Anda di halaman 1dari 19

Ringkasan Materi Kuliah

Coroporate Governance
“Direksi dan Komisaris”

Oleh Kelompok 6 :
Made Ayu Vikananda Narensi Sutela (1707532127)
Luh Putu Arwati Cahyaningrum (1707532142)
Anak Agung Istri Sintya Pradnyawati (1707532145)

AKUNTANSI-NON REGULER

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Universitas Udayana
Semester Ganjil 2019/2020

1
DIREKSI DAN KOMISARIS

1. Fungsi Direksi dan Komisaris


Kepengurusan perseroan terbatas di Indonesia menganut sistem dua badan (twoboard
system) yaitu Dewan Komisaris dan Direksi. Dewan direksi dan dewan komisaris dipilih
oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang mewakili
kepentingan para pemegang saham tersebut. Dewan komisaris dan direksi mempunyai
wewenang dan tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing
sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan
(fiduciary responsibility). Namun demikian, keduanya mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu,
Dewan Komisaris dan Direksi harus memiliki kesamaan persepsi terhadap visi, misi, dan
nilai-nilai perusahaan.
1.1 Fungsi Direksi
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegial
dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas
dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun,
pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab
bersama. Kedudukan masing-masing anggota Direksi termasuk Direktur Utama adalah
setara. Tugas Direktur Utama mengkoordinasikan kegiatan Direksi. Dewan Direksi
berfungsi dalam mengatur atau mengelola perusahaan.
Adapun fungsi direksi yaitu fungsi pengelolaan perusahaan mencakup 5 (lima) tugas
utama yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan
tanggung jawab sosial.
1) Kepengurusan
Kepengurusan Direksi di antaranya:
a. Direksi harus menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta program jangka panjang dan
jangka pendek perusahaan untuk dibicarakan dan disetujui oleh Dewan Komisaris
atau RUPS sesuai dengan ketentuan anggaran dasar;
b. Direksi harus dapat mengendalikan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan
secara efektif dan efisien;
c. Direksi harus memperhatikan kepentingan yang wajar dari pemangku kepentingan;
d. Direksi dapat memberikan kuasa kepada komite yang dibentuk untuk mendukung
pelaksanaan tugasnya atau kepada karyawan perusahaan untuk melaksanakan tugas
tertentu, namun tanggung jawab tetap berada pada Direksi;
e. Direksi harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter) sehingga pelaksanaan
tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu alat
penilaian kinerja
2) Manajemen Risiko
Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem manajemen risiko perusahaan
yang mencakup seluruh aspek kegiatan perusahaan. Sistem dan manajemen risiko yang
dilakukan oleh Direksi terkait dengan:
2
a. Untuk setiap pengambilan keputusan strategis, termasuk penciptaan produk atau jasa
baru, harus diperhitungkan dengan seksama dampak risikonya, dalam arti adanya
keseimbangan antara hasil dan beban risiko;
b. Untuk memastikan dilaksanakannya manajemen risiko dengan baik, perusahaan
perlu memiliki unit kerja atau penanggungjawab terhadap pengendalian risiko.
3) Pengendalian Internal
Direksi harus menyusun dan melaksanakan sistem pengendalian internal perusahaan
yang handal dalam rangka menjaga kekayaan dan kinerja perusahaan serta memenuhi
peraturan perundang-undangan. Pengendalian internal yang perlu disusun dan
dilaksanakan Direksi terkait dengan:
a. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan
daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki satuan
kerja pengawasan internal.
b. Satuan kerja atau fungsi pengawasan internal bertugas membantu Direksi dalam
memastikan pencapaian tujuan dan kelangsungan usaha dengan:
a) Melakukan evaluasi terhadapa pelaksanaan program perusahaan
b) Memberikan saran dalam upaya memperbaiki efektivitas proses pengendalian
risiko
c) Melakukan evaluasi kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perusahaan,
pelaksanaan GCG dan perundang-undangan
d) Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan audit oleh auditor eksternal
e) Satuan kerja atau pemegeang fungsi pengawasan internal bertanggung jawab
kepada Direktur Utama atas Direktur yang membawahi tugas pengawasan
internal. Satuan kerja pengawasan internal mempunyai hubungan fungsional
dengan Dewan Komisaris melalui Komite Audit.
4) Komunikasi
Direksi harus memastikan kelancaran komunikasi antara perusahaan dengan
pemangku kepentingan dengan memberdayakan fungsi Sekretaris Perusahaan;
a. Fungsi Sekretaris Perusahaan adalah: (i) memastikan kelancaran komunikasi antara
perusahaan dengan pemangku kepentingan; dan (ii) menjamin tersedianya informasi
yang boleh diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan wajar dari
pemangku kepentingan.
b. Perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan Negara, perusahaan
daerah, perusahaan yang menghimpun dan megelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
mempunyai pengaruh terhadap kelestarian lingkungan, harus memiliki Sekretaris
Perusahaan yang fungsinya dapat mencakup pula hubungan dengan investor.
c. Dalam hal perusahaan tidak memilki satuan kerja kepatuhan tersendiri, fungsi untuk
menjamin kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dilakukan oleh
Sekretaris Perusahaan.

3
d. Sekretaris Perusahaan atau pelaksana fungsi Sekretaris Perusahaan bertanggung
jawab kepada Direksi. Laporan pelaksanaan tugas Sekretaris Perusahaan
disampaikan pula kepada Dewan Komisaris.
5) Tanggung Jawab Sosial
Dalam rangka mempertahankan kesinambungan usaha perusahaan, Direksi
harus dapat memastikan dipenuhinya tanggung jawab sosial perusahaan. Direksi harus
mempunyai perencanaan tertulis yang jelas dan fokus dalam melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan.

1.2 Fungsi Komisaris


Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
memastikan bahwa Perusahaan melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris
tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-
masing anggota Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas
Komisaris Utama adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan Komisaris. Adapun fungsi
dari Dewan Komisaris yaitu fungsi pengawasan yang meliputi:
1) Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional.
Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai hal-hal yang ditetapkan
dalam anggaran dasar atau peraturan perundang-undangan, pengambilan keputusan
tersebut dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan
operasional tetap menjadi tanggung jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada Dewan
Komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan penasihat.
2) Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris dapat
mengenakan saksi kepada anggota Direksi dalam bentuk pemberhentian sementara,
dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti dengan penyelenggaraan RUPS.
3) Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar, untuk sementara
Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi Direksi
4) Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik secara
bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan memperoleh
informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
5) Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja sehingga pelaksanaan
tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat digunakan sebagai salah satu alat
penilaian kinerja mereka.
6) Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi, dalam
rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung jawab dari RUPS.
7) Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk komite. Usulan
dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh keputusan. Bagi
perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan Negara, perusahaan
daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan
yang produk atau jasanya digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang
4
mempunyai dampak luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus
membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

2. Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi


2.1 Tanggung Jawab Dewan Komisaris
a. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris
Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh Direksi. Laporan
pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari laporan tahunan yang
disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh persetujuan. Setiap anggota Dewan
Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Pertanggungjawaban Dewan
Komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas pengawasan atas
pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan asas GCG.
b. Tanggung Jawab Dewan Komisaris Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas (UU PT) pada Bab VII bagian kedua mengatur mengenai Dewan Komisaris.
a) Dewan Komisaris bertanggung jawab atas pengawasan Perseroan sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 108 ayat (1) UU PT yaitu Dewan Komisaris
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi
nasihat kepada Direksi.
b) Setiap anggota Dewan Komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan
bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberikan nasihat
kepada Direksi untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan (Pasal 114 ayat (2) UU PT).
c) Pada pasal 114 ayat (3) UU PT menyatakan bahwa setiap anggota Dewan
Komisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan, apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya.
d) Jika Dewan Komisaris terdiri atas 2 (dua) anggota Dewan Komisaris atau lebih,
maka tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada Pasal 114 ayat (3) UU PT,
berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Dewan Komisaris (Pasal 114
ayat (4) UU PT).
e) Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Dewan Komisaris
dalam melakukan pengawasan terhadap pengurusan yang dilaksanakan oleh
Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban
Perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan Komisaris secara
tanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan anggota Direksi atas kewajiban
yang belum dilunasi (Pasal 115 ayat (1) UU PT).
f) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada Pasal 115 ayat (1) UU PT, berlaku
juga bagi anggota Dewan Komisaris yang sudah tidak menjabat 5 (lima) tahun
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan (Pasal 115 ayat (2) UU PT).
5
2.2 Tanggung Jawab Dewan Direksi
a. Pertanggungjawaban Dewan Direksi
a) Menyusun pertanggungjawaban pengelolaan Perseroan dalam bentuk laporan
tahunan yang memuat antara lain laporan keuangan, laporan kegiatan Perseroan dan
laporan pelaksanaan GCG;
b) Laporan tahunan harus memperoleh persetujuan RUPS, sedangkan laporan
keuangan harus memperoleh pengesahan RUPS;
c) Pertanggungjawaban Direksi kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas
pengelolaan Perseroan dalam rangka pelaksanaan prinsip GCG.
b. Tanggung Jawab Dewan Direksi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Undang-Undang Perseroan Terbatas (UU PT) pada Bab VII bagian kesatu mengatur
mengenai Dewan Direksi
a) Menurut Pasal 97 ayat (1) UU PT, Direksi bertanggung jawab atas pengurusan
Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan.
b) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 ayat (1) UU PT,wajib
dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab
(Pasal 97 ayat (2) UU PT).
c) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian
Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai dalam menjalankan
tugasnya (Pasal 97 ayat (3) UU PT).
d) Menurut Pasal 97 ayat (4) UU PT, Apabila Direksi terdiri dari atas 2 (dua) anggota
Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada Pasal 97 ayat (3)
UU PT, berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.
e) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan harta pailit
tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan dalam kepailitan
tersebut, maka Pasal 104 ayat (2) UU PT mengatur bahwa setiap anggota Direksi
secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh kewajiban yang tidak
terlunasi dari harta pailit tersebut.
f) Tanggung jawab yang dimaksud pada Pasal 104 ayat (2) UU PT, berlaku juga bagi
anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernah menjabat sebagai anggota Direksi
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan
(Pasal 104 ayat (3) UU PT).

3. Regulasi Direksi
3.1 Direksi Dalam UU BUMN
Ketentuan tentang direksi BUMN diatur dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang BUMN.
Beberapa hal poko yang diatur dalam UU tersebut anatara lain adalah sebagai berikut.
a. Pasal 16 menegnai pengangkatan direksi

6
Anggota direksi diangkat bedasarkan pertimbangan keahlian, integritas,
kepemimpinan, pengalaman, kejujuran, prilaku, serta dedikasi yang tinggi
untuk memajukan dan mengembangkan persero.
b. Pasal 17 mengenai pemberhentian direksi
Anggota direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu bedasarkan keputusan
RUPS dengan menyebutkan alasannya
c. Pasal 19 mengenai kewajiban direksi
Dalam melaksanakan tugasnya, anggota direksi wajib mencurahkan tenaga,
pikiran, dan perhatian secara penuh pada tugas, kewajiban, dan pencapaian
tugas persero
d. Pasal 25 mengenai larangan bagi direksi
Anggota direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
1. anggota direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
swasta, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan;
2. jabtan structural dan fungsional lainnya pada instansi atau lembaga
pemerintah pusat dan daerah; dan/atau
3. jabatan lainnya sesuai dengan ketentutan perundang-undangan.

3.2 Direksi Menurut Keputusan Menteri BUMN


Tugas dan tanggungjawab direksi diatur pada Pasal 15 dalam Keputusan Menteri
BUMN No. 117/M-MBU/2002 sebagai berikut.
a. Direksi dalam melaksanakan tugasnya, harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Direksi bertugas untuk mengelola BUMN dan wajib mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham atau pemilik modal
c. Setiap anggota direksi haruslah merupakan orang yang berwatak baik dan
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan jabatan yang didudukinya.
d. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan BUMN dan
memastikan agar BUMN tersebut melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta
memerhatikan kepentingan dari berbagai pemangku kepentingan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Sementara, Pasal 20 dari keputusan tersebut memuat larangan bagi anggota direksi
untuk mengambil keuntungan pribadi. Pasal tersebut menyatakan bahwa para anggota
direksi dilarang melakukan transaksi yang mempunyai konflik kepentingan dan
mengambil keuntungan pribadi dari kegiatan BUMN yang dikelolanya, selain gaji dan
fasilitas sebagai anggota direksi sebagaimana ditentukan oleh RUPS atau pemilik
modal

3.3 Direksi Dalam UU Perseroan Terbatas


Menurut Pasal 1 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang
dimaksud dengan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung
jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan
7
maksud dan tujuan perseroan, serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun diluar
pengadilan, sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
Bedasrkan Pasal 93 ayat (1) dalam undang-undang tersebut, yang dapat
diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perseroan yang cakap melalukan
perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 tahun sebelum pengangkatannya pernah:
a) dinyatakan pailit;
b) menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau
c) pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara dan/atau yang berkaitan dengan sector keuangan.
Transparansi anggota direksi diatur pada Pasal 101 ayat (1) dan (2). Pasal 101 ayat (1)
menyatakan bahwa anggota direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai
saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya dalam
perseroan dan perseroan lain untuk selanjutanya dicatat dalam daftar khusus.
Sementara, Pasal 101 ayat (2) menyatakan bahwa anggota direksi ang tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan menimbulkan
kerugian bagi perseroan, bertanggung jawab secara pribadi atau kerugian perseroan
tersebut.

4. Regulasi Dewan Komisaris


4.1 Komisaris dalam UU BUMN
Ketentuan mengenai komisaris BUMN diatur melalui Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang BUMN. Beberapa pasal yang emngatur mengenai komisaris
BUMN adalah sebagai berikut.
a. Pasal 27 menyatakan bahwa pengankatan dan pemberhentian komisaris dilakukan
oleh RUPS. Dalam hal menteri bertindak selaku RUPS, pengangkatan dan
pemberhentian komisaris ditetapkan oleh menteri.
b. Pasal 28 menyatakan bahwa:
1. anggota komisaris diangkat bedasarkan pertimbangan integritas, dedikasi,
memahami maslaah-masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan
salah satu fungsi manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai dibidang
usaha persero tersebut, serta dapat menyediakan waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugasnya;
2. Komposisi komisaris harus diteteapkan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan dapat dilakukan secara efektif, tepat
dan cepat, serta dapat bertindak secara independen;
3. masa jabatan komisaris ditetapkan 5 tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1
kali masa jabatan;
4. dalam hal komisaris terdiri atas lebih dari seorang anggota, salah seorang
anggota komisaris diangkat sebagai komisaris utama;
5. Pengangkatan anggota komisaris tidak bersamaan waktunya dengan
pengangkatan anggota direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya
pada waktu pendirian
8
c. Pasal 29 menyebutkan bahwa anggota komisaris sewaktu-waktu dapat diberhentkan
bedasrkan keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya.
d. Pasal 30 mentakan bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
pengangkatan dan pemberhentian komsaris diatur dengan keputusan menteri
e. Pasal 31 menyatakan bahwa komisaris bertugas mengawasi direksi dalam
menjalankan kepengurusan persero serta memberikan nasehat kepada direksi
f. Pasal 32 menyatakan bahwa dalam anggaran dasar dapat ditetapkan pemberhentian
wewenang kepada komisaris untuk memberikan persetujan kepada direksi dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu. Bedasarkan anggaran dasar atau keputusan
RUPS, komisaris dapat melakukan tindakan pengurus persero dalam keadaan
tertentu untuk jangka waktu tertentu.
g. Pasal 33 menyebutkan anggota komisaris dilarang memangku jabatan rangkap
sebagai:
1. Anggota direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
swasra, dan jabatan lain yang dapat menimbulkan ebnturan kepentingan
dan/atau;
2. jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

4.2 Komisaris dalam UU Perseroan Terbatas


Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas, mengatur
mengenai tugas dan fungsi komisaris dalam beberapa pasal berikut.
a. Pasal 1 butir 2 menyatakan kelembagaan dewan komisaris sebagai salah satu organ
perseroan selain RUPS dan direksi. Butir 6 dari pasal tersebut menjelaskan bahwa
dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat
kepada direksi
b. Pasal 108 ayat (1) mencantumkan bahwa dewan komisaris melakukan pengawasan
atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai
perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasehat kepada direksi. Ayat (2)
mencantumkan bahwa pengawasan dan pemberian nasehat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk keentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan
tujuan perseroan.
c. Pasal 110 ayat (1) menyatakan bahwa yang dapat menjadi anggota dewan komisaris
adalah orang perseroan yang cakap melalukan perbuatan hukum, kecuali dalam
waktu 5 tahun sebelum pengangkatannya pernah:
d) dinyatakan pailit;
e) menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang dinyatakan
bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau
f) pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan
Negara dan/atau yang berkaitan dengan sector keuangan.
d. Pasal 114 ayat (2) menyatakan bahwa setiap anggota dewan komisaris wajib dengan
itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas
pengawasan dan pemberian nasehat kepada direksi sebagaimana yang dimaksud
9
dalam Pasal 108 ayat (1) untuk kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud
dan tujuan perseroan. Pasal 114 ayat (3) menyatakan bahwa setiap anggota dewan
momisaris ikut bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian perseroan apabila
yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sebagaiman ayang
dimaksud dalam ayat (2).
e. Pasal 115 ayat (1) menyebutkan bahwa dalam hal terjadi kepailitan karena
kesalahan atau kelalaian dewan komisaris dalam melakukan pengawasan terhadap
pengurusan yang dilaksanakan oleh direksi dan ekkayaan perseroan tidak cukup
untuk membayar seluruh kewajiban perseroan akibat kepailitan tersebut, setiap
anggota dewan komisaris secara btanggung renteng ikut bertanggung jawab dengan
anggota direksi atas kewajiban yang belum dilunasi

4.3 Komisaris dalam UU Pasar Modal


Pasal 80 Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 mengenai Pasar Modal mengatur
tentang tanggung jawab atas pemberian informasi yang tidak benar dan menyesatkan.
Pasal tersebut menyebutkan komisaris sebagai pihak yang turut bertanggung jawab,
bila ikut menandatangani setiap dokumen yang berhubungan dengan penyampaian
informasi kepada public dalam rangka pernyataan pendaftaran. Bagi setiap calon
emitmen yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, PT Bursa Efek
Indonesia, mewajibkan adanya komisaris independen dalam struktur kepengurusan
emitmen tersebut.

4.4 Komisaris dalam Peraturan Bursa Efek


Butir 1-a dari Peraturan Pancatatan Efek No 1-A PT Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia) mengenai Ketentuan Umum Pencatatan Efek yang
Bersifat Ekuitas di Bursa mengatur tentang rasio komisaris independen. Dalam butir
tersebut dinyatakan bahwa jumlah komisaris independen haruslah secara proposional
sebanding dengan jumlah saham yang dimliki pihak yang bukan merupakan pemegang
saham pegendali, dengan ketentuan bahwa jumlah komisaris independen sekurang-
kurangnya 30% dari seluruh julah anggota komisaris.
Butir 2 peraturan tersebut mengatur mengenai persyaratan komisaris
independen. Butir tersebut menyatakan bahwa komisaris independen dilarang emmiliki
hubungan terafiliasi baik dengan pemegang saham pengendali, direktur, maupun
komisaris lainnya; dan untuk bekerja rangkap dengan perusahaan terafiliasi. Selain itu,
komisaris independen diharuskan untuk memahami peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal.
Kedua hal tersebut menunjukan bahwa komisaris independen mewakili
kepentingan minoritas, sehingga diharaokan menjadi penyeimbang dalam pengawasan
perusahaan public. Apabila masih terdapat perusahaan public yang belum mengangkat
komisaris independen sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, seharusnya PT
Bursa Efek Indosnesia memberikan sanksi yang tegas kepada perusahaan tersebut.

10
4.5 Komisaris dalam Peraturan Bapepam
Badan Pengawas Pasar Modal (sekarang Bapepm-Lembaga Keuangan) telah
menentapkan Peraturan No.IX.1.6 mengenai Direksi dan Komisaris Emitmen
Perusahaan Publik.Peraturan tersebut merupakan lampiran dari Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-45/PM/2004 Tanggal 29 November 2004, yang berlaku untuk para
komisaris (termasuk direksi) yang menyatakan sebagai berikut:
a. Komisaris dilarang baik secara langsung maupun tidak langsung membuat
pernyataan tidak benar mengeni fakta yang material atau tidak mngungkapkan fakta
yang material agar pernyataan yang dibuat tidk menyesatkan mengenai keadaan
emitmen atau perusahaan public yang terjadi pada saat pernyataan dibuat.
b. Komisaris bertanggung jawab baik secara sendiri-sendiri maupun tanggung renteng
terhadap kerugian pihak lain sebagai akibat pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan tersebut.
c. Komisaris tidak dapat dimintai pertanggungjawaban secara sendiri-sendiri maupun
tanggun renteng bedsarkan ketentuan sbagaiman dimaksud peraturan tersebut,
apabila komisaris yang bersangkutan telah cukup berhati-hati dalam menentukan
bahwa pernyataan tersebut adalah benar dan tidak menyesatkan.

4.6 Komisaris menurut Komite Nasional GCG


Komite Nasional Good Corporate Governance (KNGCG) mengeluarkan
pedoman tentang komisaris independen yang ada di perusahaan public. Pedoman itu
menyebutkan bahwa pada prinsipnya, komisaris bertanggung jawab dan berwenang
untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta memberikan nasehat kepada
direksi jika diperlukan. Untuk membantu komisaris dalam menjalankan tugasnya,
bedasrkan prosedur yang tela ditetapkan, maka seorang komisaris dapat meminta
nasehat dari pihak ketiga/ membentuk komite khusus. Setiap anggota komisaris harus
berwatak amanah dan mempunyai pengalaman dan kecakapan yang diperlukan untuk
menjalankan tugasnya.

4.7 Komisaris menurut ISICOM


Indpnesian Society of Independent Commisioner (ISICOM) atau Paguyuban Komisaris
Independen Indonesia telah meluncurkan pedoman bagi komisaris independen.
Beberapa hal yang diatur dalam pedoman tesebut adalah sebagai berikut:
a. Pengertian dan definisi komisaris independen
b. Misi Komisaris Independen
c. Tanggungjawab komisaris ndependen
d. Wewenang komisaris independen
e. Kriteria formal komisaris independen
f. Kriteria dan kompetensi pribadi komisaris independen
g. Pedoman perilaku komisaris independen
h. Komposisi komisaris independen
i. Proses nominasi dan pengangkatan komisaris independen
j. Evaluasi kinerja komisaris independen
11
5. Komisaris Independen
Salah satu ciri khas dalam Good Corporate Governance adalah adanya
Komisaris Independen. Dalam rangka memberdayakan fungsi pengawasan Dewan
Komisaris, keberadaan Komisaris Independen adalah sangat diperlukan. Sesuai
namanya, Komisaris Independen bukanlah aktor yang memegang kendali manajemen
perusahaan. Tetapi salah satu argumen mendasar bagi keterlibatan seorang Komisaris
Independen pada sebuah perusahaan adalah kontribusi vital mereka bgai mekanisme
check and balance, sehingga para eksekutif tidak memperlakukan perusahaan seolah–
olah milik pribadi. Oleh karena itu, independensi merupakan suatu persoalan yang
penting disini. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan Direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
memengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata
demi kepentingan perusahaan.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan asia development bank (ADB) terhadap
beberapa PT terbuka di Indonesia, bahwa sebanyak 57% responden menyatakan telah
memilih, atau menerapkan komisaris independen dalam perseroannya. Adapun
pembentukan komisaris independen ini antara lain dimotivasi oleh antara lain keinginan
untuk memberi perlindungan yang lebih hakiki kepada pemegang saham minoritas
dalam PT terbuka , dimana mereka pada umumnya adalah investor-investor yang
sebelum terjadinya crash pasar modal di Indonesia pasca krisis keuangan dan moneter,
telah menderita kerugian yang substansial akibat tindakan-tindakan destruktif yang
dilakukan direksi atau komisaris yang terafiliasi atau dibawah kendali pemegang saham
mayoritas. Yang dimaksud terafiliasi adalah pihak yang mempunyai hubungan bisnis
dan kekeluargaan dengan pemegang saham pengendali, anggota Direksi dan Dewan
Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Jumlah komisaris independen harus
dapat menjamin agar mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Salah satu dari komisaris independen harus
mempunyai latar belakang akuntansi keuangan. Pemilihan komisaris independen harus
memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan melalui
komite nominasi dan remunerasi.
Misi Komisaris Independen adalah mendorong terciptanya iklim yang lebih
objektif dan menempatkan kesetaraan (fairness) di antara berbagai kepentingan
termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama
dalam pengambilan keputusan oleh Dewan Komisaris. Komisaris Independen harus
mendorong diterapkannya prinsip dan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) pada perusahaan di Indonesia.
Adanya lembaga komisaris independen dalam praktik perseroan di Indonesia,
merupakan salah satu peristiwa yang membuktikan doktrin hukum yang menegaskan
bahwa perkembangan (kebutuhan) masyarakat lebih pesat dari, dan umumnya tidak
dapat diantisipasi oleh peraturan hukum. Eksistensi dari lembaga ini tidak tersentuh
oleh UUPT, dan karenanya pengaturan mengenai komisaris independen pun lebih
banyak ditentukan oleh peraturan yang tumbuh dan berkembang dalam praktik hokum.
Salah satu konsekuensi yang dapat menjadi perdebatan adalah menyangkut

12
perlindungan terhadap komisaris independen dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya. Hal ini terutama mengingat Pasal 98 Ayat (2) UUPT, dimana 1/10 (satu
persepuluh) pemegang saham dapat menuntut seorang komisaris ke pengadilan,
padahal yang dihadapi komisaris independen adalah pemegang saham mayoritas
(pengendali) yang mempunyai saham lebih dari 10%.

5.1 Tanggung Jawab Komisaris Independen


Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong
diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan Dewan Komisaris agar dapat
melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi secara efektif dan
lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dalam upaya untuk melaksanakan
tanggung jawabnya dengan baik, maka Komisaris Independen harus secara proaktif
mengupayakan agar Dewan Komisaris melakukan pengawasan dan memberikan
nasihat kepada Direksi, namun tidak terbatas pada hal–hal sebagai berikut:
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di
dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas strategi tersebut.
b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer–manajer
profesional.
c. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan
sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku
maupun nilai–nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya.
e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan dikelola dengan
baik.
f. Memastikan prinsip–prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan
diterapkan dengan baik.

5.2 Tugas Komisaris Independen


Adapun tugas dari komisaris independen diantaranya yaitu:
1. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan.
2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain.
3. Mengawasi dan memberikan nasihat atas pelaksanaan tata kelola perusahaan yang
baik.
4. Memberikan nasihat dalam masalah hokum
5. Memeberikan nasihat dalam pelaksanaan peraturan perundang-undangan
6. Menjaga hubungan baik dengan pihak regulator
7. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar
dan adil.
8. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku.
9. Menjamin akuntabilitas organ perusahaan.

5.3 Wewenang Komisaris Independen


1. Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi.
2. Komisaris independen berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati–hatian
berhak menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan komisaris
13
lainnya yang wajib dicatat dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris dan
pendapat yang berbeda yang bersifat material, wajib dimasukkan dalam laporan
tahunan

6. Struktur Pengawasan
Dewan Pengawas (Komisaris) bertanggung jawab mengawasi Dewan Direksi
dalam menjalankan tugasnya dengan secara teratur memantau efektivitas pelaksanaan
kebijakan dan pengambilan keputusan yang di lakukan oleh Dewan Direksi termasuk
pelaksanaan strategi untuk mencapai target yang diharapakan pemilik modal.

6.1 Keanggotaan Dewan Pengawas


a. Pengangkatan dan pemberhentian Dewan Pengawas dilakukan oleh RUPS.
b. Dalam hal bertindak selaku RUPS penganggakatan dan pemberhentian Dewan
Pengawas ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan mekanisme dan peraturan
perundang-undangan.
c. Agar Dewan Pengawas dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka perlu
ditetapkan kebijakan tentang kriteria Dewan Pengawas yang sesuai kebutuhan.
d. Pemilik modal mengangkat Dewan Pengawas melalui melanisme fit and proper test
berdasarkan pertimbangan.
e. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan 5 tahun dan dapat diangkat
kembali selama satu kali masa jabatan.
f. Pengangkatan anggota Komisaris tidak bersamaan waktunya dengan pengangkatan
anggota Direksi, kecuali pengangkatan untuk pertama kalinya pada waktu
pendirian.
g. Anggota Dewan Pengawas sewaktu-waktu dapat dihentikan. Berdasarakan
keputusan Menteri dengan menyebutkan alasannya.

6.2 Kinerja Dewan Pengawas


Kinerja Dewan Pengawas akan dievaluasi setiap tahun oleh pemilik modal
dalam RUPS. Secara Umum, kinerja Dewan Pengawas ditentukan berdasarkan tugas
kewajiban yang termaktub dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi
Perum Perumnas, amanat Pemilik Modal, dan proses pemenuhan tanggung jawab
tersebut. Kriteria evaluasi disampaikan kepada Dewan Pengawas sejak
pengangakatannya.

7. Kasus Bank Century


7.1 Profil Bank Century
Bank Century (sebelumnya dikenal dengan Bank CIC) didirikan pada Mei
1989. Pada 6 Desember 2004 Bank Pikko dan Bank Danpac menggabungkan diri ke
Bank CIC. Pada 28 Desember 2004, Bank CIC berganti nama menjadi Bank Century.
Sejak 21 November 2008 diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan
berubah nama menjadi PT Bank Mutiara Tbk. Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko,
Bank Danpac, dan Bank CIC menjadi Bank Century yang sebelum merger ketiga bank
14
tersebut didahului dengan adanya akuisisi Chinkara Capital Ltd yang berdomisili
hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang saham mayoritas adalah Rafat Ali
Rizvi.

7.2 Kronologi Permasalahan


Awal mulai terjadinya kasus Bank Century adalah Bank Century mengalami
kalah kliring pada tanggal18 November 2008. Masalah yang terjadi di Bank Century
merupakan masalah internal yang dilakukan oleh pihak manajemen bank yang
berhubungan dengan klien mereka, meliputi:
a. Penyimpangan dana untuk peminjam $2,8 milyar (Rp 1,4 triliun Bank Century
pelanggan dan pelanggan Delta Antaboga Securities Indonesia adalah Rp 1,4
triliun).
b. Penjualan produk-produk investasifiktif Antaboga Delta Securities Indonesia.
Jika produk tidak perlu mendaftar BI dan Bapepam-LK.
c. Kedua point tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi Nasabah
Bank Century dan uang para nasabah pun yang ada di Bank Century tidak bisa
dicairkan dan tidak ada uang tidak dibayar oleh pelanggan.
Setelah tanggal 13 November 2008, pelanggan Bank Century tidak dapat
melakukan transaksi dalam bentuk devisa, kliring dan tidak dapat mentransfer juga
karena Bank Century tidak mampu untuk melakukannya. Bank hanya dapat
mentransfer uang ketabungan. Jadi uang itu tidak bisa keluar dari bank. Hal ini terjadi
pada semua pelanggan Bank Century.
Nasabah bank yang merasa dirugikan karena banyak menyimpan uang di Bank
Century, tapi sekarang bank tersebut tidak bisa dilikuidasi. Pelanggan
mengasumsikan bahwa Bank Century memperjual belikan produk investasi ilegal.
Alasannya adalah investasi dipasarkan Antaboga Century Bank tidak terdaftar di
Bapepam-LK. Dan benar manajemen Bank Century tahu bahwa produk adalah ilegal.
Kasus ini dapat mempengaruhi bank lain, di mana orang tidak percaya bahwa mereka
lebih terhadap sistem perbankan nasional.
Berdasarkan kasus Bank Century tersebut menimbulkan dampak yang cukup
besar terhadap perekonomian Indonesia sendiri. Sebab, menyeret banyak pejabat-
pejabat penting dan masalah pergerakan harga saham yang terus mengalami
penurunan akibat dari dampak sistemik kasus Bank Century ini. Pemilik Bank
Century adalah Robert Tantular juga yang melakukan tindak kriminal karena
melakukan perampokan terhadap banknya sendiri. Oknum-oknum yang terlibat
diantaranya: ada yang menduga oknum POLRI terlibat “menjaga” oknum-oknum
yang terkait Bank Century karena dianggap “proyek kelas kakap”. Beberapa pihak
juga mengaitkan ini dengan ditangkapnya dua petinggi KPK, Bibit dan Chandra tanpa
ada bukti yang jelas, demi menghambat pengusutan kasus Century. Banyak yang
sudah menempatkan Sri Mulyani dan Boediono sebagai tersangka tetapi sebenarnya
masih ada kemungkinan bahwa Sri Mulyani dan Boediono adalah bagian dari
konspirasi besar semata-mata demi menyelamatkan dana pihak Century dan orang-
orang yang terkait Century.
15
Sri Mulyani dan Boediono-lah yang telah menyelamatkan ekonomi Indonesia
sehingga saat ini Indonesia tidak terjerumus krisis yang lebih hebat. Yang melakukan
tindak penyelewengan hanyalah segelintir orang, yaitu Robert Tantular, pemilik
Bank Century yang menggondol dana Bank Century, dan beberapa oknum di BI.
Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kemelut Bank tersebut diantaranya adalah
delapan orang yakni Komisaris Utama Sulaiman AB, Komisaris Poerwanto
Kamajadi, Komisaris Rusli Prakasa, Direktur Utama Hermanus Hasan Muslim.
Kemudian Wakil Direktur Utama Hamidy, Direktur Pemasaran Lila K.
Gondokusumo, Direktur Kepatuhan Edward M. Situmorang, dan Pemegang Saham
Robert Tantular.
Hancurnya Bank Century sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah melalui
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui suntikan dana Rp 6,7 triliun terjadi
karena perpaduan pengurusan bank yang mengarah pada tindak kriminal serta krisis
ekonomi global yang terjadi. Surat-surat berharga bodong yang ada di Century
menjadi salah satu pemicu bobroknya kondisi bank tersebut. Belakangan dilihat ada
pengaruh Antaboga, masalah surat bodong itu pasti ada pengaruhnya dari Bank
Century. Tetapi diperburuk karena kondisi krisis global, kalau keadaan seperti itu
tidak dalam krisis global, maka tidak akan meletus seperti itu. PT Bank Century Tbk
(BCIC) pada awalnya ternyata agen penjual produk investasi yang diterbitkan PT
Antaboga Delta Sekuritas. Hal itu diketahui berdasarkan pemeriksaan awal Bank
Indonesia (BI) pada 2005. Menurut Deputi Gubernur BI, Siti Ch Fadjrijah dalam
pertemuan dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan bahwa
dari penelusuran BI diketahui produk yang dijual tidak mempunyai izin dari
Bapepam.

7.3 Analisis Kasus: Penyebab Bangkrutnya Bank Century


Ada beberapa hal yang menyebabkan kebangkrutan Bank Century antara lain
penyimpangan manajemen dan pengawasan BI yang tidak efektif yang diduga menjadi
penyebab utama bank itu akhirnya mengalami kebangkrutan.
a. Penyimpangan Manajemen
Modus kejahatan perbankan yang diduga dilakukan manajemen Bank Century
adalah penempatan dana yang sembrono di pasar uang (money market). Hal ini
terlihat dari penyimpangan yang dilakukan manajemen Bank Century yang
memiliki kewajiban surat berharga valas sebesar US$ 210 juta. Kasus itu
menunjukkan manajemen Bank Century tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian
perbankan.
b. Pengawasan BI yang Lemah
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank Century,
yakni dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet ke kategori
lancar. Hal itu dilakukan agar Bank Century tidak perlu menyisihkan provisi
(pencadangan) atas SSB yang macet itu, sehingga tidak menggerus modalnya.
Yang harus dipertanyakan sejauhmana keefektifan Direktorat Pengawasan
Perbankan BI karena selama ini manajemen Bank Century memberikan laporan
16
harian dan mingguan sehingga kesehatan perbankan pasti terpantau. Di samping
itu, Bapepam selaku otoritas pasar modal harusnya juga bertanggungjawab karena
Bank Century merupakan perusahaan publik.
Kasus Bank Century ini menunjukkan ada praktik-praktik yang menyimpang di
bank sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang
tidak akurat. BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata kelola yang baik (Good
Corporate Governance). Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam
berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun perusahaan.

7.4 Pelanggaran GCG yang dilakukan oleh Bank Century


Pada kasus Bank Century ini kesalahan terjadi akibat permasalahan internal
bank dimana hal tersebut dilakukan oleh pihak manajemen bank tersebut yang menipu
para nasabah. Penipuan tersebut berupa penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8
Trilliun dimana dana dari nasabah Bank Century sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah
Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun. Selain itu juga adanya
penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia, dimana
produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK. Dapat dilihat bahwa dalam
hal ini terjadi kelalaian dalam pengawasan internal Bank Century itu sendiri sehingga
mengakibatkan kerugian yang dialami oleh para nasabah.
Modus kejahatan perbankan yang diduga dilakukan manajemen Bank Century
adalah penempatan dana yang sembrono di pasar uang (money market). Hal ini terlihat
dari penyimpangan yang dilakukan manajemen Bank Century yang memiliki
kewajiban surat berharga valas sebesar US$ 210 juta. Kasus itu menunjukkan
manajemen Bank Century tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian perbankan.
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank Century,
yakni dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet ke kategori lancar.
Hal itu dilakukan agar Bank Century tidak perlu menyisihkan provisi (pencadangan)
atas SSB yang macet itu, sehingga tidak menggerus modalnya. Kasus Bank Century ini
menunjukkan ada praktik-praktik yang menyimpang di bank sentral menyangkut tes
kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang tidak akurat. BI juga dinilai gagal
dalam menciptakan tata kelola yang baik (Good Corporate Governance).

7.5 Kesimpulan
Kegagalan Bank Century diindikasikan terjadi karena tindak kriminal yang
dilakukan oleh pemilik Bank Century sendiri, selain itu keadaan ekonomi juga sedang
mengalami krisis global. Kesimpulan yang diperoleh dari masalah Bank Century ketika
munculnya dana bailout yang mulai bergulir dan kejanggalan dalam neracanya mulai
terungkap. Kelemahan manajemen mulai terlihat setelah kekacauan reksadana
Antaboga Delta sekuritas yang dikeluarkan Bank Century. Disimpulkan bahwa
sebenarnya bailout untuk Century memang diperlukan namun dibalik itu ternyata
banyak fakta bahwa kinerja dan tata kelola Century yang sangat buruk. Kasus buruknya
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam industri perbankan Indonesia
dapat kita lihat pada kasus Bank Century yang dimana bank tersebut harus diambil alih
17
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan ditetapkan sebagai bank gagal pada tahun
2008 akibat banyaknya kredit bermasalah yang dimiliki bank tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT)


Hamdani. 2016. Good Corporate Governance (Tinjauan Etika dalam Praktik Bisnis.
Jakarta: Mitra Wacana Media
Tjager, I Nyoman, F. Antonius Alijoyo, Humphrey R. Djemat, Bambang Soembodo.
2003. Corporate Governace Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas
Bisnis Indonesia. Jakarta: PT Prenhallindo.
Arief Effendi, Muh. 2009. The Power of Good Corporate Governance (Teori dan
Implementasi). Jakarta: Salemba Empat
Atika. 2010 Permasalahan Bank Century dan
Solusi.http://atikaa08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/permasalahan-bank-century-dan-
solusinya/. (Diakses pada tanggal 26 Oktober 2019)

19

Anda mungkin juga menyukai