Anda di halaman 1dari 17

BAB V

INTEGRASI NASIONAL DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

A. Kebhinnekaan Bangsa Indonesia

Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrwa maksudnya adalah berbeda-beda tetapi satu jua, tak
ada hukum yang bersifat mendua. Artinya walaupun bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam Suku
Bangsa, Agama, Ras, Antar golongan (SARA), Bahasa, Budaya tetapi merupakan satu kesatuan bangsa
yaitu Bangsa Indonesia. Satu bangsa, satu bahasa, satu tanah air, satu hukum nasional, yaitu Indonesia.
Walaupun bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, beranekaragam bahasa,
berlainan agama tetapi mereka patuh dan tunduk pada hukum yang satu yaitu Hukum Nasional
Indonesia.

Alat-alat pemersatu bangsa Indonesia, yakni:

a. Dasar Negara Pancasila

b. Bendera Merah Putih sebagai bendera kebangsaan

c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa persatuan

d. Lambang Negara Burung Garuda

e. Semboyan Bhinneka tunggal Ika

f. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya

g. Lagu-lagu perjuangan

Indonesia merupakan Negara yang sangat rentan akan terjadinya perpecahan dan konflik. Hal ini
disebabkan Indonesia adalah negara dengan keberagaman suku, etnik, budaya, agama serta
karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya. Indonesia merupakan negara yang memiliki
keistimewaan keanekaragaman budaya, suku, etnik, bahasa, dan sebagainya dibandingkan dengan
negara lain. Oleh karena itu keberagaman ini jangan dijadikan alasan untuk memperlemah rasa
persatuan dan kesatuan bangsa tetapi justru harus menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam di setiap warga negara
Indonesia.

Persatuan dalam keberagaman memiliki arti yang sangat penting. Persatuan dalam keberagaman harus
dipahami oleh setiap warga masyarakat agar dapat mewujudkan hal-hal sebagai berikut.

a. Kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang.

b. Pergaulan antarsesama yang lebih akrab.


c. Perbedaan yang ada tidak menjadi sumber masalah.

d. Pembangunan berjalan lancar.

Untuk menjaga komitmen persatuan, perlu adanya toleransi yang tinggi antarkebudayaan. Sikap saling
menghargai antargolongan, mengenali, dan mencintai budaya lain adalah hal yang perlu dibudayakan.
Contoh nyata implementasi hal tersebut adalah dengan mempertunjukkan tarian suku-suku yang ada di
Indonesia. Dengan demikian, setiap suku mempunyai rasa simpati satu sama lain

Contoh sikap dan perilaku yang mencerminkan komitmen persatuan dalam kehidupan sehari-hari

- Saling menghormati, mengahargai antar suku bangsa yang berbeda

- Saling toleransi antar pemeluk agama yang berlainan

- Tidak menghina terhadap teman yang berbeda SARA

B. Pentingnya Integrasi Nasional dan Faktor Pembentuk Integrasi nasional

Pengertian Integrasi Nasional

- Integrasi nasional berasal dari dua kata, yaitu “integrasi” dan “nasional”. Integrasi berasal dari
bahasa Inggris, integrate, artinya menyatupadukan, menggabungkan, mempersatukan

- Integrasi nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan perbedaan yang ada pada
suatu negara sehingga terciptanya keserasian dan keselarasan secara nasional.

- Kamus Besar Bahasa Indonesia, integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang
bulat dan utuh. Kata Nasional berasal dari bahasa Inggris, nation yang artinya bangsa. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, integrasi nasional mempunyai arti politis dan antropologis.

a. Secara Politis

Integrasi nasional secara politis berarti penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam kesatuan
wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.

b. Secara Antropologis

Integrasi nasional secara antropologis berarti proses penyesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan
yang berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat

Syarat-syarat keberhasilan integrasi di suatu negara sebagai berikut :


a. Anggota-anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan
satu dengan lainnya.

b. Terciptanya kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma-norma dan nilai-nilai sosial yang
dilestarikan dan dijadikan pedoman

c. Norma-norma dan nilai-nilai sosial dijadikan aturan baku dalam melangsungkan proses integrasi
sosial.

Faktor-faktor pendorong, pendukung dan penghambat Integarsi Nasional

a. Faktor pendorong tercapainya integrasi nasional

1) Adanya rasa senasib dan seperjuangan yang diakibatkan oleh faktor sejarah

2) Adanya ideologi nasional yang tercermin dalam simbol negara yaitu Garuda Pancasila dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika

3) Adanya tekad serta keinginan untuk bersatu dikalangan bangsa indonesia seperti yang dinyatakan
dalam Sumpah Pemuda.

4) Adanya ancaman dari luar yang menyebabkan muncul semangat nasionalisme dikalangan bangsa
Indonesia.

b. Faktor pendukung integrasi nasional

1) Penggunaan bahasa Indonesia

2) Adanya semangat persatuan dan kesatuan dalam suatu bangsa, bahasa, dan tanah air Indonesia

3) Adanya kepribadian dan pandangan hidup kebangsaan yang sama, yaitu Pancasila.

4) Adanya jiwa dan semangat gotong royong, solidaritas, dan toleransi keagamaan yang kuat.

5) Adanya rasa senasib sepenanggungan akibat penjajahan yang diderita.

c. Faktor penghambat integrasi nasional

1) Kurangnya penghargaan terhadap kemajemukan yang bersifat heterogen

2) Kurangnya toleransi antargolongan

3) Kurangnya kesadaran dari masyarakat indonesia terhadap ancaman, gangguan dari luar

4) Adanya ketidakpuasan terhadap ketimpangan dan ketidakmerataan hasil-hasil pembangunan

C. Tantangan dalam Menjaga Keutuhan NKRI

Tujuan nasional merupakan kepentingan nasional yang abadi dan menjadi acuan dalam merumuskan
tujuan pertahanan negara, yang ditempuh dengan tiga strata pendekatan.
1) Strata mutlak, dilakukan dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan
keselamatan bangsa Indonesia.

2) Strata penting, dilakukan dalam menjaga kehidupan demokrasi politik dan ekonomi, keharmonisan
hubungan antar suku, agama, ras dan golongan (SARA), penghormatan hak asasi manusia dan
pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup dan

3) Strata pendukung, dilakukan dalam upaya turut memelihara ketertiban dunia.

Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) :

1) Ancaman adalah usaha yang bersifat mengubah atau merombak kebijaksanaan yang dilakukan
secara konsepsional melalui tindak kriminal dan politis.

2) Tantangan adalah hal atau usaha yang bertujuan untuk menggugah kemampuan.

3) Hambatan adalah Usaha yang berasal dari diri sendiri yang bersifat atau bertujuan untuk
melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.

4) Gangguan adalah hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat atau bertujuan melemahkan
atau menghalangi secara tidak konsepsional (tidak terarah).

- Ancaman militer adalah ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang
dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer dapat berasal dari luar negeri maupun dari luar negeri.

Beberapa macam ancaman dan gangguan pertahanan dan keamanan negara :

a. Dari luar negeri

1) Agresi

2) Pelanggaran wilayah oleh negara lain

3) Spionase (mata-mata)

4) Sabotase

5) Aksi terror dari jaringan internasional.

b. Dari dalam negeri

1) pemberontakan bersenjata

2) konflik horizontal

3) aksiteror dari dalam negeri

4) sabotase dari dalam negeri

5) Aksi kekerasan yang berbau SARA


6) Gerakan separatis pemisahan diri membuat Negara baru

7) Pengrusakan lingkungan.

- Ancaman non militer adalah ancaman yang tidak menggunakan senjata tetapi jika di biarkan akan
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa dan
negara Contohnya penyalahgunaan narkoba, korupsi

D. Peran Serta Warga Negara dalam Menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (Menurut UU Nomor 3
Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang Pertahanan Negara) Bukan hanya sebagai kewajiban dasar manusia,
tetapi juga merupakan kehormatan warga negara sebagai wujud pengabdian dan rela berkorban kepada
bangsa dan negara

Ada beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara :

a. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan


Rakyat.

c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam
Negara RI. Diubah oleh Undang-UndangRepublik Indonesia Nomor 1 Tahun 1988.

d. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.

e. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.

f. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 Pasal 30 Ayat (1) dan (2):
“Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara
dilaksanakan melalui system pemerintahan dan keamanan rakyat semesta oleh TNI dan Kepolisian
sebagai komponen utana, dan rakyat sebagai komponen pendukung”. Adapula pada Pasal 27 Ayat (3):
“Bahwa tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara”.

g. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara ayat 1:
“Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
Penyelenggaraan Pertahanan Negara”; ayat 2: “Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela negara
dimaksud ayat 1 diselenggarakan melalui:

1) Pendidikan Kewarganegaraan

2) Pelatihan dasar kemiliteran


3) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib

4) Pengabdian sesuai dengan profesi.

Pembelaan Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan, kesadaran,
keikhlasan dan ketulusan dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, menjaga harkat dan
martabat bangsa, mempertahankan keutuhan NKRI serta wewujudkan cita-cita dan tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

- Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945: “Tiap-tiapiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan Negara”.

- Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945: “Setiap Warga Negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara”.

Contoh bentuk usaha pembelaan negara oleh warga negara :

- Mengikuti ronda malam (siskamling)

- Pelatihan dasar kemiliteran

- Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib

- Pengabdian sesuai dengan profesi

Bela negara yang bisa dilakukan oleh para siswa di sekolah :

- Pendidikan Kewarganegaraan

- Mengikuti organisasi yang menerapkan dasar-dasar kemiliteran, seperti Pramuka, Patroli Keamanan
Sekolah (PKS), Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), dan organisasi
lainnya.

BAB VI

ANCAMAN TERHADAP NEGARA DALAM BINGKAI BHINNEKA TUNGGAL IKA

A. Ancaman terhadap Integrasi nasional

Negara Indonesia berada pada posisi silang dunia yang sangat strategis, baik dari aspek kewilayahan
maupun aspek kehidupan sosial :

- Aspek kewilayahan :

Indonesia diapit oleh dua benua, yaitu Asia dan Australia serta dua Samudra, yaitu samudra Hindia dan
Pasifik
- Aspek kehidupan kehidupan sosial :

Indonesia diapit oleh negara berpenduduk padat (utara) dan jarang (selatan), ideologi komunisme dan
liberalisme, demokrasi rakyat dan demokrasi liberal, ekonomi sosialis (utara) dan ekonomi kapitalis
(selatan), masyarakat sosialis dan masyarakat individualis, kebudayaan timur dan kebudayaan barat,
sistem pertahanan continental (pakta warsawa) dan sistem pertahanan maritim (NATO)

1. Ancaman Militer

Ancaman adalah segala sesuatu yang membahayakan kedaulatan nasional, kepribadian bangsa,
keutuhan wilayah negara dan keselamatan bangsa dan negara, serta kehidupan demokrasi di Indonesia

Contoh ancaman militer :

a. agresi/invansi

b. sabotase

c. spionase

d. pelanggaran wilayah oleh negara lain,

e. pemberontakan bersenjata,

f. gerakan separatis bersenjata,

g. aksi teror bersenjata,

2. Ancaman Non Militer

Contoh ancaman non militer :

a. ancaman di bidang ideologi : paham komunis, zionis, liberalisasi

b. ancaman di bidang politik : adanya intimidasi, provokasi, blokade politik (eksternal), adanya
separatisme, pergerakan masa, aksi radikal, teroris (internal)

c. ancaman di bidang ekonomi : free fight liberalism, etatisme, monopoli

d. ancaman di sosial budaya : adanya budaya konsumtif, hedonisme, individualisme, westernisasi, KKN,
narkoba

3. Strategi dalam mengatasi Ancaman Militer dan Non Militer

a. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Militer

Sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta pada hakikatnya merupakan segala upaya menjaga
pertahanan dan keamanan negara dan seluruh rakyat serta segenap sumber daya nasional, sarana dan
prasarana nasional serta seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan yang utuh dan
menyeluruh
Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman militer adalah

1) memperkuat sishankamrata, yaitu dengan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen


utama (TNI dan POLRI) , komponen cadangan (Sumber daya manusia, alam dan buatan) dan komponen
pendukung (rakyat)

2) mendayagunakan dan mengerahkan seluruh kekuatan nasional dengan pertahanan berlapis yang
diwujudkan melalui fungsi-fungsi diplomasi dan perlawanan tanpa senjata

UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 :

Pasal 27 ayat (3) “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”

Pasal 30 ayat (1) “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”

b. Strategi dalam Mengatasi Ancaman Non Militer

Strategi bangsa Indonesia menghadapi ancaman non militer, yaitu ancaman dalam bidang ideologi,
politik, ekonomi, dan sosial budaya) adalah :

1) memperkokoh 4 pilar negara : Pancasila, UUD Negara RI 1945, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI ,
memperkuat rasa nasionalisme dan patriotisme (ideologi)

2) penegakkan demokrasi, kebebasan, keterbukaan, HAM, supremasi hukum (politik)

3) memperkuat sistem ekonomi kerakyatan, memperkuat produk dan pasar domestik,


memprioritaskan pertanian, tidak tergantung pada IMF, WTO (ekonomi)

4) meningkatkan iman dan taqwa warga negara, keselarasan pundamental antara manusia – Tuhan –
alam – masyarakat, gerakan ‘aku cinta Indonesia’ (sosial budaya)

Ideologi Pancasila tidak bisa dikatakan aman dari berbagai macam ancaman dalam pengimplementasian
nilai-nilainya di masyarakat, karena pengaruh arus globalisasi melalui media informasi dan komunikasi
antara lain ideologi liberalis, komunis dan sikap individualis, hedonis, materialistis, konsumeristis. Oleh
karena itu, Pancasila harus menjadi landasan ideologi, falsafah, etika moral, serta alat pemersatu
bangsa.

B. Ancaman di Bidang Poleksosbudhamkam

Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai
membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.
Ancaman non-militer atau nirmiliter memiliki karakteristik yang berbeda dengan ancaman militer, yaitu
tidak bersifat fisik serta bentuknya tidak terlihat seperti ancaman militer, karena ancaman ini
berdimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, teknologi, informasi serta keselamatan umum.
Berikut ini berbagai ancaman bagi bangsa

1. Ancaman di Bidang Ideologi

- paham komunis dan zionis

- pengaruh liberalisme, globalisasi

2. Ancaman di Bidang Politik

- intimidasi, provokasi dan blokade politik terhadap Indonesia

- pengerahan masa untuk menumbangkan pemerintahan yang berkuasa

- menggalang kekuatan politik untuk melemahkan kekuasaan pemerintahan

- ancaman separatisme, provinsialisme

3. Ancaman di Bidang Ekonomi

- perdagangan dan pasar bebas dengan adanya penghapusan seluruh batasan dan hambatan
terhadap arus modal, barang dan jasa

- penguasaan ekonomi oleh pihak aseng dan asing

- pencabutan subsidi pada sektor ekonomi kerakyatan

- free fight liberalism, etatisme dan monopoli

4. Ancaman di Bidang Sosial Budaya

- gaya hidup konsumeristik, materialistik dan individualistik

- sifat hedonisme dan gejala westernisasi

- isu kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan, dan ketidakadilan. Isu tersebut menjadi titik pangkal
timbulnya permasalahan, seperti premanisme, separatisme, terorisme, kekerasan, dan bencana akibat
perbuatan manusia. Isu tersebut akan mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, nasionalisme, dan
patriotisme.

5. Ancaman di Bidang Hankam

- masalah teror dan konflik SARA

- lemahnya penerapan, penegakkan hukum dan keadilan.

C. Peran serta masyarakat untuk mengatasi Berbagai Ancaman dalam Membangun Integrasi nasional

Kesadaran adalah sikap yang tumbuh dari kemauan diri yang dilandasi hati ikhlas tanpa ada tekanan dari
luar. Konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri yang tumbuh dari
kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas / rela tanpa tekanan dari luar untuk bertindak
yang umumnya dalam upaya mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya

Peran serta masyarakat untuk mengatasi berbagai ancaman dalam membangun integrasi nasional di
antaranya adalah sebagai berikut.

1) Tidak membeda-bedakan keberagaman misalnya pada suku, budaya, daerah dan sebagainya

2) Menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan dan agama yang dianutnya

3) Membangun kesadaran akan pentingnya integrasi nasional

4) Melakukan gotong royong dalam rangka peningkatan kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara

5) Menggunakan segala fasilitas umum dengan baik

6) Mau dan bersedia untuk berkerja sama dengan segenap lapisan atau golongan masyarakat

7) Merawat dan memelihara lingkungan bersama-sama dengan baik

8) Bersedia memperoleh berbagai macam pelayanan umum secara tertib.

9) Menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah terjadinya pencemaran lingkungan.

10) Mengolah dan memanfaatkan kekayaan alam guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

11) Menjaga keamanan wilayah negara dari ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam negeri.

12) Memberi kesempatan yang sama untuk merayakan hari besar keagamaan dengan aman dan nyaman

13) Berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan dalam masyarakat dan pemerintah

14) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa

15) Bersedia untuk menjaga keutuhan negara kesatuan republik Indonesia..

Kebhinekaan yang terjadi di Indonesia merupakan sebuah potensi sekaligus tantangan. Dikatakan
sebagai sebuah potensi, karena hal tersebut akan membuat bangsa kita menjadi bangsa yang besar dan
memiliki kekayaan yang melimpah baik kekayaan alam maupun kekayaan budaya yang dapat menarik
minat para wisatawan asing untuk mengunjungi Indonesia. Kebhinekaan bangsa Indonesia juga
merupakan sebuah tantangan bahkan ancaman, karena dengan adanya kebhinekaan tersebut mudah
membuat penduduk Indonesia berbeda pendapat yang lepas kendali, mudah tumbuhnya perasaan
kedaerah yang amat sempit yang sewaktu-waktu bisa menjadi ledakan yang akan mengancam integrasi
nasional atau persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, segenap warga negara mesti
mewaspadai segala bentuk ancaman yang dapat memecah belah bangsa Indonesia dengan senantiasa
mendukung segala upaya atau strategi pemerintah dalam mengatasi berbagai acaman tersebut.
Invasi pada dasarnya merupakan bentuk agresi yang berskala paling besar dengan menggunakan
kekuatan militer bersenjata yang dikerahkan untuk menyerang dan menduduki wilayah Indonesia.
Bangsa Indonesia pernah merasakan pahitnya diinvasi atau diserang oleh Belanda yang ingin kembali
menjajah Indonesia sebanyak dua kali, yaitu 21 Juli 1947 dan 19 Desember 1948.

BAB VII

WAWASAN NUSANTARA DALAM KONTEKS NKRI

A. Wawasan Nusantara

1. Pengertian Wawasan Nusantara

Secara etimologis, Wawasan Nusantara berasal dari kata wawasan dan Nusantara. Wawasan berasal
dari kata wawas (bahasa jawa) yang berarti pandangan, tinjauan dan penglihatan indrawi. Jadi wawasan
adalah pandangan, tinjauan, penglihatan, tanggap indrawi. Wawasan berarti pula cara pandang dan cara
melihat. Nusantara berasal dari kata nusa dan antara. Nusa artinya pulau atau kesatuan kepulauan.
Antara artinya menunjukkan letak antara dua unsur. Jadi Nusantara adalah kesatuan kepulauan yang
terletak antara dua benua, yaitu benua Asia dan Australia, dan dua samudra, yaitu samudra Hindia dan
Pasifik. Berdasarkan pengertian modern, kata “Nusantara” digunakan sebagai pengganti nama
Indonesia.

Wawasan Nusantara sebagai geopolitik Indonesia adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Sedangkan terminologis, wawasan menurut beberapa pendapat sebagai berikut.

a. Menurut Prof. Wan Usman, “Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai
diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang beragam.”

b. Menurut GBHN 1998, Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya, dengan dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

c. Menurut kelompok kerja Wawasan Nusantara untuk diusulkan menjadi tap. MPR, yang dibuat
Lemhannas tahun 1999, yaitu “cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya yang serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehipan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.”
2. Hakikat Wawasan Nusantara

Hakikat Wawasan Nusantara adalah keutuhan nusantara dalam pengertian cara pandang yang selalu
utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan nasional. Hal tersebut berarti bahwa
setiap warga masyarakat dan aparatur negara harus berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh
menyeluruh demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

Kita memandang bangsa Indonesia dengan Nusantara merupakan satu kesatuan. Jadi, hakikat Wawasan
Nusantara adalah keutuhan dan kesatuan wilayah nasional. Dengan kata lain, hakikat Wawasan
Nusantara adalah “persatuan bangsa dan kesatuan wilayah. Dalam GBHN disebutkan bahwa hakikat
Wawasan Nusantara diwujudkan dengan menyatakan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

3. Asas Wawasan Nusantara

Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan atau kaidah dasar yang harus dipatuhi, ditaati,
dipelihara, dan diciptakan demi tetap taat dan setianya komponen pembentuk bangsa Indonesia
terhadap kesepakatan bersama. Adapun, asas Wawasan Nusantara tersebut adalah sebagai berikut.

a. Kepentingan yang sama.

b. Keadilan.

c. Kejujuran.

d. Solidaritas.

e. Kerja sama.

f. Kesetiaan terhadap kesepakatan bersama untuk menjadi bangsa dan mendirikan Negara Indonesia.

B. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Wawasan nasional merupakan visi bangsa yang
bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai dengan konsep Wawasan
Nusantara adalah menjadi bangsa yang satu dengan wilayah yang satu dan utuh pula. Kedudukan
Wawasan Nusantara sebagai salah satu konsepsi ketatanegaran Republik Indonesia.

1. Kedudukan

Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan ajaran yang diyakini
kebenarannya oleh seluruh rakyat Indonesia agar tidak terjadi penyesatan atau penyimpangan dalam
upaya mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian, wawasan Nusantara menjadi
landasan visional dalam menyelenggarakan kehidupan nasional.

2. Fungsi

Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara di
tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

3. Tujuan

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok
golongan, suku bangsa atau daerah..

C. Aspek Trigatra dan Pancagatra dalam Wawasan Nusantara

Konsepsi wawasan nusantara merupakan suatu konsep di dalam cara pandang dan pengaturan yang
mencakup segenap kehidupan bangsa yang dinamakan astagatra, yang meliputi aspek alamiah (trigatra)
dan aspek sosial (pancagatra).

1. Aspek Trigatra

Yang termasuk aspek Trigatra (aspek alamiah) wawasan Nusantara, antara lain :

a. Letak dan Bentuk Geografis

Negara Indonesia adalah negara kepulauan (archipelago) yang sangat strategis, yaitu terletak antara
Benua Asia di sebelah utara dan Benua Australia di sebelah selatan serta Samudra Indonesia di sebelah
barat dan Samudra Pasifik di sebelah timur

b. Keadaan dan Kemampuan Penduduk

Penduduk adalah sekelompok manusia yang mendiami suatu tempat atau wilayah. Adapun faktor
penduduk yang mempengaruhi ketahanan nasional adalah jumlah penduduk dan distribusi penduduk

c. Keadaan dan kekayaan alam

Sumber daya alam harus diolah atau dimanfaatkan dengan berprinsip atau asas maksimal, lestari, dan
berdaya saing

1) Asas maksimal

Artinya sumber daya alam yang dikelola atau dimanfaatkan harus benar-benar menciptakan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

2) Asas lestari

Artinya pengolahansumber daya alam tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan, menjaga
keseimbangan alam.
3) Asas berdaya saing

Artinya bahwa hasil-hasil sumber daya alam harus bisa bersaing dengan sumber daya alam negara lain.

2. Aspek Pancagatra

Pancagatra adalah aspek-aspek kehidupan nasional yang menyangkut kehidupan dan pergaulan hidup
manusia dalam bermasyarakat dan bernegara dengan ikatan-ikatan, aturan-aturan dan norma-norma
tertentu. Hal-hal yang termasuk aspek pancagatra adalah sebagai berikut.

a. Ideologi

Ideologi suatu negara diartikan sebagai guiding of principles atau prinsip yang dijadikan dasar suatu
bangsa. Ideologi adalah pengetahuan dasar atau cita-cita. Ideologi merupakan konsep yang mendalam
mengenai kehidupan yang dicita-citakan serta yang ingin diiperjuangkan dalam kehidupan nyata.
Ideologi dapat dijabarkan ke dalam sistem nilai kehidupan, yaitu serangkaian nilai yang tersusun secara
sistematis dan merupakan kebulatan ajaran dan doktrin. Dalam strategi pembinaan ideologi berikut
adalah beberapa prinsip yang harus diperhatikan.

1) Ideologi harus diaktualisasikan dalam bidang kenegaraan oleh WNI.

2) Ideologi sebagai perekat pemersatu harus ditanamkan pada seluruh WNI.

3) Ideologi harus dijadikan panglima, bukan sebaliknya.

4) Aktualisasi ideologi dikembangkan kearah keterbukaan dan kedinamisan.

5) Ideologi Pancasila mengakui keaneragaman dalam hidup berbangsa dan dijadikan alat untuk
menyejahterakan dan mempersatukan masyarakat.

6) Kalangan elit eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus harus mewujudkan cita-cita bangsa dengan
melaksanakan GBHN dengan mengedepankan kepentingan bangsa.

7) Menyosialisasikan Pancasila sebagai ideologi humanis, relijius, demokratis, nasionalis, dan


berkeadilan. Menumbuhkan sikap positif terhadap warga negara dengan meningkatkan motivasi untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.

b. Politik

Politik diartikan sebagai asas, haluan, atau kebijaksanaan yang diguna-kan untuk mencapai tujuan dan
kekuasaan. Kehidupan politik dapat dibagi kedalam dua sektor yaitu sektor masyarakat yang
memberikan input dan sektor pemerintah yang berfungsi sebagai output. Sistem politik yang diterapkan
dalam suatu negara sangat menentukan kehidupan politik di negara yang bersangkutan.

c. Ekonomi
Kegiatan ekonomi adalah seluruh kegiatan pemerintah dan masyarakat dalam mengelola faktor
produksi dan distribusi barang dan jasa untuk kesejahteraan rakyat. Ekonomi kerakyatan harus
menghindari free fight liberalism, etatisme, dan tidak dibenarkan adanya monopoli.

Kemampuan bersaing harus ditumbuhkan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi. Ketahanan di


bidang ekonomi dapat ditingkatkan melalui pembangunan nasional yang berhasil.

d. Sosial Budaya

Sosial budaya dapat diartikan sebagai kondisi dinamik budaya bangsa yang berisi keuletan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ancaman, tantangan, halangan,
dan gangguan (ATHG). Gangguan dapat datang dari dalam maupun dari luar, baik secara langsung
maupun tidak langsung, yang membahayakan kelangsungan hidup sosial NKRI berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945.

e. Pertahanan dan Keamanan

Pertahanan dan keamanan diartikan sebagai kondisi dinamika dalam kehidupan pertahanan dan
keamanan bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi ATHG yang membahayakan
identitas, integritas, dan kelangsungan hidup bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Ketahananan Nasional. Prinsip-prinsip Sistem Ketahanan Nasional antara lain adalah sebagai berikut.

1) Bangsa Indonesia cinta damai tetapi lebih cinta kemerdekaan.

2) Pertahanan keamanan berlandasan pada landasan ideal Pancasila, landasan konstitusional UUD
1945, dan landasan visional wawasan nusantara.

3) Pertahanan keamanan negara merupakan upaya terpadu yang melibatkan segenap potensi dan
kekuatan nasional.

4) Pertahanan dan keamanan diselenggarakan dengan sistem pertahanan dan keamanan nasional
(Sishankamnas) dan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).

Astagatra dalam pendekatan kesejahteraan dan keamanan mempunyai peranan tergantung dari sifat
setiap gatra.

1) Gatra alamiah mempunyai peranan sama besar baik untuk kesejahteraan maupun untuk keamanan.

2) Gatra ideologi, politik dan sosial budaya mempunyai peranan sama besar untuk kesejahteraan dan
keamanan.

3) Gatra ekonomi relatif mempunyai peranan lebih besar untuk kesejahtera-an daripada peranan
untuk keamanan.
4) Gatra pertahanan dan keamanan relatif mempunyai peranan lebih besar untuk keamanan daripada
peranan untuk kesejahteraan.

D. Peran Serta Warga Negara Mendukung Implementasi Wawasan Kebangsaaan

Wawasan nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntutan bagi setiap warga negara
Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola
pikir, pola sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa daripada
kepentingan pribadi atau golongan. Dengan kata lain, wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari
cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka menghadapi, menyikapi, atau menangani berbagai
masalah menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Adapun peran serta dalam penerapan asas-asas wawasan nusantara dalam tata kehidupan nasional
memerlukan kesamaan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam seluruh proses penyelenggaraan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam mengisi pembangunan. Peranan siswa dalam
mendukung implementasi wawasan nusantara adalah sebagai berikut.

1. Mendukung persatuan bangsa.

2. Berkemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu


atau golongan.

4. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dalam masyarakat.

5. Mempunyai kemampuan berfikir, bersikap rasional, dan dinamis, berpandangan luas sebagai
intelektual.

6. Mempunyai wawasan kesadaran berbangsa dan bernegara untuk membela negara yang dilandasi
oleh rasa cinta tanah air.

7. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8. Memanfaatkan secara aktif ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan,
berbangsa dan bernegara.

9. Mewujudkan kepentingan nasional.

10. Memelihara dan memperbaiki demokrasi.

11. Mengembangkan IPTEK yang dilandasi iman dan takwa.

12. Menciptakan kerukunan umat beragama.

13. Memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

14. Menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan.


15. Menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitar.

16. Merubah budaya negatif yang dapat menciptakan perselisihan.

17. Mengembangkan kehidupan masyarakat menuju ke arah yang lebih baik.

18. Memelihara nilai-nilai positif (hidup rukun, gotong-royong, dll) dalam masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai