Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan
perkembangan janin intra uterine di mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Hanafiah, 2008). Kehamilan terjadi selama kurang lebih 9 bulan. Proses
kehamilan dibagi menjadi 3 fase, yaitu trimester pertama (0-3 bulan), trimester kedua (4-6
bulan) dan trimester ketiga (7-9 bulan). Masa kehamilan menyebabkan perubahan fisik
maupun psikologi ibu. Kehamilan dapat memicu terjadinya perubahan bentuk tubuh secara
anatomis, fisiologis, maupun biokimiawi (Istiany, 2013).
Wanita hamil membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk dirinya dan bayi yang
dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami kekurangan asupan gizi, akan menyebabkan
kelainan pada janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang mengalami kelebihan gizi juga
tidak baik bagi pertumbuhan bayinya (Istiany, 2013). Dibandingkan ibu yang tidak hamil,
kebutuhan gizi ibu hamil akan protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, kalsium
50% dan zat besi 200-300% (Arisman, 2010).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi anemia pada
ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1%. Data menunjukkan kecenderungan prevalensi
anemia menurun. Prevalensi anemia ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti ekonomi,
sosial budaya dan penyebab secara langsung adalah ketidakseimbangan antara asupan
makanan dan kebutuhan nutrisi (Depkes, 2006).
Anemia dalam kehamilan akan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu baik selama
kehamilan, persalinan, maupun nifas, serta pada masa laktasi. Anemia akan memberi
pengaruh tidak baik pada janin yang dikandung. Berbagai penyulit yang akan timbul
akibat anemia adalah: abortus, partus prematurus, partus lama karena inersia uteri,
perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, renjatan, infeksi saat dalam proses
persalinan atau pasca persalinan (Yip, 2000). Anemia merupakan kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin di bawah 11 gram/dl pada trimester 1 dan 3 atau kadar kurang dari 10,5
gram/dl pada trimester 2 (Saifuddin, 2002). Kekurangan kadar hemoglobin pada ibu hamil
merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang rentan terjadi selama kehamilan.
Anemia yang berat (kurang dari 4 g/dl) pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR), resiko perdarahan sebelum dan saat persalinan, bahkan dapat
menyebabkan kematian ibu dan bayi jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat. Hal
ini tentunya dapat memberikan sumbangan besar terhadap angka kematian ibu bersalin
maupun angka kematian bayi (Setiawan, 2013).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian anemia ?
2. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil ?
3. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi gizi ibu hamil?
4. Bagaimana gizi pada Ibu Hamil dengan anemia
5. Apa saja makanan penambah darah yg baik untuk ibu hamil dengan anemia?
6. Berapa kebutuhan gizi wanita hamil ?
7. Apa saja Makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium, dan vitamin B12 ?
8. Bagaimana Contoh menu makanan dalam satu hari untuk ibu hamil dengan anemia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian anemia
2. Untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kejadian anemia pada
ibu hamil
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat mempengaruhi gizi ibu hamil?
4. Untuk mengetahui bagaimana gizi pada Ibu Hamil dengan anemia
5. Untuk mengetahui apa saja makanan penambah darah yg baik untuk ibu hamil dengan
anemia
6. Untuk mengetahui berapa kebutuhan gizi wanita hamil
7. Untuk mengetahui apa saja Makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium, dan
vitamin B12
8. Untuk mengetahui bagaimana Contoh menu makanan dalam satu hari untuk ibu
hamil dengan anemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester
I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II (Cunningham,, 2005). Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian
anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr %
sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia
sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
B. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil
1. Umur Ibu
Menurut Yuniarti (2008) didapatkan bahwa ibu hamil yang menderita anemia
lebih banyak terdapat pada umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
mempunyai resiko yang tinggi mengalami anemia. Seorang wanita hamil pada usia
berisiko, yaitu < 20 tahun akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya
yang masih dalam proses pertumbuhan dan adanya pertumbuhan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Demnoeche A. Kehlils & Moulesshoul S., 2011).
Sedangkan ibu hamil di atas usia 35 tahun cenderung mengalami anemia disebabkan
karena pengaruh turunya cadangan zat besi dalam tubuh akibat masa fertilisasi.
Kehamilan pertama pada wanita berusia diatas 35 tahun juga akan mempunyai resiko
penyulit persalinan dan mulai terjadinya penurunan fungsi-fungsi organ reproduksi
(Proverawati, 2011)

2. Paritas
Serli Febriana (2010) Hasil uji memperlihatkan bahwa adanya hubungan
antara paritas yang lebih dari 3 dan jarak kelahiran pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
belum optimal, sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya.
Hasil yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Bisoi dkk (2011)
dengan hasil 78.1% wanita hamil yang menderita anemia pada paritas lebih dari 3.
Penelitian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran
anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan
kondisi anaknya akan lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2
tahun
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam
kandungan. Status gizi yang normal pada masa sebelum dan selama hamil
kemungkinan besar akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan
normal. Apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum atau selama kehamilan
kemungkinan besar akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR) (Triyanti,
2011).
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi
pada ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui
resiko Kurang Energi Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek.
Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status
gizi Kurang Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai
ukuran LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan
kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya diiringi
juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan bahwa ibu
hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia (Darlina, 2003).

4. Infeksi dan Penyakit


Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar
tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10 g/dl
memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula. Seseorang
dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat kondidi fisiologis
(hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau menstruasi), adanya
penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria, TBC) (Anonim, 2004).
Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan penyakit menular. Beberapa di
antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu, tetapi dapat menimbulkan dampak
berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin
terhambat, bayi mati dalam kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di
derita ibu hamil biasanya tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah
bayi lahir dengan kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan
kekurangan banyak cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006).
Penyakit yang diderita ibu hamil sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang
akan dilahirkan. Penyakit ibu yang berupa penyakit menular dapat mempengaruhi
kesehatan janin apabila plasenta rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit.
Sekalipun janin tidak langsung menderita penyakit, namun Demam yang menyertai
penyakit infeksi sudah cukup untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang
disebabkan virus dapat menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak
menular dapat menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin
30% (Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan
prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari
2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang
terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu
hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di
derita masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak yang
berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi rendah
(Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang
mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.
C. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil
1. Faktor langsung
Pada umumnya para ahli berpendapat, bahwa gizi secara langsung ditentukan
oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya penyakit infeksi. Berbagai faktor yang
melatarbelakangi kedua faktor tersebut menurut Budiyanto (2003) antara lain:
a. Keterbatasan ekonomi
Keterbatasan ekonomi yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan
yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizinya juga akan terganggu. Produk
pangan (jenis dan jumlah makanan), jumlah macam makanan dan jenis serta
banyaknya bahan makanan dalam pola pangan di suatu negara atau daerah tertentu
biasanya berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di
tempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
b. Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian, penyimpanan)
Dimulai dari penyiapan, penyajian dan penyimpanan makanan atau pangan
hendaknya jangan sampai kadar gizi yang terkandung dalam bahan makanan
tersebut tercemar atau tidak higienis dan mengandung banyak kuman penyakit.
c. Pembagian makanan dan pangan
Pembagian makanan dan pangan di dalam masyarakat indonesia umumnya
masih dipengaruhi oleh adat atau tradisi, misalnya mereka masih percaya bahwa
ayah adalah orang yang harus diutamakan dalam segala hal.
d. Akseptabilitas (daya terima)
Akseptabilitas menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan
yang terkait dengan cara memilih dan menyajikan pangan. Setiap masyarakat
mengembangkan cara yang turun-temurun untuk mencari, memilih, menangani, dan
menyajikan makanan. Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut.
Kebiasaan pangan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat-zat gizi
yang terkandung didalam pangan.
e. Prasangka buruk pada bahan makanan tertentu, dalam hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan.
f. Kesukaan terhadap jenis makanan, dalam pemenuhan makanan apabila berdasarkan
pada makanan kesukaan saja akan berakibat menurunnya pemenuhan gizi, atau
sebaliknya akan berlebih.
g. Pantangan pada makanan tertentu
Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan,
dijumpai banyak pola pantangan. Tahayul dan larangan yang beragam yang didasarkan
kepada kebudayaan dan daerah yang berlainan di dunia, misalnya pada ibu hamil, ada
sebagian masyarakat yang masih percaya ibu hamil tidak boleh makan ikan.
h. Kebiasaan makan
Pada umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan
fisik akan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari
pola makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh
keluarga.
i. Selera makan
Selera makan juga akan mempengaruhi dalam pemenuhan kebutuhan gizi
untuk energi, pertumbuhan, perkembangan dan kesehatannya. Selera makan dipicu
oleh sistem tubuh misal dalam keadaan lapar, dan dipicu oleh pengolahan pangan
serta penyajian makanan.
j. Pengetahuan gizi
Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan
nilai pangan juga dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
2. Faktor Tidak Langsung
a. Pendidikan Keluarga
Tingkat pendidikan keluarga bukan satu-satunya faktor yang menentukan
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan gizi keluarganya,
namun faktor pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan menyerap pengetahuan
gizi yang diperolehnya melalui berbagai informasi
b. Faktor Budaya
Masih ada kepercayaan untuk melarang memakan tertentu yang dipandang
dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi bagi ibu hamil.
c. Faktor Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status kesehatan dan gizi
ibu hamil. Dimana sebagai tempat
D. Gizi pada Ibu Hamil dengan Anemia
Ibu hamil memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia atau rendahnya
kadar hemoglobin (Hb), karena itu makanan penambah darah mungkin diperlukan oleh
ibu hamil. Pada masa kehamilan, dalam tubuh seorang ibu akan terjadi pembentukan sel-
sel darah merah baru untuk janin. Anemia pada ibu hamil dapat terjadi ketika tidak
mendapatkan asupan makanan yang cukup untuk pembentukan sel darah merah,
sehingga tubuh ibu akan mengalah guna mencukupi kebutuhan sang janin.
Zat gizi yang penting dalam proses pembentukan sel darah merah diantaranya
adalah zat besi dan asam folat. Maka tak heran, penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah defisiensi zat besi (85% kasus) dan asam folat. Sampai sini kita sudah
tahu bahwa makanan penambah darah untuk ibu hamil adalah jenis makanan yang kaya
akan zat besi dan asam folat. Namun harus yang aman bagi ibu hamil. Makanan penambah
darah sebagai berikut :
1. Makanan Kaya Zat Besi
Ibu hamil harus menerapkan diet seimbang yang mengandung makanan tinggi zat
besi karena dibutuhkan dalam produksi sel darah merah. Ibu hamil dianjurkan untuk
mengonsumsi sebanyak 30 miligram (mg) zat besi per hari. Makanlah setidaknya tiga
porsi makanan kaya zat besi setiap hari. Sumber zat besi terbaik termasuk produk biji-
bijian yang diperkaya; daging tanpa lemak, unggas, dan ikan; dan sayuran berdaun
hijau.
Berikut ini contoh beberapa makanan kaya zat besi dan aman dikonsumsi oleh ibu
hamil:
a. Liver Ayam / hati ayam
Kandungan Zat Besi dalam setiap 100g : 13mg
Daily Value (DV) : 72%
b. Biji wijen
Dalam 100 gram biji wijen terkandung sekitar 14 mg zat besi. Selain zat besi, biji
wijen juga kaya fosfor, seng dan vitamin E. Anda bisa menaburkan biji wijen pada
roti, salad atau sup.

c. Kacang-kacangan (Almond, Hazelnut, Kacang Mete/Cashew, kacang hijau)


Kandungan Zat Besi dalam setiap 100g : 6,1mg
Daily Value (DV) : 34%
d. Daging Merah (Sapi dan Domba)
Kandungan Zat Besi dalam setiap 100g : 3,8mg
Daily Value (DV) : 21%
e. Kacang Putih dan Kacang Lentil
Kandungan Zat Besi dalam setiap 100g : 3,7mg
Daily Value (DV) : 21%
f. Sayur Bayam
Kandungan Zat Besi dalam setiap 100g : 3,6mg
Daily Value (DV) : 20%
g. Tahu
Kandungan Zat Besi dalam setiap 100g : 2,7mg
Daily Value (DV) : 15%
h. Tempe
Makanan yang mengandung zat besi pertama adalah tempe. Tempe memiliki
kandungan zat besi yang tinggi, 10 mg zat besi dapat diperoleh dari dua potong
sedang tempe. Tempe yang dimaksud adalah yang terbuat dari kacang kedelai murni
(bukan campuran kacang selain kedelai). Sementara itu, kacang kedelai dalam
bentuk kering memiliki kandungan 8 mg zat besi. Kandungan ini dapat diperoleh
dari 10 sendok makan kacang kedelai.

Selain dapat membantu menambah darah selama kehamilan, makanan-makanan


diatas juga sangat berguna dalam memerangi anemia dan juga gejala yang
ditimbulkannya. Konsultasikan dengan dokter jika Anda ingin mengosumsi suplemen
tambahan. Walaupun biasa dokter menganjurkan ibu hamil mengonsumsi zat besi
sebanyak 30 mg per hari, yakni selama trimester kedua dan ketiga kehamilan. Dokter
juga mungkin meningkatkan dosis tersebut ketika Anda memiliki anemia defisiensi
besi.

Perhatian

 Vitamin C membantu penyerapan zat besi sehingga ibu hamil juga dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan kaya vitamin C, seperti jus jeruk, paprika hijau, brokoli,
melon, stroberi, dan kubis.

 Kafein dapat menghambat penyerapan zat besi. Baiknya mengonsumsi suplemen


atau makanan tinggi zat besi setidaknya 1-3 jam sebelum atau setelah
asupan kafein. Kafein dapat ditemukan dalam produk kopi, teh, minuman berenergi
dan coklat.

 Zat besi bisa hilang dalam proses pemasakan. Usahakan memasak makanan dalam
jumlah air yang sedikit dan dalam waktu sesingkat mungkin.

 Sembelit adalah efek samping yang umum terjadi ketika Anda mengonsumsi
suplemen zat besi. Untuk membantu meringankan sembelit, maka konsumsilah
buahan dan sayuran. Minum setidaknya delapan gelas cairan setiap hari dan
lakukan olahraga ringan (seperti yang direkomendasikan oleh dokter).
2. Makanan Kaya Asam Folat
Asam folat juga penting untuk ibu hamil, selain untuk mencegah anemia, asam
folat juga mempunyai manfaat dalam mencegah kecacatan bayi saat lahir, sehingga
harus dikonsumsi dengan jumlah yang cukup setiap harinya oleh ibu hamil.
Jumlah asam folat yang direkomendasikan untuk ibu hamil adalah 400
mikrogram per hari. Biasanya selaian didapat dari makanan, ibu hamil juga diwajibkan
untuk mengonsumsi suplemen asam folat setiap hari. Konsultasikan dengan dokter
Anda sebelum mengenai hal ini.
Adapun makanan penambah darah yang kaya asam folat bagi ibu hamil antara
lain sebagai berikut:
a. Hati ayam
Hati ayam adalah makanan yang mengandung asam folat tinggi yang paling
direkomendasikan. Kandungan asam folat dalam 100 gram hati ayam adalah
sekitar 1000 mcg. Konsumsi kurang dari 100 gram hati ayam berarti sudah dapat
memenuhi kebutuhan asam folat harian untuk ibu hamil.
b. Hati sapi
Kandungan asam folat dalam hati sapi tidak sebanyak dalam hati ayam,
tetapi masih termasuk ke dalam makanan kaya asam folat yang baik dikonsumsi
ibu hamil. Terdapat kurang lebih 250 mcg asam folat dalam sajian 100 gram
daging sapi.
c. Kacang kedelai
Kacang kedelai juga termasuk ke dalam makanan yang mengandung asam
folat tinggi. Setiap 100 gram kacang kedelai utuh terdapat 210 mcg asam folat.
Kacang kedelai bisa dikonsumsi langsung maupun melalui produk olahannya
seperti tahu, tempe, hingga susu.
Selain kacang kedelai, ada banyak juga kacang lain yang memiliki banyak
kandungan asam folat seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tahan, hingga
kacang polong.
d. Sayuran hijau
Makanan yang mengandung asam folat tinggi selanjutnya adalah sayuran
hijau. Salah satu yang paling direkomendasikan adalah bayam. Sayuran hijau satu
ini memiliki kandungan 130 mcg dalam setiap 100 gram. Sedangkan sayuran lain
yang termasuk makanan kaya asam folat adalah seperti brokoli, asparagus, selada,
dan sawi hijau.
e. Ikan salmon
Ikan salmon juga masuk ke dalam daftar makanan asam folat tinggi. Selain
mengandung asam folat, ikan salmon juga memiliki kandungan omega 3 yang juga
sangat baik untuk pertumbuhan janin.
Konsumsi ikan salmon pada ibu hamil harus diperhatikan yaitu lebih
disarankan untuk dimasak hingga matang. Selain ikan salmon, ibu hamil juga
disarankan untuk mengonsumsi jenis ikan lainnya, terutama ikan air tawar.
f. Biji-bijian
Biji-bijian yang dimaksud adalah seperti gandum, jagung, sereal, dan
berbagai produk olahannya. Selain sebagai sumber asam folat, biji-bijian juga bisa
menjadi sumber protein, serat, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
g. Daging unggas
Daging unggas seperti daging ayam juga merupakan sumber asam folat
yang baik. Daging ayam juga memiliki kandungan zat besi yang sangat dibutuhkan
oleh ibu hamil, terutama pada masa trimester awal.
h. Telur
Telur merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan vitamin A, D,
dan beberapa vitamin B kompleks, termasuk asam folat. Konsumsi telur sebagai
makanan yang mengandung asam folat setiap hari diperbolehkan, namun tetap
perhatikan kandungan lain dalam telur. Perlu diketahui bahwa kuning telur
memiliki kandungan kolesterol yang cukup tinggi.
i. Buah-buahan
Kebutuhan asam folat juga dapat dipenuhi menggunakan buah yang
mengandung asam folat. Buah-buahan memiliki kandungan vitamin dan mineral
yang sangat dibutuhkan tubuh. Beberapa jenis buah yang tinggi asam folat antara
lain seperti alpukat, pepaya, pisang, dan melon.
j. Olahan susu
Makanan yang mengandung asam folat tinggi yang terakhir adalah susu dan
produk olahannya. Seperti yang kita ketahui, susu memang sangat baik untuk
pertumbuhan. Telah tersedia juga banyak produk susu khusus ibu hamil yang
diperkaya dengan asam folat.
Selain mengonsumsi makanan dan buah yang mengandung asam folat tinggi,
konsumsi suplemen asam folat untuk ibu hamil juga mungkin dibutuhkan. Sebelum
memilih suplemen dengan dosis yang tepat sebaiknya berkonsultasi dulu dengan
dokter.
Semua jenis makanan untuk ibu hamil yang tersebut diatas harus dikonsumsi
dalam keadaaan bersih bebas kuman:
 Daging dan produk hewani harus dimasak hingga matang
 Sayuran jangan dimakan mentah, masaklah dengan cara dikukus atau jika tidak
memungkinkan rebus dengan sedikit air dan masak dalam waktu singkat.
 Buah-buahan harus dicuci terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, cucilah buah
berkulit dengan sabun khusus dan air mengalir sebelum mengupas dan
mengonsumsinya.
 Ibu hamil perlu memberikan perhatian khusus dalam memproses makanannya,
makanan harus dipastikan bersih dari kuman dan mikroorganisme lain yang
mungkin membahayakan janin.

Tabel 1. Beberapa kebutuhan gizi wanita hamil usia 19-29 tahun.

Sumber: Departemen Kesehatan RI

Vit. Vit. Zat


Energi Protein Vit. A B6 Folat B12 Kalsium besi Iodium
Status (kkal) (g) (mcg) (mg) (mcg) (mcg) (mg) (mg) (mcg)
Tidak
hamil 2,250 56 500 1.3 400 2.4 1,100 26 150
Trimester
1 2,430 76 800 1.7 600 2.6 1,300 26 220
Trimester
2 2,550 76 800 1.7 600 2.6 1,300 35 220
Trimester
3 2,550 76 800 1.7 600 2.6 1,300 39 200
Untuk memenuhi kebutuhan gizi yang meningkat saat hamil, ibu hamil
disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi, beragam, dan berimbang.
Bergizi maksudnya memenuhi kebutuhan gizi makro (karbohidrat, protein, dan lemak)
maupun mikro (vitamin dan mineral), tetapi juga tidak berlebihan.

Kalau berlebih, bisa mengakibatkan obesitas dan meningkatkan risiko diabetes


melitus dan penyakit lainnya. Selain itu, disarankan juga untuk mengonsumsi berbagai
varian makanan yang berbeda, contohnya untuk protein: jangan konsumsi daging sapi
tiap hari, tapi juga variasikan dengan ikan, telur, atau ayam. Terakhir, disarankan untuk
makan tepat waktunya.

Pada tabel 2 terdapat beberapa makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium,
dan vit. B12. Sebenernya ada banyak zat gizi yang harus diperhatikan, tapi dalam
tulisan ini saya menekankan ke beberapa zat gizi mikro yang penting untuk
pembentukan sel saraf pada janin serta untuk mencegah anemia pada ibu hamil, seperti
folat, zat besi, dan vit. B12.

Tabel 2. Makanan sumber folat, zat besi, kalsium, iodium, dan vitamin B12

Zat gizi Sumber makanan


sayuran hijau (bayam, kale, sawi hijau, selada, dsb), brokoli, asparagus,
Folat papaya, alpukat, kacang-kacangan, pasta, hati ayam
sayuran hijau (bayam, kale, sawi hijau, dsb), brokoli, asparagus, papaya,
Zat besi alpukat, kacang-kacangan, pasta, hati ayam
Kalsium ikan teri, susu, kale, brokoli, yoghurt, bhokcoy
Iodium Ikan laut, yoghurt, rumput laut, udang, kerang
Vit B12 Hati, ikan, tahu, susu kedelai, daging sapi, keju, telur
Terlepas dari sumber makanannya itu sendiri, tingkat penyerapan vitamin dan
mineral dipengaruhi oleh interaksi dengan makanan lain, seperti caffeine pada kopi,
tannin pada teh, dan juga vitamin C pada buah. Caffeine dan tannin dapat menghambat
penyerapan zat besi, oleh karena itu sebaiknya hindari mengonsumsi teh atau kopi
bersamaan dengan makanan utama yang mengandung zat besi. Sebaliknya, vitamin C
dapat meningkatkan penyerapan zat besi, sehingga baik untuk mencegah anemia pada
ibu hamil.
Tabel 3. Menu harian ibu hamil

waktu menu berat (gr) ukuran dalam rumah tangga


pagi susu 200 cc 1 gelas
jam 06.30 gula 10 gr 1 sdm
nasi 150 gr 1 gelas
daging 25 gr 1 potong
jam 07.00 tempe 25 gr 1 potong
sayuran 100 gr 1 mangkok
minyak 7,5 gr 1,5 sdm
buah 100 gr 1 buah
nasi 150 gr 1 gelas
daging 25 gr 1 potong
jam 10.00 tempe 25 gr 1 potong
selingan 1x sayuran 100 gr 1 mangkok
minyak 7,5 gr 1,5 sdm
buah 100 gr 1 buah
jam 16.00
selingan 1x
nasi 200 gr 1,4 gelas
daging 25 gr 1 potong
malam tempe 25 gr 1 potong
jam 19.00 sayuran 100 gr 1 mangkok
buah 100 gr i buah

Tabel 4. Kandungan gizi dari menu satu hari (calculated by using nutrisurvey)

Zat gizi Jumlah


Energi (kkal) 2408
Protein (g) 143
Lemak (g) 87
Karbohidrat (g) 255
Serat pangan (g) 70
Kolesterol (mg) 134
Vit. A (µg) 4803
Vit. B6 (mg) 4.4
Asam folat (µg) 722
Vit. B12 (µg) 1.7
Kalsium (mg) 1275
Zat besi (mg) 46.6

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr % pada trimester
I dan III atau kadar lebih kecil 10,5 gr % pada trimester II (Cunningham,, 2005). Anemia
pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, menurut WHO kejadian
anemia hamil berkisar antara 20 % sampai dengan 89 % dengan menetapkan Hb 11 gr %
sebagai dasarnya. Hb 9 – 10 gr % disebut anemia ringan. Hb 7 – 8 gr % disebut anemia
sedang. Hb < 7 gr % disebut anemia berat (Manuaba, 2010).
Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil, yaitu: Ada faktor langsung dan tidak
langsung. Faktor langsung yg dapat mempengaruhi gizi ibu hamil menurut Budiyanto
(2003) antara lain: Keterbatasan ekonomi, Sanitasi makanan (penyiapan, penyajian,
penyimpanan), Pembagian makanan dan pangan, Akseptabilitas (daya terima), Prasangka
buruk pada bahan makanan tertentuKesukaan terhadap jenis makanan, dalam pemenuhan
makanan apabila berdasarkan pada makanan kesukaan saja, Pantangan pada makanan
tertentu, Kebiasaan makan, Selera makan, Pengetahuan gizi. Sedangkan Faktor Tidak
Langsung yaitu Pendidikan Keluarga, Faktor Budaya, Faktor Fasilitas Kesehatan
Ibu hamil memiliki risiko tinggi untuk mengalami anemia atau rendahnya
kadar hemoglobin (Hb), karena itu makanan penambah darah mungkin diperlukan oleh
ibu hamil. Pada masa kehamilan, dalam tubuh seorang ibu akan terjadi pembentukan sel-
sel darah merah baru untuk janin. Anemia pada ibu hamil dapat terjadi ketika tidak
mendapatkan asupan makanan yang cukup untuk pembentukan sel darah merah,
sehingga tubuh ibu akan mengalah guna mencukupi kebutuhan sang janin.
Zat gizi yang penting dalam proses pembentukan sel darah merah diantaranya
adalah zat besi dan asam folat. Maka tak heran, penyebab paling umum dari anemia pada
kehamilan adalah defisiensi zat besi (85% kasus) dan asam folat. Sampai sini kita sudah
tahu bahwa makanan penambah darah untuk ibu hamil adalah jenis makanan yang kaya
akan zat besi dan asam folat itu ada yg berasal dari sayuran hijau, kacang-kacangan, hati
dan daging merah, ikan-ikanan, serta buah untuk mendapatkan zat gizi dari makanan itu
semua kita harus mengelolahnya dengan baik dan menghindari makanan atau cara masak
yg dapat memperhambat bahkan merusak gizi yang terkandung.
Pola makan yg seimbang harus ibu hamil ketahui sehingga terhindar dari anemia dan
ibu penyakit yg dapat membahayakan ibu dan janin.

DAFTAR PUSTAKA

Ani Seri, Luh. (2014). Anemia Defisiensi Besi Masa Prahamil dan Hamil. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Kemenkes RI. 2014. Pedoman Gizi Seimbang, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA,
Jakarta, hal. 24-26

Miyata, S.M.I. dan Proverawati, A., 2010. Nutrisi Janin & Ibu Hamil; Cara Membuat Otak
Janin Cerdas, Yogyakarta, Nuha Medika.
Sulistyoningsih, H., 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Edisi Pertama, Yogyakarta,
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai

  • Distosia
    Distosia
    Dokumen26 halaman
    Distosia
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal
    Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal
    Dokumen1 halaman
    Asuhan Kebidanan Gawat Darurat Maternal Dan Neonatal
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • HEG Kelompok 4
    HEG Kelompok 4
    Dokumen17 halaman
    HEG Kelompok 4
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bunda Ratna
    Makalah Bunda Ratna
    Dokumen15 halaman
    Makalah Bunda Ratna
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Dokumen7 halaman
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Bunda Ratna
    Bunda Ratna
    Dokumen15 halaman
    Bunda Ratna
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Dokumen7 halaman
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 3
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • HEG
    HEG
    Dokumen17 halaman
    HEG
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • B.ratna Ini
    B.ratna Ini
    Dokumen21 halaman
    B.ratna Ini
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 7
    Kelompok 7
    Dokumen32 halaman
    Kelompok 7
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Distosia
    Distosia
    Dokumen26 halaman
    Distosia
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kala Iii
    Kala Iii
    Dokumen23 halaman
    Kala Iii
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Distosia
    Distosia
    Dokumen26 halaman
    Distosia
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kala Iii
    Kala Iii
    Dokumen23 halaman
    Kala Iii
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    Dokumen7 halaman
    Konsep Dasar Kelainan Presentasi
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Kesehatan Anak
    Ilmu Kesehatan Anak
    Dokumen17 halaman
    Ilmu Kesehatan Anak
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bunda Rahma K2
    Makalah Bunda Rahma K2
    Dokumen25 halaman
    Makalah Bunda Rahma K2
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Askeb Gadar Bunda Nisspih
    Askeb Gadar Bunda Nisspih
    Dokumen90 halaman
    Askeb Gadar Bunda Nisspih
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Kala IV
    Kala IV
    Dokumen20 halaman
    Kala IV
    nia febriyani
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Dokumen26 halaman
    Kelompok 3
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • Makalah Bunda Rahma K2
    Makalah Bunda Rahma K2
    Dokumen25 halaman
    Makalah Bunda Rahma K2
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • 5 16 1 PB PDF
    5 16 1 PB PDF
    Dokumen14 halaman
    5 16 1 PB PDF
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat
  • 1 Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia
    1 Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia
    Dokumen47 halaman
    1 Kematian Maternal Dan Neonatal Di Indonesia
    dian firdaus
    Belum ada peringkat
  • 5 16 1 PB PDF
    5 16 1 PB PDF
    Dokumen14 halaman
    5 16 1 PB PDF
    Anonymous FtWuRX
    Belum ada peringkat