Anda di halaman 1dari 10

FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

Diah Ayu Lestari (1308617013) 11), Indah Agussetiandari (1308617006) 21)*, Muhammad Khatami
Reynaldi (1308617036) 31)
1)
Biologi A 2017, Kelompok 4, Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Univeristas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220, Indonesia.

PENDAHULUAN

Respirasi pertukaran gas adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara sel-sel yang
aktif dengan lingkungan luarnya atau antara cairan tubuh hewan dengan lingkungan tempat hidupnya.
Definisi respirasi juga meliputi proses biokimia yang berlangsung di dalam sel berupa perombakan
molekul-molekul makanan dan transfer energi yang dihasilkan (respirasi seluler). Proses respirasi erat
kaitannya dengan laju metabolisme (metabolit rate) yang didefinisikan sebagai unit energi yang
dilepaskan per unit waktu. Laju respirasi pada hewan tergantung pada aktivitas metabolisme total dari
organisme tersebut. Fungsi utama respirasi adalah dalam rangka memproduksi energi melalui
metabolisme aerobik dan hal tersebut terkait dengan konsumsi oksigen (Santoso, 2009).

Fungsi sistem pernapasan ialah mengambil oksigen dari atmosfer ke dalam sel-sel tubuh dan
untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan oleh sel-sel tubuh kembali ke atmosfer. Organ-
organ respiratorik berfungsi dalam : Produksi bicara, membantu dalam proses berbicara,
keseimbangan asam basa dalam darah dan jaringan tubuh manusia, pertahanan tubuh melawan
benda asing, organisme asing yang masuk melalui proses pernapasan ke dalam tubuh, mengatur
hormonal tekanan darah dan keseimbangan hormon dalam darah

Respirasi melibatkan proses-proses berikut ini:

1. Ventilasi pulmonar (pernapasan) adalah jalan masuk dan keluar udara dan saluran pernapasan
dan paru-paru.

2. Respirasi eksternal adalah difusi oksigen dan karbon dioksida antara udara dalam paru-paru dan
kapiler pulmonal.

3. Respirasi internal, difusi oksigen dan karbon dioksida antara sel darah dan sel jaringan.

4. Respirasi seluler adalah penggunaan oksigen oleh sel-sel tubuh untuk produksi energi dan
pelepasan produk oksidasi CO2 dan air oleh sel-sel tubuh (Syaiffudin, 2009).

Pertukaran gas (Gas exchange) adalah pengambilan O2 molekuler dari lingkungan dan
pelepasan CO2 ke lingkungan. Kondisi-kondisi untuk pertukaran gas sangat beranekaragam,
bergantung pada apakah media respirasi sumber O2 adalah udara atau air (Campbell, 2009: 74).

Walaupun struktur respirasi yang paling di kenal di antara hewan-hewan darat adalah paru-
paru, struktur yang sebenarnya paling banyak di temukan adalah sistem trakea (tracheal system)
serangga. Terbuat dari saluran-saluran udara yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh, sistem ini
adalah salah satu variasi pada tema permukaan respirasi internal. Saluran terbesar disebut trakea
membuka keluar. Cabang-cabang terkecil membentang dekat permukaan nyaris setiap sel, tempat
gas di pertukarkan melalui difusi melintasi epitelium lembap yang melapisi ujung cabang-cabang
trakea. Karena sistem trakea membawa udara dalam jarak yang sangat dekat di hampir semua sel
tubuh serangga, sistem tersebut dapat mentranspor O2 dan CO2 tanpa partisipasi sistem sirkulasi
terbuka hewan tersebut (Campbell, 2009:77).

Pusat kontrol pernafasan (breathing control center) manusia berlokasi di dua daerah di otak,
yaitu media oblongata dan pons. Dibantu oleh pusat kontrol di pons, pusat medula menurunkan irama
dasar pernafasan, ketika kita bernafas dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-
paru kita supaya tidak membesar secara berlebihan, sensor peregangan dalam jaringan paru-paru
mengirimkan influs saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol pernafasan
(Santoso, 2009).

Respirasi atau proses pernapasan merupakan proses reaksi oksidasi-reduksi, yang mana
oksigen diambil dari udara bebas berfungsi sebagai oksidator dan mereduksi senyawa organik. Hasil
reaksi oksidasi-reduksi ini rnenghasilkan karbon dioksida, air dan energi. Secara sederhana proses
respirasi dapat digambarkan oleh persamaan sebagai berikut:

C6H12O6+6O2 6CO2+6H2O

Laju respirasi juga dipengaruhi oleh suhu, semakin tinggi suhu bahan semakin tinggi laju
respirasinya. Suhu dimana laju respirasi meningkat dengan pesat disebut dengan suhu kritis. Suhu
kritis gabah pada kadar air 16.98 persen adalah 200C. Pengaruh suhu terhadap laju respirasi
bervariasi tergantung dari kadar air, penyebaran biji, kapang dan serangga (Nurrahman, 2011).

Oksigen diperlukan untuk oksidasi zat makanan. Dari proses oksidasi ini akan dihasilkan
energi untuk berbagai keperluan tubuh. Hasil samping dari proses oksidasi adalah gas karbondioksida
(CO2) yang selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian antara tubuh dengan
lingkungan sekitarnya berlangsung suatu proses pertukaran gas O2 dan CO2. Proses pengambilan
oksigen, pengeluaran karbondioksida, dan penggunaan energi di dalam tubuh manusia dikenal
sebagai proses pernapasan atau respirasi (Yulia, 2013).

Ada beberapa fungsi pernafasan, fungsi berlaku pada seluruh mahluk hidup yang bertulang
belakang. Urutan dua teratas merupakan fungsi utama, selanjutnya merupakan sekunder dari sistem
pernafasan yaitu, menyediakan oksigen untuk darah, mengambil karbon dioksida dari dalam darah,
membantu dalam mengatur keseimbangan dan regulasi keasaman cairan ekstraseluler dalam tubuh,
membantu pengendalian suhu elliminasi air, fonasi (pembentukan suara) (Yulia, 2013)

Tujuan dari praktikum ini yaitu, (1)untuk membuktikan bahwa oksigen dibutuhkan dalam
berespirasi, (2)untuk membuktikan bahwa di dalam proses pernafasan dihasilkan CO2, (3)untuk
membuktikan bahwa dalam proses respirasi dihasilkan H2O, dan terakhir (4)untuk membuktikan
bahwa di dalam jaringan atau organ berlangsung proses oksidasi.

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Percobaan


Praktikum dilakukan pada hari Kamis, 17 Oktober 2019 pukul 13.00-15.50 WIB di Laboratorium
Fisiologi Kampus B, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.

Alat dan Bahan


Ikan bawal, ikan mas, ikan lele, katak, alat bedah, papan bedah, campuran metilen blue dengan NaCl
0.7%, air kapur, alat suntik, alat bedah, benang halus, air kapur, dan gelas kimia 100 mL.

Cara Kerja
Kegiatan 1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan
Prosedur praktikum ini dilakukan dengan cara masing-masing ikan yang akan diamati (ikan
mas, ikan bawal, ikan lele) dibedah pada bagian tutup insang (operculum) untuk dilihat ciri, struktur,
dan warna alat respirasi primer (insang) dan untuk dilihat organ tambahan pernapasan di atas insang,
apakah terdapat labirin pada ketiga ikan tersebut. Kemudian, ikan tersebut dibedah di bagian perut
dan di amati apakah terdapat gelembung renang (ductus pneumaticus), dan bagaimana bentuk dan
tipe gelembung renang pada ikan tersebut.

Kegiatan 2. Pengamatan Oksidasi Jaringan


Prosedur praktikum ini dilakukan dengan cara metilen blue yang sudah dicampur dengan
larutan garam fisiologi (NaCl) diinjeksikan ke saccus lymphaticus dorsalis katak. Lalu, diamkan
selama 15 menit, setelah itu katak tersebut dimatikan dan dibedah. Setelah post-mortem (pasca
kematian) selama 2 menit, dilihat perubahan warna pada organ syaraf, ginjal, paru-paru, otak,
pancreas, hati, jantung. Lalu, diamkan katak tersebut hingga post mortem selama 15 menit, kemudian
dilihat perubahan yang terjadi pada organ yang sama dan dibandingkan dengan hasil yang didapat
pada post mortem 2 menit.

Kegiatan 3. Permeabilitas Paru-Paru terhadap Gas


Prosedur praktikum ini dilakukan dengan cara katak dimatikan dan dibedah hingga paru-paru
dapat dilihat. Lalu, kedua paru-paru ditekan hingga kempis. Kemudian, paru-paru katak diikat dengan
benang halus di daerah bronkus. Selanjutnya, paru-paru yang diikat tadi di potong di daerah trakea
dan jangan sampai paru-paru bocor. Lalu, diletakkan pemberat dan kemudian dimasukan ke air kapur
untuk melihat perubahan yang terjadi pada paru-paru tersebut.

Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan
Jenis Ikan
Alat Respirasi
Ikan Bawal Ikan Lele Ikan Mas

Primer
(Insang)

Warna: merah (++)


Warna: merah terang Warna: merah pekat
(++) (+++)

3 lembar insang 4 lembar insang 3 lembar insang


2 lengkung insang 2 lengkung insang 2 lengkung insang
Filamen insang: panjang Filamen insang: pendek Filamen insang: panjang

Warna gelembung
Warna gelembung renang:
Sekunder renang: putih transparan
putih gelap/putih Bentuk labirin: bunga
transparan karang
Gelembung renang: Warna labirin: merah Gelembung renang:
posterior & anterior (3:2) pekat posterior & anterior (4:1)
Tipe gelembung renang: Tidak terdapat Tipe gelembung renang:
fisostomus gelembung renang fisostomus
Tidak terdapat labirin Tidak terdapat labirin

Kegiatan 2. Pengamatan Oksidasi Jaringan


Perubahan Warna Yang Terjadi pada Organ
Post Mortem
Syaraf Ginjal Paru-Paru Otot Pankreas Hati Jantung
2 menit Biru Merah Merah Putih Kuning Merah Merah

Merah
15 menit Biru Merah Merah Pucat Kuning Merah
kebiruan

sebelum post mortem Post mortem


2 menit 15 menit

Kegiatan 3. Permeabilitas Paru-Paru terhadap Gas


Objek Yang Diamati Sebelum Sesudah
Warna: Merah (+) Warna: Merah kehitaman (++)

Paru-Paru

Tegangan Permukaan: Tegangan Permukaan:


Mengempis Mengembang
Larutan Kapur

Warna: putih keruh (+) Warna: lebih keruh (++)

Pembahasan
Kegiatan 1. Pengamatan Alat Pernapasan Ikan
Percobaan ini bertujuan untuk mengamati alat respirasi pada jenis ikan yang hidup di tempat
berbeda. Alat respirasi pada ikan terbagi menjadi dua yaitu primer dan sekunder. Alat respirasi primer
adalah insang. Insang merupakan jalan masuk air yang penting, karena permukaan insang lebih dari
90% seluruh luas badan (Yudiati, dkk., 2009). Sedangkan, menurut (Affandi, 2009) insang merupakan
organ pernapasan bagi ikan yang terdiri atas beberapa bagian yaitu, filamen insang (gill filament),
tulang lengkung insang (gill arch), dan tapis insang (gill rakers). Filamen insang berwarna merah,
terdiri dari jaringan lunak yang berbentuk sisir, dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen
terlarut dari dalam air. Tulang lengkung insang berwarna putih, tempat melekatnya filamen dan tapis
insang. Tapis insang berupa tulang rawan yang bergerigi, melekat pada lengkung insang, dan
berfungsi untuk menyaring air pernapasan.

Gambar 1. Struktur alat respirasi primer pada ikan


Selain alat respirasi primer, terdapat dua macam alat respirasi sekunder pada ikan yaitu labirin
dan gelembung renang (ductus pneumaticus). Labirin merupakan alat pernapasan tambahan pada
ikan yang berupa lipatan labirin dan merupakan turunan dari lembar insang pertama. Organ ini
terletak diatas atau pada suatu rongga di belakang insang, udara akan ditampung dirongga labirin
saat akan muncul ke permukaan air (Yuda, 2013). Labirin berfungsi menyimpan cadangan oksigen
sehingga ikan tahan pada kondisi yang kekurangan oksigen (Najiyati, 2010). Gelembung renang
(swimbladder) disebut juga gelembung gas atau gelembung renang. Organ ini mempunyai dinding
yang fleksibel,dapat mengontrol keseimbangan dari ikan pada saat berenang dan pada beberapa
spesies sangat penting sebagai indra pendengar. Kebanyakan dari gelembung renang tidak bersifat
permeable terhadap gas, karena memiliki sedikit pembuluh darah dan dibatasi dengan suatu lapisan
dari kristal yang dinamakan guanin (McGrouther, 2012). Menurut (Martin,2000) berdasarkan letaknya,
gelembung renang dibagi menjadi 2 yaitu physostome dan physoclist. Physostome ialah gelembung
renang dengan tipe terbuka, ada saluran yang menghubungkan gelembung renang ini dengan
esophagus. Sedangkan, physoclist ialah gelembung renang yang sepenuhnya tertutup dari segala
suber udara dari luar.
Gambar 2. Alat respirasi sekunder pada ikan salah satunya labirin

Ikan Lele
Alat respirasi utama pada ikan lele adalah insang. Hasil percobaan yang dapat diamati dari
insang ikan lele adalah terdapat 4 lembar insang, terdapat 2 lengkung insang, filamen insang pendek.
Menurut (Sudibyo, 2012) filamen insang merupakan satu ruang permukaan yang besar untuk
pertukaran gas dan setiap filament mempunyai banyak kapiler darah dan lamella.Lalu, warna insang
yang terlihat pada pengamatan yaitu merah pekat dibandingkan dengan dua jenis ikan lainnya. Warna
merah pekat pada insang ini disebabkan karena seluruh permukaan insang ditutupi kapiler darah
untuk proses transport dan difusi, lalu berkaitan dengan ikan lele yang hidup di dasar lumpur (daerah
kurang O2) dimana makin rendah kandungan O2 maka pembuluh darah makin banyak dan daya
angkut makin banyak sehingga warna insang makin pekat. Adanya pembuluh darah yang membawa
darah kaya akan oksigen sehingga menyebabkan viskositas darah yang rendah. Hal tersebut
dikarenakan, ikan lele hidup di air yang miskin O2.
Alat respirasi tambahan (sekunder) pada ikan lele yaitu labirin. Hasil percobaan yang dapat
diamati dari labirin ikan lele adalah bentuknya menyerupai bunga karang, serta warna labirinnya ialah
merah pekat. Menurut (Yuda, 2013) labirin merupakan alat pernapasan tambahan pada ikan yang
berupa lipatan labirin dan merupakan turunan dari lembar insang pertama. Organ ini terletak diatas
atau pada suatu rongga di belakang insang Hal ini diperkuat oleh (Najiyati, 2010) yang menyatakan
bahwa labirin berfungsi menyimpan cadangan oksigen sehingga ikan tahan pada kondisi yang
kekurangan oksigen, hal ini sejalan dengan teori yang ada bahwa ikan lele memang dapat hidup
dalam kondisi air yang keruh dan kekurangan oksigen. Dari hasil pengamatan pula, tidak dijumpai
adanya gelembung renang. Menurut (Martin, 2000) hal ini dikarenakan gelembung renang ditemui
pada ikan yang hidupnya dekat permukaan air sehingga tidak logis bila ikan yang hidupnya didasar
permukaan air untuk memiliki gelembung renang terutama tipe fisostomus karena sangat kecil
kemungkinannya untuk mencapai keseimbangan pada kedalaman air yang sangat besar.

Ikan Bawal
Alat respirasi utama pada ikan bawal adalah insang. Hasil percobaan yang dapat diamati dari
insang ikan bawal adalah terdapat 3 lembar insang, terdapat 2 lengkung insang, filamen insang
panjang, warna insang yaitu merah terang. Alat respirasi tambahan (sekunder) pada ikan bawal yaitu
gelembung renang (ductus pneumaticus). Hasil percobaan yang dapat diamati dari gelembung renang
ikan bawal adalah warnanya putih gelap tidak transparan/putih transparan, terdapat gelembung
renang posterior dan anterior (3:2), tipe gelembung renang yaitu physostome (fisostomus). Menurut
(McGrouther, 2012) gelembung renang (swimbladder) ini mempunyai dinding yang fleksibel,dapat
mengontrol keseimbangan dari ikan pada saat berenang dan pada beberapa spesies sangat penting
sebagai indra pendengar. Gelembung renang terdapat diantara esophagus dan pharynx, udara yang
ada pada gelembung renang didapatkan dari darah dengan transpor aktif melalui membran. Tipe
gelembung renang physostome ialah gelembung renang dengan tipe terbuka, ada saluran yang
menghubungkan gelembung renang ini dengan esophagus (pencernaan). Menurut (Martin, 2000)
gelembung renang terbuka biasanya ada pada ikan yang hidupnya di daerah dekat permukaan air
seperti ikan bawal, oleh karena itu ikan ini mudah untuk mendapatkan gas/udara dari atmosfir dan
mengisi gelembung renang tersebut untuk mempertahankan keseimbangan. Dari hasil pengamatan
pula, tidak dijumpai adanya labirin pada ikan bawal, hal ini dikarenakan habitat ikan bawal tidak
seperti ikan lele yang berada di air keruh atau dasar sungai yang berlumpur (kekurangan O2).

Ikan Mas
Alat respirasi utama pada ikan mas adalah insang. Hasil percobaan yang dapat diamati dari
insang ikan mas adalah terdapat 3 lembar insang, terdapat 2 lengkung insang, filamen insang
panjang, warna insang yaitu merah. Alat respirasi tambahan (sekunder) pada ikan mas yaitu
gelembung renang (ductus pneumaticus). Hasil percobaan yang dapat diamati dari gelembung renang
ikan mas adalah warnanya putih transparan, terdapat gelembung renang posterior dan anterior (4:1),
tipe gelembung renang yaitu physostome (fisostomus). Menurut (McGrouther, 2012) gelembung
renang (swimbladder) ini mempunyai dinding yang fleksibel,dapat mengontrol keseimbangan dari ikan
pada saat berenang dan pada beberapa spesies sangat penting sebagai indra pendengar.
Gelembung renang terdapat diantara esophagus dan pharynx , udara yang ada pada gelembung
renang didapatkan dari darah dengan transpor aktif melalui membran. Tipe gelembung renang
physostome ialah gelembung renang dengan tipe terbuka, ada saluran yang menghubungkan
gelembung renang ini dengan esophagus (pencernaan). Menurut (Martin, 2000) gelembung renang
terbuka biasanya ada pada ikan yang hidupnya di daerah dekat permukaan air seperti ikan mas, oleh
karena itu ikan ini mudah untuk mendapatkan gas/udara dari atmosfir dan mengisi gelembung renang
tersebut untuk mempertahankan keseimbangan. Dari hasil pengamatan pula, tidak dijumpai adanya
labirin pada ikan mas, hal ini dikarenakan habitat ikan mas tidak seperti ikan lele yang berada di air
keruh atau dasar sungai yang berlumpur (kekurangan O2).

Kegiatan 2. Pengamatan Oksidasi Jaringan


Percobaan ini bertujuan untuk mengamati terjadinya oksidasi pada jaringan katak. Pada
praktikum ini mengguanakan Methylen blue yang telah dicampur dengan NaCl. Methylene blue ini
berfungsi sebagai indikator bahwa telah terjadi oksidasi jaringan pada katak. Sedangkan
pencampuran methylene blue dengan NaCl dilakukan karena dalam tubuh katak terdapat NaCl
sehingga metilen blue akan larut dalam cairan tubuh katak. Maka dari itu NaCl berfungsi sebagai
perantara mengalirnya methylene blue ke jaringan tubuh katak.
Kemudian campuran methylen blue dan NaCl diinjeksikan ke bagian saccus lymphaticus
dorsalis katak, hal ini dilakukan karena bagian kantung limfa tersebut memiliki banyak saluran
sehingga ketika cairan disuntikkan ke dalam kantung limfa maka cairan tersebut akan dengan cepat
menyebar dan memudahkan proses oksidasi jaringan di dalamnya. Selain itu darah pada bagian
saccus lymphaticus dorsalis memiliki afinitas lebih tinggi dibandingkan darah pada bagian lain. Maka
dari itu ketika methylen blue disuntikkan, hemoglobin akan mengikat methylene blue bukan mengikat
oksigen. Hemoglobin lebih cenderung mengikat methylen blue daripada oksigen karena methylen blue
memiliki afinitas yang lebih tinggi dibandingkan oksigen sehingga terbentukan ikatan metHb
(methemoglobin).
Ketika metilen blue diinjeksikan, terjadi perubahan warna pada beberapa organ katak. Dari
hasil yang didapatkan setelah post mortal 2 menit beberapa organ berubah warna menjadi putih
hingga merah pucat dan setelah post mortal 15 menit organ menjadi berwarna merah kebiruan hingga
sedikit menghitam. Perubahan ini disebabkan karena tekanan O2 dalam darah mengalami penurunan
sehingga ikatan HbO2 akhirnya terurai. Hemoglobin merupakan pigmen darah yang berwarna merah
karena berikatan dengan oksigen dan akan berwarna biru apabila mengalami deoksigenasi. Dengan
demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah, dan darah vena yang telah
kehilangan sebagian oksigennya di jaringan memperlihatkan rona kebiruan. (Sherwood, 2001).
Selain itu, metilen biru yang diikat oleh hemoglobin akan diserap ke jaringan yang
menyebabkan terjadi kematian jaringan (hipoksia) karena jaringan kekurangan oksigen sehingga tidak
dapat memproduksi energi. penurunan produksi energi menyebabkan kemampuan sel eritrosit untuk
mempertahankan ikatan Hb dengan metylen blue akan berkurang dan menyebabkan organ berwarna
kebiruan. Penurunan suplai oksigen dalam jaringan menyebabkan timbulnya kematian jaringan atau
hipoksia (Sherwood, 2001). Ketika campuran metilen biru dan hemoglobin pecah maka hemoglobin
akan masuk ke pembuluh darah sehingga peredaran darah tidak dapat bekerja secara maksimal dan
melepaskan metilen biru ke pembuluh darah dan proses oksidasi jaringan pun terhenti. 15 menit
kemudian setelah Post Mortal, terlihat warna jaringan semakin pucat karena proses oksidasi jaringan
terhenti.

Kegiatan 3. Permeabilitas Paru-Paru terhadap Gas


Katak yang sudah mati dibedah dan diamati terlebih dahulu warna paru-parunya. Setelah itu
paru-paru ditekan dan diikatkan dengan benang halus di daerah bronkus bertujuan agar aliran darah
dari pembuluh darah tidak mengalir ke dalam paru dan tercipta tekanan udara antara lingkungan
dengan bagian dalam paru. Paru yang sudah diikatkan dipotong pada bagian atasnya untuk
dimasukkan ke dalam air kapur (larutan CaCO3). Paru-paru katak dimasukkan ke dalam air kapur
yang memiliki banyak gas CO2, namun hal ini tidak membuat paru-paru katak menjadi kolaps. Hal ini
disebabkan karena sel-sel alveolus tipe II mengeluarkan suatu campuran kompleks lemak dan protein
yang disebut surfaktan paru. Peran surfaktan paru dalam mengurangi kecenderungan alveolus
mengalami recoil sehingga mencegah alveolus kolaps, penting untuk membantu mempertahankan
stabilitas paru (Sherwood, 2011).
Setelah dimasukkan kedalam air kapur, hasilnya terlihat paru-paru yang sebelumnya
mengempis menjadi lebih mengembang karena perbedaan tekanan parsial gas CO2 antara di dalam
air kapur dengan di dalam paru. Tekanan parsial ini tidak terlalu beda jauh, karena gas yang terdapat
di dalam air kapur ada yang menguap ke udara, tetapi masih tersisa gas yang terlarut didalam air
kapur, sehingga tekanan tetap terjadi walau tidak begitu besar (Seeley, 2003)
Tekanan CO2 pada larutan CaCO (air kapur) lebih besar dibandingkan dengan tekanan CO2 di
dalam alveolus, sehingga CO2 berdifusi dari dalam larutan CaCO3 ke dalam alveoli sesuai dengan
selisih tekanan sehingga paru-paru terlihat menggembung karena terisi oleh CO2 yang terdapat dalam
larutan air kapur. Serta, paru katak menjadi berwarna merah pucat karena adanya akumulasi CO2 ke
dalam paru (Weichert and Charles, 1959).

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan dapat ditarik kesimpulan bahwa:


1.Air kapur menjadi keruh ketika ditiup, sebagai salah satu contoh pernapasan menghasilkan
CO2
. Berikut persamaan reaksinya :Ca(OH)3+ CO2 —> CaCO3+ H2O2.
2.Permukaan cermin menampakkan uap air ketika ditiup, sebagai salah satucontoh
pernapasan menghasilkan H2O. Berikut persamaan reaksinya :C6H12O6+ 6O26CO2+ 6H2O + E3.

3. Metylen blue yang digunakan mengindikasikan proses oksidasi jaringan dengan berdifusi
dari kulit ke bagian organ-organ dalam seperti darah,otot, pankreas, hati, jantung, limpa dan ginjal.
Sebagian besar ikut berwarna biru.
4. Oksidasi adalah proses kegiatan enzim-enzim yang mengambil hydrogen dari suatu
subtract yang beroksidasi dan menggabungkannya dengan oksigen.Peristiwa ini dapat terjadi dalam
organ atau jaringan pada hewan dan manusia,misalnya pada darah, otot, pangkreas, limpha, dan hati

Jawaban Pertanyaan
1. Mengapa keluar masuknya O2 dan CO2 dari organ respirasi ke jaringan dan sebaliknya
berlangsung secara difusi?
Jawab:
Karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi yaitu gradien konsentrasi
(mengikuti penurunan gradient konsentrasi dari zat-zat terlarut).. Proses difusi ini terjadi karena
adanya perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara darah dari organ respirasi dan
cairan jaringan. Tekanan parsial oksigen dalam cairan jaringan, lebih rendah dibandingkan oksigen
yang berada dalam darah. Artinya konsentrasi oksigen dalam cairan jaringan lebih rendah. Oleh
karena itu, oksigen dalam darah mengalir menuju cairan jaringan. Sementara itu, tekanan CO 2 pada
darah lebih rendah daripada cairan jaringan. Akibatnya, CO2yang terkandung dalam sel-sel tubuh
berdifusi ke dalam darah. CO2 yang diangkut oleh darah, sebagian kecilnya akan berikatan bersama
hemoglobin membentuk karboksi hemoglobin (HbCO2).

2. Buatlah kurva disosiasi HbO2?


Jawab:

Gambar . Kurva disosiasi HbO2


Faktor yang menyebabkan pergeseran ke arah kanan kurva disosiasi HbO2
- Konsentrasi CO2 bila ditingkatkan maka CO2 diubah menjadi asam karbonat dan pH darah menurun.
Penurunan pH darah menyebabkan semakin sulit memenuhi hemoglobin dengan oksigen dan
membuat oksigen lebih mudah keluar ke jaringan. Pengaruh pH pada afinitas oksigen-hemoglobin
disebut efek Bohr.
- Peningkatan suhu. Pada suhu tubuh tinggi, laju metabolisme meningkat dan kebutuhan oksigen di
tingkat jaringan lebih besar.
- Peningkatan kadar DPG. Kadar DPG meningkat pada kondisi anaerob dan oksigen dengan mudah
diserahkan oleh hemoglobin. Hal ini membuat lebih banyak oksigen di tingkat jaringan untuk
metabolisme oksidatif.

3. Jelaskan secara singkat mekanisme sintesis ATP di dalam sel!


Jawab: NADH menggerakkan secara bolak-balik elektron berenergi tinggi yang diekstarsi dari
makanan selama gikolisis dan dan siklus Krebs ke rantai transport electron, yang ada di dalam
membrane-dalam mitokondria. Sebagian besar sitokrom dan pembawa electron lain dari rantai
tersebut dikumpulkan dalm tiga kompleks. Dua pembawa yang bergerak ubiqinon dan sitorom c,
bergerak cepat di sepanjang membrane, yang mengangkut electron di antara ketiga kompleks besar
tersebut. Begitu setiap kompleks menerima dan dan kemudian melepaskan electron, kompleks
tersebut memompa ion hydrogen (proton) dari matriks mitokondria ke dalam ruang antar membrane.
Dengan demikian, energy kimiawi yang dipanen dari makanan ditransformasi menjadi gaya gerak
proton, suatu gradient H+ melintasi membrane. Ion hydrogen menyelesaiakan rangkaiannya dengan
mengalir menuruni gradiennya melalui saluran H+ dalam ATPsintase, kompleks protein yang ada di
dalam membrane. ATPsintase ini menangkap gaya gerak proton untuk memfosforilasi ADP, dan
membentuk ATP. Kompleks ATPsintase terdiri atas 3 bagian utama yaitu: silinder di dalam membrane
dalam mitokondria, tombol yang menonjol ke matriks mitokondria dan batang internal yang
menghubungkan keduanya. Apabila ion hydrogen mengalir melalui gradiennya, ion ini menyebabkan
silinder dan batang yang terkait berputar, seperti aliran air yang mendesak dan memutar kincir air.
Batang yang berputar ini menyebabkan perubahan konformasi pada tombol yang mengaktifkan
tempat-tempat katalitik dimana ADP dan anorganik bergabung menjadi ATP.
4. Sebutkan membran respirasi atau pada bagian apa pertukaran O2 dan CO2 berlangsung pada
ikan, katak, reptilia, burung dan mamalia!
Jawab:
- Ikan: Insang (branchia), gelembung renang (saccus pneumaticus), labirin.
- Katak: Kulit, paru-paru (pulmo) tepatnya pada bagian trakea, bronkus, bronkiulus.
- Reptilia: Paru-paru, dan kulit (pada beberapa reptile)
- Burung: Pundi-pundi udara (Kantung udara), dan paru-paru (trakea, bronkus, parabronkiolus,
kapiler-kapiler udara).
- Mammalia: Paru-paru (trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus).

Daftar Pustaka
Affandi, R. 2009. Fisiologi Ikan Respirasi dan Sistem Sirkulasi. Bogor: IPB Press
Martin.2000.Swimbladder-Physiology.http://www.bio.davidson.edu/Course/anphys/2000/Martin
/litcited. [6 Juni 2005]
McGrouther. 2012. Barramundi Lates Calcarifer. Australia: Australian Museum
Najiyati, S. 2010. Memelihara lele dumbo di kolam pekarangan, Jakarta: Penebar Swadayas
Seeley, R.R.,T.D. Stephens,P. Tate.2003. Essentials to Ichthyology. Second Edition. New Jersey:
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC.
Sudibyo. 2012. Struktur dan Morfologi Insang pada Pisces. Jurnal Ilmiah Perikanan.25 (2)
Weichert and K. Charles. 1959. Elements of Chordate Anatomy. New York: Mc. Grow Hill.
Yuda, R. 2013. Perkembangan bentuk dan struktur histologis labirin dan modifikasi sirip ventral
(filamen) ikan gurami (Osphronemus Gouramy Lacepede). Tesis. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada.
Yudiati Ervia. 2009. Dampak Pemaparan Logam Berat Kadmium pada Salinitas yang Berbeda
terhadap Mortalitas dan Kerusakan Jaringan Insang Juvenile : Vol 14 (4) : 29-35

Anda mungkin juga menyukai