Anda di halaman 1dari 10

Askep pada Bayi baru Lahir Normal &

Askep pada Bayi baru Lahir Komplikasi

Nama : Rahma

Nim : 14220140038

Kelas : B1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2015/2016
1. BAYI BARU LAHIR NORMAL
Pengertian
Menurut M.Sholeh Kosim (2007). Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir dengan umur 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan
tidak ada kelainan kongential yang berat.

Ciri – Ciri Bayi Baru Lahir


 4000 gram
 Panjang badan 48-52 cm
 Lingkar dada 30-cm
 Lingkar kepala 33- 35
 Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
 Pernapasan kurang lebih 60-40 kali/menit
 Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup
 Rambut lanugo tidak terlihat rambut kepala biasanya telah sempurna
 Kuku agak panjang dan lemas
 Genetalia
 Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik
 Reflek morrow atau gerak memeluk bila di kagetkan sudah baik
 Reflex graps atau menggenggam sudah baik
 Eleminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan

Penanganan Segera Bayi Baru Lahir


Menurut JNPK-KR/POGLI, APN , (2007) asuhan segera aman dan
bersih untuk bayi baru lahir ialah:
1. Pencegahan Infeksi
 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi
 Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang
belum di mandikan
 Pastikan semua peraltan dan bahan yang du gunakan terutama
klem, gunting, penghisap lendir, dan benang tali pusat telah
disenfeksi tingkat tinggi atau steril.
 Pastikan semua pakaian handuk selimut dan kain yang di
gunakn untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula
dengan timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop.
2. Melakukan penilaian
 Apakah bayi menagis kuat/bernafas tanpa kesulitan
 Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
 Jika bayi tidak bernafas atau bernapas megap – megap atau
lemah maka segera lakukan tindakan nresusitas bayi batu lahir.
3. Pencegahan kehilangan panas
 Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera
di keringkan
 Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin contoh meja, tempat tidur.
 Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi di tempatkan di
dekat benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah
dari suhu tubuh bayi.

Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d muncul berlebihan, posisi tidak tepat
b) Risiko infeksi b.d. kurangnya pertahanan imunologis, faktor lingkungan,
penyakit ibu.
c) Hipotermi b.d berada di lingkungan yang dingin/sejuk, pakaian yang tidak
memadai, evaporasi kulit di lingkungan yang dingin.
d) Risiko trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
e) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (resiko tinggi) b.d. imaturitas,
kurang pengetahuan orang tua.
f) Perubahan oroses keluarga b.d krisis maturasi, kelahiran cukup bulan,
perubahan dalam unit keluarga
g) PK Hipoglikemi

Diagnosa keperawatan yang sering muncul

a) bersihkan jalan nafas tidak efektif sampai dengan obstruksi jalan nafas
banyaknya mukus.
b) resiko infeksi
c) resiko ketidakseimbangan suhu tubuh dengan faktor resiko paparan
dingin/sejuk: perubahan suhu infra uteri ke extra uteri.
Perencanaan Keperawatan

 Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan refleks hisap tidak adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria hasil:
 Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.
 Intake dan output makanan seimbang.
 Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
Rencana tindakan:
 Timbang BB setiap hari.
 Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
 Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 5-10
menit.
 Lakukan pemberian makanan tambahan.
 Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian
makanan (tersedak, menolak makanan, produksi mukosa meningkat).
Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan
lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi.
Kriteria:
 Suhu tubuh normal 36-370 C.
 Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan
pucat.
Rencana tindakan:
 Pertahankan suhu lingkungan.
 Ukur suhu tubuh setiap 4 jam.
 Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga
air bayi tidak kedinginan.
 Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor,
pucat, kulit dingin).
Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
 Bebas dari tanda-tanda infeksi.
 TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
 Tali pusat mengering
Rencana tindakan :
 Pertahankan teknik septic dan aseptic.
 Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.
 Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi.
 Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit.
 Ukur TTV setiap 4 jam.
 Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.

2. Komplikasi Pada Bayi Baru Lahir


Pengertian BBLR
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir atau lebih rendah (WHO, 1961).
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Hada dan Hardhi, NANDA NIC-NOC,2013).
BBLR dibedakan menjadi :
a) Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
b) Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan.
Komplikasi BBLR
Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah, terutama berhubungan dengan 4 proses adaptasi pada bayi baru
lahir diantaranya:
 Sistem Pernafasan: Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia
neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin
 Sistem Kardiovaskuler: patent ductus arteriosus,
 Termoregulasi: Hipotermia,
 Glukosa: Hipoglikemia simtomatik
 Hiperbilirubinemia, , perdarahan ventrikel otak, anemia
 Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
 Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
Asfiksia Neonatorum
a) Pengertian Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai
dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah (hipoksemia), hiperkarbia
(Pa CO2 meningkat) dan asidosis.

Gejala Klinik Asfiksia Neonatorum


Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100
x/menit, kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap
refleks rangsangan.
Sindrom Gangguan Pernafasan

a) Defenisi Sindrom Gangguan Pernafasan


Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri
dari dispnea atau hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60
kali per menit, sianosis, merintih, waktu ekspirasi dan retraksi di daerah
epigastrium, interkostal pada saat inspirasi ( Perawatan Anak Sakit,
Ngastiah. Hal 3).
Penyakit Membran Hialin (PMH)

b) Etiologi Sindrom Gangguan Pernafasan


Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli
yang mencegah kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur,
karena produksi surfaktan yang di mulai sejak kehamilan minggu ke
22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.

3. Insiasi Menyusui Dini (IMD)


Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusu dini adalah program yang sedang dianjurkan pemerintah pada
bayi baru lahir, untuk segera menyusu sendiri pada ibunya dengan cara meletakkan
bayi pada dada ibu, dan biarkan merayap untuk mencari puting susunya sendiri. Untuk
melakukan program ini, harus dilakukan langsung setelah lahir, tidak boleh ditunda
dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi.(15) Prinsip menyusu/pemberian
ASI adalah dimulai sedini mungkin dan secara eksklusif. Segera setelah bayi lahir,
setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi
melekat pada kulit ibu, biarkan kontak kulit ke kulit ini menetap selama setidaknya 1
jam bahkan lebih, sampai bayi dapat menyusui sendiri. Apabila ruang bersalin dingin,
bayi diberi topi dan Protokol evidence based baru yang telah diperbaharui oleh WHO
dan UNICEF mengenai asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama menyatakan
sebagai berikut :
1. Bayi harus mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit satu jam.
2. Bayi harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat
mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu, serta memberi bantuan jika
diperlukan.
3. Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada bayi baru lahir
hingga inisiasi menyusu selesai dilakukan, prosedur tersebut seperti:
memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata, dan lain-lain.
Faktor-Faktor Pendukung Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal
kehamilan :
1. Informasi yang diperoleh ibu mengenai Inisiasi Menyusu Dini.
2. Tempat bersalin dan tenaga kesehatan.

Lima Tahapan Perilaku (Pre-Feeding Behaviour) Sebelum Bayi Berhasil


Menyusu
Bayi baru lahir yang mendapatkan kontak kulit ke kulit segera setelah
lahir, akan melalui lima tahapan perilaku sebelum ia berhasil menyusuI
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Yang Dianjurkan
Langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan :
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
3. Tali pusat di potong lalu diikat.
4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5. Tanpa digendong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan
kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya.(16)

Prosedur dan Gambaran Proses IMD


Berikut ini adalah tahap-tahap inisiasi menyusu dini :
1. Tempatkan bayi di atas perut ibunya dalam 2 jam pertama tanpa pembatas kain
di antara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi dengan
selimut hangat. Posisi bayi dalam keadaan tengkurap.
2. Setelah bayi stabil dan mulai beradaptasi dengan lingkungan luat uterus, ia
akan mulai mencari puting susu ibunya.
3. Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara ibu,
secara insting bayi akan mencari sembur bau tersebut.
4. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta
memegang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap.
5. Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibunya dan selama itu
pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi.
6. Ingat, selama periode ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi
sendirian. Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh.
Bidan harus menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan fisik,
maupun prosedur lain.(2)

Pendapat Yang Menghambat Kontak Dini Kulit Dengan Kulit Bayi Baru Lahir
1. Bayi kedinginan.
2. Ibu lelah setelah melahirkan.
3. Kurang tersedia tenaga kesehatan.
4. Ibu harus dijahit.
5. Bayi perlu diberi Vitamin K dan tetes mata segera.
6. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
7. Bayi kurang ‘alert’.
8. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan bahaya untuk bayi.
9. Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
10. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya kesempatan inisiasi
menyusu dini pada bayi lahir dengan Operasi Caesar.(16)

Faktor-Faktor Yang Menghambat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Pada Persalinan


Normal
Beberapa hal yang dapat menghambat keberhasilan program IMD pada pasien
dengan persalinan normal tersebut, antara lain :
a. Kondisi ibu yang masih lemah (bagi ibu post partum normal, dalam kondisi
kelemahan ini, ibu tidak mampu untuk melakukan program IMD).
b. Ibu lebih cenderung suka untuk beristirahat saja dari pada harus kesulitan
membantu membimbing anaknya untuk berhasil melakukan program IMD.

Akibat Kegagalan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


1. Kegagalan inisiasi menyusu dini tersebut akan berpengaruh pada produksi ASI
ibu.
2. Hal ini disebabkan karena hormon oksitosin yang berpengaruh pada produksi
ASI ibu akan dilepaskan jika dipacu dengan isapan bayi pada puting ibu saat
menyusui.
3. Sementara itu, bayi tetap membutuhkan ASI sebagai nutrisi dan juga
menigkatkan imunitas tubuhnya.
4. Jika tida tejadi keseimbangan antara produksi ASI ibu denag kebutuhan ASI
yang diperlukan oleh bayi, maka akan berakibat kegagalan program ASI
eksklusif 6 bulan pada bayi.

Berbagai Hal Yang Berkaitan Dengan Penyebab ASI Berkurang dan Cara Untuk
Meningkatkan Jumlah ASI
1. Penyebab ASI berkurang, antara lain rasa khawatir, stress, rasa nyeri dan rasa
keraguan pada ibu yang berlebih.
2. ASI berkurang bida disebabkan juga karena :
a. Bayi tidak langsung disusui.
b. Asi tidak diperah.
c. Jika payudara tetap penuh, maka terbentuk PIF (Prolacting Inhibiting
Fakor), yang merupakan zat yang menghentikan pembentukan ASI.
Cara menigkatkan jumlah ASI, antara lain :
a. Ibu dianjurkan untuk berfikir dengan penuh kasih sayang terhadap bayi.
b. Suara bayi.
c. Kehadiran bayi.
d. Rasa percaya diri
DAFTAR PUSTAKA

Huda,nuratil dan Hardhi kusuma, 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan.


IOWA Outcomes Project, Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 2,
2000, Mosby

Anda mungkin juga menyukai