Anda di halaman 1dari 7

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Kerbau Lumpur

Gambar 1. Kerbau Lumpur (swamp buffalo) Gambar 2. Kerbau Sungai (river buffalo)
(Wikipedia, 2014)

Beberapa tipe kerbau liar masih dapat ditemukan, antara lain Anoa (Bubalus

depressicornis) terdapat di daerah Sulawesi, kerbau Mindoro (Bubalus

mindoronensis) terdapat di Filiphina, Bubalus caffer yang terdapat di Afrika Timur

dan Barat Daya dan kerbau merah terdapat di daerah Tsad, Niger, Kongo dan Maroko

Selatan. Kerbau yang didomestikasi sekarang secara umum dibagi menjadi dua yaitu

kerbau rawa atau Swamp buffalo (Gambar 1) yang berkembang di Asia Tenggara:

Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Philipina, Malaysia, dan Indonesia; dan kerbau

sungai atau River buffalo (Gambar 2) yang berkembang di Eropa, Mesir, Aserbaja,

Bulgaria, Italia, Afganistan, Pakistan, dan India (Siregar et al., 1996).


8

Terdapat dua bangsa kerbau lokal yang ada di Indonesia, yaitu kerbau rawa atau

kerbau lumpur (Swamp buffalo) (Gambar 1) dan kerbau sungai (Riverine buffalo)

(Gambar 2). Kerbau lumpur mendominasi jenis kerbau yang ada di Indonesia dengan

jumlah sekitar 95%. Secara umum kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki

konformasi tubuh pendek dan gemuk dengan tanduk panjang. Muka mempunyai dahi

yang datar dan pendek dengan moncong luas. Bentuk tanduk biasanya melengkung

ke belakang, dengan bobot dewasa pada jantan sekitar 700 kg dan betina sekitar 500

kg. Kapasitas produksi susunya rendah berkisar antara 430-620 kg per laktasi

(Webster danWilson, 1980).

Taksonomi dari kerbau lumpur atau Bubalus bubalis carabanesis adalah kingdom

Animalia; subkingdom Bilateria; infrakingdom Deuterostomia; phylum Chordata;

subphylum Vertebrae; infraphylum Gnathostomata; superclass Tetrapoda; class

Mammalia; subclass Theria; Infraclass Eutheria; Order Artiodactyla; Family

Bovidae; Subfamily Bovinae; Genus Bubalus; Spesies Bubalus bubalis (Sitorus

dan Anggraeni, 2008).

2.2 Morfologi kerbau lumpur

Kerbau rawa atau kerbau lumpur umumnya memiliki ciri warna kulit coklat

kehitaman, konformasi tubuhnya padat, ukuran tubuh dan kaki relatif pendek, perut

luas dengan leher panjang. Muka mempunyai dahi yang datar dan pendek dengan

moncong luas. Bentuk tanduk biasanya melengkung ke belakang. Bobot badan lebih

ringan dibanding kerbau sungai (Fahimuddin, 1975).


9

Kerbau rawa atau kerbau lumpur ini merupakan tipe kerbau yang sangat kuat

sehingga mampu menarik beban seberat 1-1,5 ton dengan kecepatan 3 km/jam dan

juga tahan bekerja terus menerus selama 4 jam. Kerbau rawa yang besar berasal dari

Thailand mempunyai berat lebih dari 900 kg, sedangkan (Philipine carabao) dari

Filipina atau kerbau sungai yang kecil berasal dari Kalimantan bisa mempunyai berat

hanya 370 kg atau bahkan lebih kecil (Cockrill, 1974).

Ukuran tubuh kerbau sangat beragam sekitar 2.4 hingga 2.7 meter memanjang

dari kepala hingga bagian tubuh, ditambah dengan panjang ekor yang mencapai 60

hingga 100 cm. Kerbau rawa memiliki konformasi tubuh berat dan padat, kaki

pendek dan perut luas, leher panjang dahi datar, muka pendek dan moncong luas,

tinggi gumba kerbau rawa betina 120-127 cm dan jantan berkisar 129-133 cm

(Cockrill, 1974). Selain itu menurut Erdiansyah et al., (2008) kerbau rawa jantan

memiliki lingkar dada 161 cm, panjang badan 119 cm dan pada kerbau rawa betina

lingkar dada 176 cm, panjang badan 119 cm.

Kerbau rawa atau kerbau lumpur atau Asian buffalo merupakan anggota

terbesar dari kelompok Bovini yang termasuk didalamnya yak, bison, African buffalo,

beberapa spesies sapi liar serta jenis Bovini lainnya. Ketika berdiri, kerbau ini dapat

mencapai 1,5 hingga 1,9 meter pada bagian gumba. Kerbau sungai liar memiliki ciri

kulit hitam pekat. Kerbau jantan dan betina memiliki tanduk berbentuk bulan sabit

yang melengkung kebelakang. Kerbau betina berukuran lebih kecil dibandingan

kerbau jantan (Mason, 1974).


10

2.3 Penyebaran dan habitat kerbau lumpur

Populasi kerbau yang ada di seluruh dunia saat ini berasal dari India yang

merupakan hasil dari proses domestikasi kerbau liar (Bubalus arnee) (Siregar et al.,

1996). Selain itu menurut Mason (1974) Kerbau lumpur ditemukan di Malaysia,

Filipina, Indonesia dan beberapa wilayah di Asia bagian selatan dan sering

dimanfaatkan oleh petani karena kemampuannya untuk menarik bajak atau kereta

sehingga memudahkan pekerjaan pertanian. Pada beberapa wilayah, kerbau dijadikan

sumber daging atau sebagai penghasil susu.

Kerbau lumpur akan dapat ditemukan di hutan tropis dan subtropis serta pada

padang rumput yang basah. Mereka dapat diklasifikasikan sebagai hewan hewan

yang sangat bergantung pada keberadaan air karena kebiasaannya untuk berkubang

dalam sungai atau lumpur. Karena perilaku inilah kerbau lumpur dapat ditemukan di

habitat basah seperti hutan, sungai, padang rumput, atau di daerah rawa. Habitat yang

cocok dengan hewan ini adalah campuran dari rerumputan tinggi dan sungai, karena

kawasan seperti ini akan mendukungnya untuk makan, minum ataupun kebutuhannya

untuk berkubang. Kerbau lumpur sangat menyukai air dan berpotensi untuk

dikembangkan di pedesaan. Karena perilaku inilah kerbau lumpur dapat ditemukan di

habitat basah seperti hutan, sungai, padang rumput, atau di daerah rawa (Baruselli et

al., 2001).
11

2.4. Kabupaten Jembrana

Populasi kerbau di Kabupaten Jembrana tercatat pada tahun 2012 berjumlah

456 ekor kerbau jantan, 184 di Kecamatan Melaya, 123 ekor di Kecamatan Negara,

68 ekor di Kecamatan Jembrana, 74 ekor di Kecamatan Mendoyo, dan 7 ekor di

Kecamatan Pekutatan (Dinas Peternakan Kabupaten Jembrana, 2012).

Kabupaten Jembrana adalah satu dari sembilan Kabupaten dan Kota yang ada

di Propinsi Bali, terletak di belahan barat pulau Bali, membentang dari arah barat ke

timur pada 8°09'30" - 8°28'02" LS dan 114°25'53" - 114°56'38" BT. Luas wilayah

Jembrana 841.800 Km² atau 14,96% dari luas wilayah pulau Bali. Jembrana

mempunyai 5 kecamatan dan 51 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut

adalah Jembrana, Melaya, Mendoyo, Negara, Pekutatan (Wikipedia, 2014).

Gambar 3. Peta Kabupaten Jembrana (www.jembranakab.go.id)


12

2.5. Karakteristik Kerbau Lumpur

Kerbau lumpur merupakan ternak lokal yang hidup pada daerah lembab,

khususnya di daerah yang beriklim tropis. Kerbau lumpur sangat menyukai air dan

berpotensi untuk dikembangkan di pedesaan. Kerbau lumpur hidup di daerah tanah

berlumpur atau berawa-rawa, kesukaan kerbau rawa adalah berkubang, dan bobot

badannya yang relatif besar sehingga memungkinkan untuk dikembangkan sebagai

ternak penghasil daging yang baik (Lita, 2009).

Pada kerbau rawa atau kerbau lumpur, bagian tubuh berbentuk persegi panjang

(agak persegi) dengan rambut coat (berwarna krem atau coklat muda) pada kerbau

yang berumur di bawah 2,5 tahun, sementara pada kerbau yang berumur di atas 2,5

tahun warna rambutnya akan lebih coklat kelabu kehitaman, semakin tua umur

kerbau maka warna rambut akan semakin kelam. Panjang rambut pada kerbau yang

masih muda lebih panjang daripada yang tua (4-5 cm). Kerbau lumpur berbadan

pendek, besar, bertanduk panjang, memiliki konformasi tubuh yang berat dan padat

dan biasanya berwarna abu-abu dengan warna yang lebih cerah pada bagain kaki.

Warna yang lebih terang dan menyerupai garis kalung juga terdapat dibawah dagu

dan leher. Kerbau lumpur tidak pernah berwarna coklat atau abu-abu coklat

sebagaimana kerbau sungai (Mason, 1974). Ciri-ciri bagian muka adalah dahi datar,

muka pendek dan moncong luas. Kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki tanduk

yang melengkung keatas (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).


13

Pada pangkal tanduk berbentuk agak pipih serta bulat dan runcing pada ujung

dan tumbuh mengarah kesamping kemudian lurus kebelakang. Panjang tanduk

tergantung pada umur, semakin tua umur kerbau maka tanduknya akan semakin

panjang. Tanduk juga memiliki berbagai kegunaan pada hewan yaitu

mempertahankan diri dari predator dan mempertahankan wilayah sendiri (Adryani et

al., 2012).

Kaki depan menopang berat tubuh saat kerbau beristirahat dan menjadi

peredam getaran saat kerbau berlari cepat. Kaki belakang berfungsi

sebagai pendorong saat kerbau berjalan dan berlari. Fungsi dasar keempat kaki

adalah penahan tubuh dan menjaga keseimbangan gravitasi dalam berbagai variasi

gerakan. Kaki kerbau memiliki struktur yang kompleks dan terdiri dari tulang,

persendian, ligamenta, otot, dan tendo. Semua komponen tersebut bekerja dalam satu

sistem sehingga kuda dapat melakukan aktifitas gerakannya. Kaki depan lurus sampai

lutut sedangkan kaki belakang agak miring kebelakang dengan warna putih dari lutut

sampai teracak. Pada teracak melebar keluar dan bagian depan lebih panjang dan

besar dari bagian belakang (Mason, 1974).

Anda mungkin juga menyukai