Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dahulu, selama berabad-abad, campak (rubeola, morbili), merupakan


penyakit menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak
tidak umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi
ketimpangan antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan
kesehatan untuk bayi dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan
lebih dari 1 juta kematian setahun disebabkan oleh campak dan
komplikasinya pada anak di Negara berkembang di seluruh dunia.

Menurut data SKRT (1996) insiden campak pada balita sebesar


528/10.000. angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum
program imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15
tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan
insiden campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak
cenderung turun pada ssemua umur. Pada bayi (< 1 tahun) dan anak umur 1-4
tahun terjadi penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14
tahun relative landai.

Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi


yaitu penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap
eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap
eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya
penjamunya adalah manusia.

Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi


klinis dan pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan
keperawatan dari penyakit campak itu sendiri.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan
diagnosa medis campak.
1.2.2 Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
1.2.3 Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
1.2.4 Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
campak.
1.2.5 Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang telah
dibuat pada pasien campak.
1.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.

1.3 Tujuan
1.3.1 Agar Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak
dengan diagnosa medis campak.
1.3.2 Agar Mahasiswa mengetahui pengkajian pada pasien campak.
1.3.3 Agar Mahasiwa mengetahui diagnosa yang muncul pada pasien campak.
1.3.4 Agar Mahasiswa mengetahui intervensi yang dapat diberikan pada pasien
campak.
1.3.5 Agar Mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai intervensi yang
telah dibuat pada pasien campak.
1.3.6 Agar Mahasiswa dapat mengevaluasi pasien campak.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola,
Campak 9 hari) atau dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa);
atau Kerumut (dalam bahasa Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga
dengan Morbili, Measles. (Aru: 2006: 1447)
Morbili adalah Penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, Yaitu stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium
konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak
koplik ( Ilmu Kesehatann Anak Edisi 2, th 1991. Fkui ).
Campak adalah suatu infeksi akut yang sangat menular ditandai oleh
gejala prodormal panas, batuk, pilek, radang mata disertai dengan timbulnya
bercak merah makulopapurer yang menyebar ke seluruh tubuh yang kemudian
menghitam dan mengelupas. (Fanani. 2009: 61-62)

2.2 ETIOLOGI
Cara penularan melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup
percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili/campak. Artinya, seseorang dapat tertular Campak bila menghirup
virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau di mana saja. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam
kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum
gejala muncul.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak
terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-
anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya
dia akan kebal terhadap penyakit ini.

3
Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).

Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:

1. bayi berumur lebih dari 1 tahun


2. bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
3. remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.

2.3 MANIFESTASI KLINIS


1. Inkubasi
Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.
2. Prodromal
Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah
demam, yang terus meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,4o–
40,6oC pada hari ke- 4 atau 5, yaitu pada saat ruam muncul. Gejala lain
yang juga bisa muncul batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan,
stomatitis, dan konjungtivitis.
3. Bercak koplik
Berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dikelilingi eritema
hampir selalu didapatkan pada akhir stadium prodromal. Bercak Koplik ini
muncul pada 1-2 hari sebelum muncul rash (hari ke-3 – 4) dan menghilang
setelah 1-2 hari munculnya rash. Cenderung terjadi berhadapan dengan
molar bawah, terutama molar 3, tetapi dapat menyebar secara tidak teratur
pada mukosa bukal yang lain
4. Erupsi (Rash)
Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu
badan. Ruam ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta
belakang telinga kemudian menyebar dengan cepat pada seluruh muka,
leher, lengan atas dan bagian atas dada pada sekitar 24 jam pertama. Selama
24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung, abdomen, seluruh
lengan, dan paha. Ruam umumnya saling rengkuh sehingga pada muka dan
dada menjadi confluent. Bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak

4
ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini
mungkin tampak sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun
mereka pada dasarnya tampak baik. Selain itu, batuk dan diare menjadi
bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak nafas atau dehidrasi.
Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media,
bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan
muntah, lebih sering pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat
perdarahan ringan pada kulit. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di
sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Dapat pula terjadi sedikit
splenomegali.
Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3, ruam ini mulai menghilang
dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan yang sama
dengan ketika ruam muncul.
kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan
menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang
patognomonik untuk morbili.
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari (referensi lain menyebutkan
sekitar 10-20 hari) setelah terinfeksi, yaitu berupa: - nyeri tenggorokan -
hidung meler - batuk - nyeri otot - demam - mata merah - fotofobia (rentan
terhadap cahaya, silau). Namun, gejala ini tidak semuanya terjadi pada tiap
penderita tergantung dari stamina masing-masing.

Gejala klinis dibagi menjadi 3 stadium, yakni:

1. Stadium awal (prodromal)


Pada stadium awal campak berlangsung sekitar 4-5 hari, ditandai
dengan: panas, lemas (malaise), nyeri otot, batuk, pilek, konjungtivitits,
fotofobia (takut cahaya), diare karena adanya peradangan saluran
pernapasan dan pencernaan.
Pada stadium ini, gejalanya mirip influenza. Namun diagnosa ke
arah Morbili dapat dibuat bila 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil
di mulut bagian dalam (bintik Koplik).di dinding pipi bagian dalam
(mukosa bukalis) dan penderita pernah kontak dengan penderita morbili
dalam 2 minggu terakhir.

5
2. Stadium timbulnya bercak (erupsi)
Pada stadium dua ini dapat ditemukan ruam (kemerahan di kulit)
yang terasa agak gatal, muncul sekitar 2-5 hari setelah stadium awal.
Ditandai dengan: demam meningkat, bercak merah menyebar ke seluruh
tubuh, disertai rasa gatal. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam
kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang
menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di
bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam
menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah
mulai memudar. Selanjutnya gejala tersebut akan menghilang sekitar hari
ketiga. Kadang disertai diare dan muntah.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya
meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu
tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera
menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah
selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada
muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
3. Stadium masa penyembuhan (konvalesen)
Pada stadium ini, gejala-gejala di atas berangsur menghilang. Suhu
tubuh menjadi normal, kecuali ada komplikasi.

2.4 PATOLOGI
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas
di adenoid, tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus
sangat khas, di dalam focus yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan
nucleus multiple. Sel yang mengandung inklusi juga ditemukan di trakea,
bronkus dan bronkiolus. Dengan dikenainya lapisan mukosa saluran
pernapasan ini, maka epitel yang terkena rontok kedalam saluran bersama
dengan makrofag, lender dan debris sel. Eksudat mononuclear peribronkus
meluas keberbagai derajat dengan pola intertisial dan terlihat makrofag di
dinding alveolus.

6
Di kulit, nekrosis hialin dini sel epidermis diikuti oleh eksudasi serum
perivaskuler, proliferasi sel endotel dan nekrosis element epitel. Lesi di daerah
bukal (bintik koplik) terbentuk sebagai nekrosis setempat pada epitel basal
kelenjar sub mukosa, dengan berkumpulnya sel bundar dan pembentukan
vesikel.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi
perivaskuler yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks
lebih dalam. Bedungan perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma
jelas terlihat disekitar vena kecil, yang sel endotelnya membengkak.

2.5 PATOFISIOLOGI
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan
berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan
mengandung virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk
kuman, terjadi periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran
terbatas, diikuti oleh viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan
kesempatan kepada agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara
aktif memperbanyak diri di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang
memanjang terjadi, berkaitan dengan awitan prodromal klinis dan perluasan
virus. Sejak saat itu (kira-kira 9 sampai 10 hari setelah terinfeksi) sampai
permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di seluruh tubuh, terutama di
traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga dapat ditemukan di secret
nasofaring, urine, dan darah. Pasien mungkin menularkan pada orang lain
dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya awitan ruam (kira-kira 14
hari setelah infeksi awal), perbanyakan virus berkurang dan pada 16 hari sulit
menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus bisa menetap selama
beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya eksantema adalah
deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang ditemukan pada
hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan gejala klinis
dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari
kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang
bermigrasi melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis,

7
otitis media, bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal
setempat.
Sebanyak 10% pasien memperlihatkan pleositosis dalam cairan
serebrospinalis dan 50% memperlihatkan kelainan elektroensefalografi di
puncak serangan penyakit. Namun, hanya 0,1% yang memperlihatkan gejala
dan tanda ensefalomielitis. Beberapa hari setelah serangan akut, terlihat
kelainan system saraf pusat, saat serum antibody berlimpah dan virus menular
tidak lagi dapat dideteksi.hal ini diperkirakan ensefalitik autoimun. Pada
pasien SSPE, hilangnya virus campak dari system saraf pusat beberapa tahun
kemudian setelah infeksi campak primer menekankan perlunya penjelasan
lebih lanjut tentang interaksi virus dengan system saraf pusat, baik secara akut
maupun kronis. SSPE bisa disebut sebagai ensefalitis virus campak lambat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang
dikandungnya. Kekebalan ini akan bertahan selama satu tahun pertama setelah
anak dilahirkan. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya
yang berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang
pernah menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.

2.6 KOMPLIKASI
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Namun komplikasi dapat terjadi karena penurunan kekebalan tubuh sebagai
akibat penyakit Campak.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (radang otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
4. Bronkopnemonia (infeksi saluran napas)
5. Otitis Media (infeksi telinga)
6. Laringitis (infeksi laring)
7. Diare

8
8. Kejang Demam (step)

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Serologi
Pada kasus atopic, dapat dilakukan pemeriksaan serologi untuk
memastikannya. Tehnik pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah fiksasi
complement, inhibisi hemaglutinasi, metode antibody fluoresensi tidak
langsung.
2. Patologi anatomi
Pada organ limfoid dijumpai : hyperplasia folikuler yang nyata,
senterum germinativum yang besar, sel Warthin-Finkeldey ( sel datia
berinti banyak yang tersebar secara acak, sel ini memiliki nucleus
eosinofilik dan jisim inklusi dalam sitoplasma, sel ini merupakan tanda
patognomonik campak ). Pada bercak koplik dijumpai : nekrosis, neutrofil,
neovaskularisasi
3. Darah tepi
Jumlah leukosit normal atau meningkat apabila ada komplikasi infeksi
bakteri.
4. Pemeriksaan antibody IgM anti campak.
5. Pemeriksaan untuk komplikasi
Ensefalopati/ensefalitis (dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal,
kadar elektrolit darah dan analisis gas darah), enteritis (feces lengkap),
bronkopneumonia (dilakukan pemeriksaan foto dada dan analisis gas
darah).

2.8 PENATALAKSANAAN
2.8.1 Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular.
Selain itu sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan
gizinya buruk sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia. Pasien campak dengan bronkopnumonia perlu dirawat di
rumah sakit karena memerlukan perawatan yang yang memadai (kadang

9
perlu infuse atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan ialah
kebutuhan nutrisi, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman nyaman,
risiko terjadinya komplikasi.
1. Kebutuhan Nutrisi
Campak menyebabkan anak menderita malaise dan anoreksia.
Anak sering mengeluh mulut pahit sehingga tidak mau makan atau
minum. Demam yang tinggi menyebabkan pengeluaran cairan lebih
banyak. Keadaan ini jika tidak diperhatikan agar anak mau makan
ataupun minim akan menambah kelemahan tubuhnya dan memudahkan
timbulnya komplikasi.
2. Gangguan suhu tubuh
Campak selalu didahului demam tinggi. Demam yang disebabkan
infeksi virus ini pada akhirnya akan turun dengan sendirinya setelah
campaknya keluar banyak, kecuali bila terjadi komplikasi demam akan
tetap berlangsung lebih lama. Untuk menurunkan suhu tubuh biasanya
diberikan antipiretik dan jika tinggi sekali diberiakan sedative untuk
mencegah terjadinya kejang.
3. Gangguan rasa aman nyaman
Gangguan ini dirasakan anak karena adanya demam, tak enak
badan, pusing, mulut terasa pahit dan kadang muntah-muntah. Biasanya
anak juga tidak tahan melihat sinar karena silau, batuk bertambah banyak
dan akan berlangsung lebih lama dari campaknya sendiri. Anak kecil
akan sangat rewel, pada waktu malam anak sering minta digendong saja.
Jika eksantem telah keluar anak akan merasa gatal, hal ini juga
menambah gangguan aman dan kenyamanan anak. Untuk mengurangi
rasa gatal tubuh anak dibedaki dengan bedak salisil 1% atau lainnya (atas
resep dokter). Selama masih demam tinggi jangan dimandikan tetapi
sering-sering dibedaki saja.
4. Resiko terjadinya komplikasi
Campak sering menyebabkan daya tahan tubuh sangat menurun.
Hal ini dapat dibuktikan dengan uji tuberculin yang semula positif
berubah menjadi negative. Ini menunjukkan bahwa antigen antibody

10
pasien sangat kurang kemampuannya untuk bereaksi terhadap infeksi.
Oleh karena itu resiko terjadinya komplikasi lebih besar terutama jika
keadaan umum anak kurang baik, seperti pada pasien dengan malnutrisi
atau dengan penyakit kronik lainya.

2.9 PENCEGAHAN
1. Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat
mengubah gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak.
Anak yang rentan harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah
campak. Bila telah berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat
diandalkan untuk mencegah maupun memodifikasi penyakit. Pasien
dengan campak yang dimodifikasi globulin memperlihatkan gambaran
klinis yang beragam dengan masa tunas memanjang dan berbagai keluhan
dan tanda penyakit campak, tetapi mereka tetap sebagai sumber penular
potensial pada individu yang berkontak dengan mereka. Oleh karena sifat
kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus diikuti oleh
imunisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar
immunoglobulin saat ini sering diberikan untuk pencegahan atau
pengobatan sejumlah gangguan (misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki,
trombositopenia imun, hepatitis B dan profilaksis varisela) interval yang
lebih panjang dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari
3 sampai 11 bulan bergantung pada produk dan jumlah globulin yang
diberikan.
2. Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak
menular dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan
komplikasi neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin
yang dilemahkan menimbulkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi
pada 5 sampai 15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas
atau ketidakmampuan. Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai

11
bentuk bisa terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien
yang divaksinasi. Observasi terus menerus pada anak yang mendapat
vaksin hidup 20 sampai 25 tahun yang lalu memperlihatkan antibody
menetap dan efek protektif yang lebih baik dibandingkan dengan yang
menderita campak secara alami.
a. Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a) Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan
( tipe Edmonston B ).
b) Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus
campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan
garam aluminium ).
b. Dosis dan cara pemakaian
Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang
dilemahkan adalah 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. untuk vaksin
hidup, pemberian dengan 20 TCID50 saja mungkin sudah dapat
memberikan hasil yang baik. Pemberian yang dianjurkan secara
subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secra intramuscular.
Daya proteksi vaksin campak diukur dengan berbagai macam cara.
Salah satu indicator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah
penurunan angka kejadian kasus campak sesudah pelaksanaan
program imunisasi.
c. Reaksi KIPI
Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada
imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian
akibat imunisasi dengan valsin campak dari virus yang dimatikan.
Kejadian KIPI imunisasi campak telah menurun dengan digunakanya
vaksin campak yang dilemahkan. Gejala KIPI berupa demam yan
lebih dari 39,50c yang terjadi pada 5-15% kasus, demam
mulaidijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung
selama 2 hari. Berbeda dengan infeksi alami demam tidak tinggi,

12
walaupun demikian peningkatan suhu tubuh tersebut dapat
merangsang terjadinya kejang demam.
Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan modified measles akibat imunisasi yang terjadi jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi
penyakit alami. Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi
system saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca
diimunisasi.
d. Imunisasi Ulangan
Penelitian di jogyakarta, Ambon, dan Palu oleh Badan Lingkes
Depkes & Kesos mengenai kadar IgG pada 200 anak sekolah per
provinsi pada tahun 1998, menunjukkan status antibody campak
hanya mencapai 71,9% sehingga pada umur 6-11 tahun jumlah anak
yang rentan pada infeksi campak cukup tinggi yaitu 26-32,6%. Atas
dasar penelitian tersebut ulangan imunisasi campak diberikan pada
usia masuk sekolah ( umur 6-7 tahun ) melalui program BIAS.

Imunisasi ulang dianjurkan juga dalam situasi tertentu, misalnya :

a) Mereka yang memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan


terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (
tampak peningkatan insiden kegagalan vaksinasi ). Pada anak-
anak yang memperoleh imunisasi ketika berumur 12-14 bulan
tidak disarankan mengulangi imunisasinya tetapi hal ini bukan
merupakan kontra indikasi.
b) Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus campak,
maka anak SD, SLTP dan SLTA dapat diberikan imunisasi ulang.
c) Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang virusnya
sudah dimatikan (vaksin inaktif).
d) Setiap orang yang pernah memperoleh imunoglobulin.
e) Seseorang tidak dapat menunjukkan catatan imunisasinya.
e. Kontra Indikasi

13
Kontra indikasi imunisasi campak berlaku bagi mereka yang
sedang menderita demam tinggi, sedang memperoleh pengobatan
imunosupresif, hamil, memiliki riwayat alergi, sedang memperoleh
pengobatan immunoglobulin atau bahan-bahan berasal dari darah.

14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari proses
keperawatan yang mempunyai 2 kegiatan pokok yaitu :
1. Pengumpulan Data
a. Anamnese
a) Identitas penderita
Meliputi nama anak, umur : rentan pada anak berumur 1-14 th
dengan status gizi yang kurang dan sering mengalami penyakit
infeksi, jenis kelamin (L dan P pervalensinya sama), suku bangsa, no
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.
b) Keluhan utama
Anak masuk rumah sakit biasanya dengan keluhan adanya eritema
dibelakang telinga, di bagaian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, badan panas, enantema (titik merah)
dipalatum durum dan palatum mole.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Pada anak yang terinfeksi virus campak biasanya ditanyakan pada
orang tua atau anak tentang kapan timbulnya panas, batuk,
konjungtivitis, koriza, bercak koplik dan enantema serta upaya yang
telah dilakukan untuk mengatasinya.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Anak belum pernah mendapatkan vaksinasi campak dan pernah
kontak dengan pasien campak.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Apakah anak belum mendapatkan vaksinasi campak.
f) Riwayat imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya BCG, POLIO
I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.

15
g) Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari. Pembatasan
kalori untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk
pertambahan berat badan ideal menggunakan rumus 8 + 2n.
- Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Gizi buruk kurang dari 60%
2. Gizi kurang 60 % - <80 %
3. Gizi baik 80 % - 110 %
4. Obesitas lebih dari 120 %
h) Riwayat tumbuh kembang anak.
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam
kilogram mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun )
x 2 + 8. Tapi ada rata-rata BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada
usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7 kg. Untuk anak usia
pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti
meter menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun
) x 6 + 77.Tapi ada rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3
tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5 tahun 110 cm. Rata-rata
pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5 cm/tahun.Pada anak
usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.
b. Tahap perkembangan.
Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa
bersalah.Anak punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika
anak dimarahi atau diomeli maka anak merasa bersalah dan
menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu percobaan yang
menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
Perkembangan psikosexsual (Sigmund Freud) : Berada pada fase
oedipal/ falik (3-5 tahun). Biasanya senang bermain dengan anak
berjenis kelamin berbeda. Oedipus komplek (laki-laki lebih dekat

16
dengan ibunya) dan Elektra komplek (perempuan lebih dekat ke
ayahnya).
1. Perkembangan kognitif (Piaget) : Berada pada tahap
preoperasional yaitu fase preconseptual (2-4 tahun) dan fase
pemikiran intuitive (4- 7 tahun). Pada tahap ini kanan-kiri
belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep waktu
belum benar dan magical thinking.
2. Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu
mulai melakukan kebiasaan prososial : sharing, menolong,
melindungi, memberi sesuatu, mencari teman dan mulai bisa
menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut oleh keluarga.
3. Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan
keagamaan dari ortu atau guru dan belajar yang benar – salah
untuk menghindari hukuman.
4. Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek,
pendek-tinggi, baik-nakal, bermain sesuai peran jenis
kelamin, membandingkan ukuran tubuhnya dengan
kelompoknya.
5. Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “Individuation–
Separation“. Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya
terutama pada orang yang tak di kenal dan sudah bisa
mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
6. Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih
dari 2100 kata pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa
merangkai 3-4 kata menjadi kalimat. Sudah bisa menamai
objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan
perintah sederhana.
7. Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan
permintaannya, lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa

17
orang lain mempunyai pemikiran juga, dan mulai menyadari
bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
8. Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang
lain yang mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan
dengan pertumbuhan fisik dan kemampuan motorik halus
yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda dengan
roda tiga.
b. Pemeriksaan fisik ( had to toe )
a) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, tinggi badan, berat badan,
dan tanda-tanda vital.
b) Kepala dan leher
- Inspeksi : Kaji bentuk kepala, keadan rambut, kulit kepala,
konjungtivitis, fotofobia, adakah eritema dibelakang telinga, di
bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah.
- Palpasi : adakah pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan didaerah leher belakang,
c) Mulut
- Inspeksi : Adakah bercak koplik di mukosa bukalis berhadapan
dengan molar bawah, enantema di palatum durum dan palatum
mole, perdarahan pada mulut dan traktus digestivus.
d) Toraks
- Inspeksi : Bentuk dada anak, Adakah batuk, secret pada
nasofaring, perdarahan pada hidung. Pada penyakit campak,
gambaran penyakit secara klinis menyerupai influenza.
- Auskultasi : Ronchi / bunyi tambahan pernapasan.
f) Abdomen
- Inspeksi : Bentuk dari perut anak. Ruam pada kulit.
- Auskultasi: Bising usus.
- Perkusi : Perkusi abdomen hanya dilakukan bila terdapat tanda
abnormal, misalnya masa atau pembengkakan.

18
e) Kulit
- Inspeksi : Eritema pada kulit, hiperpigmentasi, kulit bersisik.
- Palpasi : Turgor kulit menurun

2. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokkan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokkan data
dibedakan atas data subyektif objektif. Data yang telah dikelompokkan
tadi dianalisa sehingga dapat diambil kesimpulan tentang masalah
keperawatan dan kemungkinan penyebab.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Penilaian klinis tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap
proses kehidupan / masalah kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien campak adalah sebagai berikut :
1. Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
2. Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan mengeluarkan secret
b/d penumpukan secret pada nasofaring.
3. Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.
4. Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.
5. Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.
6. Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d keadaan umum
anak kurang baik.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Diagnosa I
Gangguan termoregulasi b/d penyakit yang dialami.
Tujuan : pemeliharaan ( mempertahankan ) suhu tubuh dalam rentang
yang normal.
Dengan criteria hasil :
a. Suhu tubuh anak dalam rentang yang normal.
b. Anak bebas dari demam.

19
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Monitor perubahan suhu tubuh, Sebagai pengawasan terhadap adanya
denyut nadi. perubahan keadaan umum pasien sehingga
dapat diakukan penanganan dan perawatan
secara cepat dan tepat.

2 Lakukan tindakan yang dapat Upaya – upaya tersebut dapat membantu


menurunkan suhu tubuh sperti menurunkan suhu tubuh pasien serta
lakukan kompres, berikan meningkatkan kenyamanan pasien.
pakaian tipis dalam
memudahkan proses
penguapan.
3 Libatkan keluarga dalam Meningkatkan rasa nyaman anak.
perawatan serta ajari cara
menurunkan suhu dan
mengevaluasi perubahan suhu
tubuh.
4 Kaji sejauh mana pengetahuan Mengetahui kebutuhan infomasi dari
keluarga dan anak tentang pasien dan keluarga mengenai perawatan
hypertermia pasien dengan hypertemia.

5 Kolaborasi dengan dokter Antipiretik menurunkan/mempertahankan


dengan memberikan antipiretik suhu tubuh anak.
dan antibiotic sesuai dengan
ketentuan.

2. Diagnose II Ketidak efektifan jalan napas : ketidak mampuan


mengeluarkan secret b/d penumpukan secret pada nasofaring.
Tujuan : bersihan jalan napas efektif
Dengan criteria hasil :

20
a. Tidak mengalami aspirasi
b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara
dalam paru.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Kaji fungsi pernapasan, contoh Ronci, mengi menunjukkan akumulasi
bunyi napas, kecepatan, irama secret/ ketidakmampuan untuk
dan kedalaman dan penggunaan membersihkan jalan napas yang dapat
otot aksesori. menimbulkan penggunaan otot aksesori
pernapasan dan peningkatan kerja
pernapasan.
2 Catat kemampuan untuk batuk Pengeluaran secret sulit bila secret sangat
efektif. tebal ( mis. Efek infeksi dan atau tidak
adekuat hidrasi ).
3 Berikan posisi semi fowler Posisi membantu memaksimalkan
tinggi. Bantu klien untuk batuk ekspansi paru dan menurunkan upaya
dan latihan napas dalam. pernapasan.
4 Bersihkan secret dari mulut dan Mencegah obstruksi atau aspirasi.
trakea ; pengisapan sesuai Pengisapan dilakukan bila klien tidak
keperluan. mampu mengeluarkan secret.
5 Pertahankan masukan cairan Pemasukan tinggi cairan membantu untk
mengencerkan secret.
6 Berikan lingkungan yang aman Meningkatkan kenyamanan untuk anak

3. Diagnose III Kerusakan integritas kulit b/d infeksi virus morbili.


Tujuan : keutuhan structural dan fungsi fisiologis dari kulit dan membrane
mukosa.
Dengan criteria hasil :
a. Terbebas dari adanya lesi jaringan.
b. Suhu, elastisitas, hidrasi dan warna jaringan dalam rentang yang
diharapkan.

21
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau kulit dari adanya: ruam Mengetahui perkembangan penyakit dan
dan lecet, warna dan suhu, mencegah terjadinya komplikasi melalui
kelembaban dan kekeringan deteksi dini pada kulit.
yang berlebih, area kemerahan
dan rusak.
2 Mandikan dengan air hangat dan Mempertahankan kebeersihan tanpa
sabun ringan mengiritasi kulit.
3 Dorong klien untuk menghindari Membantu mencegah friksi / trauma
menggaruk dan menepuk kulit. kulit.
4 Balikkan atau ubah posisi Meningkatkan sirkulasi dan mencegah
dengan sering tekanan pada kulit / jaringan yang tidak
perlu.
5 Ajarkan anggota keluarga / Mengetahui terjadinya infeksi /
memberi asuhan tentang tanda komplikasi lebih cepat.
kerusakan kulit, jika diperlukan.
6 Konsultasi pada ahli gizi tentang Perbaikan nutrisi klien agar terhindar
makanan tinggi protein, mineral, dari infeksi karena kulit dapat menjadi
kalori dan vitamin. barier utama yang dapat memperberat
kondisi anak.

4. Diagnose IV Kekurangan volume cairan tubuh b/d demam, diare, muntah.


Tujuan : intike cairan seimbang, keseimbangan volume cairan dalam
tubuh.
Dengan criteria hasil :
a. Memperlihatkan tidak adanya tanda dan gejala kekurangan volume
cairan.

22
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Pantau berat badan, suhu, Mengontrol keseimbangan output.
kelembaban pada rongga oral,
volume konsentrasi urin.
2 Ukur berat jenis urine Menunjukkan status hidrasi dan
perubahan pada fungsi ginjal, yang
mewaspadakan terjadinya gagal ginjal
akut pada respon terhadap hipovolemia.
3 Observasi kulit/membrane Hipovolemia, perpindahan cairan dan
mukosa untuk kekeringan, kekurangan nutrisi memperburuk turgor
turgor. kulit.
4 Hilangkan tanda bau dari Menurunkan rangsangan pada gaster dan
lingkungan respon muntah.
5 Ubah posisi dengan sering, Adanya gangguan sirkulasi cenderung
berikan perawatan kulit dengan merusak kulit.
sering dan pertahankan tempat
tidur kering dan bebas lipatan.
6 Berikan : Menarik minat anak agar mau minum
a. Bentuk-bentuk cairan yang banyak.
menarik ( sari buah, sirup tanpa
es, susu )

5. Diagnose V Gangguan rasa aman dan nyaman b/d rasa gatal.


Tujuan : anak merasa nyaman
Dengan criteria hasil :
a. Anak dapat beristirahat dengan nyaman.
b. Rewel berkurang.
Intervensi :

23
No Intervensi Rasional
1 Tubuh anak dibedaki dengan Mengurangi rasa gatal.
bedak salisil 1% atau lainya (
atas resep dokter )
2 Tidurkan anak ditempat yang Mencegah silau dan menambah
agak jauh dari lampu ( jangan kenyamanan anak.
tepat dibwah lampu )

6. Diagnose VI Resiko terjadinya komplikasi : bronkopneumonia b/d


keadaan umum anak kurang baik.
Tujuan : mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi, mempercepat
penyembuhan.
Dengan criteria hasil :
a. Anak bisa sembuh tanpa keluhan tambahan
b. Penyakit anak tidak bertambah parah.
Intervensi
No Intervensi Rasional
1 Cuci tangan sebelum dan Mengurangi risiko kontaminasi silang.
sesudah kontak perawatan
dilakukan. Intruksikan klien /
orang terdekat untik memcuci
tangan sesuai indikasi
2 Berikan lingkungan yang bersih Mengurangi pathogen pada system imun
dan berventilasi baik. dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial.
3 Diskusikan tingkat dan rasional Meningkatkan kerja sama dengan cara
isolasi pencegahan dan hidup dan mengurangi rasa terisolasi.
mempertahankan kesehatan
pribadi.
4 Pantau tanda-tanda vital Memberikan informasi data-data dasar,
awian atau peningkatan suhu secara

24
berulang-ulang dari demam yang terjadi
untuk menunjukkan bahwa tubuh
bereaksi pada proses infeksi.
5 Kaji frekuensi /kedalaman Kongesti / distress pernapasan dapat
pernapasan, perhatikan batuk mengindikasikan perkembangan PCP,
spasmodic kering pada inspirasi penyakit yang umum terjadi.meskipun
dalam, perubahan karakteristik demikian, TB paru mengalami
sputum dan adanya mengi atau peningkatan dan infeksi jamur lainnya,
ronchi. Lakukan isolasi viral, dan bakteri yang dapat terjadi yang
pernapasan bila etiologi batuk membahayakan system pernapasan.
produktif tidak diketahui.
6 Ubah sikap baring beberapa kali Mencegah penyebaran infeksi bertambah
sehari dan berikan bantal utnuk parah dan mencegah terjadinya
meninggikan kepala dekubitus.
7 Dudukkan anak pada waktu Mencegah aspirasi
minum
8 Berikan obat yang tepat Mencegah penyakit bertambah parah
9 Bawa berobat kembali jika anak Untuk menentukan tindakan pengobatan
terlihat selalu tidur, tidak mau selanjutnya.
makan minum, semakin lemah,
suhu tetap tinggi, kesadaran
menurun.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan
380c atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala
seperti flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4
hari kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan
tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak
seperti bersisik.
Pada anak sehat dan cukup gizi, campak biasanya tidak menjadi masalah
serius. Dengan istirahatyang cukup dan gizi yang baik, penyakit campak (
pada kasus ringan ) dapat sembuh dengan cepat tanpa menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Namun, bila anak dalam kondisi yang yang tidak
sehat dapat menyebebkan kematian pada anak.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik
yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi
ayng timbul.
Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan
imunisasi campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).

4.2 Saran
Mengingat bahwa penyakit campak merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang angka mordibilitasnya masih tinggi, maka penulis
menyarankan untuk semua perawat jika menemukan kasus campak
secepatnya dirujuk ke rumah sakit ssehingga anak secepatnya
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang lebih baik. Untuk lebih

26
mengetahui perkenbangan anak, hendaknya perawat mengunakan asuhan
keperawatan secara tepat.
Penulis menyarankan keluarga untuk tanggap dan ikut serta dalam
perawatan anak serta memperhatikan status gizi anak jika anak terkena
penyakit campak tidak akan berdampak buruk bagi kondisi ana

27
DAFTAR PUSTAKA

Hasan,R.2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Bagian


Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta
: Salemba Medika.
Ranuh, I.G.N, Dkk. 2001. Buku Imunisasi Di Indonesia. Jakarta: Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Rodolfh.Dkk. 2006. Buku Ajar Pediatri Rodolfh Edisi 20 Volum I. Jakarta
:EGC Santosa,B. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.
Jakarta : Prima Medika.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen4 halaman
    Bab I
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Bukti Konsultasi
    Bukti Konsultasi
    Dokumen1 halaman
    Bukti Konsultasi
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Buku Tamu
    Buku Tamu
    Dokumen3 halaman
    Buku Tamu
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • BIODATA Mas
    BIODATA Mas
    Dokumen7 halaman
    BIODATA Mas
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • SAP
    SAP
    Dokumen9 halaman
    SAP
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • COVER Keluarga
    COVER Keluarga
    Dokumen1 halaman
    COVER Keluarga
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pramuka
    Proposal Pramuka
    Dokumen4 halaman
    Proposal Pramuka
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi SAP
    Hipertensi SAP
    Dokumen8 halaman
    Hipertensi SAP
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Cover AF
    Cover AF
    Dokumen4 halaman
    Cover AF
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Glukosa Hiperglikemia
    Glukosa Hiperglikemia
    Dokumen15 halaman
    Glukosa Hiperglikemia
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Hipertensi Tidk Boleh
    Hipertensi Tidk Boleh
    Dokumen2 halaman
    Hipertensi Tidk Boleh
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Payudara
    Payudara
    Dokumen3 halaman
    Payudara
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Huril Keluarga
    Huril Keluarga
    Dokumen27 halaman
    Huril Keluarga
    Huril Ainiah
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Campak
    Cover LP Campak
    Dokumen2 halaman
    Cover LP Campak
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • LP Post Partum
    LP Post Partum
    Dokumen24 halaman
    LP Post Partum
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    nur mutmainnah
    Belum ada peringkat
  • Simpan
    Simpan
    Dokumen16 halaman
    Simpan
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Infus
    Infus
    Dokumen7 halaman
    Infus
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR IS1 Hipertiroid
    DAFTAR IS1 Hipertiroid
    Dokumen2 halaman
    DAFTAR IS1 Hipertiroid
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • LP Pelvis
    LP Pelvis
    Dokumen20 halaman
    LP Pelvis
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • LP SC
    LP SC
    Dokumen15 halaman
    LP SC
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Infus
    Infus
    Dokumen7 halaman
    Infus
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Huril Keluarga
    Huril Keluarga
    Dokumen27 halaman
    Huril Keluarga
    Huril Ainiah
    Belum ada peringkat
  • Inter Vens I
    Inter Vens I
    Dokumen8 halaman
    Inter Vens I
    Rika Sugihartini
    Belum ada peringkat
  • Anemia Wirda
    Anemia Wirda
    Dokumen18 halaman
    Anemia Wirda
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Patway Pelvis
    Patway Pelvis
    Dokumen2 halaman
    Patway Pelvis
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Patway Pelvis
    Patway Pelvis
    Dokumen2 halaman
    Patway Pelvis
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Ca Buli Ruang 19
    Ca Buli Ruang 19
    Dokumen11 halaman
    Ca Buli Ruang 19
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Askep Ca Prostat
    Askep Ca Prostat
    Dokumen23 halaman
    Askep Ca Prostat
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat
  • Aloo Wirda
    Aloo Wirda
    Dokumen20 halaman
    Aloo Wirda
    Wiwin Wintry Andriati
    Belum ada peringkat