Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

ILMU PENYAKIT DALAM


ANEMIA APLASTIK

Pembimbing
dr I.D.M.Widi Hersana,SpPD-KHOM

Disusun oleh :
Alif Afdi Kurniawan 2019.04.20004
Lembar Pengesahan
Referat ilmu penyakit dalam

Anemia Aplastik
Referat “Anemia Aplastik” ini telah diperiksa, disetujui, dan diterima
sebagai salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan
klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSAL Dr. Ramelan Surabaya,
Fakultas Kedokteran Universitas HangTuah Surabaya.

Surabaya,7 juni 2019

Mengesahkan,

Dokter pembimbing

dr I.D.M.Widi Hersana,SpPD-KHOM
1.1 Definisi anemia aplastik
Anemia aplastic merupakan kegagalan dalam proses hemopoesis
namun berpotensi mengancam jiwa,yang di tandai dengan
pansitopenia (anemia,leukopenia,trombositopenia) serta
hiposelularitas sumsum tulang.
1.2 Epidemiologi
Anemia aplastik jarang ditemukan. Insidensi bervariasi di seluruh
dunia, berkisar antara 2 sampai 6 kasus persejuta penduduk pertahun.
Frekuensi tertinggi anemia aplastik terjadi pada orang berusia 15
sampai 25 tahun,peringkat kedua terjadi pada usia 65 sampai 69
tahun. Anemia aplastik lebih sering terjadi di Timur Jauh, dimana
insiden kira-kira 7 kasus persejuta penduduk di Cina, 4 kasus
persejuta penduduk di Thailand dan 5 kasus persejuta penduduk di
Malaysia. Peningkatan insiden ini diperkirakan berhubungan dengan
faktor lingkungan seperti peningkatan paparan dengan bahan kimia
toksik, dibandingkan dengan faktor genetik.
1.3 Etiologi
Penyebab dari anemia aplastic yaitu:
1.Idiopatik : biasanya penyebabnya jarang di ketahui
2.Obat dan toksin:
-Benzene
-Kloramfenikol
-Nsaid
-Anti epileptic
-Emas
-Sulfonamid
-Karbon tetra klorida
3.Infeksi
-Hepatitis virus
-Parvo virus
-Virus HIV
-Tuberkulosis
4.Timoma (imunitas)
5.Sindroma mielodisplastik
6.Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (imunitas)
1.4 Klasifikasi
Dibedakan menjadi 3 kriteria
A.Berat
B.Sangat berat
C.Tidak berat
-Selularitas sumsum tulang <25%
Berat -Hitung neutrofil <500/l
-Hitung trombosit <20.000/l
-Hitung retikulosit absolut
<60.000/l
-Hitung neutrofil <200/l
Sangat berat

-Sumsum tulang hiposeluler


Tidak berat namun sitopenia tidak
mempengaruhi kriteria berat

1.5 Patogenesis Anemia aplastic


Sering di hubungkan erat dengan paparan terhadap bahan bahan
kimia dan obat obatan.
anemia aplastic disebabkan oleh karena paparan bahan bahan toksik
seperti radiasi,kemoterapi atau senyawa kimia tertentu.
Penyebab lainnya meliputi kehamilan, serta hepatitis viral. Jika pada
seseorang tidak diketahui penyebabnya maka bisa di golongkan
dengan anemia aplastic idiopatik.
1.6 Gejala dan pemeriksaan fisik anemia aplastik
Terjadinya pansitopenia sehingga menyebabkan hypoplasia
eritropoetik yang akan menyebabkan anemia sehingga menimbulkan
gejala : lemah,letih,lesu,pucat,takikardi,telinga berdengung
granulositopenia: peka terhadap infeksi baik sistemik maupun local
trombositopenia: mengakibatkan pendarahan kulit hingga organ
(trombosit <20.000)
A.Klinis
- Pendarahan
-Lemah badan
-Pusing
-Jantung berdebar
-Demam
-Nafsu makan berkurang
-Pucat
-Sesak nafas
-Penglihatan kabur
-Telinga berdengung
B.Pemeriksaan Fisik
-Pucat
-Pendarahan
. Kulit
. Gusi
.Retina
. Hidung
. Saluran cerna
.Vagina
.Demam
.Hepatomegali
.Splenomegali
1.7 Laboratorium
A.Pemeriksaan darah tepi
Di dapatkan anemia normokhrom-normositer
B.Netropenia <1500
C.Trombositopenia
D.Leukopenia
E.Anemia
F.Pemeriksaan sumsum tulang
Didapatkan hiposelularitas sumsum tulang
G.Laju endap darah meningkat
1.8 Terapi
Manajemen Awal Anemia Aplastik

 Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang


diduga menjadi penyebab anemia aplastik.
 Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang
dibutuhkan.
 Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai
yang dibutuhkan.
 Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia
berat.
 Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila organisme
spesifik tidak dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus yang
menakutkan; bila berat badan kurang dan infeksi ada (misalnya oleh
bakteri gram negatif dan jamur) pertimbangkan transfusi granulosit
dari donor yang belum mendapat terapi G-CSF.
 Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaan
histocompatibilitas pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.
2.0 Terapi suportif
Bertujuan untuk mencegah infeksi,menjaga nilai HB,serta mangatasi
bila terjadi perdarahan.
pemberian PRC bila HB <7-<8%, perdarahan bila trombosit <10.000.

2.1 Terapi immunosupresif


antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG) dan
siklosporin A (CSA).

Protokol Pemberian ATG pada anemia aplastik


Dosis test ATG :
ATG 1:1000 diencerkan dengan saline 0,1 cc disuntikan intradermal pada
lengan dengan saline kontrol 0,1 cc disuntikkan intradermal pada
lengan sebelahnya. Bila tidak ada reaksi anafilaksis, ATG dapat
diberikan.
Premedikasi untuk ATG (diberikan 30 menit sebelum ATG) :
Asetaminofen 650 mg peroral
Difenhidrahim 50 mg p.o atau intravena perbolus
Hidrokortison 50 mg intravena perbolus
Terapi ATG :
ATG 40 g/kg dalam 1000 cc NS selama 8-12 jam perhari untuk 4 hari
Obat-obat yang diberikan serentak dengan ATG :
Prednison 100 mg/mm2 peroral 4 kali sehari dimulai bersamaan
dengan ATG dan dilanjutkan selama 10-14 hari; kemudian bila
tidak terjadi serum sickness, tapering dosis setiap 2 minggu.
Siklosporin 5mg/kg/hari peroral diberikan 2 kali sehari sampai respon
maksimal kemudian di turunkan 1 mg/kg atau lebih lambat. Pasien
usia 50 tahun atau lebih mendapatkan dosis siklosporin 4mg/kg.
Dosis juga harus diturunkan bila terdapat kerusakan fungsi ginjal
atau peningkatan enzim hati.
2.2 Transplatasi sumsum tulang
Pilihan jika terapi immunosupresif tidak memberikan hasil. Namun
harus mempunyai kecocokan terlebih dahulu.selain itu juga dapat
menimbulkan masalah yaitu GHVD(graft versus host disease) yang dapat
dicegah dengan pendekatan yang baik seperti pemberian
thymoglobulin,cyclosporinA pra transplantasi pemberian methotrexate
pasca transplantasi.
2.3 Prognosis
Mortalitas lebih dari 70% dengan hanya terapi suportif saja,namun
pada sepertiga pasien dengan pemberian terapi immunosupresif atau
transplatasi sumsum tulang tidak memberikan respon yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku ajar Penyakit dalam edisi keenam jilid I
2. Damon L.E & Andreadis C (2014).Blood Disorder:
Aplastic Anemia. In: Curent Medical Diagnosis & Treatment.
43th edition, Papadakis MA,Mc Phee SJ, Rabow MW,Eds.
USA:McGraw-Hill Education,pp 490-92
3. Sugianto (2013). Management of Aplastic Anemia
4. Widjanarko DKK 2009 Anemia Aplastik. In:Buku Ajar Penyakit
Dalam Jilid II

Anda mungkin juga menyukai