Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
misalnya penderita mendengar suara-suara, bisikan di telinganya padahal tidak ada
sumber dari suara bisikan itu (Hawari, 2001)
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologi ( Stuart dan Laraia, 2001 ).
Halusinasi adalah merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersiapkan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan persepsi sensori. Persepsi merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghidu, pasien merasakan stimulasi yang
sebetulnya tidak ada (Keliat, dkk, 2006 ).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang berkisar dari
suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga klien berespon
terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa halusinasi
adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber
dari luar yang meliputi semua system panca indra.
B. Rentang Respon
Halusinasi merupakan salah satu respon maladatif individu yang berada dalam
rentang respon neurobiologi (Stuart dan Laraia, 2001). Ini merupakan respon persepsi
paling maladaptif. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu
mengindentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang
diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan
perabaan), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera
walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Di antara kedua respon tersebut

1
adalah respon individu yang karena sesuatu hal yang mengalami kelainan persepsi
yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diditerimanya yang disebut sebagai ilusi.
Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca
indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisis, Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya
halusinasi adalah :
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah hambatan
dalam belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan
orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor prepitasi, secar umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan,tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putua asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan
masalah koping dapat menginindikasi kemungkinan kekambuhan (kliat, 2006).
D. Tanda dan Gejala Halusinasi
1. bicara, senyum, tertawa sendiri
2. mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan
merasa sesuatu yang tidak nyata

2
3. merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
4. tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata
5. tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi
6. sikap curiga dan saling bermusuhan
7. pembicaraan kacau kadang tak masuk akal
8. menarik diri menghindari dari orang lain
9. sulit membuat keputusan
10. ketakutan
11. tidak mau melaksanakan asuhan mandiri : mandi, sikat gigi, ganti pakaian,
berhias yang rapi
12. mudah tersinggung, jengkel, marah, menyalahkan diri sendiri atau orang lain
13. muka marah kadang pucat, ekspresi wajah tegang, tekanan darah meningkat,
napas terengah-engah, nadi cepat, banyak keringat.
E. Jenis- Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara dua orang atau lebih
tentang orang yang mengalami halusinasi . Pikiran yang terdengar di mana klien
mendengar perkatan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-
kadang dapat membahayakan
Karakteristik perilaku klien yang diamati :
a. Melirikan mata kekiri dan kekanan mencari orang yang berbicara
b. Mendengarkan penuh perhatian pada benda mati,
c. Terlihat percakapan dengan benda mati.

3
b. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar peometris, gambar
cartoon, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa menyenangkan
atau menakutkan seperti melihat monster.
Karakteristik perilaku klien yang diamati
a. Tiba-tiba, tanggap, ketakutan pada benda mati
b. Tiba-tiba lari keruang lain tanpa stimulus.
c. Halusinasi Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu bau darah, urin atau feses, umumnya bau-
bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke,
tumor, kejang atau dimensia.
Karakteristik, Bau busuk, amis, kadang tercium bau harum atau kemenyan.
Perilaku Klien yang diamati :
a. Hidung dikerutkan, seperti menghirup bau tidak sedap,
b. Menghirup bau busuk atau harum atau kemenyan,
c. Kinestetik menghirup bau udara, api atau darah
d. Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
Karakteristiknya merasa sakit, tidak enak tanpa stimulus yang terlihat,
merasakan sensasi listrik dari tanah atau benda mati.
Perilaku Klien yang diamati
a. Menampar diri sendiri,
b. Melompat-lompat dilantai seperti sedang menghindari sesuatu
e. Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa
makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.
Karakteristiknya merasakan sesuatu yang bau busuk atua amis seperti bau
darah, urin, atau feces.
Perilaku Klien yang diamati:

4
a. Meludahkan makanan atau minuman
b. Menolak makanan atau minum obat

F. Tahapan/Tingkatan halusinasi
Tahap Karakteristik Perilaku Klien
Tahap I -Mengalami ansietas, kesepian, -Tersenyum, tertawa
- memberi rasa nyaman rasa bersalah dan ketakutan. sendiri
tingkat ansietas sedang -Mencoba berfokus pada -Menggerakkan bibir
secara umum, pikiran yang dapat tanpa suara
halusinasi merupakan menghilangkan ansietas -Pergerakkan mata yang
suatu kesenangan -Fikiran dan pengalaman cepat
sensori masih ada dalam -Respon verbal yang
kontol kesadaran, nonpsikotik. lambat
-Diam dan berkonsentrasi
Tahap II -Pengalaman sensori -Terjadi peningkatan
- Menyalahkan menakutkan denyut jantung,
-Tingkat kecemasan -Merasa dilecehkan oleh pernafasan dan tekanan
berat secara umum pengalaman sensori tersebut darah
halusinasi menyebabkan -Mulai merasa kehilangan -Perhatian dengan
perasaan antipati kontrol lingkungan berkurang
-Menarik diri dari orang lain -Konsentrasi terhadap
non psikotik pengalaman sensori kerja
-Kehilangan Kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas
Tahap III -Klien menyerah dan -Perintah halusinasi
- Mengontrol menerima pengalaman sensori ditaati
-Tingkat kecemasan berat (halusinasi) -Sulit berhubungan
- Pengalaman halusinasi -Isi halusinasi menjadi atraktif dengan orang lain

5
tidak dapat ditolak lagi -Kesepian bila pengalaman -Perhatian terhadap
sensori berakhir psikotik lingkungan berkurang
hanya beberapa detik
-Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tremor dan berkeringat
Tahap IV Pengalaman sensori mungkin -Perilaku panik
-Klien sudah dikuasai menakutkan jika individu tidak -Resiko tinggi
oleh halusinasi mengikuti perintah halusinasi, mencederai
-Klien panik bisa berlangsung dalam -Agitasi atau kataton
beberapa jam atau hari apabila -Tidak mampu berespon
tidak ada intervensi terapeutik. terhadap lingkungan

6
2.7 Pohon Masalah

Perilaku
Kekerasan

Gangguan Persepsi
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Defisit Perawatan
Sensori : Halusinasi Pendengaran diri
Pendengaran

Menarik Diri Intoleransi


Aktivitas

Koping keluarga HDR


Interaktif:
Ketidakmampuan
keluarga merawat klien

7
G. Daftar Masalah.
a. Resiko mencederai orang lain dan lingkungan
b. Perubahan persepsi sensori; halusinasi dengar.
c. Isolasi sosial ; menarik diri.

H. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien:
Bapak D mendengar suara-suara yang memaki-maki dirinya dan mengatakan
dirinya adalah pembunuh. Ekspresi wajah tampak tegang, gelisah, marah-
marah berjalan mondar mandir, mulut komat kamit
2. Diagnosa/Masalah Keperawatan: Gangguan sensori persepsi : halusinasi
3. Tujuan:
TUM : Klien tidak mencederai, diri, orang lain dan lingkungan
Tuk 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tuk 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya
Tuk 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
4. Tindakan keperawatan
1. BHSP
2. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi frekwensi halusinasi pasien
6. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
7. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
8. Mengajarkan pasien menghandrik halusinasi
9. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam
jadwal kegiatan harian

b. Strategi Pelaksanaan

8
Orientasi:
Salam Terapiutik
”Selamat pagi pak, nama saya Eka Radisti, senang dipanggil Eka, nama bapak siapa?
Senang dipanggil apa?. Saya Perawat di Paviliun Anggrek.
Evaluasi/Validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana dengan tidurnya semalam?”
” Tidak bisa tidur? Apa yang menyebabkan bapak tidak bisa tidur?’
Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang membuat bapak
tidak bisa tidur? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau
20 menit”
Kerja:
”Apakah bapak D mendengar suara tanpa ada ujudnya? Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
bapak D dengar suara? Berapa kali sehari bapak D alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Saya mengerti bapak D mendengar suara itu tapi saya sendiri tidak mendengarnya?”
Tetapi diruangan ini ada teman bapak D yang mengalami hal yang sama.
” Apa yang bapak D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-
suara itu muncul?
” bapak D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat
dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

9
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak D bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak D peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
”Sekarang cara yang sudah bapak praktekan itu kita masukkan kedalam jadual yah
pak?”
”jam berapa saja bapak D mau latihan? ” Selain jam 11 jam berapa lagi? Yah jam 4
sore yah pak, bagaimana kalau malam hari juga, karena bapak D dengar suara itu
malam hari, baiklah jam berapa bapak D mau latihan untuk yang malam hari?” Jam 9
malam yah bapak D? Saya tulis disini bapak D”
Terminasi
Evaluasi Subyektif
”Bagaimana perasaan bapak D setelah peragaan latihan tadi?
Evaluasi Obyektif
”bisa bapak D ulang lagi cara apa saja yang bisa bapak D lakukan untuk mengurangi
suara-suara itu? Bagus sekali, bapak D bisa peragakan kembali satu cara yang sudah
kita praktekkan?”bagus yah bapak D.
Tindak Lanjut
Kalau bapak lihat jadual ini jam berapa saja bapak D harus latihan? Bagus bapak D,
jadi nanti jangan lupa dijam itu bapak D harus latihan yah!
Kontrak Yang Akan Datang (Topik, Waktu, Tempat)
” Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-
suara dengan cara yang kedua? Jam berapa bapak D ?Bagaimana kalau nanti jam 4
sore? Berapa lama kita akan bicara?Dimana tempatnya” sampai ketemu nanti ya pak,
selamat pagi bapak D?”

10
ANALISA PROSES INTERAKSI (API) HALUSINASI
Nama : Tn.X
Hari/ Tanggal : -
Usia : -
Interaksi : Ke I (Fase perkenalan)
Tujuan :
Lingkungan :

Komunikasi Komunikasi Analisa berfokus Analisa Rasional


verbal Non Verbal pada klien berfokus pada
perawat
P : Selamat P: Tersenyum, Merasa terkejut Merasa ragu Pada awal
siang pak ! berdiri sejenak disapa oleh P apakah K mau interaksi harus
disamping K . menerimah didahulukan
K: Menatap ke kehadiran P. atau dimulai
arah P sambil dengan
tersenyum. membina
P: Tetap hubungan saling
tersenyum percaya.
K: Tersenyum

K: Selamat P: Sambil Duduk agak ragu Merasa senang Perkenalan di


siang ! duduk dan menoba tidur karena K mau harapkan
disamping lagi kemudian menjawab meningkatkan
klien samping bangkit lagi salam. hubungan saling
mengulurkan percaya.
tangan untuk
bersalaman

11
dengan K
K: Mau
bersalaman
tersenyum dan
menatap ke
arah P

P: Saya perawat P : Sikap Klien duduk Berharap dapat Untuk


...saya terbuka, berhadapan melanjutkan menimbulkan
Mahasiswa tetaptersenyum. kelihatan ragu pembicaraan kepercayaan
profesi S1 K: dan curiga bagi klien.
Keperawatn .... memperhatikan sambil menoleh
yang sementara P namun ke arah klien
praktek disini kelihatan masih
selama 2 ragu
minggu.kalau
bapak siapa
namanya?
K: Nama saya k

P: Oh namanya
K,biasanya di Klien duduk Merasa lega Mengulangi apa
panggil apa? berhadapan karena K mau yang diucapkan
K : Nama saya kelihatan ragu merespon untuk
K , biasa di dan curiga stimulus yang memvalidasi
panggil Kx. sambil menoleh disampaikan atau

12
kearah klien. oleh P dan K menegaskan
mau menyebut kembali.
namanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.


Keliat, B. A. (2009). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai