Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Senam Dismenorhea

1. Definisi senam dismenorhea

Senam yang dikenal dalam bahasa Indonesia sebagai salah

satu cabang olahraga, merupakan terjemahan langsung dari

bahasa Inggris Gymnastics, atau Belanda Gymnastiek. Gymnastics

sendiri dalam bahasa aslinya merupakan serapan dari bahasa

Yunani gymnos, yang berarti telanjang. Hal ini bisa terjadi karena

teknologi pembuatan pakaian belum semaju sekarang, sehingga

belum memungkinkan pembuatan pakaian yang bersifat lentur

mengikuti gerak pemakaiannya. Dalam bahasa Yunani sendiri kata

gymnastics diturunkan dari kata kerja gymnazien yang artinya

berlatih atau melatih diri (Mahendra,20013).

Latihan aerobic low-impact, seperti jalan kaki atau berenang

dengan lambat, latihan pergerakan panggul, seperti panggul miring,

dapat mengurangi stress. Senam harus dilakukan setidaknya 30

menit setiap hari dalam seminggu menjelang menstruasi.

(Paterson,2013).

Senam dismenorea merupakan salah satu teknik relaksasi.

Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormone endorphin.

Hormone ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang

diproduksi otak yang

9
10

melahirkan rasa nyaman dan untuk mengurangi rasa nyeri pada

saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar ß-

endorphin empat sampai lima kali didalam darah. Semakin banyak

melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar

ß-endorphin. Seseorang yang melakukan olahraga/senam, maka ß-

endorphin akan keluar damn ditangkap oleh reseptor didalam

hypothalamus dan sistem limbic yang berfungsi untuk mengatur

emosi. (Kurniati,2014).

2. Manfaat Senam terhadap Penurunan Dismenorhea

Berikut ini merupakan pengaruh olahraga terutama senam

terhadap penurunan dismenorhea yang dialami remaja putri

Kurniati (2014).

a. Peningkatan efisiensi kerja paru

Seorang yang berlatih dapat menyediakan oksigen dua

kali lipat dari pada yang tidak terlatih. Sehingga saat terjadi

dismenorhea, oksigen dapat tersalurkan kepembuluh-pembuluh

darah diorgan reproduksi yang saat ini terjadi vasokontriksi

sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri, disebabkan

respon dari oksigen yang tidak tersampaikan kepembuluh darah

paling ujung. Tetapi bila seseorang rutin melakukan olahraga,

maka ia dapat menyediakan oksigen hamper dua kali lipat

permenit sehingga oksigen tersampaikan kepembuluh darah


11

paling ujung yang mengalami vasokontriksi, dan akan

menyebabkan terjadinya penurunan dismenorhea.

b. Peningkatan efisiensi kerja jantung

Jantung semakin kuat dan dapat memompa lebih banyak

darah. Akibatnya orang terlatih denyut jantungnya 20 kali lebih

cepat dari p[ada yang tidak terlatih. Konsepnya sama dengan

penjelasan diatas, pada organ yang melakukan olahraga darah

dipompa lebih banyak kepembuluh darah dan organ reproduksi

yang mengalami vasokontriksi. Karena aliran pembuluh darah

lancar, maka nyeri dismenorhea tidak begitu dirasakan.

c. Peningkatan volume darah

Darah yang mengalir keseluruh tubuh termasuk organ

reproduksi. Dengan olahraga rutin terjadi peningkatan volume

darah yang mengalir keseluruh tubuh, termasuk organ

reproduksi, sehingga memperlancar pasokan oksigen

kepembuluh darah yang mengalami vasokontriksi dan nyeri

dismenorhea dapat berkurang.

d. Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh darah

Peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh-pembuluh

darah yang menyalurkan darah keseluruh tubuh, termasuk

organ reproduksi. Pada organ yang rutin olahraga terjadi

peningkatan jumlah dan ukuran pembuluh darah yang

menyalurkan darah keseluruh tubuh, termasuk organ


12

reproduksi, sehingga memperlancar aliran darah ketika terjadi

dismenorhea dan terjadi penurunan dismenorhea.

e. Olahraga

Olahraga penting untuk remaja putri yang menderita

dismenorhea karena latihan yang sedang dan teratur dapat

meningkatan pelepasan endorphin beta (penghilang nyeri alami)

ke dalam aliran darah sehingga mengurangi dismenorhea.

3. Waktu Pelaksanaan Senam Dismenorhea

Latihan olahraga yang teratyr dapat menurunkan stress dan

kelelahan sehingga secara tidak langsung juga mengurangi nyeri.

Membiasakan olahraga ringan dan aktivitas fisik secara teratur

seperti jalan sehat, berlari, bersepeda, ataupun berenang pada

saat sebelum dan selama menstruasi, hal tersebut dapat membuat

aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa

nyeri dapat teratasi atau berkurang. Latihan ini sekitarnya 30 menit

dengan frekuensi 3-5 kali seminggu (Proverawati,2010).

Senam dismenorhea idealnya dilakukan selama 30 menit sehari

sebelum mendapatkan menstruasi dan saat mendapatkan

menstruasi. Akan lebih baik jika latihan dilakukan hamper setiap

hari selama satu minggu menjelang menstruasi. Jika saat

melakukan senam, kemudian terjadi kram menstruasi, maka latihan

dapat dibagi menjadi 3 sesi, masing-masing sesi dilakukan selama

10 menit dengan periode istirahat selama 5 menit.


13

Peningkatan kadar prostaglandin yang diimbangi dengan senam

yang menghasilkan endorphin maka diharapkan nyeri dapat

berkurang. Senam dilakukan setiap pagi dan sore hari karena

konsentrasi endorphin terendah ditemukan pada saat malam hari

dan tertinggi pada saat pagi dan sore hari.

Gerakan senam dismenorea banyak menargetkan otot perut

bagian bawah dekat dengan rahim. Berikut ini adalah rangkaian

gerakan senam dismenorea yang bisa dilakukan dirumah secara

mandiri.

4. Gerakan Senam Dismenorhea

Gerakan senam dismenorhea dibagi menjadi 3 sesi, yaitu

pemanasan, gerakan inti dan pendinginan.

a. Gerakan Pemanasan

1) Tarik nafas dalam melalui hidung sampai perut

menggelumbung dan tangan kiri terangkat. Tahan sampai

beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut.

2) Kedua tangan diperut samping. Tunduk dan gerakan kepala

(2x8 hitungan)

3) Kedua tangan diperut samping, patahkan leher kekiri dan

tangan (2x8 hitungan)

4) Kedua tangan diperut samping, tengokkan kepala ke kiri dan

kanan (2x8 hitungan)

5) Putar bahu bersamaan keduanya (2x8 hitungan)


14

b. Gerakan Inti

1) Gerakan menekuk lutut (Lunges)

Posisi awal, berdiri tegak dengan tangan di pinggang.

Posisi kaki dengan sedikit berkurang dari selebar bahu.

Gerakan menekuk lutu (2x8). Biarkan lengan menggantung

disetiap sisi, telapak tangan menghadap ke paha (palu

pegangan).

a) Inhale

Tarik napas : mengambil langkah besar ke depan

(baik dengan kaki) sambil menekuk di lutut sampai paha

depan mendekati sejajar dengan tanah, dan belakang

ditekuk dilute dan seimbang pada jari kaki.

Catatan : jangan biarkan lutut (kaki depan)

melewati ujung jari kaki, hal ini dapat memperburuk sendi

lutut jika dilakukan terlalu banyak.

b) Exhale

Raparkan kaki sambil mengeluarkan nafas melalui

mulut dan kembali keposisi awal. Sangat penting untuk

menjaga berat badan merata antara dua kaki. Lakukan

pengulangan / repetisi dengan kaki yang lain (set 1).

Jalankan 10-12 repetisi untuk 1-3 set.


15

2) Zquats

Posisi awal, berdiri dengan kaki beberapa inci lebih lebar

dari bahu dan jari-jari kaki menunjuk kearah luar pada sudut

45 derajat, melengkungkan punggung dan menonjolkan

dada.

a) Inhale

Tarik napas, tekuk lutut dan arahkan lebih rendah

dari jongkok, tarik kembali pinggul, sampai lutut berada

pada sudut 90 derajat. Catatan: fokus berat badan pada

tumit. Anda dapat melakukan ini dengan sedikit

mengangkat jari-jari kaki. Sama dengan lunges, pastikan

lutut tidak melampaui jari-jari kaki.

b) Exhale

Berdiri kembali ke posisi awal, sambil

mengeluarkan nafas melalui mulut. Lengkapi 1-3 set atau

10-16 repetisi. Untuk eksekusi aman, ingat untuk selalu

menempatkan berat badan pada tumit datar dilantai.

Juga harus menjaga lengkungan alami pada punggung

bawah. Bahu, kepala dan leher dalam posisi netral

sepanjang latihan.

3) Gerakan Reverse Crunces

Posisi awal, berbaringlah di labtai (tikar) dan telapak

tangan menghadap bawah. Gerakkan dan arahkan lutut


16

dalam arah dada (90 derajat) dengan kaki bersama-sama,

pinggul rata di lantai.

Bisa juga dilakukan dengan bola. Berbaring diatas tiker

dan menempatkan bola di antara kaki (pada betis/

pergelangan kaki). Menjepit bola dengan betis dan paha, bila

sudah terasa kencang, naikkan sedemikian hingga betis dan

paha berada pada posisi 90 derajat.

a) Inhale

Peningkatan gerakan meringuk pinggul dari lantai,

mengarahkan kaki menuju langit-langit (atau setidaknya

sejauh yang anda bisa).

Lakukan 12-16 repetisi untuk 2-3 set. Ini adalah gerakan

yang sangat kecil, jadi cobalah untuk menggunakan

kekuatan untuk mengangkat pinggul. Hindari

mengayunkan kaki dan menciptakan momentum.

b) Exhale

Gerakan perlahan-lahan turunkan kaki lebih

rendah dan kembali ke posisi awal, sambil tarik nafas

melaui hidung.

4) Gerakan Peredangan Panggul (Bridge)

Posisi awal, berbaringlah menempatkan punggung dan

kaki datar di lantai dengan mulut ditekuk (pastikan kaki

berada di bawah lutut), dan lengan di samping badan


17

(telapak tangan menghadap kebawah). Perlahan angkat ke

bahu. Tarik nafas, perlahan-lahan turunkan kembali ke posisi

awal. Lakukan 15 repetisi untuk 2-3 set.

5) Gerakan Pelvic Tilt

Posisi awal, berdiri dengan kaki, jarak pinggul dan lutut

sedikit ditekuk. Tempatkan tangan di pinggul dekat tulang

pinggul.

a) Inhale

Tarik napas, panjat panggul kedepan. Tahan selama 3

detik.

b) Exhale

Pindahkan panggul kembali keposisi awal, sambil

keluarkan napas melalui mulut. Lakukan 2-3 set 12-15

repetisi. Hal ini juga bisa dilakukan duduk dikursi atau

berbaring diatas tikar.

6) Gerakan Pendinginan

a) Lengan dan tangan, genggam tangan, kerutkan lengan

dengan kuat, tahan, lepaskan

b) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dosorfleksi), tahan

beberapa detik, lepaskan

c) Seluruh tubuh, kontraksikan / kencangkan semua otot,

sambil nafas dada pelan, teratur lalu rileks (bayangkan

hal yang meneynangkan).


18

B. Tinjauan Umum Tentang Dismenorhea

1. Definisi Dismenorhea

Istilah medis untuk kejang-kejang menstruasi adalah

dismenorhea. Dismenorhea berasal dari bahasa Yunani dys yang

berarti suliy, nyeri, abnormal, meno berarti bulan, dan rrhea berarti

aliran. Dismenorhea dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada

saat menstruasi.

Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut

bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenorhea hanya

dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga menganggu aktivitas dan

memerlukan obat-obatan. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang

juga berkontraksi dan relaksasi. Pada umumnya, kontraksi otot

uterus dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering

menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul

rasa nyeri.

2. Klasifikasi Dismenorhea

Nyeri haid (dismenorhea) dapat di golongkan berdasarkan jenis

nyeri da nada tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan

jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenorhea

spasmodic dan dismenorhea kongestif.

a. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan

berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid


19

mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena

terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan

apapun. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat

mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan

penderita adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula

pada kalangan yang berusia 40 tahun keatas. Dismenorhea

Spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan

lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang

tidak mengalami hal seperti itu.

b. Nyeri Kongestif

Penderita dismenorhea kongestif yang biasanya akan

tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan

segera tiba. Dia mungkin akan mengalami pegal, sakit pada

buah dada, perut kembung tidak menentu, sakit kepala, sakit

punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami,

mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi

ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan

lengan atas. Semua itu merupakan simpton pegal menyiksa

yang berlangsung antara 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2

minggu. Proses menstruasi mungkin tidak terlalu menimbukan

nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama

masa haid orang yang menderita dismenorhea kongestif akan

merasa lebih baik. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya


20

kelainan sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat di bagi

menjadi 2. Ada dua tipe-tipe dari dismenorhea, primer dan

sekunder.

a) Dismenorhea Primer

Dismenorhea primer adalah nyeri haid yang di jumpai

tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata.

Dismenorhea primer terjadi beberapa waktu stelah

menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena

siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah

menarche umumnya berjenis anovulatoar atau bersama-

sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk

beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat

berlangsung beberapa hari. Sifat ras nyeri ialah kejang

berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bawah,

tetapi dapat menyebar kedaerah pinggang dan paha.

Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual,

muntah, sakit kepala, diarea iritabilitas, dan sebagainya.

Tidak ada persoalan ginekologi yang mendasari yang

menyebabkan nyeri. Tipe kejang mungkin mulai dari enam

bulan sampai satu tahun setelah menarche (mulainya

menstruasi), waktu ketika seorang gadis mulai mempunyai

periode-periode menstruasi. Kejang-kejang menstruasi

secara khas tidak mulai hingga ovulatory menstrual cycles


21

(ketika sebuah telur dilepaskan dari indung-indung telur)

terjadi, dan perdarahan menstruasi sebenarnya biasanya

mulai sebelum timbulnya ovulasi. Oleh karenanya, seorang

gadis remaja mungkin tidak mengalami dismenorhea hingga

berbulan-bulan sampai bertahun-tahun setelah timbulnya

menstruasi.

Sebaiknya gadis-gadis sudah mendapat informasi yang

lengkap perihak menstruasi ini sebelum menarche

(menstruasi pertama kali). Gadis-gadis yang tidak dapat

penerangan yang baik tentang menstruasi akan mudah

menderita dismenorhea. Informasi dapat diberikan pleh

orangtua, guru-guru, atau dokter. Faktor-faktor resiko

dismenorhea primer antara lain nulipara (wanita yang belum

pernah melahirkan), obesitas (kegemukan), perokok, dan

memiliki riwayat keluarga dengan dismenorhea.

Disebut dismenorhea primer jika tidak ditemukan

penyebab yang mendasarinya dan dismenorhea sekunder

jika penyebabnya adalah kelainan kandungan. Dismenorhea

primer sering terjadi, kemungkinan lebih dari 50% wanita

mengalaminya dan 15% diantaranya mengalami nyeri pada

saat menstruasi yang hebat. Biasanya dismenorhea primer

timbul pada masa remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah

menstruasi pertama. Nyeri pada menstruasi primer diduga


22

berasal dari kontraksi rahim yang dirangsang oleh

prostaglandin. Nyeri dirasakan semakin hebat ketika bekuan

atau potongan jaringan dari lapisan rahim melewati serviks

(leher rahim), terutama jika saluran serviksnya sempit.

Faktor lainnya yang bisa memeperburuk dismenorhea

adalah :

1) Rahim yang m,enghadap kebelakang (retroversi)

2) Kurang berolahraga

3) Stress psikis atau stress sosial

Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan

menghilangnya dismenorhea primer. Hal ini di duga terjadi

karena adanya kemunduran saraf rahim akibatpenuaan dan

hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.

Perbedaan beratnya nyeri saat menstruasi tergantung

kepada kadar prostaglandin. Wanita yang mengalami

dismenorhea / nyeri menstruasi memiliki kadar prostaglandin

yang 5-13 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang

tidak mengalami dismenorhea. Dismenorhea sangat mirip

dengan nyeri yang dirasakan oleh wanita hamil yang

mendapatkan suntikan prostaglandin untuk merangsang

persalinan.

Dismenorhea primer bukti saat ini menunjukkan bahwa

pathogenesis dismenorhea primer adalah karena


23

prostaglansin F2alpha (PGF2alpha), suatu stimulant

miometrium kuat dan vasokontriktor, di endometrium. 10

sekretorik Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada

pasien dengan dismenorhea mendukung pernyataan bahwa

dismenorhea adalah dimediasi prostaglandin. Substansial

bukti atribut dismenorhea untuk kontraksi rahim yang

berkepanjangan dan menurunnya aliran darah ke

miometrium.

Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan dalam cairan

endometrium wanita dengan dismenorhea dan berkorelasi

dengan baik dan meningkat 3 kali lipat di prostaglandin

endometrium terjadi dari fase folikuler pada fase luteal,

dengan peningkatan lebih lanjut terjadi selama menstruasi.

Peningkatan prostaglandin pada endometrium berikut

penurunan progesterone dalam hasil akhir fase luteal dalam

nada miometrium uterus meningkat dan berlebihan kontraksi

leukotrin yang telah dirumuskan untuk meningkatkan

sensitivitas dari serat nyeri didalam rahim. Jumlah signifikan

leukotrin telah ditunjukkan dalam endometrium wanita

dengan dismenorhea primer yang tidak menanggapi

pengobatan dengan prostaglandin anatogis.

Vasopressin hormone hipofisis posterior mungkin terlibat

dalam hipersensitivitas miometrium, mengurangi aliran darah


24

rahim, dan nyeri di dismenorhea primer, peran Vasopresin

dalam endometrium mungkin terkait dengan sintesis dan

pelepasan prostaglandin.

Dismenorhea primer juga di sebabkan faktor perilaku dan

psikologis. Meskipun faktor-faktor ini belum meyakinkan

dibuktikan penyebab, mereka harus dipertimbangkan

pengobatan medis gagal.

b) Dismenorhea Sekunder

Dismenorhea sekunder adalah nyeri saat menstruasi

yang disesbabkan oleh kalainan ginekologi atau kandungan.

Pada umumnya terjadi pada wanita yang berusia lebih dari

25 tahun. Tipe nyeri dapat menyerupai nyeri dismenorhea

primer, namun lama nyeri dirasakan melebihi periode

menstruasi dan dapat pula terjadi bukan pada saat

menstruasi. Pemberian terapi NSAIDs dan pil kontrasepsi

tidak memeberikan manfaat. Nyeri haid yang disebabkan

oleh patologi pelvis secara anatomis atau mikroskopis dan

terutama terjadi pada wanita berusia 30-45 tahun

(Widjanarko, 2006). Pengertian yang lain menyebutkan

definisi dismenorhea sekunder sebagai nyeri yang muncul

saat menstruasi namun disebabkan oleh adanya penyakit

lain. Penyakit lain yang sering menyebabkan dismenorhea


25

sekunder antara lain endometriosis, fibroid uterin,

adenomyosis uterin, dan inflamasi pelvis kronis.

Dismenoreha sekunder disebabkan oleh kondisi

iatrogenic dan patologis yang bereaksi diuterus, tuba falopi,

ovarium atau pelvis peritoneum. Secara umum, nyeri datang

ketika terjadi proses yang mengubah tekanan didalam atau

disekitar pervis, perubahan atau terbatasnya aliran darah,

atau karena irirtasi peritoneum perlvis. Proses ini

berkombinasi dengan fisiologi normal dari menstruasi

sehingga menimbulkan ketidaknyamanan. Ketika rasa nyeri,

penyebab dismenorhea sekunder dapat diklasifikasikan

dalam 2 golongan, yaitu penyebab intrauterine dan

penyebab ekstrauterin.

Dismenorhea sekunder di diagnosis bila gejala yang

timbul dari penyakit yang mendasarinya, gangguan, atau

kelainan structural baik di dalam atau di luar rahim.

Dismenorhea sekunder adalah dismenorhea yang terkait

dengan kondisi yang ada.

Dari referensi lain juga sama ditemukan, penyebab paling

umum dari dismenorhea sekunder adalah endometriosis.

Penyebab lainnya termasuk leiomyma, adenomiosis, kista

ovarium.
26

Ada juga yang menyebutkan bahwa sejumlah faktor

dapat terlibat dalam pathogenesis dismenorhea sekunder.

The patologi panggul berikut ini dapat menyebabakan

kondisi :

1. Endometriosis

2. Penyakit radang panggul

3. Ovarium kista dan tumor

4. Cervical stenosis atau oklusi

5. Adenomiosis

6. Fibroid

7. Uterine polip

8. Intrauterine adhesi

9. Malformasi kongenital (misalnya, bicornate rahim, rahim

subseptate)

10. Intrauterine alat kontrasepsi

11. Septum vagina Transverse, sindroma kongesti pelvis

Tanda dan gejala pada dismenorhea sekunder dan nyeri

pelvis dapat beragam dan banyak. Umumnya gejala tersebut

sesuai dengan penyebabanya. Keluhan yang biasa muncul

adalah gastrointestinal, kesulitan berkemih, dan masalah

pada punggung. Keluhan menstruasi berat yang disertai

nyeri menandakan adanya perubahan kondisi uterus seperti

adenomyosis, myomas, atau polip. Keluhan nyeri pelvis yang


27

berat atau perubahan kontur abdomen meningkatkan

neoplasi intra-abdominal. Demam, menggigil, dan malaise

menandakan adanya proses inflamasi. Keluhan yang

menyertai interfilitas menandakan kemungkinan terjadinya

endometruosis. Ketika pasien mengeluhkan bahwa gejala

muncul setelah penggunaan IUD, tidak tepat jika

mengatakan penggunaan IUD sebagai penyebabanya.

Beberapa kondisi abnormal yang mendasarinya

(biasanya melibatkan sistim reproduksi seorang wanita)

menyumbang pada nyeri menstruasi. Secondary

dismenorhea mungkin adalah jelas pada menarche namun,

lebih sering kondisinya berkembang kemudian.

Penyebab dismenorhea sekunder antara lain infeksi,

adenomiosis, mioma uteri, salpingitis kronis, stenosis

servisis uteri, kista ovarium, polip uteri, dan lain-lain. Faktor-

faktor risiko dismenorhea sekunder antara lain infeksi pelvis,

penyakit menular seksual, dan endometriosis. Terapi

dismenorhea sekunder berdasarkan penyakit dasarnya.

Selain obat-obatan, terkadang perlu dilakukan tindakan

bedah. Bila anda mengalami nyeri saat menstruasi, segera

ketahui tipe nyeri anda. Karena, mungkin saja itu adlah salah

satu gejala awal terdapat kelainan ginekologi pada anda.


28

3. Etiologi Dismenorhea

Setiap bulan, lapisan dari sebelah dalam kandungan

(endometrium) terbentuik dalam persiapan untuk suatau

kemungkinan kehamilan. Setelah ovulasi, jika telur tidak dibuahi

oleh sebuah sperma, tidak ada kehamilan yang berakibat dan

lapisan kandungan sekarang tidak lagi dibutuhkan. Tingkat

hormone-hormon estrogen dan progesterone seorang wanita turun,

dan lapisan kandungan menjadi membengkak dan mati. Ia

kemudian di lepaskan dan akan diganti dengan lapisan baru pada

siklus bulanan berikutnya.

Ketika lapisan kandungan yang lama mulai teruarai, senyawa-

senyawa molekul yang disebut prostaglandins dilepaskan.

Senyawa-senyawa ini menyebabkan otot-otot kandungan untuk

berkontraksi. Ketika otot-otot kandungan berkontraksi, mereka

menyempitkan suplai darah (vasoconstriction) ke endometrium.

Penyempitan ini meghalangi penyerahan oksigen ke jaringan

endometrium yang pada gilirannya terurai dan mati. Setelah

kematian jaringan ini, kontraksi-kontraksi kandungan secara

harafiah memeras jaringan entometrial lama melalui leher rahim

(cervix) dan keluar dari tubuh dengan jalan dari vagina. Senyawa-

senyawa lain yang dikenal sebagai leukotrienes, yang adalah kimia-

kimia yang memainkan suatu peran pada respon peradangan, juga


29

meniggi pada saat ini dan mungkin dihubungkan dengan

perkembangan dari kejang-kejang menstruasi.

4. Gejala Dismenorhea (nyeri menstruasi)

Menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa

menjalar kepunggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan

sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang

terus menerus ada.

Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau elama

menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah

2 hari akan menghilang. Dismenorhea juga sering disertai oleh sakit

kepala, mual, sembelit atau diare dan sering berkemih.

Gejala utama adalah nyeri dismenorhea terkontaminasi diperut

bagian bawah, di daerah umbilikalis atau daerah suprapublik perut.

Hal ini juga sering dirasakan diperut kanan atau kiri. Hal itu

dapat memancarkan kepaha dan punggung bawah. Gejala lain

mungkin termasuk mual dan muntah, diare atau sembelit, sakit

kepala, pusing, disorientasi, hipersentivitas terhadap suara, cahaya,

baud an sentuhan, pingsan dan kelelahan.

Gejala dismenorhea sering dimulai segera setelah ovulasi dan

dapat berlangsung sampai akhir menstruasi. Ini karena dismenorea

sering dikaitkan dengan perubahan kadar hormone dalam tubuh

yang terjadi dengan ovulasi. Penggunaan beberapa jenis pil KB


30

dapat mencegah gejala dismenorea, karena pil KB berhenti dari

terjadi ovulasipai terjadi muntah.

Selama siklus menstruasi wanita, endometrium menebal dalam

persiapan untuk kehamilan potensial. Setelah ovulasi, jika sel telur

tidak dibuahi dan tidak ada kehamilan, molekul senyawa yang

disebut prostaglandindilepaskan selama menstruasi, karena

penghancuran sel endometrium, dan pelepasan resultan isinya.

Prostaglandin dan mediator inflamasi lainnya dalam rahim

menyebabkan uterus untuk kontrak. Zat tersebut di duga menjadi

faktor utama dalam dismenorhea primer. Ketika kontrak rahim,

mereka membatasi pasokan darah kejaringan dari endometrium,

yang pada gilirannya, rusak dan mati. Ini kontraksi rahim terus

karena mereka memeras jaringan, tua endometrium mati melalui

leher rahim dan keluar dari tubuh melalui vagina. Kontraksi ini, dan

hasil sementara kekurangan oksigen kejaringan di dekatnya, yang

bertanggung jawab atas rasa sakit atau “kram” berpengalaman

selama menstruasi.

5. Patofisiologi Dismenorhea

Mekanisme terjadinya nyeri pada menstruasi diterangkan sebagai

berikut :

Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami

regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar

progesterone yang mengakibatkan labilisasi membrane lisosom,


31

sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase.

Fosfolipase ini akan mengidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di

membrane sel endrometrium menghasilkan asam arakhidonat.

Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan

endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat yang

akan menghasilkan prostaglandin. Perempuan dengan nyeri

menstruasi primer akan merangsang miometrium dengan akibat

terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus. Akibatnya

akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan

iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksida yang

menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang

rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap

rangsang fisik dan kimia (Sharon dkk, 2011).

Sering kali kita merasa jengkel dan putus asa terhadap nyeri yang

kita rasakan akibat dismenorhea padahal Allah telah berjannji

bahwa di balik penyakityang diderita pasti ada obatnya. Dalam

Qur’an Surah Yunus Ayat 57 Allah Ta’ala berfirman,

Terjemahannya : Hai Manusia, sesungguhnya telah datang

kepadamu dari Tuhanmu dan penyembuh bagi

penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan


32

ptunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang

beriman (QS. Yunus Ayat : 57)

C. Tinjauan Umum Tentang Remaja

1. Definisi Remaja

Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama

dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Istilah

adolensens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu,

ketika pubertas menunjukkan titik dimana reproduksi mungkin

dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan

perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan

mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan

berhadapan dengan abstraksi (potter & Perry, 2005).

Penyesuaian dan adaptasi dibutuhkan untuk mengkoping

perubahan simultan ini dan usaha untuk membentuk perasaan

untuk identitas yang matur. Adaptasi yang dibutuhkan mendorong

remaja mengembangkan mekanisme ko[ping dan gaya perilaku

yang akan digunakan atau diadaptasi sepanjang kehidupan.

Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis

dalam kehidupan seseorang. Masa ini merupakan periode transisi

dari masa anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial (F.J Monks,

Koers,Haditomo,2002).
33

Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara

biologis. Salah satu tanda keremajaan secara biologi yaitu

mulainya remaja mengalami menstruasi. Menstruasi dimulai saat

pubertas dan kemampuan seorang wanita untuk mengandung

anak atau masa reproduksi. Menstruasi biasanya dimulai antara

usia 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk

kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relative terhadap

tinggi tubuh. Walaupun begitu, pada kenyataannya banyak wanita

yang mengalami masalah menstruasi, diantaranya nyeri haid/

dismenorhea.

D. Tinjauan Umum Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada paraktik keperawatan yang langsung diberikan kepada

pasien berbagai tatanan layanan kesehatan, dalam upaya

pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan menggunakan

metodologi proses keperawatan yang berpedoman pada standar

keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup

wewnang serta tanggung jawab keperawatan (Asmawati,2014).

Asuhan keperawatan pada pasien dismenorhea yaitu :

1. Pengkajian

Merupakan pengumpulan data sunjektif dan objektif (misalnya,

tanda vital, wawancara pasien / keluarga, pemeriksaan fisik) dan

peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik.


34

a. Riwayat

1) Riwayat menstruasi

a) Awal menarche

b) Frekuensi dan keteraturan siklus haid

c) Lama menstruasi

2) Deskripsi nyeri

a) Rasa kram spasmodic atau menetap

b) Lokasi nyeri menyeluruh atau spesifik

c) Unilateral atau seluruh abdomen bagian bawah

d) Lokasi pada abdomen bagian bawah, punggung atau

paha

e) Memburuk saat palpasi atau bergerak

3) Gejala yang berkaitan

a) Gejala ekstragenetalia

b) Dyspareunia konstan atau bersiklus yang berhubungan

dengan siklus menstruasi

4) Riwayat kondisi yang mungkin mengakibatkan

dismenorhea sekunder

b. Pemeriksaan Fisik

1) Pencatatn usia pasien

2) Pemeriksaan spekulum

a) Observasi osteium uteri utuk mendekti polip


35

b) Catat arna atau bau yang tidak biasa dari rabas vagina,

lakukan pemeriksaan sediaan basah

c) Persiapan uji kultur serviks, kultur IMS, dan uji darah

bila perlu, berdasarkan riwayat pasien.

3) Pemeriksaan bimanual

a) Catat ukuran bentuk dan konstensi uterus, priksa

adanya fibroid

b) Catat setiap masa atau nodul pada adneksa, terutama

nyeri unilateral

c) Catat bila terdapat sistokel atau prolapse uterus

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang

respons manusia terhadap gangguan kesehatan/proses

kehidupan, atau kerentanan respons dari seorang individu,

keluarga, kelompok, atau komunitas. Diagnosa keperawatan

dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, dianalisa

dan dibandingkan dengan norma fungsi kehidupan pasien dengan

kriteria : diagnosa keperawatan pasien dihubungkan dengan

penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien, dibuat

seusai wewnang perawat, kompenenya terdiri dari masalah,

penyebab dan gejala, atau hanya terdiri dari masalah dan

penyebab. Diagnose bersifat aktual apabila masalah kesehatan

pasien sudah terjadi dan bersifat potensial apabila masalah


36

kesehatan pasien kamungkinan besar akan terjadi (Herdman,

2015).

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus dismenorhea

yaitu :

a. Nyeri b/d peningkatan kontraksi uterus

b. Intoleransi akktifitas b/d nyeri

c. Ansietas b/d dismenorhea (Wilkinson dan Ahem, 2011).

3. Perencanaan

Setelah diagnose keperawatan diidentifikasi, komponen dari

proses keperawatan dirumuskan. Fase ini mencakup :

a) Menentukan prioritas pada diagnose keperawatan dan

masalah kolaboratif

b) Menetapkan tujuan jangka pendek, jangka menengah dan

jangka panjang dari tindakan keperawatan

c) Mengidentifikasi intervensi keperawatan yang spesifik sesuai

dengan pencapaian tujuan

d) Mengidentifikasi intervensi yang independen

e) Menerapkan hasil akhir yang diharapkan

Intervensi pada ksus ini yaitu :

1) Diagnose : nyeri akut b/d peningkatan kontraksi uterus

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 1x24 jan diharapkan nyeri pasien berkurang dengan


37

kriteria hasil : nyeri berkurang. TTV dalam batas normal,

ekspresi klien Nampak rileks

Intervensi

(a) Kaji tingkat nyeri klien

Rasional : untuk mengetahui skala nyeri dan intervensi

yang akan dilakukan selanjutnya

(b) Observasi TTV

Rasional : nyeri dismenorhea dapat menyebabkan

p[erubahan TTV

(c) Ajarkan tekhnik senam dismenorhea

Rasional : dengan senam merangsang tubuh

mengeluarkan hormone endpohrin sebagai anti nyeri alami

bagi tubuh.

(d) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan

berikan posisi yang nyaman : missal, waktu tidur

belakangnya dipasang bantal kecil.

Rasional : istirahat akan merelaksasikan semua jaringan

sehingga akan meningkatkan kenyamanan

2) Diagnose : intoleransi aktifitas b/d nyeri

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan perbaikan

toleransi aktifitas dengan kriteria hasil dapat melakukan

aktifitas
38

Intervensi

(a) Kaji penyebab intoleransi aktifitas

Rasional : nyeri dapat menyebabkan intoleransi aktifitas

(b) Kaji respon emosional klien terhadap intoleransi aktifitas

Rasional : nyeri haid dapat menyebabkan stress karena

seseorang tidak dapat beraktivitas.

(c) Anjurkan untuk tekhnik relaksasi nafas terkontrol dan

relaksasi selama beraktivitas

Rasional : nafas terkontrol dan relaksasi dapat mengurangi

nyeri yang dirahasiakan

(d) Kolaborasi untuk pengobatan nyeri sebelum beraktivitas

Rasional : mengurangi rasa nyeri agar dapat beraktivitas

3) Diagnose : Ansietas b/d dismenorhea

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan kecemasan menurun dengan

kriteria hasil klien tenang dan dapat mengekspresikan

perasaannya

Intervensi

(a) Kaji tingkat ansietas klien

Rasional : untuk mengetahui tingkat kecenasan dan

penentuan intervensi selanjutnya

(b) Jelaskan pada klien tentang etiologi / faktor dismenorhea


39

Rasional : pengetahuan klien mengenai dismenorhea

dapat mengurangi ansietas

(c) Anjurkan klien tekhnik nafas dalam

Rasional : mengetahui cara mengatasi dismenorhea dapat

mengurangi ansietas

4. Implementasi

Implementasi mencakup pelaksaan intervensi keperawatan yang

ditujukan untuk mengatasi diagnose keperawatan dan masalah.

Fase implementasi dapi prosesx keperawatan diakhiri ketika

intervensi keperawatan sudah diselesaikan dan respon pasien

terhadap intervensi tersebut sudah dicatat.

a) Diagnosa : nyeri akut b/d peningkatan kontraksi uterus

Tuujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan

kriteria hasil : nyeri berkurang, TTV dalam batas normal,

ekspresi klien Nampak rileks

Implementasi

(1) Mengkaji tingkat nyeri klien

(2) Mengobservasi TTV

(3) Mengajarkan tekhnik senam dismenorhea

(4) Memberikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri

dan brikan posisi yang nyaman : missal, waktu tidur

belakangnya dipasang bantal kecil


40

b) Diganosa : intoleransi aktifitas b/d nyeri

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan klien menunjukkan perbaikan

toleransi aktivitas dengan kriteria hasil : klien dapat melakukan

aktivitas

Implementasi

(1) Mengakaji penyebab intoleransi aktivitas

(2) Mengkaji respon emosianal klien terhadap intoleransi

aktivitas

(3) Menganjurkan untuk tekhnik nafas terkontrol dan relaksasi

selama aktifitas

(4) Pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri

c) Diagnose : ansietas b/d dismenorhea

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan

selama 1x24 jam diharapkan kecemasaan menurun dengan

kriteria hasil klien tenang dan dapat mengekspresikan

perasaan

Implementasi

(1) Mengkaji tingkat ansietas klien

(2) Menjelaskan pada klien tentang etiologi / faktor

dismenorhea

(3) Menganjurkan klien untuk tekhnik relaksasi nafas dalam


41

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dilakukan secara periodic. Sistematis

dan berencana, untuk menilai perkembangan pasien dengan

kriteria : setiap tindakan keperawatan dilakukan evalwasi

terhadap indicator yang ada pada rumusan tujuan, selanjutnya

hasil evaluasi melibatkan psien, keluarga dan tim kesehatan,

evaluasi dilakukan sesuai standar Apriyani (2012).

6. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pernyataan dari kejadian atau aktivitas

yang otentik dengan mempertahankan catatan-catatan yang

tertulis. Manfaat dokumentasi antara lain :

a) Sebagai wahana komunikasi antar tim keperawatan dan

dengan tim kesehatan lain

b) Sebagai bagian yang permanen dari rekam medic

c) Sebagai dokumen yang legal dan dapat diterima dipengadilan

Asmawati (2014).

Anda mungkin juga menyukai