Anda di halaman 1dari 17

A.

Pengertian Empati
Menurut Mehrabian& Epstein (dalam Taufik, 2012:41 ) menyatakan empati
merupakan bagian dari perasaan seseorang yang mempengaruhi emosi. Sedangkan
Menurut Baron Cohen (dalam David Howe, 2015 : 16) menyatakan bahwa
empati merupakan kemampuan untuk dapat merasakan atau memikirkan apa yang
dialami oleh orang lain sehingga mempengaruhi sikap kita. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa empati merupakan kemampuan untuk
merasakan perasaan orang lain dan mencoba menyelesaikan masalah dengan
sikap yang tepat secara emosional.
Empati diartikan sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain,
khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan
orang lain (Sears,dkk,1991:69).Halsenadadiungkapkan oleh Hurlock (1999: 118) yang
mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang
perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di
tempat orang lain. Kemampuan untuk empati ini mulai dapat dimiliki seseorang ketika
menduduki masa akhir kanak-kanak awal (6 tahun) dengandemikiandapat dikatakan
bahwa semua individu memiliki dasar kemampuan untuk dapat berempati, hanya saja
berbeda tingkat kedalaman dan cara mengaktualisasikannya. Empati seharusnya sudah
dimiliki oleh remaja, karena kemampuan berempati sudah mulai muncul pada masa
kanak-kanak awal (Hurlock, 1999: 118).
Leiden,dkk(1997:317)menyatakan empati sebagai kemampuan menempatkan diri
pada posisi orang lain sehingga orang lain seakan-akan menjadi bagian dalam diri.Lebih
lanjut dijelaskan oleh Baron dan Byrne (2005: 111)yangmenyatakan bahwa empati
merupakan kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik
dan mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain..
Empati merupakan satu ciri sifat yang relatif stabil dari kepribadian individu,
didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk dapat ikut merasakan emosi yang
dialami orang lain (Hoffman, 2001). Misalnya, seseorang akan ikut merasakan kesedihan
ketika menyaksikan rekannya ditimpa kemalangan. Empati memfasilitasi terjadinya
proses berbagi dan mengkomunikasikan rasa yang dialami oleh seseorang, sehingga
terjadi proses asimilasi terhadap rasa sedih yang dialami tersebut menjadi bagian dari
perasaannya (Decety & Jackson, 2006).
Empati menurut Kohut adalah suatu proses dimana seseorang berpikir mengenai
kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi orang lain itu (Taufik, 2012).
Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa
simpatik, mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain. Empati
adalah reaksi yang terjadi pada individu ketika mengamati individu lain (Davis, dalam
Fidrayani, 2015).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh McCullough, etal (1998) menjelaskan
bahwa semakin tinggi empati seseorang semakin besar ia akan menerima permintaan
maaf dari orang lain.Menurut Zinn (2007) empati adalah proses pemahaman sikap
seseorang kepada orang lain.Menurut Keen (2007) empati adalah mengenali perasaan
orang lain dan dapat berpartisipasi dalam perasaan emosional orang tersebut tanpa
mengalami sendiri. Berbeda lagi dengan pendapat dari Gagan (1983) yang mengartikan
empati sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain. Disisi lain, menurut
Halpern (2007) empati adalah keterampilan yang dipelajari atau sikap hidup yang dapat
digunakan untuk masuk ke dalam dunia orang lain yang bertujuan untuk dapat
memahami dan mengerti perasaan orang tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa empati adalah
merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam merasakan perasaan orang
lain serta dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan mencoba menyelesaikan
masalah dengan sikap yang tepat secara emosional.

B. Aspek – Aspek Empati

Baron dan Byrne (2005: 111) menyatakan bahwa dalam empati juga terdapat aspek-
aspek, yaitu:

1. Kognitif Individu yang memiliki kemampuan empati dapat memahami apa yang orang
lain rasakan dan mengapa hal tersebut dapat terjadi pada orang tersebut.
2. Afektif Individu yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan.
Batson dan Coke (Watson, 1984: 290) menyatakan bahwa di dalam empati juga terdapat
aspek-aspek:

1. Kehangatan
Kehangatan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap hangat
terhadap orang lain.
2. Kelembutan
Kelembutan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap
maupun bertutur kata lemah lembut terhadap orang lain.
3. Peduli
Peduli merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian
terhadap sesama maupun lingkungan sekitarnya.
4. Kasihan
Kasihan merupakan suatu perasaan yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau
belas asih terhadap orang lain.

Menurut Davis (1980) ada empat aspek dalam empati, diantaranya adalah :

1. Perspective Taking atau pengambilan perspektif dari sudut pandang orang


lain,bagaimana individu memandang segala sesuatu dari sudut pandang dan
perasaanorang lain.
2. Fantasy yaitu bagaimana individu terhanyut dalam perasaan-perasaan yang ada
dinovel atau di film.
3. Empathic Concern atau rasa kepedulian individu terhadap orang lain yang ada
dilingkungan sekitarnya.
4. Personal Distress atau distress pribadi yaitu perasaan cemas ketika ada
keretakanhubungan dalam pertemanan atau persahabatan.
C. Ciri – Ciri Empati
menurut Goleman (2003 : 31) menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki rasa
empati adalah sebagai berikut :
1. Mampu menerima sudut pandang orang lain.
2. Memiliki kepekaan perasaan terhadap orang lain.
3. Mampu mendengarkan orang lain
Menurut Goelman dalam Astuti (2014) menyatakan ciri-ciri orang yang
mempunyai empati tinggi yaitu:

1. Mempunyai kemampuan untuk memahami dan mengerti perasaan orang lain


sehingga dapat merasakan apa yang dialami oleh orang lain.
2. Mampu memahami dirisendiri, Sebelum memahami orang lain maka kita harus
memahami diri sendiri terlebih dahulu.
3. Emosi seseorang dapat dilihat dari bahasa isyarat, oleh sebab itu kita harus
memahami bahasa isyarat.
4. Orang yang mempunyai empati dapat dilihat dari peran yang dilakukan oleh
seseorang karena empati akan mewujudkan suatu tindakan.
5. Orang yang mempunyai empati bukan berarti larut dalam masalah yang
dialami oleh orang lain.

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Empati


Menurut Hoffan dalam Goleman (1999), faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam menerima dan memberi empati adalah sebagai berikut
1. Sosialisasi, Untuk membentuk suatu perilaku dapat dilakukan dengan cara
memberikan informasi tentang pengertian atau pentingnya dari perilaku
tersebut. Sosialisasi untuk anak-anak sebaiknya dilakukan melalui permainan-
permainan yang akan membentuk sejumlah emosi, membantu untuk lebih
berpikir dan memberikan perhatian kepada orang lain, serta lebih terbuka
terhadap kebutuhan orang lain sehingga akan meningkatkan kemampuan
berempati anak.
2. Mood dan feeling, Seseorang dapat berinteraksi dengan baik apabila
mempunyai perasaan yang baik.
3. Perilaku dapat terbentuk melalui proses belajar salah satunya meniru perilaku
orang tua.
4. Situasi dan tempat, Ketika seseorang dalam situasi yang sibuk atau tergesa-gesa
maka kemungkinan orang tersebut tidak mempunyai waktu untuk berempati,dan
apabila seseorang sedang berada di tempat yang ramai maka akan
mempengaruhi perilaku empati seseorang.
5. Komunikasi dan bahasa, seseorang dapat mengungkapkan atau menerima empati
melalui komunikasi atau bahasa.
6. Pengasuhan, Pola asuh orang tua akan mempengaruhi perilaku anak. Apabila
orang tua mengajarkan atau menanamkan empati sejak kecil maka akan membentuk
empati anak ketika dewasa.

Sedangkan menurut Siwi dalam Taufik (2000), beberapa faktor yang


mempengaruhi empati yaitu:

1. Pola asuh, Orang tua yang menanamkan nilai empati sejak kecil, memberikan
contoh kepada anak tentang sikap empati akan mempengaruhi perilaku empati
ketika dewasa.
2. Kepribadian, orang yang mempunyai sikap yang tenang dan sering
berintrospeksi diri dipastikan akan memiliki kepekaan yang tinggi ketika berbagai
dengan orang lain.
3. Usia, Semakin bertambahnya usia maka semakin meninkatkan empati seseorang
kerena seseorang yang tua mempunyai perspektif yang lebih matang.
4. Derajat kematangan, Kemampuan seseorang dapat menilai suatu hal secara
propsosional akan mempengaruhi sikap empati.
5. Sosialisasi, Sosialasi merupakan upaya untuk menanamkan berbagai nilai
kepada orang lain sehingga orang lain mempunyai perilaku yangdiharapkan.
6. Jenis kelamin, Empati perempuan lebih besar dari pada empati laki-laki.

Goleman dalam Setyawan (2008: 33) mengemukakan empati memungkinkan seseorang


untuk menghayati masalah atau kebutuhan yang tersirat di balik perasaan orang lain yang
tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata, seperti:

1. Kesadaran bahwa tiap orang memiliki sudut pandang berbeda akan mendorong
individu mampu menyesuaikan diri sesuai dengan lingkungan sosialnya. Dengan
menggunakan mobilitas pikirannya, individu dapat menempatkan diri pada posisi
perannya sendiri maupun peran orang lain sehingga akan membantu melakukan
komunikasi efektif.
2. Mampu berempati mendorong individu melakukan altruisme yang tidak hanya
mengurangi atau menghilangkan penderitaan orang lain, tetapi juga ketidak-
nyamanan perasaan individu melihat penderitaan orangin. Merasakan apa yang
dirasakan individu lain akan menghambat kecenderungan perilaku agresif terhadap
individu itu.
3. Kemampuan untuk memahami perspektif orang lain membuat individu me- nyadari
bahwa orang lain dapat membuat penilaian berdasarkan perilakunya. Kemampuan ini
membuat individu lebih melihat ke dalam diri dan lebih menya- dari serta
memperhatikan pendapat orang lain mengenai dirinya. Proses itu akan membentuk
kesadaran diri yang baik, dimanitestasikan dalam sifat optimistis. lleksibel, dan emosi
yang matang. Jadi, konsep diri yang kuat, melalui proses perbandingan sosial yang
terjadi dari pengamatan dan perbandingan diri dengan orang lain, akan berkembang
dengan baik Kemampuan mengambil perspektiforang lain merupakan kunci untuk
menciptakan hubungan sosial yang hangat. Hubungan sosial yang berkualitas inilah
yang memungkinkan individu dapat mengekspresikan perasaannya secara terbuka
dengan mengembangkan emosinya dengan sehat.
Variabe Sub Variabel Indicator Deskriptor item
l
Empati Perspective a. Mengutamakan sikap 1. Mampu 1. Saya lebih
Takingpengam Perspektif daripada memprioritaskan mementingkan
bilan egoisentris. kepentingan orang kepentingan orang
perspektif dari lain. lain daripada
sudut pandang 2. Mampu berkerja kepentingan saya.
orang lain sama dengan orang 2. Saya kesal jika ada
lain dengan baik teman yang tidak
sependapat dengan
saya.
3. Saya tidak peduli
terhadap pemikiran
orang lain mengenai
saya.
4. Saya lebih suka
mengerjakan tugas
secara berkelompok
daripada secara
individu.
5. Kerja kelompok
menurut saya hanya
membuang waktu
dan menambah
beban.
b. Memiliki kesadaran diri 1. Mampu belajar dari 6. Saya dapat mengambil
melalui orang lain setiap kejadian pelajaran dari setiap
2. Mampu belajara dari kejadian.
pengalamannya 7. Saya jika melihat kasus
3. Mampu menerima bullying membuat saya
saran atau nasihat takut untuk menyakiti
dari teman teman saya.
4. Mampu mengambil 8. Saya senang diberikan
pelajaran dari yang masukan atau nasihat
di lakukan oleh dari orang lain.
orang lain. 9. Saya senang jika di beri
saran oleh orang lain
saat saya salah.
10. Saya sering
mengobrol atau
berbagi cerita dengan
teman saya.
c. Menempatkan diri 1. Mampu mengetahui 11. Saya diminta teman-
dalam proses problem dan membantu teman untuk
solving atas permasalahan orang membantu
permasalahan orang lain menyelesaikan
lain. masalahnya
12. Saya senang
membantu
menyelesaikan
permasalahan teman
saya
13. Saya tertarik untuk
mengetahui
permasalahan teman
secara menyeluruh
14. Saya ingin membantu
dalam permasalahan
teman saya
15. Saya merasa sedih
apabila tidak bisa
membantu
menyelesaikan
permasalahan teman
saya.

Fantasy a. Dapat 1. Mampu 16. Saat membaca cerita


mengimajinasikan diri menempatkan diri dalam novel saya
dalam situasi fiktif pada situasi tertentu merasa diri saya hadir
saat membaca atau dan masuk dalam
menonton film. cerita tersebut.
2. Mampu 17. Saya ketika menonton
menggambarkan film-film yang
ekspresi saat mengharukan atau
menonton film. sedih tak terasa saya
3. Mampu memahami meneteskan air mata.
makna dari cerita 18. Saya suka
yang di baca atau mendengarkan musik
dari film yang di yang sesuai dengan
tonton. suasana hati saya saat
ini.
19. Saya dapat
menggambarkan
posisi saya jika saat
menonton film yang
mengharukan.
20. Saya dapat memahami
makna dari sebuah
film atau cerita.
b. Memberikan reaksi/ 1. Mampu memahami 21. Saya akan
respon terhadap kondisi yang sedang menanyakan keadaan
perubahan kondisi/ terjadi. teman saya jika dia
tindakan orang lain 2. Mampu terlihat tidak
mengendalikan diri bersemangat atau
saat situasi tertentu. sedang murung.
3. Mampu membela 22. Saya memberikan
teman saat di situasi ucapan selamat
yang dibutuhkan kepada teman yang
sedang berbahagia.
23. Saya dapan menahan
emosi saat apa bila
saya di hina oleh
orang lain.
24. Saya akan membela
teman saya saat dia
dalam kondisi
terpojokan
25. Saya akan melerai jika
ada perkelahian yang
di lakukan oleh teman
saya atau orang lain.
c. Memunculkan perilaku 1. Mampu membantu 26. Saya akan menolong
menolong teman di saat teman saya yang
kesusahan. sedang ke susahan
2. Mampu memiliki sebisa saya.
rasa tolong 27. Saya sering menolong
menolong dengan teman yang
sesama. mengalami kesulitan.
3. Mampu menyisikan 28. Saya turut membantu
uang untuk sedekah atau donasi untuk
atau berbagi. korban bencana alam.
29. Saya akan bersedekah
atau menyumbang
jika ada kotak amal
atau galang dana
30. Saya sering berbagi
makanan dengan
teman saya.
Empathic a. Adanya perhatian 1. Mampu 31. Saya menyapa dan
Concern atau kepada orang lain memberikan menanyakan kabar
rasa kepedulian apabila bertemu
kepedulian terhadap orang lain dengan teman saya
32. Saya tidak akan
membiarkan teman
yang kelelahan saat
mengerjakan sesuatu
33. Saya sebisa mungkin
meluangkan waktu
untuk menghadiri
undangan teman
34. Saya sangat perduli
dengan urusan teman
saya
35. Saya akan membantu
memikirkan masalah
teman saya, karena
saya peduli dengan
teman saya
b. Menunjukkan simpati, 2. Mampu mrasakan 36. Saya ikut bersedih
kepedulian dan belas kasihan dan apabila teman saya
kasih yang tinggi memberi simpati bersedih mendapatkan
kepada orang lain kepada orang lain. nilai ujian yang
rendah.
37. Saya menjenguk
teman yang sedang
sakit.
38. Saya merasa kasihan
apabila melihat para
penyandang
disabilitas.
39. Saya memaafkan
apabila teman saya
mengecewakan saya
40. Saya menyukai
dengan orang yang
selalu bersyukur akan
hidupnya
c. Adanya kepekaan diri 3. Mampu 41. Saya dapat memahami
yang tinggi terhadap memahami dan perasaan-perasaan
kondisi dan posisi memaklumi yang dialami oleh
orang lain. terhadap kondisi teman saya.
orang lain 42. Saya dapat
mengetahui teman
yang mempunyai
masalah dari ekspresi
wajahnya.
43. Saya memaklumi jika
ada teman yang
mendapatkan prestasi
rendah karena ia tidak
memiliki buku
penunjang dan
fasilitas belajar yang
memadai dirumah.
44. Saya dapat menerima
kekurangan dan
kelebihan yang
dimiliki teman saya.
45. Saya dapat menerima
kesalahan yang telah
teman saya perbuat.
Personal a. Merasa terkejut dan 1. Mampu 46. Saya histeris jika
Distress atau prihatin yang meningkatkan melihat pertengkaran
distress pribadi mendalam akan kepekaan terhadap besar.
penderitaan yang keadaan 47. saya akan merasa
dialami orang lain lingkungan sekitar. lemas jika mendengar
2. Mampu kabar yang
mengekspresikan menyedihkan.
perasaan sesuai 48. Saya panik jika
situasi. melihat orang
pingsan..
49. Mengetahui ada teman
yang berhenti sekolah
saya merasa terpukul.
50. saya menangis jika
melihat teman
bersedih.

b. Mengalami ketakutan 1. mampu 51. saya merasa takut teman


dan kecemasan yang meningkatkan frustasi ketika tidak bisa

berlebihan akan kepedulian mencapai keinginannya.


52. Saya menyesal jika tidak
penderitaan yang terhadap keadaan
bisa membantu
dialami ornag lain lingkungan
menyelesaikan
permasalahan teman.
53. saya tidak sanggup
melihat korban
kecelakaan.
54. saya merasa kesal
melihat teman diolok-
olok.
55. saya berusaha mendekati
teman yang menyendiri.
c. Mengalami kegelisahan 1. mampu 56. saya gelisah jika
yang berkepanjangan menempetkan meninggalkan teman

akibat melihat orang perasaan pada yang sedang


mengalami musibah.
lain mengalami sesuatu situasi yang
57. jika teman saya
yang kurang beruntung. dihadapi orang
menghadapi masalah,
lain.
saya ikut memikirkan
sehingga tidak bisa
tidur.
58. saya merasa khawatir
ketika mengetahui ada
teman yang
bermasalah.
59. Saya membantu teman
menyelesaikan
masalahnya.
60. Membantu
menyelesaikan
masalah orang lain
adalah hal yang
menyenangkan bagi
saya.
Daftar Rujukan

Asih, Gusti Yuli. Pratiwi,Margaretha Maria S. 2010. PERILAKU PROSOSIAL DITINJAU DARI
EMPATI DANKEMATANGAN EMOSI.Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus.Volume I, No

1, Desember 2010. Dari :http://eprints.umk.ac.id/268/1/33_-_42.PDF

Elga, Siltami.Omala , Firman, Taufik. 2018. Hubungan Empati dengan Agresivitas Siswa SMA
Pertiwi 2 Padang Serta Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling.Jurnal Neo
Konseling. Volume 01 Number05 2018. Dari :

https://www.researchgate.net/publication/328718103_Hubungan_Empati_dengan_Agresivit
as_Siswa_SMA_Pertiwi_2_Padang_Serta_Implikasinya_dalam_Bimbingan_dan_Konseling

Indriasari, Emi. 2016. MENINGKATKAN RASA EMPATI SISWA MELALUI LAYANAN


KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA PADA SISWA
KELAS XI IPS 3 SMA 2 KUDUS TAHUN AJARAN 2014/2015. Jurnal Konseling
GUSJIGANG Vol.2No.2 dari : https://media.neliti.com/media/publications/107238-
ID-meningkatkan-rasa-empati-siswa-melalui-l.pdf

JuliantikaYeni, Tri. Khusuma dewi, Ari.2017, PENERAPAN CINEMA THERAPY UNTUK


MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS XMULTIMEDIA DI SMKN 1
DRIYOREJO.Jurnal BK. Volume 7 No.3 Tahun 2017 dari:
file:///C:/Users/hp/Downloads/21555-25573-1-PB.pdf

Ramdhani, Neila. 2016. Emosi Moral dan Empati pada Pelaku Perundungan-siber.Jurnal
Psikologi Volume 43, Nomor 1, 2016: 66 – 80 dari :

file:///C:/Users/hp/Downloads/12955-29487-1-PB%20(1).pdf

Silfiasari, Prasetyaningrum Susanti. 2017. EMPATI DAN PEMAAFAN DALAM HUBUNGAN


PERTEMANAN SISWA REGULAR KEPADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH
INKLUSIF. JIPT. Vol. 05, No.01, Januari 2017 DARI :file:///C:/Users/hp/Downloads/3886-
10222-1-PB.pdf
Susanto, Ahmad. 2018. BIMBINGAN dan KONSELING di SEKOLAH : KONSEP, TEORI, dan APLIKASINYA.
Jakarta: Prenada Media Group.
Solekhah, Anna Mudarisatus. Atikah, Tera Pertiwi. Istiqomah, Mufidah. 2018. FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP EMPATI TERHADAP PERILAKU
PROSOSIAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Universitas Negeri Semarang,
Semarang, IndonesiaDARI :
http://pgsd.umk.ac.id/files/prosiding/2018/13_Anna_M_S_dkk_86-90.pdf

Umayah, Azmi Nisrina. Ariyanto, Amarina. Yustisia, Whinda. 2017. PENGARUH EMPATI
EMOSIONAL TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL YANG DIMODERASI
OLEH JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA. Jurnal Psikologi Sosial. 2017, Vol.
15, No. 02, 72-83 dari

http://journal.ui.ac.id/index.php/jps/article/viewFile/jps.2017.7/67545963

Anda mungkin juga menyukai