Referat Ppok Rs Haji
Referat Ppok Rs Haji
Pembimbing:
Penyusun:
Firza N. Z. (2019.04.2.0084)
Florencia A. (2019.04.2.0085)
Firza N. Z. (2019.04.2.0084)
Florencia A. (2019.04.2.0085)
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini sebagai
tugas kepaniteraan klinik tentang penyakit paru obstruktif kronik.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
5
2.3. Faktor Resiko
Asap Rokok
Polusi Udara
- Polusi dalam ruangan : Asap rokok, asap dapur (kompor, kayu,
arang, dll)
- Polusi luar ruangan : Gas buang kendaraan bermotor, debu jalanan
- Polusi di tempat kerja : Bahan kimia, zat iritasi, gas beracun)
Sosial Ekonomi
Pajanan polusi di dalam dan di luar ruangan, pemukiman padat, nutrisi
buruk dan faktor lain yang berhubungan dengan status sosial ekonomi,
kemungkinan dapat menjelaskan ini.
Tumbuh Kembang Paru
6
Studi menganalisa mennyatakan bahwa berat lahir mempengaruhi nilai
VEP1 pada masaanak.
Genetik
Faktor resiko genetik yang paling sering adalah mutasi gen Serpina-1 yang
mengakibatkan kekurangan α-1 antitripsin sebagai inhibitor dari proteasi
serin.
Jenis Kelamin
Penelitian terdahulu menyatakan bahwa angka kesakitan dan kematian
PPOK lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan, namun saat
ini angka kejadian hampir sama antara keduanya, terkait dengan
bertmbahnya jumlah perokok perempuan. (PDPI, 2016)
2.4. Patogenesis
7
Pembuluh darah paru
Perubahan struktural: penebalan intima, disfungsi sel endotel, penebalan
otot polos (hipertensi pulmonal).
8
fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama
obstruksi jalan napas. (PDPI, 2003)
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanda dan
gejala ringan hingga berat. Diagnosis PPOK dipertimbangkan bila timbul
tanda dan gejala yang secara rinci dapat dilihat pada tabel.
Tabel 2.2 Indikator kunci untuk mendiagnosis PPOK
Gejala Keterangan
Sesak Progresif (sesak bertambah berat seiring berjalannya
waktu)
Bertambah berat dengan aktivitas
Menetap sepanjang hari
Dijelaskan oleh bahasa pasien sebagai “perlu usaha
untuk bernapas.”
Berat, sukar bernapas, terengah-engah
Batuk kronik Hilang timbul dan mungkin tidak berdahak
Batuk kronik Setiap batuk kronik berdahak dapat mengindikasikan
berdahak PPOK
Riwayat terpajan Asap rokok
faktor resiko Debu dan bahan kimia di tempat kerja
Asap dapur
Riwayat keluarga
menderita PPOK
9
post-bronchodilator FEV1 / FVC <0.70 mengkonfirmasikan adanya
pembatasan aliran udara persisten. Spirometri merupakan pengukuran
yang objektif terhadap terbatasnya aliran udara. Pengukuran Peak
expiratory flow (PEF) saja tidak dapat diandalkan sebagai tes diagnostik,
karena walaupun memilik sensitifitas yang baik, tapi spesifitasnya rendah.
(GOLD, 2017)
kerja
2) Gejala
penuaan.
Batuk kronik
Berdahak kronik
10
Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan sesak
tangga 1 tingkat
beberapa menit
1) Inspeksi
11
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
12
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa
Ekspirasi memanjang
1) Radiologi
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
drop appearance)
Normal
13
o Obstruksi : % VEP1 (VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
perjalanan penyakit.
14
- Uji bronkodilator
15
2.7. Diagnosis Banding
16
2.8. Klasifikasi
17
Derajat II: PPOK sedang
2.9.Manajemen
18
Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangkan panjang
pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma. Karena PPOK adalah penyakit kronik yang bersifat irreversible dan
progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktivitas dan
mencegah kecepatan perburukan fungsi paru (PDPI, 2016)
Berhenti Merokok
Berhenti merokok merupakan intervensi yang paling efektif dalam
mengurangi resiko berkembangnya PPOK. Strategi untuk membantu
pasien berhenti merokok 5A. : Ask, Advise, Asses, Assist, Arrange.
Obat-Obatan
. Bronkodilator diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga
jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat
penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak
dianjurkan pada penggunaan jangka panjang. Pada derajat berat
diutamakan pemberian obat lepas lambat (slow release) atau obat berefek
panjang (long acting). (GOLD, 2017)
2.9.1. Bronkodilator
19
Indikator terapi oksigen apabila PaO2 < 55 mmHg Sat O2 < 88%
dengan atau tanpa hiperkapnia yang dikonfirmasi dua kali selama periode
tiga minggu. Dan apabila PaO2 diantara 55-59 mmHg atau Sat O2 >
89%diserati cor pulmonal, perubahan P pulmonal, Ht > 55% dan tanda-
tanda gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
2.10. Komplikasi
2.11. Preventif
20
PPOK dapat dicegah menghindari faktor resikonya seperti dengan
menghindari asap rokok (berhenti merokok), menghindari polusi udara, dan
menghindari infeksi saluran napas berulang. (PDPI, 2003)
21
DAFTAR PUSTAKA
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy for
The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2019. Global Strategy for
The Diagnosis, Management,and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2017. Pocket Guide to
COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
Jindal SK, Gupta D, Anggarwal AN, 2004. Guidelines for Management of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease (COPD) in India. Indian J Chest Dis Allied
Sci [Internet]. [cited 15 August 2017]. Available from :
http://medind.nic.in/iae/t04/i2/iaet04i2p137.pdf
22