Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya pembangunan gedung-gedung baru dan padatnya penduduk dengan
tingkat aktivitas penduduk yang cukup tinggi membuat kebutuhan akan penggunaan ruang
publik sebagai pendukung aktifitas masyarakat juga tak terhindarkan.
Ruang publik merupakan suatu tempat yang dapat menunjukkan perletakan sebuah
objek, yang harus dapat diakses secara fisik oleh masyarakat umum yaitu dapat berupa
bangunan, taman, lapangan, pasar, tempat ibadah, trotoar, dan lain-lain (Paulus, 2007).
Salah satu contoh ruang publik dalam bentuk bangunan gedung adalah Gedung Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Kabupaten Gowa.
Pengguna ruang publik yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial
masyarakat adalah para difabel (difable). Namun, bagi sebagian orang masih beranggapan bahwa
kaum difabel adalah kelompok masyarakat kelas dua, sehingga terkadang masih terjadi tindakan
diskriminatif terhadap kaum difabel.
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998, pada pasal 5 menyatakan bahwa
“Setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan kesempatan dalam segala aspek kehidupan dan
penghidupan”. Selain itu, di dalam pasal 8 juga menyatakan bahwa, “Setiap pengadaan sarana
dan prasarana umum yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau masyarakat, wajib
menyediakan aksesibilitas”. Secara normatif, pemerintah sudah memberikan suatu perhatian bagi
masyarakat dengan kebutuhan khusus (difabel) untuk dapat memiliki ruang gerak di dalam
kehidupannya berupa produk-produk hukum. Meskipun terdapat banyak produk hukum yang
bertujuan untuk mengakomodir keberadaan para difabel, namun implementasi di lapangan masih
belum maksimal.
Fenomena yang terjadi bahwa isu tentang ketersediaan aksesibilitas yang ada di area Gedung
Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Kabupaten Gowa saat ini
tampak belum aksesibel bagi difabel. Kenyataannya bahwa berbagai hambatan arsitektural pada
bangunan gedung dan fasilitas-fasilitas yang disediakan bagi kepentingan umum ini tidak selalu
mudah atau bahkan sering tidak memungkinkan untuk diakses bagi difabel. Dengan demikian
keadaan ini mengakibatkan diskriminasi dimana difabel tidak dapat memperoleh kesamaan hak
dalam menikmati fasilitas publik yang ada di gedung tersebut.
Di dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitian pada evaluasi aksesibilitas difabel
dalam melakukan pergerakannya di ruang publik khususnya di Gedung Departemen Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka ada beberapa hal yang menarik
untuk diketahui lebih jauh yaitu :
1. Bagaimana aksesibilitas difabel yang ada di Gedung Departemen Arsitektur Fakultas
Teknik Universitas Hasanuddin Gowa dan kesesuaiannya dengan PMPU
No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan sebagai parameter penilaiannya?
2. Bagaimana kemudahan dan manfaat aksesibilitas yang tersedia di Gedung Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa bagi para difabel?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana aksesibilitas difabel yang ada di Gedung Departemen
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa dan kesesuaiannya dengan
PMPU No.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan sebagai parameter penilaiannya.
2. Untuk mengetahui bagaimana kemudahan dan manfaat aksesibilitas yang tersedia di
Gedung Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa bagi para
difabel.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan penulis dari hasil penelitian ini yaitu :
1. Ilmu pengetahuan, khususnya ilmu arsitektur diharapkan dapat menjadi sebuah pedoman
dan memberikan pemahaman atau pengetahuan kepada para perancang tentang
perancangan ruang publik seperti bangunan gedung dan aplikasinya sehingga tercipta
Universal Design dan menghasilkan karya yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan difabel
agar dapat meningkatkan taraf dan kualitas hidupnya.
2. Pemerintah, memberikan masukan dan sebagai bahan informasi bagi pembuat dan
pengambil keputusan pemerintah kota, pihak swasta dan bagi para arsitek dalam hal
penyediaan aksesibilitas yang tepat dan memadai bagi seluruh kalangan masyarakat.
3. Peneliti, memberikan landasan bagi studi-studi selanjutnya yang berhubungan dengan
fasilitas dan aksesibilitas difabel pada ruang publik khususnya bangunan gedung.

E. Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam pembahasan ini merupakan batasan-batasan penelitian yang terfokus
pada bidang ilmu arsitektur dengan menitikberatkan pada aksesibilitas ruang publik. Lingkup
penelitian yang akan dilakukan sebagai objek studi :
1. Lingkup Materi
a. Penyandang difabel pada penelitian ini dibatasi pada pengguna kursi roda dan tunanetra
b. Teori dan landasan/peraturan tentang penyediaan aksesibilitas di Indonesia
2. Lingkup Wilayah Observasi
Pemilihan Gedung Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di
Kabupaten Gowa sebagai objek penelitian yang disegmentasikan menjadi 3 bagian yaitu Lantai 1
Gedung Departemen Arsitektur (Ground Floor) menjadi segmen A, Lantai 2 Gedung
Departemen Arsitektur menjadi segmen 2, dan Lantai 3 Gedung Departemen Arsitektur menjadi
segmen 3, dimaksudkan untuk meneliti hal-hal yang telah diuraikan diatas.
3. Objek Penelitian
Objek Penelitian meliputi aksesibilitas di Gedung Departemen Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Gowa dan tuna netra serta pengguna kursi roda sebagai pengguna ruang
publik khususnya bangunan gedung.

Anda mungkin juga menyukai