Anda di halaman 1dari 9

Efek dari Aktivator Kimia pada Pemutihan Gigi dengan Dua

Konsentrasi Karbamid Peroksida yang berbeda: Studi in vitro


Abstrak

Sasaran dan tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dan
membandingkan pengaruh manganese glukonat, sebagai activator pemutihan gigi,
dengan konsentrasi 0,01% pada efisiensi pemutihan gigi menggunakan dua konsentrasi
yang berbeda, yakni 10% dan 16% karbamid peroksida dan juga untuk mengetahui
apakah efek pemutihan karbamid peroksida pada 10% dengan aktivator manganese
glukonat dan pemutihan karbamid peroksida pada 16% tanpa aktivator bernilai
sebanding.

Bahan dan metode: Empat puluh sampel email gigi mengalami pewarnaan dengan
25% larutan kopi instan selama tujuh hari pada suhu 37 derajat Celcius. Penilaian pada
warna spesimen yang telah berwarna diambil menggunakan spektrofotometer.
Kemudian, aplikasi pemutihan gigi dilakukan pada permukaan labial sampel selama
delapan jam setiap hari selama tujuh hari. Pengukuran warna akhir dilakukan dan nilai-
nilai perubahan dihitung dari pengukuran warna yang diambil pada setelahnya.
Perubahan warna total dihitung dan ditetapkan oleh Delta (∆E), yang mengacu pada
perbedaan warna. Nilai-nilai yang diperoleh dilakukan analisis statistik. Perubahan
warna dianalisis menggunakan ANOVA dan tes tukey pada tingkat signifikansi 5%.

Hasil: Penggunaan manganese glukonat sebagai aktivator kimia meningkatkan efisiensi


pemutihan gigi pada kedua konsentrasi karbamid peroksida 10% dan 16%. Selain itu,
efek pemutihan gigi dengan karbamid peroksida pada tingkat 10% dengan aktivator
manganese glukonat dan pemutihan gigi dengan karbamid peroksida pada tingkat 16%
tanpa aktivator bernilai sebanding.

Interpretasi dan kesimpulan: Manganese glukonat pada konsentrasi 0,01% sebagai


aktivator kimia meningkatkan efisiensi pemutihan gigi dengan karbamid peroksida
sebesar 10% dan 16%. Kemudian, efek pemutihan karbamid peroksida pada tingkat
10% dengan aktivator manganese glukonat dan pemutihan karbamid peroksida pada
tingkat 16% tanpa aktivator bernilai sebanding.
Kata kunci: pemutihan gigi, karbamid peroksida, spektrofotometer, manganese
glukonat

Pendahuluan

Pemutihan gigi menjadi semakin populer dan keinginan untuk mendapatkan gigi yang
lebih putih telah menjadi hal umum (global). Kerusakan estetik dari perubahan warna
gigi, terutama di daerah anterior, dapat di lakukan perawatan dengan sejumlah terapi
invasif seperti mahkota gigi tiruan dan veneer, mikroabrasi, atau dengan penempatan
komposit langsung. Bleaching memberikan alternatif yang konservatif, sederhana, dan
ekonomis untuk pemutihan gigi. Penggunaan hidrogen peroksida (H2O2) untuk
pemutihan gigi telah digunakan lebih dari satu abad. Organisasi Internasional
Standardisasi (ISO) mendefinisikan pemutihan gigi sebagai "penghilangan secara
intrinsik atau perubahan warna gigi alami dengan menggunakan bahan kimia, kadang-
kadang dalam kombinasi dengan aplikasi sarana bantu (agen)

Karbamid peroksida adalah agen (sarana bantu) yang diterima dengan baik yang
digunakan dalam pemutihan gigi dirumah yang diawasi oleh dokter gigi. Dengan
mengaplikasikan pada permukaan luar gigi dalam bentuk gel, dengan custom tray.
Karbamid peroksida diberikan dengan berbagai konsentrasi yang berbeda, mulai dari
10% hingga lebih dari 20%, tetapi kombinasi terbaik dari segi keamanan, efek samping
terbatas dan kecepatan tindakan dapat diperoleh dengan kadar larutan 10% karbamid
peroksida yang disetujui oleh ADA. Dalam upaya untuk meningkatkan efisiensi agen
(sarana bantu) pemutihan, konsentrasi yang lebih tinggi juga digunakan. Hal ini
menyebabkan terjadinya efek samping yang paling umum terjadi pada bleaching gigi di
rumah seperti sensitivitas gigi ringan hingga sedang dan/atau iritasi gingival. Dengan
demikian, konsentrasi zat pemutih yang lebih tinggi dapat meningkatkan efek samping
ini.

Objek dan tujuan


● Untuk menilai dan membandingkan pengaruh manganese glukonat, suatu zat
aktivator kimiawi dari bahan pemutih, pada konsentrasi 0,01% dengan efisiensi
pemutihan menggunakan dua konsentrasi yang berbeda (10% dan 16%) dari
karbamid peroksida.
● Untuk mengetahui apakah, efek pemutihan karbamid peroksida pada 10%
dengan aktivator manganese glukonat dan pemutihan peroksida karbamid pada
16% tanpa aktivator bernilai sebanding.
Sumber gigi dan penyimpanan
Empat puluh gigi insisif central rahang atas permanen yang diekstraksi diambil dari
Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Ilmu Kedokteran Gigi dan Rumah Sakit
Krishnadevaraya, Bangalore dan Kampus Dokter Gigi Pemerintah, Bangalore.

Gigi yang diekstraksi dibersihkan dari jaringan lunak, kalkulus dan debris dengan scaler
ultrasonik dan disimpan dalam saline sampai periode penelitian lebih lanjut.

Metodologi
Persiapan spesimen
Mahkota gigi dipotong secara melintang dengan diamond disk fleksibel pada CEJ.
Dengan bantuan carborundum disk yang digerakkan oleh mikromotor kecepatan
rendah, gigi-gigi itu dipotong secara longitudinal untuk mengekspos dentin. Bagian
setengah lingual dihilangkan dan dibuang, dan setengah labial digunakan untuk
penelitian.

Pewarnaan spesimen
Permukaan dentin di etsa dengan 37% gel asam fosfat selama 15 detik. Spesimen
kemudian dicuci dengan udara/air selama 30 detik untuk mengekspos tubulus dentin
dan menciptakan penggelapan yang efisien. Untuk pigmentasi, gigi direndam dalam
200mL larutan kopi instan 25% yang baru saja dipersiapkan (50 gram serbuk kopi
ditambahkan ke 200mL air suling pada 100 0C). Disimpan dalam oven bakteriologis
selama tujuh hari pada suhu 37 0C. Setelah pewarnaan, permukaan enamel (email gigi)
dipoles dengan pasta poles diamond menggunakan felt disk. Untuk tujuan pembatasan
area pembacaan warna, label perekat melingkar berdiameter 6mm ditempelkaan di
tengah permukaan bukal. Seluruh permukaan bukal dan lainnya dilapisi dengan pernis
kuku yang tidak berwarna. Setelah pernis kuku dikeringkan, label dilepaskan,
memperlihatkan permukaan enamel (email) gigi dengan diameter 6mm. Lktig 790
Tujuan lain dari pemberian pernis kuku pada spesimen adalah untuk mencegah gel
bleaching menembus tubuli dentinal selama periode penyimpanan dan pemutihan dan
mengganggu warna. Setelah prosedur ini, sampel disimpan secara terpisah dalam wadah
plastik, direndam dalam air suling.

Pengelompokan spesimen
Empat puluh sampel yang telah diberikan noda akan dibagi secara acak menjadi empat
kelompok dengan sepuluh sampel di setiap kelompok, berdasarkan konsentrasi
pemutihan yang digunakan.
● Kelompok I (n = 10): Pemutihan dengan 10% gel karbamid peroksida
● Kelompok II (n = 10): pemutihan dengan 10% gel karbamid peroksida dengan
penambahan manganese glukonat 0.01%.
● Kelompok III (n = 10): Pemutihan dengan 16% gel karbamid peroksida
● Kelompok IV (n = 10): pemutihan dengan 16% gel karbamid peroksida dengan
penambahan manganese glukonat 0,01%.
Proses pemutihan
Gel yang digunakan pada Kelompok I dan kelompok III dioleskan langsung dari tube
(tabung) ke struktur gigi. Gel yang digunakan pada kelompok II dan kelompok IV
dicampur dengan bubuk manganese gluconat 0,01% dengan proporsi yang sama dan
diaplikasikan pada struktur gigi.

Pemberian gel pemutih dilakukan pada area labial gigi mahkota selama 8 jam setiap
hari. Selama interval atau waktu tidak dilakukan pemutihan, gigi dicuci di bawah air
yang mengalir untuk benar-benar mennghilangkan agen pemutihan dan kemudian
disimpan dalam air suling pada suhu 37 oC.

Pengukuran warna
Warna pada permukaan labial gigi diukur menggunakan spektrofotometer Vita
Easyshade. Dua bacaan terpisah diambil di daerah seluas diameter 6mm: pengukuran
awal dan pengukuran setelah tujuh hari. Untuk setiap spesimen, nilai rata-rata dihitung
untuk nilai-nilai L*, a*, dan b*. Nilai L* mendefinisikan terangnya warna, a* dan b*
menentukan karakteristik warna kromatik, dengan a* mengacu pada sumbu merah-hijau
dan b* mengacu pada sumbu kuning-biru. Nilai-nilai perubahan L* (∆L), a* (∆a), dan
b* (∆b) dihitung dari pengukuran warna yang diambil pada awal dan setelah tujuh hari.
Perubahan total warna, atau variasi dalam persepsi warna setiap gigi dihitung dan
ditetapkan sebagai Delta E (∆E), yang mengacu pada perbedaan warna antara periode
waktu. Parameter dihitung berdasarkan rumus berikut: ∆ E = [(∆L) 2 + (∆a 2 + (∆b) 2]
1/2

Analisis statistik
Analisis varian satu arah (ANOVA) dan uji Tukey digunakan untuk membandingkan
perubahan warna di kelompok yang berbeda. Tingkat signifikan p<0,05 digunakan
untuk semua tes dan perbandingan. Ukuran hasil akhir delta E yang diperoleh setelah
pengukuran spektrofotometri untuk setiap kelompok disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1: Nilai ∆E untuk setiap grup.

Tabel 2: Hasil rata-rata (rata-rata +/- standar deviasi) untuk setiap kelompok.

Metode analisis statistik

Analisis satu arah varians ANOVA dan metode uji tukey dari analisis statistik telah
digunakan dalam penelitian ini. Analisis satu arah varians digunakan untuk menguji
perbedaan antara kelompok dan untuk mengetahui yang mana nilai rata-rata dari kedua
kelompok perbedaan uji post hoc uji Tukey secara signifikan digunakan. Hasil untuk
setiap parameter rata-rata (rata-rata + standar deviasi) untuk data kontinu disajikan pada
Tabel 3 dan grafik 1.

Tabel 3: Perbandingan pairwise delta E menggunakan uji Tukey.

Ada perbedaan signifikan secara statistik antara delta E di kelompok yang ditentukan
oleh ANOVA satu arah (p<0,001). Perbandingan pairwise antara kelompok studi
(Tukey post-hoc test) mengungkapkan bahwa nilai rata-rata delta E secara statistik
signifikan antara Grup 1 dengan Grup 3 dan Grup 4 (p<0,001). Pengamatan serupa
diamati antara Grup 2 dan Grup 4 (p<0,001) dan antara Grup 3 vs Grup 4 (p <0,001).
Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara Grup 1 vs Grup 2 (p =
0,109) dan Grup 2 vs Grup 3 (p = 0,266).
Pembahasan

Bahan pemutihan gigi saat ini hampir secara eksklusif menggunakan peroksida
karbamid dan hidrogen peroksida sebagai bahan aktif dalam pemutihan gigi baik itu
penggunaan di praktik dokter gigi atau di rumah. Meskipun proses pemutihan terbilang
kompleks, sebagian besar proses pemutihan dapat bekerja dengan oksidasi. Oksidasi
adalah proses kimia dimana bahan organik pada akhirnya diubah menjadi karbon
dioksida dan air. Pemutihan perlahan mengubah zat organik menjadi zat perantara kimia
yang lebih ringan warnanya daripada yang asli. Reaksi reduksi oksidasi yang
berlangsung dalam proses pemutihan ini dikenal sebagai 'reaksi redoks'. Dalam reaksi
redoks, agen pengoksidasi (misalnya, hidrogen peroksida) memiliki radikal bebas
dengan elektron yang tidak berpasangan, yang akhirnya berkurang; zat pereduksi (zat
yang diputihkan) menerima elektron dan menjadi teroksidasi. Dalam penelitian ini,
manganese glukonat (0,01%) digunakan sebagai aktivator kimia. Mencampur
manganese glukonat dengan hidrogen peroksida, dengan cara sederhana, mempercepat
degradasi peroksida, yakni membentuk air dan radikal bebas; tanpa memisahkan diri
atau bergabung ke dalam reaksi yang tidak terjadi dengan besi, yang berakhir dengan
penggabungan ke dalam reaksi tersebut, membuat pertukaran elektron.

Untuk mempercepat pelepasan radikal bebas, para profesional telah menggunakan


perangkat yang mentransfer energi ke hidrogen peroksida, dengan cara meningkatkan
dekomposisinya. Sumber-sumber pengaktifan tidak bertanggung jawab atas proses
pemutihan yang benar; mereka hanya bertujuan untuk meningkatkan degradasi gel
pemutih.

Dalam penelitian ini, spektrofotometer digital digunakan. Penilaian warna di


spektrofotometer dilakukan dengan metode obyektif, menghilangkan subjektivitas dari
metode skala bayangan. Studi Li dan Joiner menemukan bahwa metode obyektif lebih
unggul untuk menilai gigi. Selain itu, menurut Baltzer dan Jinoian, penilaian dengan
spektrofotometer tidak dipengaruhi oleh media eksternal dan oleh nada (warna) kulit
dan jaringan yang berdekatan dengan gigi. Spektrofotometer digital mengukur warna
gigi berdasarkan pada sistem ruang warna CIEL*a*b*, memungkinkan penentuan
warna dalam ruang tiga dimensi. Sistem ini didefinisikan oleh Komisi Internasional
tentang Penerangan pada tahun 1967 dan disebut sebagai CIELAB.
Di kelompok 1, nilai rata-rata 15,435 terlihat di mana sampel diputihkan dengan 10%
karbamid peroksida tanpa aktivator kimia. Kelompok 2 menunjukkan nilai rata-rata
18.268 dimana sampel diputihkan dengan 10% peroksida karbamid dengan aktivator
kimia. Perbandingan pairwise dari delta E menggunakan uji tukey menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok 1 dan 2.

Pada kelompok 3, nilai rata-rata 20,515 terlihat di mana sampel diputihkan dengan
16%`A peroksida karbamid tanpa aktivator kimia. Kelompok 4 menunjukkan nilai rata-
rata 26.189 dimana sampel diputihkan dengan 10% karbamid peroksida dengan
aktivator. Perbandingan pairwise dari delta E menggunakan uji tukey menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok 3 dan 4. Kelompok 1 dan
kelompok 3 di mana pemutihan dilakukan tanpa aktivator kimia menunjukkan
perbedaan yang signifikan secara statistik.

Sedangkan, kelompok 2 dengan rata-rata 18,286 dan kelompok 3 dengan rata-rata


20,515 menunjukkan perbedaan rata-rata 2,247 yang tidak signifikan secara statistik.
Oleh karena itu, 10% karbamid peroksida dengan aktivator kimia dan 16% peroksida
karbamid tanpa aktivator kimia bernilai sebanding dan tidak menunjukkan hasil yang
signifikan secara statistik.

Oleh karena itu, penggunaan aktivator kimia meningkatkan efektivitas pemutihan baik
peroksida karbamid sebanyak 10% dan 16%. Juga terlihat bahwa, efek pemutihan
peroksida karbamid 10% dengan aktivator manganese glukonat dan pemutihan
peroksida karbamid 16% tanpa aktivator tidak memiliki perbedaan yang signifikan
secara statistik dan bernilai sebanding.

Kesimpulan
Dalam keterbatasan penelitian ini,
● Peningkatan pada konsentrasi zat pemutih meningkatkan efisiensi pemutihan.
● Manganese glukonat dengan konsentrasi 0,01% sebagai aktivator kimia
meningkatkan efisiensi pemutihan pada konsentrasi pemutihan peroksida
karbamida dengan kadar 10% dan 16%.
● Efek pemutihan peroksida karbamid pada 10% dengan aktivator manganese
glukonat dan pemutihan karbamid peroksida pada 16% tanpa aktivator bernilai
sebanding.

Anda mungkin juga menyukai