PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine di mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Hanafiah, 2008). Kehamilan terjadi selama kurang lebih 9 bulan. Proses
kehamilan dibagi menjadi 3 fase, yaitu trimester pertama (0-3 bulan), trimester kedua (4-6
bulan) dan trimester ketiga (7-9 bulan). Masa kehamilan menyebabkan perubahan fisik
maupun psikologi ibu. Kehamilan dapat memicu terjadinya perubahan bentuk tubuh secara
anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi (Istiany, 2013).
Wanita hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk dirinya dan bayi yang
dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami kekurangan asupan gizi, akan menyebabkan
kelainan pada janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami kelebihan gizi juga
tidak baik bagi pertumbuhan bayinya (Istiany, 2013). Dibandingkan ibu yang tidak hamil,
kebutuhan gizi ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium
50% dan zat besi 200-300% (Arisman, 2010).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. Data menunjukkan kecenderungan prevalensi
anemia menurun. Prevalensi anemia ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti ekonomi,
sosial budaya dan penyebab secara langsung adalah ketidakseimbangan antara asupan
makanan dan kebutuhan nutrisi (Depkes, 2006).
Anemia dalam kehamilan akan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik selama
kehamilan, persalinan, maupun nifas, serta pada masa laktasi. Anemia akan memberi
pengaruh tidak baik pada janin yang dikandung. Berbagai penyulit yang akan timbul
akibat anemia adalah: abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri,
perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, renjatan, infeksi saat dalam proses
persalinan atau pasca persalinan (Yip, 2000). Anemia merupakan kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin di bawah 11 gram/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar kurang dari 10,5
gram/dl pada trimester 2 (Saifuddin, 2002). Kekurangan kadar hemoglobin pada ibu hamil
merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan.
Anemia yang berat (kurang dari 4 g/dl) pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayi jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal
ini tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian ibu bersalin
maupun angka kematian bayi (Setiawan, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anemia ?
2. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil ?
3. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi gizi ibu hamil?
4. Bagaimana gizi pada Ibu Hamil dengan anemia
5. Apa saja makanan penambah darah yg baik untuk ibu hamil dengan anemia?
6. Berapa kebutuhan gizi wanita hamil ?
7. Apa saja Makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium, dan vitamin B12 ?
8. Bagaimana Contoh menu makanan dalam satu hari untuk ibu hamil dengan anemia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian anemia
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada
ibu hamil
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi gizi ibu hamil?
4. Untuk mengetahui bagaimana gizi pada Ibu Hamil dengan anemia
5. Untuk mengetahui apa saja makanan penambah darah yg baik untuk ibu hamil dengan
anemia
6. Untuk mengetahui berapa kebutuhan gizi wanita hamil
7. Untuk mengetahui apa saja Makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium, dan
vitamin B12
8. Untuk mengetahui bagaimana Contoh menu makanan dalam satu hari untuk ibu
hamil dengan anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester
I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II (Cunningham,, 2005). Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian
anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr %
sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia
sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
B. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia
lebih banyak terdapat pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
mempunyai resiko yang tinggi mengalami anemia. Seorang wanita hamil pada usia
berisiko, yaitu < 20 tahun akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya
yang masih dalam proses pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Demnoeche A. Kehlils & Moulesshoul S., 2011).
Sedangkan ibu hamil di atas usia 35 tahun cenderung mengalami anemia disebabkan
karena pengaruh turunya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.
Kehamilan pertama pada wanita berusia diatas 35 tahun juga akan mempunyai resiko
penyulit persalinan dan mulai terjadinya penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi
(Proverawati, 2011)
2. Paritas
Serli Febriana (2010) Hasil uji memperlihatkan bahwa adanya hubungan
antara paritas yang lebih dari 3 dan jarak kelahiran pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya.
Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Bisoi dkk (2011)
dengan hasil 78.1% wanita hamil yang menderita anemia pada paritas lebih dari 3.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran
anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan
kondisi anaknya akan lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2
tahun
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Status gizi yang normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum atau selama kehamilan
kemungkinan besar akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR) (Triyanti,
2011).
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi
pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status
gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai
ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan
kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi
juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu
hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).
Perhatian
Vitamin C membantu penyerapan zat besi sehingga ibu hamil juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan kaya vitamin C, seperti jus jeruk, paprika hijau, brokoli,
melon, stroberi, dan kubis.
Zat besi bisa hilang dalam proses pemasakan. Usahakan memasak makanan dalam
jumlah air yang sedikit dan dalam waktu sesingkat mungkin.
Sembelit adalah efek samping yang umum terjadi ketika Anda mengonsumsi
suplemen zat besi. Untuk membantu meringankan sembelit, maka konsumsilah
buahan dan sayuran. Minum setidaknya delapan gelas cairan setiap hari dan
lakukan olahraga ringan (seperti yang direkomendasikan oleh dokter).
2. Makanan Kaya Asam Folat
Asam folat juga penting untuk ibu hamil, selain untuk mencegah anemia, asam
folat juga mempunyai manfaat dalam mencegah kecacatan bayi saat lahir, sehingga
harus dikonsumsi dengan jumlah yang cukup setiap harinya oleh ibu hamil.
Jumlah asam folat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah 400
mikrogram per hari. Biasanya selaian didapat dari makanan, ibu hamil juga diwajibkan
untuk mengonsumsi suplemen asam folat setiap hari. Konsultasikan dengan dokter
Anda sebelum mengenai hal ini.
Adapun makanan penambah darah yang kaya asam folat bagi ibu hamil antara
lain sebagai berikut:
a. Hati ayam
Hati ayam adalah makanan yang mengandung asam folat tinggi yang paling
direkomendasikan. Kandungan asam folat dalam 100 gram hati ayam adalah
sekitar 1000 mcg. Konsumsi kurang dari 100 gram hati ayam berarti sudah dapat
memenuhi kebutuhan asam folat harian untuk ibu hamil.
b. Hati sapi
Kandungan asam folat dalam hati sapi tidak sebanyak dalam hati ayam,
tetapi masih termasuk ke dalam makanan kaya asam folat yang baik dikonsumsi
ibu hamil. Terdapat kurang lebih 250 mcg asam folat dalam sajian 100 gram
daging sapi.
c. Kacang kedelai
Kacang kedelai juga termasuk ke dalam makanan yang mengandung asam
folat tinggi. Setiap 100 gram kacang kedelai utuh terdapat 210 mcg asam folat.
Kacang kedelai bisa dikonsumsi langsung maupun melalui produk olahannya
seperti tahu, tempe, hingga susu.
Selain kacang kedelai, ada banyak juga kacang lain yang memiliki banyak
kandungan asam folat seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tahan, hingga
kacang polong.
d. Sayuran hijau
Makanan yang mengandung asam folat tinggi selanjutnya adalah sayuran
hijau. Salah satu yang paling direkomendasikan adalah bayam. Sayuran hijau satu
ini memiliki kandungan 130 mcg dalam setiap 100 gram. Sedangkan sayuran lain
yang termasuk makanan kaya asam folat adalah seperti brokoli, asparagus, selada,
dan sawi hijau.
e. Ikan salmon
Ikan salmon juga masuk ke dalam daftar makanan asam folat tinggi. Selain
mengandung asam folat, ikan salmon juga memiliki kandungan omega 3 yang juga
sangat baik untuk pertumbuhan janin.
Konsumsi ikan salmon pada ibu hamil harus diperhatikan yaitu lebih
disarankan untuk dimasak hingga matang. Selain ikan salmon, ibu hamil juga
disarankan untuk mengonsumsi jenis ikan lainnya, terutama ikan air tawar.
f. Biji-bijian
Biji-bijian yang dimaksud adalah seperti gandum, jagung, sereal, dan
berbagai produk olahannya. Selain sebagai sumber asam folat, biji-bijian juga bisa
menjadi sumber protein, serat, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
g. Daging unggas
Daging unggas seperti daging ayam juga merupakan sumber asam folat
yang baik. Daging ayam juga memiliki kandungan zat besi yang sangat dibutuhkan
oleh ibu hamil, terutama pada masa trimester awal.
h. Telur
Telur merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan vitamin A, D,
dan beberapa vitamin B kompleks, termasuk asam folat. Konsumsi telur sebagai
makanan yang mengandung asam folat setiap hari diperbolehkan, namun tetap
perhatikan kandungan lain dalam telur. Perlu diketahui bahwa kuning telur
memiliki kandungan kolesterol yang cukup tinggi.
i. Buah-buahan
Kebutuhan asam folat juga dapat dipenuhi menggunakan buah yang
mengandung asam folat. Buah-buahan memiliki kandungan vitamin dan mineral
yang sangat dibutuhkan tubuh. Beberapa jenis buah yang tinggi asam folat antara
lain seperti alpukat, pepaya, pisang, dan melon.
j. Olahan susu
Makanan yang mengandung asam folat tinggi yang terakhir adalah susu dan
produk olahannya. Seperti yang kita ketahui, susu memang sangat baik untuk
pertumbuhan. Telah tersedia juga banyak produk susu khusus ibu hamil yang
diperkaya dengan asam folat.
Selain mengonsumsi makanan dan buah yang mengandung asam folat tinggi,
konsumsi suplemen asam folat untuk ibu hamil juga mungkin dibutuhkan. Sebelum
memilih suplemen dengan dosis yang tepat sebaiknya berkonsultasi dulu dengan
dokter.
Semua jenis makanan untuk ibu hamil yang tersebut diatas harus dikonsumsi
dalam keadaaan bersih bebas kuman:
Daging dan produk hewani harus dimasak hingga matang
Sayuran jangan dimakan mentah, masaklah dengan cara dikukus atau jika tidak
memungkinkan rebus dengan sedikit air dan masak dalam waktu singkat.
Buah-buahan harus dicuci terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, cucilah buah
berkulit dengan sabun khusus dan air mengalir sebelum mengupas dan
mengonsumsinya.
Ibu hamil perlu memberikan perhatian khusus dalam memproses makanannya,
makanan harus dipastikan bersih dari kuman dan mikroorganisme lain yang
mungkin membahayakan janin.
Pada tabel 2 terdapat beberapa makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium,
dan vit. B12. Sebenernya ada banyak zat gizi yang harus diperhatikan, tapi dalam
tulisan ini saya menekankan ke beberapa zat gizi mikro yang penting untuk
pembentukan sel saraf pada janin serta untuk mencegah anemia pada ibu hamil, seperti
folat, zat besi, dan vit. B12.
Tabel 2. Makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium, dan vitamin B12
Tabel 4. Kandungan gizi dari menu satu hari (calculated by using nutrisurvey)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester
I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II (Cunningham,, 2005). Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian
anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr %
sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia
sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil, yaitu: Ada faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yg dapat mempengaruhi gizi ibu hamil menurut Budiyanto
(2003) antara lain: Keterbatasan ekonomi, Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian,
penyimpanan), Pembagian makanan dan pangan, Akseptabilitas (daya terima), Prasangka
buruk pada bahan makanan tertentuKesukaan terhadap jenis makanan, dalam pemenuhan
makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja, Pantangan pada makanan
tertentu, Kebiasaan makan, Selera makan, Pengetahuan gizi. Sedangkan Faktor Tidak
Langsung yaitu Pendidikan Keluarga, Faktor Budaya, Faktor Fasilitas Kesehatan
Ibu hamil memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia atau rendahnya
kadar hemoglobin (Hb), karena itu makanan penambah darah mungkin diperlukan oleh
ibu hamil. Pada masa kehamilan, dalam tubuh seorang ibu akan terjadi pembentukan sel-
sel darah merah baru untuk janin. Anemia pada ibu hamil dapat terjadi ketika tidak
mendapatkan asupan makanan yang cukup untuk pembentukan sel darah merah,
sehingga tubuh ibu akan mengalah guna mencukupi kebutuhan sang janin.
Zat gizi yang penting dalam proses pembentukan sel darah merah diantaranya
adalah zat besi dan asam folat. Maka tak heran, penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah defisiensi zat besi (85% kasus) dan asam folat. Sampai sini kita sudah
tahu bahwa makanan penambah darah untuk ibu hamil adalah jenis makanan yang kaya
akan zat besi dan asam folat itu ada yg berasal dari sayuran hijau, kacang-kacangan, hati
dan daging merah, ikan-ikanan, serta buah untuk mendapatkan zat gizi dari makanan itu
semua kita harus mengelolahnya dengan baik dan menghindari makanan atau cara masak
yg dapat memperhambat bahkan merusak gizi yang terkandung.
Pola makan yg seimbang harus ibu hamil ketahui sehingga terhindar dari anemia dan
ibu penyakit yg dapat membahayakan ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
Ani Seri, Luh. (2014). Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil dan Hamil. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA,
Jakarta, hal. 24-26
Miyata, S.M.I. dan Proverawati, A., 2010. Nutrisi Janin & Ibu Hamil; Cara Membuat Otak
Janin Cerdas, Yogyakarta, Nuha Medika.
Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Edisi Pertama, Yogyakarta,
Graha Ilmu.