masih dalam keadaan normal apabila diatas 60 kali permenit dalam jangka waktu
yang relative pendek, beberapa kali per hari, dan terjadi selama beberapa hari
pertama jika bayi mengalami distres.
d. Ukur Suhu Aksila
Lakukan pemeriksaan suhu melalui aksila untuk menentukan apakah bayi
dalam keadaan hipotermi atau hipertermi. Dalam kondisi normal syhu bayi antara
36,5-37,5 derajat celcius.
e. Kaji Postur Dan Gerakan
Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidaknya epistotonus/hiperekstensi
tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit kebelakang, tubuh melengkung
kedepan, adanya kejang/spasme, serta tremor.Pemeriksaan postur dalam keadaan
normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan
panggul dan lutut semifleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gram
atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstremitasnya dalam keadaan sedikit
ekstensi. Apabila bayi letak sungsang, didalam kandungan bayi akan mengalami
fleksi penuh pada sendi panggunl atau lutut/sendi lutut rstensi penuh, sehingga
5
kaki bisa mencaoai mulut. Selanjutnya gerakan ekstremitas bayi harusnya terjadi
secara spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi
normal dapat sedikit gemetar.
f. Pemeriksaan Tonus atau Kesadaran Bayi
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat adanya letargi, yaitu penurunan
kesadaran dimana bayi dapat banging lagi dengan sedikit kesuliatan, ada tidaknya
tonus otot lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktifitas berkurang, dan sadar (
tidur yang dalam tidak merespons terhadap rangsangan). Pemeriksaan ini dalam
keadaan normal dengan tingkat kesadaran mulai dari diam hingga sadar penuh
serta bayi dapat dibagunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam.
g. Pemeriksaan Ekstremitas
Pemeriksaan ini berfungsi untuk menilai ada tidaknya gerakan ekstremitas
abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal (menghadap ke dalam atau
keluar garis tangan), serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau
saling melekat.
h. Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan
pada kulit atau pembengkakan, postula (kulit melepuh), luka atau trauma, bercak
atau tanda abnormal pada kulit, elastisitas kulit, serta ada tidaknya ruam popok
(bercak merah terang diikuti daerah popok pada bokong).Pemeriksaan ini normal
apabila tanda seperti eritema toksikum (titik merah dan pusat putih kecil pada
muka, tubuh dan puggung) pada hari kedua atau selanjutnya, kulit tubuh yang
terkelupas pada hari pertama.
i. Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah adanya kemerahan,
bengkak, bernanah, berbau, atau lainnya pada tali pusat.Pemeriksaan ini normal
apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering
atau mengecil dan lepas pada hari ke-7 hingga ke-10.
j. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara sebagai berikut :
1) Pemeriksaan rambut dengan menilai jumlah dan warna, adanya lanugo
terutama pada daerah bahu dan punggung.
2) Pemeriksaan wajah dan tengkorak, dapat dilihat adanya maulage, yaitu tulang
tengkorak yang saling menepuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau
6
tidak. Ada tidaknya ceput succedaneum ( edema pada kulit kepala, lunak dan
tidak berfluktuasi, batasnya tidak tegas serta melewati sutura dan akan hilang
dalam beberapa hari). Adanya ceput hematum terjadi sesaat setelah lahir dan
tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh Ceput succedaneum,
komsistensinya lunak, berfluktasi, berbatas tega pada tepi tulang tengkorak,
tidak menyebrangi sutura, dan apabila menyebrangi sutura akan mengalami
fraktur tulang tengkorak yang akan hilang sempurna dalam waktu 2-6 bulan.
Adanya perdarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan
jaringan diluar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas, sehingga bentuk
kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi
dan edems. Pemeriksan selanjutnya adalah menilai fontanellaDengan cara
melakukan palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel posterior
dapat dilihat proses penutupannya setelah usia 2 bulan, dan fantonel anterior
menutup saat usia 12 – 18 bulan.

3) Pemeriksaan Mata untuk menilai adanya strabismus atau tidak,yaitu


koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara memeriksanya adalah
dnegan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi
akan terbuka, kemudian baru diperiksa. Apabila ditemukan jarang berkedip
atau sensitivitas terhadap cahaya berkurang, maka kemungkinan anak
mengalami Sindrom Down. Pada glaucoma kogenital, dapat terlihat
pembesaran terjadi kekeruhan pada kornea. Katarak kogenital dapat dideteksi
apabila terlihat pupil yang berwarna putih. Apabila ada trauma pada mata
maka dapat terjadi edema palpebral, perdarahan konjungtiva, retina, dan lain-
lain.

7
4) Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai adanya gangguan
pendengaran dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi
repleks terkejut, apabila tidak terjadi reflex, maka kemungkinan akan terjadi
gangguan pendengaran.
5) Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada
pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan
kemampuan reflex menghisap. Apabila ditemukan lidah yang menjulur keluar,
dapat dilihat adanya kemungkinan kecacatan kogenital. Adanya bercak pada
mukosa mulut, palatum, dan pipi biasanya disebut sebagai monilia albicans,
gusi juga perlu diperiksa untuk menilai adanya pigmen pada gigi, apakah
terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
6) Pemeriksaan leher dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi
keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada
tulang leher misalnya kelainan tiroid, hemangioma, dan lain-lain.
k. Pemeriksaan Abdomen dan Punggung
Pemeriksaan pada abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi
untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila dibatalkan abdomen mencubit dapat
diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga
perut. Pada perabaan, hati biasanya teraba 2 -3 cm dibawah arkus josta kanan,
limfa teraba 1 cm dibawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan
dengan pengaturan posisi telentang dan tngkai bayi dilipat agar otot – otot dinding
perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba sekitar 2-3 cm.
Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasama, kelainan
bawaan, atau thrombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang
belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi
tengkurap. Raba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya
kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal (defek tulang punggung,
sehingga medulla spinalis dan selapt otak menonjol)
l. Pengukuran Antropometri
Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti
berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram,
apanila ditemukan berat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi
memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) akan tetapi jika bayi lahir dengan berat
badan lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam kelompok
8
makrosomia. Pengukuran antropometri lainnya adalah pengukuran panjang badan
secara normal, panjang badan bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran
lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya
30-33 cm. Apabila ditemukan lingkar kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada,
maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm
dari lingkar dada maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.
m. Pemeriksanan genetalia
Pemeriksaan genetalia ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang
tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagina seharusnya terpisah,
namun apabila ditemukan satu lubang maka dikatakan terjadinya kelainan dan
apabila ada secret pada lubang vagina, hal ini dikarenakan oleh pengaruh
hormone. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang
penis pada bayi adalah 3-4 cm dan 1-1,3 cm lebarnya, kelainan yang terdapat
pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek di bagian ventral
ujung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek
pada dorsum penis.
n. Pemeriksaan Urine dan Tinja
Pemeriksaan Urine dan Tinja bermanfaat untuk menilai ada atau tidaknya
diare serta kelainan pada daerah anus.Pemeriksaan ini normal apabila bayi
mengeluarkan feses cair antara 6-8 kali per menit, dapat dicurigai apabila
frekuensi meningkat serta adanya lender atau darah.Adanya perdarahan
perVaginam pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pertama pada
minggu pertama kehidupan.
o. Pemeriksaan Refleks
No Pemeriksaan Cara Kondisi normal Kondisi
Reflex pengukuran abnormal
1 Berkedip Sorotkan Dijumpai pada tahun Jika tidak
cahaya pertama dijumpai
kemata bayi menunjukkan
kebutaan
2 Tanda Gores telapak Jari kaki mengembang Bila
bebinzki kaki bagian dan ibu jari kaki dorsof pengembangan
luar, dimulai leksi, dijumpai usia 2 jari kaki dorsof

9
dari tumit. tahun. fleksi setelah 2
tahun, adanya
tanda lesi
ekstraprimidal.
3 Merangkak Letakkan Bayi membuat gerakan Apabila gerakan
bayi merangkak dengan tidak simetris
tengkurap lengan dari kaki bila adanya tanda
diatas diletakkan pada kelainan
permukaan abdomen neurologis
yang rata
4 Menari Pegang bayi Kaki akan bergerak Repleks
/melangkah sehingga keatas dan kebawah bila menetap
kakinya sedikit disentuhkan ke melebihi 4-8
menyentuh permukaan keras mimggu
permukaan dijumpai pada 4-8 merupakan
yang keras minggu pertama keadaan
abnormal
5 Ekstursi Sentuh lidah Lidah ekstensi kearah Ekstensi lidah
dengan ujung luar bila disentuh, yang persisten
spatel lidah dijumpai pada usia 4 adanya sindrom
bulan down
6 Galant’s Gores Pungung bergerak Tidak adanya
punggung kearah samping bila reflex
bayi distimulasi, dijumpai menunjukkan
sepanjang pada 4-8 minggu lesi
tulang pertama medulaspinalis
belakang dari transversal
bahu sampai
bokong
7 Moro Ubah posisi Lengan ekstensi,jari-jari Reflex yang
dengan tiba- mengembang, kepala menetap lebih
tiba atau terlempar ke belekang, dari 4 bulan.
pikul tungkai sedikit ekstensi, Adanya

10
meja/tempat lengan kembali kerusakan otak,
tidur ketengah dengan tangan respon tidak
menggenggam tulang simetris, adanya
belakang dan eksremitas himipsresis,
bawah ekstensi. Lebih fraktur klavikula
kuat selama 2 bulan atau cedera
menghilang pada usia 3- plaksus
4 bulan brakialis, tidak
ada respon
ekesremitas
bawah, adanya
dislokasi
pinggunl atau
cedera medulla
spinalis
8 Neck Letakkan Bila bayi telentang , Tidak ada reflex
righting bayi dalam kemudian bahu dan atau reflex
posisi badan pelvis berotasi menetap lebih
telantang kearah dimana bayi dari 10 bulan
coba menarik berputar dan dijumpai menunjukkan
perhatian selama 10 bulan pertama adanya
bayi dari satu gangguan
sisi system saraf
pusat.
9 Menggengga Lettakkan jari Jari-jari bayi Fleksi yang
m di telapak melengkung di sekitar tidak simetrus
( palmar tangan bayi jari yang diletakkan di menunjukkan
grasp) dari sisi telapak tangan bayi dan adanya paralisis,
ulnar, jika sisi ulnar, reflex ini reflex
reflex lemah menghilang pada usia 3- menggenggam
atau tidak ada 4 bulan yang menetap
berikan botol menunjukkan
atau dot, gangguan

11
karena serebral
menghisap
akan
mengkeluark
an refleks
10 Rooting Gores sudut Bayi memutar kearah Tidak adanya
mulut bayi pipi yang digores reflex reflex
garis tengah ini menghilang pada menunjukkan
bibir usia 3-4 bulan, tetapi adanya
bisa menetap sampai 12 gangguan
bulan khususnya saat neurologis berat.
tidur
11 Kaget Bertepuk Bayi mengekstensi dan Tidak adanya
(startie) tangan memfleksi lengan dalam reflex
dengan keras berespon terhadap suara menunjukkan
yang keras, tangan tetap adanya
rapat, reflex ini akan gangguan
menghilang setelah pendengaran
bulan
12 Menghisap Berikan bayi Bayi menghisap dengan Reflex yang
botol dan dot kuat dalam berespons lemah atau tidak
terhadap stimulasi, ada menujukkan
reflex ini menetap kelambatan
selama masa bayi dan perkembangan
mungkin selama tidur atau keadaan
tanpa stimulasi neurologis yang
abnormal
13 Tonic neck Putar kepala Bayi melakukan Tidak normak
dengan cepat perubahan posisi bila bila respons
kesatu sisi kepa diputar kesatu sisi, terjadi setiap
lengan dan tungkai kepala diputar,
ekstensi kea rah sisi jika menetap
putaram kepala dan adanya

12
fleksi pada sisi yang kerusakan
berlawana, normalnya serebral mayor
reflex ini tidak terjadi
setiap kali kepala
diputar. Tampak kira-
kira pada usia 2 bulan
dan menghilang pada
usia 6 bulan
2. Pemeriksaan Fisik pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk
memperoleh data status kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam
menegakkan diagnosis. Adapun pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Keadaan Umum
Pemeriksaan ini terdiri atas pemeriksaan status kesadaran, status gizi, tanda-tanda
vital, dan lain-lain.
1). Pemeriksaan Kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak, ada
dua macam penilaian status kesadaran, yaitu penilaian secara kualitatif dan
penilaian secara kuantitatif. Secara kualitatif didapatkan antara lain : compos
mentis, yaitu anak mengalami kesadaran penuh dengan memberikan respons
yang cukup terhadap stimulus yang diberikan; apatis, yaitu anak acuh tak acuh
terhadap keadaan sekitarnya; somnelon, yaitu anak memiliki kesadaran yang
lebih rendah dengan ditandai dengan anak tampak mengantuk, selalu ingin
tidur, tidak responsive terhadap rangsangan ringan, dan masih memberikan
respons tterhadap rangssangan yang kuat; sopor, yaitu anak tidak memberikan
respons ringan maupun sedang, tapi masih memberikan respons sedikit
terhadap rangsangan yang kuat dengan adanya reflex pupil terhadap cahaya
yang masih positif; koma, yaitu anak tidak dapat bereaksi terhadap stimulus
atau rangsangan apapun, reflex pupil terhadap cahaya tidak ada; dan delirium
merupakan tingkat kesadaran yang paling rendah ditandai dengan disorientasi
sangat iritatif, kacau, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik.
Dalam penilaian kesadarran anak, sering kali ditemukan permasalahan,
seperti kesulitan dalam penilaian kesadaran melalui respons yang diberikan

13
pada anak, karena respons dari anak tidak menjadikan ukuran mutlak keadaan
kesadaran baik atau terjadi gangguan.
2). Pemeriksaan Status Gizi
Penilain status gizi ini dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan, seperti pemeriksaan antropometri, yang meliputi pemeriksaan
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan
laboratorium yang dapt digunakan untuk menentukan status gizi
anak.Selanjutnya dalam penilaian status gizi anak dapat disimpulkan apakah
anak mengalami gizi baik, cukup, atau gizi yang kurang.
3). Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau
istirahat. Pemeriksaan nadi dapat dilakukan berssamaan dengan pemeriksaan
denyut jantung untuk mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan
denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk menimbulkan denyut nadi,
sehingga denyut jantung lebih tinggi daripada denyut nadi.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kecepatan atau ffrekuensi nadi,
misalnya dapat ditemukan takikardi yang merupakan denyut jantung llebih
cepat daripada kecepatan normal, keadaan ini dapat terlihat pada keadaan
hipertermia, aktivitas tinggi, ansietas, tirotoksikosis, miokarditis, gagal
jantung, serta dehidrasi atau rejantan. Pada keadaan hipertermia,
meningkatnya suhu satu derajat celcius akan meningkatkan denyut nadi
sebanyak 15-20 kali per menit.
Penilaian yang berkaitan dengan pemeriksaan nadi adalah ada atau
tidaknya takikardi sinus, yang ditandai dengan adanya variasi 10-15 denyutan
dari menit ke menit.takikardi supraventikuler paroksisimal yang ditandai
dengan nafi sulit dihitung karena frekuensinya sangat tinggi (lebih dari 2000
kali per menit) dan kecepatan nadi konstan sepanjang serangan.
Disamping takikardi, terdapat istilah brikardi, yaitu frekuensi denyut
jantung yang kurang dari normal atau denyut jantung lambat.Dalm penilaian
brikardi, terdapat brikardi sinus dan brikardi relative apabila denyutan nadi
lebih sedikit dibandingkan dengan kenaikan suhu.Selain pemeriksaan
frekuensi nadi, dapat juga dilakukan pemeriksaan irama denyutan
nadi.Selanjutnya diraba apakah iramanya normal atau tidak, hasil perabaab
dapat berupa disritmia (aritmia) sinus. Disritmia merupakan ketidakteraturan
14
nadi dimana denyut nadi lebih cepat saat inspirasi dan akan lebih lambat saat
ekspirasi, kemudian apabila teraba nadi sepasang-sepasang dinamakan pulsus
bigeminus dan apabila teraba tiga kelompok- kelompok disebut pulsus
trigeminus, serta untuk melihat kkelainan lebih lanjut dapat dengan
elektrokardiografi.
Selain itu, pemeriksaan nadi lainnya adalah kualitas nadi apakah
normal atau cukup.Hal ini dapat dinilai seperti adanya pulsus seler ditandai
dengan nadi teraba sangat kuat dan turun dengan cepat akibat tekanan nadi
(perbedaan tekanan sistolik dan diastolic yang sangat besar). Apabila lemah
menunjukkan adanya kegagalan dalam sirkulasi, adanya pulsus parvus et
tardus yang ditandai dengan amplitude nadi yang rendah dan teraba lambat
naik dapat terjadi pada stenosis aorta. Adanya pulsus alternas, ditandai dengan
denyut nadi yang berselang-seling kuat dan lemah menunjukkan adanya beban
ventrikel kiri yang berat.Adanya pulsus paradoksus ditandai dengan nadi yang
teraba jelas lemah saat inspirasi dan teraba normal atau kuat saat ekspirasi
yang menunjukkan tamponade jantung.
4). Pemeriksaan tekanan darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya
dicantumkan dalam posisi apa pemeriksaan darah dilakukan, seperti tidur,
duduk, berbaring, atau menangis. Sebab posiisi akan memengaruhi hasil
penilaian tekanan darah yang dilakukan. Pemeriksaan tekanan darah dapat
dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung pada
pasien.Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah pemeriksaan secara tidak
langsung dengan menggunakan spigmomanometer yang dapat dilakukan
secara palpasi atau secara auskultasi dengan bantuan stetoskop.
Pemeriksaan ini untuk menilai adanya kelainan pada gangguan
system kardiovaskular, apabila didapatkan perbedaan tekanan darah sistolik
pada saat inspirasi dan saat ekspirasi lebih dari 10 mmHg, maka dapat
dikatakan anakk mengalami pulsus paradoksus yang kemungkinan
menyebabkan terjadinya tamponade jantung, gagal jantung, dan lain-lain.
Table tekanan darah normal
Tekanan
Usia sistolik/Diastolik

15
(mmHg)
1 bulan 86/54
6 bulan 90/60
1 tahun 96/65
2 tahun 99/65
4 tahun 99/65
5) Pemeriksaan pernapasan
Pemeriksaan ini dilakukan dengan ccara menilai frekuensi, irama,
kedalaman, dan tipe atau pola pernapasan denggan ketentuan sebagaimana
tertera pada table berikut :
Pola Pernapasan Deskripsi
Dyspnea Susah napas yang ditunjukkan dengan
adanya retraksi dinding dada
Bradipnea Frekuensi pernapasan lambat
abnormal, tapi iramanya teratur
Takipnea Frekuensi pernapasan cepat yang
abnormal
Hiperkapnea Pernapasan cepat dan dalam
Apnea Tidak ada pernapasan
Cheyne stokes Periode pernapasan cepat dalam yang
bergantian dengan periodeapnea,
umumnya pada bayi dan pada anak
selama tidur nyenyak, depresi, dan
kerusakan otak.
Kusmaul Napas dalam yang abnormal bisa
cepat, normal, atau lambat. Paa
umumnya terjadi pada asidosis
metabolik
Biot Tidak teratur, terlihat pada kerusakan
otak bagian bbawah dan depresi
pernapasan.
6) Pemeriksaan suhu

16
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rektal, aksila, dan oral yang
digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan
untuk membantu menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
Table suhu tubuh normal :
Usia Suhu (derajat
celcius)
3 bulan 37,5
1 tahun 37,7
3 tahun 37,2
5 tahun 37,0
b. Pemeriksaan Kulit, Kuku,Rambut, dan Kelenjar Getah Bening
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah terdapat kelainan atau
masalah pada kondisi kulit, kuku, rambut, dan kelenjar getah bening.
1) Pemeriksaan kulit
Pemeriksaan ini untuk menilai warna kulit. Dan cara ppemeriksaan dan
keadaan patologis kelembapan kullt
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1.1 warna kulit
Warna kulit Deskripsi
Cokelat Menunjukkan adanya penyakit Addison atau
beberapa tumor hipofisis.
Biru kemerahan Menunjukkan polisitemia
Merah Alergi dingin, hipertermia, psikologis,
alcohol, atau inflamasi local
Biru (sianosis) pada kuku Sianosis pperifer karena kecemasan,
kedinginan, atau sentral karena penurunan
kapasitas darah dalam membawa oksigen
yang meliputi bibir, mulut, dan badan.
Kuning Icterus yang menyertai penyakit hati,
hemolysis sel darah merah, obstruksi saluran
empedu, atau infeksi barat yang dapat dilihat
pada sclera, membrane mukosa, dan abdomen.
Bila terdapat pada telapak tangan, kaki, dan

17
mukosa serta bukan pada sclera, kemungkinan
akibat memakan wortel dan kenttang.
Bila pada area kulit terbuka tidak ada
skleradan membrane mukosa menunjukkan
adanya penyakit ginjal kronis.
Pucat (kurang merah muda Menunjukkan adanya sinkop, demam,, syok,
pada orang kult putih) atau dan anemia
warna abu-abu pada kulit
hitam
Kekurangan warna secara Albinoisme
umum
Table 1.2 cara pemeriksaan dan keadaan patologis kelembapan kulit
Cara Paatologis
Amati kelembapan Kulit kering pada daerah bibir, tangan, atau genital
daerah kulit menunjukkan adanya dermatitis kontak.
Normal :agak
kering
Normal : membran Kekeringan yang menyeluruh disertai adanya lipatan
mukosa lembap dan membrane mukosa yang lembap menunjukkan
terlalu terpapar dengan sinar matahari dan sering
mandi attau kurang gizi, sedangkan kering pada
membrane mukosa menunjukkan adanya dehidrasi
serta adanya kedinginan menunjukkan adanya syok
dan perspirasi.
2) Pemeriksaan kuku
Pemeriksaan kuku dilakukan dengan cara inspeksi terhadap warna,
bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh dapat menunjukkan penyakit
pernapasan kronis atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau
cembung menunjukkan adanya cedara, defisiensi besi, dan infeksi.
3) Pemeriksaan rambut
Pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai warna, kelebatan,
distribusi, dan karakteristik lainnya dari rambut.Normalnya rambut menutupi
semua permukaan tubuh, kecuali telapak tangan dan kaki serta permukaan

18
labia sebelah dalam.Rambut kepala normalnya berkilauan seperti sutra dan
kuat.Rambut yang kering, rapuh, dan kurang pigmen dapat menunjukkan
adanya kekurangan gizi.Kondisi rambut yang kurang tumbuh dappat
menunjukkan adanya malnutrisi, penyakit hipotiroidisme, efek obat, dan lain-
lain.
4) Pemeriksaan kelenjar getah bening
Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara melakukan
palpasi pada daerah leher, inguinal, atau kelenjar lainnya. Apabila terjadi
pembesaran dengan diameter lebih dari 10 mm, hal ini menunjukkan
kemungkinan adanya ketidaknormalan atau terdapat indikasi penyakit tertentu.
c. Pemeriksaan Kepala dan Leher
Pemeriksaan kepala dan leher meliputi pemeriksaan kepala secara umum,
yaitu pemeriksaan wajah, mata, telinga, hidung, mulut, faring, laring, dan leher.
1) Pemeriksaan kepala
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk memeriksa lingkar kepala.Apabila
didapatkan lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan
makrosefali dan biasanya dapat ditemukan pada penyakit
hidrosefalus.Sebaiknya, apabila liingkar kepala lebih kecil dari normal disebut
mikrosefali. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau fontanel ubun-ubun
besar, normalnya bertekstur rata atau sedikit cekung, namun apabila ubun-
ubun besar menonjol dapat menunjukkan adanya peningkatan tekanan
intracranial, sedangkan apabila cekung kemungkinan terjadi dehidrasi dan
malnutrisi.
2) Pemeriksaan wajah
Pemeriksaan wajah pada anak dilakukan untuk menilai kesimetrisan
wajah.Asimetris pada wajah dapat disebabkan oleh adanya paralisis
fasialis.Selain melihat kesimetrisan wajah, pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk menilai adanya pembengkakan daerah wajah.
3) Pemeriksaan mata
Pemeriksaan ini bermanfaat untuk menilai visus atau ketajaman
penglihatan. Pemeriksaan visus ini dapat dilakukan dengan pemberian
rangsangan cahaya pada usia neonates. Pada usia satu bulan, bayi sudah
mampu melihat adanya benda-benda dan pada usia dua bulan mampu melihat
jari, untuk memperjelas pemeriksaan dapat digunakan oftalmoskop.
19
Pemeriksaan mata selanjutnya adalah pemeriksaan palpebral.Palpebral
dilihat apakah simetris atau tidak, kelainan yang muncul antara lain ptosis,
lagoftalmus, dan pseudolagoftalmos.Pemeriksaan sclera dilakukan untuk
menilai warna sclera.Sclera normal berwarna putih.Kornea, pada pemeriksaan
dilihat apakahjernih atau tidak, apabila terjadi peradangan tampak adanya
kekeruhhan.
Pemeriksaan pupil dilakukan untuk melihat kemempuan pupil dalam
membesar dan mengecil.Pada keadaan normal pupil berbentuk bulat dan
simetris. Pupil dikatakan normal apabila diberikan sinar akan mmengecil
dengan reflex cahaya langsung maupun kontralateral pada yang tidak disinari.
Apabila ditemukan pupil yang berwarna putih kemungkinan adanya penyakit
katarak.Pemeriksaan lensa dapat dilakukan dengan menilai jernih tidaknya
lensa.Apabila ditemukan kekeruhan pada lensa, maka kemungkinan pasien
mengalami katarak.Pada pemeriksaan bola mata, apabila bola mata menonjol
dinamakan eksoftalmus dan apabila bola mata mengecil dinamakan
enoftalmos.Pemeriksaan strabismus atau juling ditentukan apabila ditemukan
sumbu visual yang tidak sejajar pada lapang ggerakan bola mata.
4) Pemeriksaan telinga
Pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar,
tengah, dan dalam. Pada ppemeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dari
pemeriksaan daun dan liang telinga dengan menentukan bentuk, besar, serta
posisinya. Pemeriksaan liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan
otoskop. Pemeriksaan selanjutnya adalah membrane timpani, pemeriksaan ini
dikatakan normal apabila membrane timpani sedikit cekung dan mengilap,
kemudian dilihat juga adanya perforasi atau tidak.Berikutnya dilakukan
pemeriksaan mastoid dengan melihat adanya pembengkakan pada daerah
mastoid, setelah itu baru dilakukan pemeriksaan pendengaran apakah
mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan alat garpatula. Pemeriksaan
telinga yang spesifik untuk bayi, misalnya pemeriksaan simetrisitas daun
telinga yang khas terjadi pada bayi atau anak yang mengalami down
syndrome.
5) Pemeriksaan hidung

20
Pemeriksaan hidung dilakukan untuk menilai adanya kelainan bentuk
hidung juga untuk menentukan ada tidaknya epistaksis.Alat yang dapat
digunakan ialah rhinoskopi anterior maupun posterior.
6) Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan mulut dilakukan untuk menentukan ada tidaknyya trismus
yang merupakan kesulitan membuka mulut, halitosis yang merupakan bau
mulut tidak sedap karena personal hygiene yang kurang, serta labioskisis
dimana kkeadaan bibir tidak simetris. Pemeriksaan selanjutnya adalah gusi
yang dapat ditentukan dengan melihat adanya edema atau tanda-tanda
peradangan. Pemeriksaan lidah juga dapat dilakukan untuk menilai apakah
terjadi kelainan kongenital atau tidak, juga dapat diperiksa ada tidaknya
tremor lidah dengan cara menjulurkan lidah.
Pemeriksaan gigi perlu dilakukan khusunya pada anak, dimana
kadang-kadang gigi tumbuh dan mudah lepas. Perkembangan gigi susu mulai
tumbuh pada usia lima bulan, tetapi kadang-kadang satu tahun. Pada usia 3
tahun ke dua puluh gigi susu akan tumbuh. Kelainan yang dapat ditemukan
pada gigi antara lain adanya karies dentis yang terjadi akibat infeksi bakteria.
Dalam pemeriksaan ini juga dapat diketahui adanya hipersalivasi pada anak,
hal ini terjadi kemungkinan akibat gigi anak akan tumbuh atau karena adanya
proses peradangan yang lain.
7) Pemeriksaan faring
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya hyperemia; edema;
serta adanya abses, baik retrofaringeal maupun peritonsiral.Adanya edema
faring umumnya ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembap.Pada diftteri
dapat ditemukan adanya bercak putih abu-abu (pseudomembran).
8) Pemeriksaan laring
Pemeriksaan llaring ini sangat berhubungan dengan pemeriksaan
pernapasan.Apabila ada obstruksi pada laring, maka suarra terdengar stridor
yang disertai dengan bentuk dan suara serak.Pada pemeriksaan laring dapat
digunakan alat laringoskop, baik direk (langsung) maupun indirek (tidak
langsung) dengan mmenggunakan alat yang dimasukkan kedalam secara
pperlahan-lahan dengan lidah ditarik keluar.
9) Pemeriksaan leher

21
Pemeriksaan leher dilakukan untuk menilai adanya tekanan pada vena
jugularis dengan cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan dada
dan kepala diangkat setinggi 15-30 derajat, pada pemeriksaan ini dapat
ditemukkan ada tidaknya distensi pada vena jugularis. Pemeriksaan yang lain
adalah ada tidaknya massa dalam leher.
Pemeriksaan pada bayi dilakukan dalam keadaan terlentang, kemudian
kelenjar tiroid diraba dari kedua sisi dengan jari telunjuk dan
tengah.Perhatikan adanya pergerakan pada tiroid ke atas apabila pasien
menelan.
d. Pemeriksaan Dada
Dalam melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan dada, hal yang
perlu diperhatikan adalah bentuk dan besar dada, kesimetrisan dan garakan dada,
adanya deformitas atau tidak, adanya penonjolan, serta adanya pembengkakan
atau kelainan yang lain. Bentuk-bentuk dada adalah sebagai berikut :
1) Funnel chest, merupakan bentuk dada dimana sternum bagian bawah serta iiga
masuk ke dalam terutama saat inspirasi. Hal ini dapat disebabkan olleh
adanya hipertrofi adenoid yang berat.
2) Pigeon chest (dada burung), merupakan bbentuk dada dimana bagian sternum
menonjol kea rah luar, biasanya disertai dengan depresi fentrikel pada daerah
kostokodral.
3) Barrel chest, merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti
tong dengan sternum terdorong kea rah depan dengan iga-iga yang horizontal.
Dada dengan bentuk ini dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru seperti
asma, emfisema, dan lain-lain. Pemeriksaan pada daerah dada yang lain adalah
pemeriksaan payudara, paru, dan jantung. Pada bayi dan balita akan sulit
ditentukan bentuk dada ini. Pemeriksaan ini akan menjadi efektif untuk anak
yang berusia lebih dari lima tahun.
4) Pemeriksaan Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak dapat dilakukan untuk mengetahui
perkembangan atau kelainan payudara anak, diantaranya adalah untuk
mengetahui ada tidaknya ginekosmatia patologis atau terjadi galaktore
sebelum anak mengalami masa pubertas.
e. Pemeriksaan Paru

22
Langkah ppertama pemeriksaan paru adalah inspeksi untuk melihat apakah
terdapat kelainan patologis atau hanya fisiologis dengan melihat pengembangan
paru saat bernapas, selanjutnya pemeriksaan paru dengan palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Hasil penilaian dari pemeriksaan auskultasi meliputi adanya suara
napas dasar dan suara napas tambahan sebagaimana diuraikan berikut.
1) Suara napas dasar
Suara napas dasar merupakan suara napas biasa yang meliputi suara napas
vesicular, bronkial, amforik, cog wheel breath sound, dan metamorphosing
breath sound.
2) Suara napas tambahan
Suara napas tambahan merupakan suara napas yang dapat didengar selain
napas dasar denggan bantuan auskultasi. Suara napas tambahan meliputi ronki
basah (rales)/ronki kering, wheezing, suara krepitasi, sertabunyi gesekan
pleura (pleural friction rub).
f. Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan jantung yang pertama kali dilakukan dengan cara berikut ini .
1) Denyut aspeks atau aktivitas ventrikel lebih dikenal dengan nama iktus kordis,
meruppakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada daerah aspeks, yaitu
sela iga ke-4 ppada garis midklavikularis kiri atau sedikit lateral. Denyutan ini
dapat terlihat apabila terjadi pembesaran ventrikel, seperti apabila pada
daerah ventrikel kiri yang besar, maka apeks jantung bergeser kebawah dan ke
lateral.
2) Detak pulmonal, merupakan detak jjantung yang apabila tidak teraba pada
bunyi jantung II, maka dikatakan normal. Apabila bunyi jantung II mengeras
dan dapat diraba pada sela iga ke-2 tepi kiri stenum, maka keadaan tersebut
dikatakan sebagai detak pulmonal atau pulmonary tapping.
3) Getaran bising (thrill), merupakan getaran dinding dada akibat bising jantung
keras, yang terjadi pada kelainan organic.
a) Perkusi
Dapat dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung
(kardiomegali) serta batasan dari organ jantung tersebut yang dillakukan
pada daerah sekitar jantung dari perifer hingga ke tengah.
b) Auskultasi

23
Auskultasi pada jantung dilakukan dengan cara mendengarkan mulai dari
aspeks hingga ke tepi kiri sternum bagian bawahh, bergesar ke atas
sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan sternum daerah infra dan
supraklavikula kanan/kiri, lekuk suprasternal daerah karotis dileher kanan
atau kiri, serta seluruh sisa dada atau dapt dilakukan dengan berbagai cara
pemeriksaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai daerah mitral di
aspeks, untuk triskuspidalis di parasternal kiiri bawah, daerah pulmonal
pada sela iga ke-2 tepi kiri sternum, dan daerah aorta di sela iga ke-2 tepi
kanan sternum.
g. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen pada anak dilakukan dengan cara inspeksi,
auskultasi, palpasi, dan perkusi. Pemeriksaan auskultasi didahulukan mengingat
yang akan didengarkan adalah bising usus atau peristaltic usus, sehingga tidak
dipengaruhi oleh stimulasi dari luar melalui palpasi atau perkusi. Berbagai organ
yang diperiksa dalam pemeriksaan abdomen, diantaranya hati, ginjal, dan
lambung itu sendiri.
h. Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan genitalia anak berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Khusus pada laki-laki, dapat diperiksa dengan cara memerhatikan ukuran, bentuk
penis, dan testis. Perlu juga diperhatikan kelainan yang ada, seperti hipospadia
(orificium uretra di ventral penis, biasanya dekat glan atau sepanjang penis);
epispadia(muara uretra pada dorsal penis), mungkin di glan atau batang
penis;fimosis (pembukaan prepusium sangat kecil, sehingga tidak dapat ditarik ke
glan penis), serta adanya peradangan pada testis dan skrotum.
Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya epispadia
(terbelahnya mons pubis dan klitoris serta uretra membuka di bagian dorsal);
adanya tanda-tanda seks sekunder, seperti pertumbuhan rambut dan payudara;
serta cairan tang keluar dari lubang genital.
i. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas pada anak dapat dilakukan
dengan cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang belakang, seperti lordosis
(deviasi tulang belakang kea rah anterior), kifosis (deviasi tulang belakang kea rah
posterior), scoliosis (deviasi tulang belakang ke arah samping), kelemahan, serta

24
perasaan nyeri yang ada pada tulang belakang dengan cara mengobservasi pada
posisi terlentang, tengkurap, atau duduk.
Pemeriksaan tulang, otot, dan sendi dimulai dengan inspeksi pada jari-jari,
seperti ppada jari tubuh dapat dijumpai pada penyakit jantung bawaan atau
penyakit paru kronis, adanya nyeri tekan, gaya berjalan, ataksia (inkoordinasi
hebat), spasme otot, paralisis, atrofi/hipertrofi otot, kontraktur, dan lain-lain.
j. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis pada anak pertama kali dapat dilakukan secara
inspeksi dengan mengamati berbagai kelainan neurologis, seperti kejang;
tremor/gemetaran (gerakan halus yang konstan); twitching (gerakan spasmodic
yang berlangsung singkat, seperti otot lelah serta nyeri setempat); korea (gerakan
involunter kasar, tanpa tujuan, capat dan tersentak-sentak, serta tidak
terkoordinasi); parese (kelumpuhan otot tidak sempurna); paralisis (kelumpuhan
otot yang sempurna); diplegia (kelumpuhan pada dua anggota gerak); paraplegia
(kelumpuhan pada anggota gerak bawah); tetraplegia/parese (kelumpuhan ppada
keempat anggota gerak); hemiparese/plegi (kelumpuhan pada sisi tubuh atau
angggota ggerak yang dibatasi garis tengah di daeah tulang belakang).
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan reflex. Pada pemeriksaan ini yang
dapat diperiksa antara lain :
1) Reflex superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengann empat
goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid (di atas simpisis).
2) Reflex tendon dalam, dengan mengetuk menggunakann hammer pada tendon
biseps, trisep, patella, dan Achilles. Penilaiannya adalah jika pada bisep
(terjadi fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patela (terjadi
ekstensi sendi lutut), dan pada achiles (terjadi fleksi plantar kaki).
Apabila hiperefleksi berarti ada kelainan pada upper motor neuron dan apabila
hiporefleks berarti terjadi kelainan pada lower motor neuron.
3) Refleksi patologis dapat menilai adanya reflex Babinzki dengan cara
menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya
positif apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari.
Pemeriksaan ketiga adalah pemeriksaan rangsang meningeal, antara
lain kaku kuduk. Cara melakukannya adalah pasien diatur posisi terlentang
kemudian leher ditekuk, apabila terdapat tahanan dagu dan dagu tidak
menempel atau mengenai bagian dada maka disebut kaku duduk(positif).
25
Brudzinski I diperiksa dengan cara pasien diatur dalam posisi telentang,
meletakkan satu tangan dibawah kepala pasien, kemudian ttangan lain
diletakkan di dada untuk mencegah badan terangkat, kemudian kepala
difleksikan ke dada. Adanya rangsangan meningeal apabila kedua tungkai
bawah akan fleksi pada sendi sendi panggul dan lutut. Brudzinski II dengan
cara pasien diatur terlentang, difleksikan secara pasif tungkai atas pada sendi
panggul, ikuti fleksi tungkai lainnya. Apabila sendi lutut lainnya dalam
keadaan ekstensi, maka terdapat tanda meningeal dan tanda kering.Dengan
posisi dalam keadaan terlantang, fleksikan tungkai atas tegak lurus, kemudian
luruskan tungkai bawah pada sendi lutut, penilaiannya adalah jika dalam
keadaan normal tungkai bawah dapat membentuk sudut 135 derajat terhadap
tungkai atas.
Pemeriksaan terakhir adalah pemeriksaan kekuatan dan tonus otot
dengan cara melihat adanya kekuatan tonus otot pada bagian ekstremitas.
Caranya dengan memberi tahanan, mengangkat atau menggerakkan bagian
otot yang akan dinilai dengan ketentuan sebagaimana pada table berikut :
Table nilai kekuatan tonus otot
Nilai Kekuatan Keterangan
Otot (tonus otot)
0(0%) Paralisis, tidak ada kotraksi otot sama sekali
1(10%) Terlihat atau teraba getaran kontraksi otot, tetapi tidak
ada gerakan anggota gerak sama sekali
2(25%) Dapat menggerakkan anggota gerak, tetapi tidak kuat
menahan berat dan tidak dapat melawan tekanan
pemeriksa.
3(50%) Dapat menggerakkan anggota gerak untuk nenahan berat,
tetapi dapat menggerakkan anggota badan untuk melawan
tekanan pemeriksa
4(75%) Dapat menggerakkan sendi dengan aktif untuk menahan
berat dan melawan tekanan secara stimultan
5(100%) Normal

26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui gejala atau
masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik bertujuan utnuk
mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah informasi, menyangkal data
yang diperoleh dari riwayat pasien, mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan
status pasien, dan mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan. Dalam
melakukan pemeriksaan fisik terdapat teknik dasar yang perlu dipahami, antara lain
inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (ketukan), dan auskultasi (mendengar).
Pemeriksaan fisik bisa dilakukan pada seluruh bagian dari tubuh. Mulai dari
kepala sampai kaki untuk mengetahui adanya ketidaknormalan pada bayi dan anak.
B. Saran
Sebaiknya pada saat melakukan pemeriksaan fisik pada bayi dan balita harus
dilakukan dengan cermat dan teliti. Supaya dapat terdeteksi jika ada kelainan-kelainan
pada bayi dan balita. Selanjutnya, jika ada kelainan-kelainan yang tidak bisa diatasi,
sebaiknya kolaborasi dengan tenaga medis lain, atau di rujuk ke rumah sakit.

27
DAFTAR PUSTAKA

Allen ,C.V.1991 memahami proses perawatan dengan pendekatan latihan diterjemahkan oleh
cristantie effendi. Jakarta.EGC.

Betz,C. L dan L. A sowden . 2002. Mosby's pediatric nursing reference. 3rd. ed.st louis
missouri: mosby year book. Inc

Behrman. R. E 1996. Textbook of pediatric. philadephia. W. B sounders company

Engel, J. 1995.pocket guide to pediatric assessment. St.louis missouri: mosby year book.inc,

28
Soal IKA Kelompok 7

1. Seorang anak laki-laki usia 10 tahun dibawa orangtuanya ke RS setelah mengalami


pingsan saat bermain bola. Pada hasil pengkajian didapatkan data GCS 6 (E2M2V2),
suhu 36 C, frekuensi nadi 120x/ menit, frekuensi napass 36x/ menit, tekanan darah
90/60 mmHg, suara nafas stridor, dan tampak banyak air ludah pada mulut anak.
Manakah tindakan keperawatan pertama yang dilakukan?
a. Melakukan suction

b. Memeberikan penkes

c. Mengkaji tanda-tanda vital

d. Memberikan posisi semifowler

e. Mempertahankan kepatenan jalan nafas

2. Karakteristik pada kulit bayi yang biasanya akan menghilang dengan sendirinya
dalam waktu 2 atau 3 hari disebut....

a. Bercak mongol

b. Verniks kaseosa

c. Ikterik

d. Lanugo

e. Milia

3. Bayi laki-laki usia 9 tahun dirawat di RS. Hasil pengkajian didapatkan data frekuensi
nafas 53x/ menit, frekuensi nadi 92x/ menit, suhu 39 C, tampak tarikan dinding dada
dan pernapasan cuping hidung. Apakah tindakan keperawatan yang utama pada kasus
diatas?

a. Beri oksigen 2 liter/ menit

b. Lakukan personal hygine

c. Posisikan bayi semi fowler

29
d. Lakukan physioterapi dada

e. Berikan terapi inhalasi sesuai program

4. Seorang anak laki-laki usia 1 tahun di rawat di RSU dengan keluhan muntah 3 kali,
tidak nafsu makan, makan habis 3 sendok, BB sebelum sakit 8,5 kg, BB saat ini 7 kg,
BB ideal anak satu tahun: 10 kg. hasil pemeriksaan laboratorium HB 10,3 gr/dl, Ht
39%, manakah intervensi yang paling tepat pada kasus diatas?

a. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

b. Berikan makanan dalam keadaan hangat

c. Menimbang berat badan setiap hari

d. Berikan makanan kesukaan anak

e. Konsultasikan dengan ahli gizi

5. Fungsi neurologis pada BBL berupa....

a. Pernapasan

b. Denyut jantung

c. Tonus otot atau reflek

d. Warna kulit

e. Reaksi terhadap rangsang

6. Seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan, saat ini masih diberikan ASI. Berat badannya 7
kg dan tinggi badannya 65 cm. tumbuh kembang anak relative normal. Setelah minum
ASI, anak sering mengalami gumoh (regurgitasi), padahal sudah disendawakan.
Manakah informasi yang paling tepat untuk kasus di atas?

a. Gizi

b. Teknik menyusui

c. Kebutuhan nutrisi

d. Perawatan payudara

30
e. Stimulus tumbuh kembang

7. Gangguan kemampuan motorik halus dan motorik kasar pada bayi merupakan
gangguan pada sistem…..

a. Integumen

b. Ginjal

c. Imunologi

d. Hepatic

e. Persyarafan

8. Salah satu karakteristik yang umum pada kulit bayi yaitu terdapat area bercak lebar
hitam berpigmen pada bokong atau bagian bawah bayi dengan warna kulit kuning,
coklat atau hitam. Merupakan pengertian dari……

a. Bercak mongol

b. Ikterik

c. Verniks kaseosa

d. Lanugo

e. Milia

9. Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dirawat RS dengan keluhan bengkak diarea wajah
…. Kelopak mata. Dokter menyatakan bahwa anak mngalami nefrotik syndrom. Pada
saat pengkajian, perawat menemukan mata anak tertutup karena edema kelopak mata
dan alis mata yang melekat . apakah tindakan prioritas yang dapat dilakukan pada
anak tersebut?

a. Mengkaji kadar albumin dalam darah anak

b. Mengoleskan salep mata sesuai program

c. Mengusapkan mata dengan air hangat

d. Memberikan tetes mata

31
e. Berikan lotion

10. Seorang bayi perempuan usia 5 hari, lahir aterm spontan dengan BB 3kg dan panjang
badan 55 cm dibawa ibunya ke poli anak dengan keluhan kulit bayi terlihat kuning.
Ibu mengatakan ASI belum keluar dengan lancer. Hasil pengkajian diperoleh data
beyi terlihat malas menyusui, dan hasil pemeriksaan darah menunjukkan kadar
bilirubin indirek 10 mg/dl. Apakah tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
masalah diatas?

a. Bayi dipuasakan sampai dengan kuningnya hilang

b. Beri minum yang cukup sesuai dengan kebutuhan

c. Anjurkan menjemur bayi di bawah matahari pagi

d. Berikan lampu penghangat di tempat tidur bayi

e. Lakukan perawatan payudara ibu

32

Anda mungkin juga menyukai