Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1. Bagaimana tahap-tahap dan proses pewahyuan Al-Qur'an ?
2. Ada berapa periode turunnya Al-Qur'an ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1
BAB II
PEMBAHASAN
"berkatalah orang --orang yang kafir:" mengapa Al-Qur'an itu tidak diturunkan
sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacakannya secara tartil."1
Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasul Saw dengan berbagai cara. Antara
lain dengan mewujudkan diri sebagai manusia, mentranfer langsung ke kalbu
Rasul, atau dalam bentuk suara gemerincing ke pendengaran beliau. Dua cara
terakhir ini sangat berat hingga diriwayatkan Nabi Saw sampai banjir keringat
saat menerimanya. Wahyu yang diturunkan langsung terhafal oleh Rasul Saw
dan disampaikan kepada para sahabat beliau yang langsung menghafalkannya
juga.
Keajaiban lain dalam proses penurunan ayat-ayat Qur’an adalah tidak langsung
tersusun dalam satu surat. Berulang kali terjadi satu surat baru lengkap ayat-
ayatnya setelah diselingi turunnya surat-surat lain. Misalnya, surat Al-Alaq
yang terdiri dari 19 ayat, setelah turun 5 ayat pertama setelah disela terdahulu
oleh turunnya surat Al-Fatihah dan surat / ayat lain sebelum utuh menjadi 19
1
Departemen agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Al-mahira, Jakarta: 2016, hal.362
2
ayat. Surat Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat konon turun di Medinah dan
baru lengkap seluruh ayatnya setelah 9 tahun berlalu. Sementara surat Al-
Ma’idah yang turun di Medinah, salah satu ayatnya (QS 5:3) diwahyukan di
Arafah pada saat khutbah Haji Wada’.
Lantas bagaimana surat-surat yang ayat-ayatnya tidak diturunkan secara
berurutan itu bisa disatukan dengan utuh dan tepat? Adalah Jibril yang
memberitahukan sistematika penyusunan surat pada Rasul Saw, salah satunya
dengan metode mudarasah (bergantian membacakan dan mendengarkan Al-
Qur’an) secara intensif pada malam-malam Ramadhan yang berlangsung
sampai menjelang wafatnya Rasul Saw. Dengan demikian tak ada peluang
untuk terjadinya kekeliruan sekecil apapun, apalagi karena Rabb Azza wa Jalla
telah memaklumatkan Diri sebagai penjaga Al-Qur’an sampai akhir zaman.
1. Tahap Pertama
Diturunkan dari lauhul mahfuuzh menurut cara dan waktu yang mengetahuinya
hanya Allah dan siapa yang diperlihatkannya akan hal-hal yang gaib. Al-
Qur’an diturunkan sekaligus dan tidak terbagi-bagi. Yang demikian terlihat
dari lafadnya dan dalil dari Al-Qur’an, karena firman-Nya:
2
Ibid, hal. 590
3
Allah). Malam itu kadang-kadang dinamakan malam Qadar. Kejadian itu pada
bulan Ramadhan dan diturunkan sekaligus, diantara ayat-ayat itu ialah:
Artinya: “ Sesungguhnya kami telah menurunkannya pada malam Qadar.3
Artinya: Bulan Ramadhan yang telah diturunkan padanya Al-Qur’an.4
3. Tahap Ketiga:
Al-Qur’an diturunkan dari Baitul ‘Izzah (langit dunia) kebumi kehati para Nabi
dan Rasul terakhir, yaitu Rasul SAW. Ini ialah tahap terakhir yang bercahaya
padanya kemanusiaan, secara keseluruhan, bagi semua manusia dibumi. Ia
dibawa oleh jibril. Ia dinamakan al-Amin atau terpercaya kedalam hati
Rasulullah SAW. Berangsur-angsur dalam masa 23 tahun, sesuai dengan
kebutuhan dan situasi. Termasuk dalilnya ialah:
Artinya: Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.5
Keseluruhan isi Al-Qur’an diturunkan oleh Allah Swt pada manusia melalui
perantaraan wahyu-wahyu yang disampaikan kepada Muhammad Saw,
menurut mayoritas , dalam kurun waktu 22 tahun, 22 bulan, dan 22 hari. Pakar
3
Ibid, hal. 598
4
Ibid, hal. 28
5
Ibid, hal. 293
4
tafsir Al-Qur’an M Quraish Shihab membagi kurun waktu yang cukup panjang
itu ke dalam tiga periode, yaitu :
1. Periode pertama
Periode pertama, berlangsung sekitar 4-5 tahun dan diawali dengan turunnya
wahyu pertama QS Al-Alaq :1-5. Kandungan surat-surat Al-Qur’an yang
diturunkan dalam periode ini umumnya berisikan pendidikan bagi Rasul Saw
dalam membentuk kepribadian beliau sebagai utusan Allah Swt, pengetahuan-
pengetahuan dasar mengenai sifat dan af’al Allah, serta keterangan mengenai
dasar-dasar akhlak Islami dan bantahan secara umum terhadap pandangan
hidup jahiliyyah yang dianut oleh masyarakat Arab pada masa itu.
Dalam periode awal ini, Rasul Saw melakukan dakwah secara tertutup di
lingkungan komunitas terbatas dan hasilnya adalah segolongan kecil
masyarakat menerima dengan baik ajaran Al-Qur’an, mayoritas menolak
karena kebodohan atau kekukuhan mereka mempertahankan tradisi leluhur,
atau karena sebab-sebab lain yang bersifat personal, dan dalam kurun waktu
ini; dakwah Al-Qur’an telah melampaui perbatasan Mekah menuju daerah-
daerah di sekitarnya.
2. Periode kedua
Periode kedua, berlangsung selama 8-9 tahun. Pada periode inilah terjadi
konfrontasi frontal antara masyarakat penganut Al-Qur’an versus masyarakat
jahiliyyah. Fitnah, intimidasi, dan penganiayaan fisik terhadap umat Islam
memaksa mereka berhijrah ke Habsyah dan akhirnya seluruh Muslimin,
termasuk Rasul Saw, hijrah ke Medinah.
Ayat-ayat Qur’an yang turun pada periode ini bersikan kecaman dan ancaman
keras terhadap kaum musyrikin juga argumentasi-argumentasi mengenai
keesaan Allah serta kepastian akan datangnya hari Kiamat.
3. Periode ketiga
Periode ketiga, berlangsung selama 10 tahun dan merupakan masa dimana para
pemeluk Islam telah dapat secara merdeka melaksanakan ajaran-ajaran agama
5
mereka di Yatsrib. Ayat-ayat yang turun dalam periode ini berisikan pedoman
kemasyarakatan Islami, pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan keji berikut
dampak negatif yang menyertainya, tuntunan akhlak mulia, panduan dakwah
dan toleransi sosial.
Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasul Saw dengan berbagai cara. Antara
lain dengan mewujudkan diri sebagai manusia, mentranfer langsung ke kalbu
Rasul, atau dalam bentuk suara gemerincing ke pendengaran beliau. Dua cara
terakhir ini sangat berat hingga diriwayatkan Nabi Saw sampai banjir keringat
saat menerimanya. Wahyu yang diturunkan langsung terhafal oleh Rasul Saw
dan disampaikan kepada para sahabat beliau yang langsung menghafalkannya
juga.
Keajaiban lain dalam proses penurunan ayat-ayat Qur’an adalah tidak langsung
tersusun dalam satu surat. Berulang kali terjadi satu surat baru lengkap ayat-
ayatnya setelah diselingi turunnya surat-surat lain. Misalnya, surat Al-Alaq
yang terdiri dari 19 ayat, setelah turun 5 ayat pertama setelah disela terdahulu
oleh turunnya surat Al-Fatihah dan surat / ayat lain sebelum utuh menjadi 19
ayat. Surat Al-Baqarah yang terdiri dari 286 ayat konon turun di Medinah dan
baru lengkap seluruh ayatnya setelah 9 tahun berlalu. Sementara surat Al-
Ma’idah yang turun di Medinah, salah satu ayatnya (QS 5:3) diwahyukan di
Arafah pada saat khutbah Haji Wada’.
Lantas bagaimana surat-surat yang ayat-ayatnya tidak diturunkan secara
berurutan itu bisa disatukan dengan utuh dan tepat? Adalah Jibril yang
memberitahukan sistematika penyusunan surat pada Rasul Saw, salah satunya
dengan metode mudarasah (bergantian membacakan dan mendengarkan Al-
Qur’an) secara intensif pada malam-malam Ramadhan yang berlangsung
sampai menjelang wafatnya Rasul Saw. Dengan demikian tak ada peluang
untuk terjadinya kekeliruan sekecil apapun, apalagi karena Rabb Azza wa Jalla
telah memaklumatkan Diri sebagai penjaga Al-Qur’an sampai akhir zaman.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Tidak ada yang sempurna itulah kata yang patut kami ucapkan sehingga
kami sebagai tim penulis sangat mengharapkan agar para pembaca turut
memberi masukan demi kebaikan makalah ini. Demikian semoga makalah
mengenai pewahyuan Al-Qur'an ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
7
Daftar Pustaka