Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK

TITRASI IODIMETRI

OLEH :
KELOMPOK IV

MUHAMMAD YAMIN (F1C1 18 086)


DIAH FEBRYANA (F1C1 18 090)
DIAN AYU LESTARI (F1C1 18 072)
CHUSNUL CHATIMAH (F1C1 18 070)
WA ODE MUSLIA (F1C1 18 092)
NIKEN AYU LESTARI (F1C1 18 094)
DILLA CITRA (F1C1 18 076)
DILA WAHYUNI (F1C1 18 104)
NURHIJRAH (F1C1 18 100)
MELISA (F1C1 18 098)
FAHREZY SYAHRIAH (F1C1 18 078)
SRI DAYANA (F1C1 18 082)

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun Panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas

kehendak-Nyalah makalah dasar dasar kimia analitik dengan judul Titrasi

Iodimetri ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga dengan adanya makalah inidapat menambah ilmu pengetahuan

para pembaca tentang titrasi iodimetri terutama untuk pengertian, kegunaan,

kelebihan, kelemahan dari titrasi, pembakuan dan indikator titrasi iodimetri serta

contoh-contohnya.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah

dasar-dasar kimia analitik, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

menyusun makalah ini dengan baik. Dan pada Akhirnya kepada Allah jualah

penyusun mohon taufik dan hidayah, semoga usaha kami mendapat manfaat yang

baik, serta mendapat ridho Allah SWT. Amin ya rabbal alamin.

Kendari, 13 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
A. Latar belakang masalah…………………………………….…..1
B. Rumusan masalah……………………………………………...2
C. Tujuan………………………………………………………….2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………….………………..3


A. Pengertian Titrasi Iodimetri....................................................3
B. Pembakuan Titrasi Iodimetri..................................................4
C. Indikator Untuk Titrasi Iodimetri...........................................7
D. Titran Untuk Iodimetri...........................................................8
E. Contoh Untuk Titrasi Iodimetri..............................................9
BAB III PENUTUP………………………………………….……….……11
Kesimpulan………………………………………………….……11
DAFTAR PPUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia dimana terjadi

kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan

bilangan oksidasi. Berarti proses oksidasi disertai hilangnya elektron sedangkan

reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah senyawa di mana atom yang

terkandung mengalami penurunan bilangan oksidasi. Sebaliknya pada reduktor,

atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi. Oksidasi-reduksi

harus selalu berlangsung bersama dan saling menkompensasi satu sama lain.

Istilah oksidator reduktor mengacu kepada suatu senyawa, tidak kepada atomnya

saja.

Oksidator lebih jarang ditentukan dibandingkan reduktor. Namun

demikian, oksidator dapat ditentukan dengan reduktor. Reduktor yang lazim

dipakai untuk penentuan oksidator adalah kalium iodida, ion titanium(III), ion

besi(II), dan ion vanadium(II).Dalam proses analitik, iodium digunakan sebagai

pereaksi oksidasi (iodimetri). Iodimetri merupakan titrasi langsung dan

merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar

penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari

hasil reaksi antara sample dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi redoks

dengan I2 sebagai penitar.

Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung terhadap zat-zat yang

potensial oksidasinya lebih rendah dari sistem iodium-iodida, sehingga zat


tersebut akan teroksidasi oleh iodium. Cara melakukan analisis dengan

menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung disebut iodimetri,

dimana digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang

dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan titrasi iodimetri?

2. Apa saja indikator yang digunakan untuk titrasi iodimetri?

3. Bagaimana cara pembakuan titrasi iodimetri?

4. Bagaimana titran dan contoh dari titrasi iodimetri?

C. Tujuan
Adapun tujuankami membahas titrasi iodimetri untuk mengetahui dan

memahami lebih dalam tentang pengertian, indikator, pembakuan dan titran pada

titrasi iodimetri serta contoh-contohnya.

\
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Titrasi Iodimetri

Titrasi Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku

iodium (I2) dan digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang

mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau

dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang

cukup kuat seperti Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfide, sulfit, Stibium (III), timah

(II), dan ferosianida. Daya mereduksi dari berbagai macam zat ini tergantung pada

konsentrasi ion hidrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat yang

dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif. Namun, metode

iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator

yang lemah. Prinsip penetapannya yaitu apabila zat uji (reduktor) langsung

dititrasi dengan larutan iodium( I2 ) sebagai larutan standart.

Reaksinya : Reduktor → oksidator + e


I2 + 2e 2I
Iodimetri adalah oksidasi kuantitatif dari senyawa pereduksi dengan

menggunakan iodium. Iodimetri ini terdiri dari 2 metode, yaitu;

1. Iodimetri metode langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan

larutan baku Iodium. Contohnya pada penetapan kadar Asam Askorbat.

2. Iodimetri metode residual (titrasi balik), bahan pereduksi dioksidasi

dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod
akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat. Contohnya pada

penetapan kadar Natrium Bisulfit.

B. Pembuatan Titrasi Iodimetri

Pembuatan larutan baku iodium

Menurut FI Ed III, larutan iodium 0,1 N dibuat dengan melarutkan 12,69 g

iodium ke dalam larutan 18 g kalium iodida P dalam 100 ml air, kemudian

diencerkan dengan air hingga 1000 ml. Larutan iodium yang lebih encer (0,02 :

0,001 N) dibuat dengan mengencerkan larutan iodium 0,1 N.

Iod 0,335 gram melarut dalam 1 dm3 air pada 25⁰C. Selain keterlarutan

yang kecil ini, larutan air iod mempunyai tekanan uap yang cukup berarti, karena

itu konsentrasinya berkurang sedikit disebabkan oleh penguapan ketika ditangani.

Kedua kesulitan ini dapat diatasi dengan melarutkan iod itu dalam larutan air

kalium iodida. Makin pekat larutan itu,makin besar keterlarutan iod. Keterlarutan

yang bertambah ini disebabkan oleh pembentukan ion triiodida:

I2 + I I3-
Selain menggunakan larutan iodium dalam iodimetri dapat digunakan

larutan baku KIO3 dan KI. Larutan ini cukup stabil dalam menghasilkan iodium

bila ditambahkan asam menurut reaksi :

IO3- + 5I- + 6 H+ 3I2 + 3H2O


Larutan KIO3 dan KI memiliki dua kegunaan penting, pertama adalah

sebagai sumber dari sejumlah iod yang diketahui dalam titrasi, ia harus

ditambahkanlarutan yang mengandung asam kuat, ia tidak dapat digunakan dalam

medium yang netral atau memiliki keasaman rendah. Yang kedua, dalam
penetapan kandungan asam dari larutan secara iodometri, atau dalam standarisasi

larutan asam keras.

Pada penggunaan iodium untuk titrasi ada dua sumber kesalahan yaitu :

a. Hilangnya iodium karena mudah menguap

b. Iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara menurut reaksi :

4I + O2 + 4H+ 2I2 + 2H2O


Penguapan dari iodida dapat dikurangi dengan adanya kelebihan iodida

karena terbentuk ion triiodida. Dengan 4% KI, maka penguapan iodium dapat

diabaikan, asalkan titrasinya tidak terlalu lama. Titrasi harus dilakukan dalam labu

tertutup dan dingin. Oksidasi iodida oleh udara dalm larutan netral dapat

diabaikan, akan tetapi oksidasinya bertambah jika pH larutan turun. Reaksi ini

dikatalisis oleh logam dengan valensi tertentu (terutama tembaga), ion nitrit dan

cahaya matahari yang kuat. Oleh karena itu titrasi tidak boleh dilakukan pada

cahaya matahari langsung.

Pembakuan Larutan dengan Arsen Trioksida (As2O3)

Larutan dapat distandarisasi terhadap arsen(III) oksida murni atau dengan

suatu larutan natrium tiosulfat yang baru saja distandarkan terhadap kalium iodat.

Adapun cara pembakuannya dilakukan dengan arsen trioksida. Timbang kurang

lebih 150 mg arsen trioksid secara seksama dan larutkan dalam 20 ml NaOH 1 N

bila perlu dengan pemanasan, encerkan dengan 40 ml air dan tambah dengan 2

tetes metil orange dan diikuti dengan penambahan HCl encer sampai warna

kuning berubah menjadi pink. Tambahkan 2 gram NaHCO3, 20 ml air dan 3 ml

larutan kanji. Titrasi dengan baku iodium perlahan-lahan hingga timbul warna

biru tetap.
Arsen trioksid sukar larut dalam air akan tetapi mudah larut dalam larutan

natrium hidroksida (NaOH) dengan membentuk natrium arsenit menurut reaksi:

As2O3 + 6 NaOH 2 Na2AsO3 + 3 H20


Jika iodium ditambahkan pada larutan alkali maka iodium akan bereaksi

dengan NaOH membentuk natrium hipoiodit atau senyawa-senyawa serupa yang

mana tidak akan bereaksi secara cepat dengan natrium arsenit.

2 NaOH + I2 NaIO + NaI + H2O


Kelebihan natrium hidroksida dinetralkan dengan HCl menggunakan metil

orange sebagai indikator. Penambahan NaHCO3 untuk menetralkan asam iodida

(HI) yang terbentuk yang mana asam iodida ini menyebabkan reaksi berjalan

bolak-balik (reversibel). Natrium bikarbonat akan menghilangkan asam iodida

secepat asam iodida terbentuk sehingga reaksi berjalan ke kanan secara sempurna.

Reaksi secara lengkap pada pembakuan iodium dengan arsen trioksid sebagai

berikut:

As2O3 + 6NaOH 2Na3AsO3 + 3H2O


Na3AsO3 + I2 + 2NaHCO3 Na3AsO4 + 2NaI + 2CO2 + H2O
Pada reaksi diatas dapat diketahui bahwa valensinya adalah empat. Karena 1 mol

As2O3 setara dengan 2 mol Na3AsO3 sedangkan 1 mol Na3AsO3 setara dengan 1

mol I2 akibatnya 1 mol As2O3 setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan

normalitas dari iodium setara dengan 2 mol I2 sehingga perhitungan normalitas

dari iodium:

mgrek iodium = mgrek arsen trioksid


ml I2 x N I2 = mmol As2O3 x valensi
N I2 = mg As2O3 x valensi
BM As2O3 x ml I2
C. Indikator Titrasi Iodimetri

Indikator yang umum digunakan untuk titrasi iodimetri adalah larutan

kanji, karena warna biru tua dari kompleks kanji-iodium dipakai untuk suatu uji

sangat peka terhadap iodium. Kanji dengan adanya iod akan memberikan

kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila konsentrasi iodium 2x10-
5
M dan konsentrasi iodida lebih besar dari 2x10-4 M. Kepekaan warna berkurang

dengan kenaikan suhu larutan dan adanya pelarut-pelarut organik. Ada pendapat

bahwa warna biru itu adalah dikarenakan adsorpsi iod atau ion triiodida pada

permukaan makromolekul kanji. Dalam konsentrasi iodida 4x10-5 sudah

memungkinkan iodium dalam konsentrasi 2x10-5 atau lebih memberikan warna

biru yang nyata. Jika konsentrasi iodida dinaikkan tidak begitu berbeda

intensitasnya, akan tetapi bila konsentrasi iodida diturunkan maka penurunan

intensitas warna kelihatan. Tanpa iodida, iod-kanji tidak memberikan warna.

Apabila suhunya dinaikkan maka kepekaan warna menurun. Pada suhu

50⁰ kepekaannya menjadi 10x lebih kurang daripada suhu 25⁰. Penambahan

pelarut seperti etil alkohol menurunkan kepekaan juga. Jika mengandung 50%

atau lebih etanol menyebabkan warna tidak timbul. Kanji tidak dapat digunakan

dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi hidrolisis dari kanji itu.

Komponen utama kanji yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa memiliki

rantai lurus dan memberikan warna biru jika bereaksi dengan iodium.

Amilopektin memiliki rantai bercabang dan memberikan warna merah violet jika

bereaksi dengan iodium.Keuntungan penggunaan kanji adalah harganya murah,


sedangkan kerugiannya adalah tidak mudah larut dalam air dingin, tidak stabil

pada suspensi dengan air, karenanya dalam proses pembuatannya harus dibantu

dengan pemanasan.

Mekanisme reaksi indikator kanji adalah sebagai berikut :

Amilum + I2 iod-amilum (biru)

Iod-amilum (biru) + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6 + amilum (tak

berwarna)

D. Titran Untuk Titrasi Iodimetri

Iodimetri merupakan metoda titrasi atau volumetri yang pada penentuan

atau penetapan berdasar pada jumlah I2 (iodium) yang bereaksi dengan sampel

atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida (I-). Iodimetri

termasuk titrasi redoks dengan I2 sebagai titran. Seperti dalam reaksi redoks

umumnya yang harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur

bertambah bilangan oksidasinya (melepaskan elektron), maka harus ada suatu

unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun (menangkap elektron), jadi

tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda

analisis ini analit dioksidasikan oleh I2, sehingga I2 tereduksi menjadi ion iodide,

dengan kata lain I2 bertindak sebagai oksidator. Indikator yang digunakan adalah

suspensi amilum atau kanji, sedikit kelebihan larutan iod akan membentuk warna

biru gelap dengan amilum dan titik akhir titrasi tercapai pada saat warna biru

hilang.
E. Reaksi Titrasi

Iodimetri merupakan titrasi redoks yang melibatkan titrasi langsung I2

dengan suatu agen pereduksi. I2 merupakan oksidator yang bersifat moderat, maka

jumlah zat yang dapat ditentukan secara iodimetri sangat terbatas, beberapa

contoh zat yang sering ditentukan secara iodimetri adalah H2S, ion sulfite, Sn2+,

As3+ atau N2H4. Akan tetapi karena sifatnya yang moderat ini maka titrasi dengan

I2 bersifat lebih selektif dibandingkan dengan titrasi yang menggunakan titrant

oksidator kuat

Titrasi iodimetri dilakukan dalam keadaan netral atau dalam kisaran asam

lemah sampai basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat) maka iodine dapat

mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodat.

I2 + 2OH- IO3- + I- + H2O

Sedangkan pada keadaan asam kuat maka amilum yang dipakai sebagai

indicator akan terhidrolisis, selain itu pada keadaan ini iodide (I-) yang dihasilkan

dapat diubah menjadi I2 dengan adanya O2 dari udara bebas, reaksi ini

melibatkan H+ dari asam.

4I- + O2 + 4H+ 2I2 + 2H2O

Titrasi dilakukan dengan menggunakan amilum sebagai indikator dimana

titik akhir titrasi diketahui dengan terjadinya kompleks amilum-I2 yang berwarna

biru tua. Beberapa reaksi penentuan dengan iodimetri ditulis dalam reaksi berikut:

H2S + I2 S + 2I- + 2H+

SO32- + I2 + H2O SO42- + 2I- + 2H+


Sn2+ + I2 Sn4+ + 2I-

H2AsO3 + I2 + H2O HAsO42- + 2I- + 3H+


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan yan dapat ditarik dari tujuan yaitu :

1. Titrasi iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium

(I2) dan digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang

mempunyai potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida atau

dengan kata lain digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor

yang cukup kuat

2. Indikator yang digunakan untuk titrasi iodimetri adalah kanji karena merupakan

indicator spesifik dari iodimetri

3. Pembuatan iodimetri ada bebrapa cara, yaitu salah satunya dengan dilarutkan

bersama Kalium Iodida (KI)

4. Titran dari iodimetri adalah Iodida dengan contoh reaksi,

I2 + 2OH- IO3- + I- + H2O


DAFTAR PUSTAKA

 http://eiodia-forever.blogspot.com/2011/06/penetapan-kadar-dengan-
metode-iodimetri.html

Anda mungkin juga menyukai