Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

METODE ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL (MAKP)


SUPERVISI KEPERAWATAN TENTANG INJEKSI MELALUI SELANG
INFUS DI RUANG BOUGENVIL 3 RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

OLEH :

1. Ach In’am Sabani, S.Kep (1802031620)


2. Aprilia Damayanti, S.Kep (1802031578)
3. Denny Subagya, S.Kep (1802031581)
4. Dewi Nur Fitriana, S.Kep (1802031569)
5. Dhiky Candra P, S.Kep (1802031544)
6. Dicky Hendra, S.Kep (1802031484)
7. Ely Rahmawati, S.Kep (1802031480)
8. M Choirul Anwar, S.Kep (1802031618)
9. Malikul Fitria Ulfa, S.Kep (1802031565)
10. Nida Rahmadini Syah, S.Kep (1802031490)
11. Riza Azzuro, S.Kep (1802031491)
12. Rohmatul Nur F, S.Kep (1802031623)
13. Septiana Nur, S.Kep (1802031494)
14. Siti Nur Janah, S.Kep (1802031438)
15. Yunda Akhirulifa F, S.Kep (1802031537)

PROGAM PENDIDIKAN PROFESI NERS MANAJEMEN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Supervisi Praktik Manajemen Keperawatan di Ruang Bougenvile 3


RSUD Dr. Soegiri Lamongan

Telah Disetujui Sebagai Tugas Praktik Pendidikan Profesi Ners Departeman


Manajemen Keperawatan Pada Tanggal 19 Mei 2019

Mengetahui,

PembimbingAkademik Supervisor

Sri Hananto Ponco, S.Kep., Ns., M.Kep. Umi Sa’adah S.Kep,Ns

Kepala Ruang Bougenvile 3

Hidayatul Khoiroh, S.Kep., Ns.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas praktik manajemen
keperawatan Program Profesi Ners-S1 Keperawatan UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH LAMONGAN 2019 di Ruang Bougenvile 3 RSUD Dr. Soegiri
Lamongan yaitu “Laporan Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)
Supervisi”.
Dalam penyusunan ini, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat Bapak/Ibu :

1. Drs. Budi Utomo, Amd. Kep. M.Kes, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
2. dr. Moh. Chaidir Annas ,MM.Kes, selaku Direktur RSUD dr. Soegiri Lamongan
yang telah memberikan izin untuk melakukan praktik profesi.
3. Ns. Arifal Aris, S.Kep. M.Kes, selaku DekanFakultas Kesehatan
UniversitasMuhammadiyah Lamongan.
4. Ns. Suratmi, M.Kep, selaku Kaprodi Ners Universitas Muhammadiyah
Lamongan.
5. Ns. Nila Madu Sekar S.Kep., selaku Sub Bidang Pelayanan Kesehatan RSUD dr.
Soegiri Lamongan
6. Sri Hananto Ponco, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan petunjuk,saran,dorongan moril selama
penyusunan laporan ini.
7. Hidayatul Khoiroh, S.Kep,Ns, selaku Kepala Ruang Bougenvile dan Dahlia 3
RSUD dr. Soegiri Lamongan sekaligus Pembimbing klinik.
8. Umi Sa’adah, S.Kep.,Ns, selaku supervisor praktek profesi managemen
keperawatan RSUD dr. Soegiri Lamongan.
Semoga Allah SWT memberi balasan pahala atas semua amal kebaikan yang
diberikan. Penulis menyadari laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu segala
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, akhirnya penulis
berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi semua
pembaca pada umumnya.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 1
1.3 Manfaat ......................................................................................... 2
BAB 2 KONSEP DASAR TEORI
2.1 Pengertian..................................................................................... 3
2.2 Unsur Pokok................................................................................. 3
2.3 Langkah Supervisi ....................................................................... 7
2.4 Manfaat Supervisi......................................................................... 10
BAB 3 PENERAPAN SUPERVISI
3.1 Pengertian...................................................................................... 12
3.2 Tujuan Supervisi............................................................................ 12
3.3 Prinsip Supervisi............................................................................ 12
3.4 Penerapan Supervisi....................................................................... 12
3.5 Alur Supervisi................................................................................ 15
3.6 Langkah Supervisi ....................................................................... 15
3.7 Penerapan Supervisi....................................................................... 16
3.8 Teknik Supervisi............................................................................ 17
3.9 Peran Supervisi.............................................................................. 18
3.10 Delegasi....................................................................................... 18
BAB 4 HASIL LAPORAN KEGIATAN
4.1 Resume Pelaksanaan Supervisi ..................................................... 20
4.2 Pengorganisasian .......................................................................... 20
4.3 Presensi ......................................................................................... 20
4.4 Hasil Evaluasi ............................................................................... 20
4.5 Hambatan ...................................................................................... 21
4.6 Dukungan ...................................................................................... 21
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 23
5.2 Saran ............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

iv
LAMPIRAN-LAMPIRAN

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Supervisi merupakan salah satu fungsi dari manajemen.Seorang manajer
dalam hal ini supervisor hendaknya mampu menjalankan fungsi-fungsi
manajemen.Sebagaimana mestinya agar dapat dicapai secara berdaya guna dan
hasil guna.Supervisi adalah teknik pelayanan yang tujuan utamanya adalah
mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (Burton, 2007).
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan sebagai
suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa
depan. Dengan demikian perawat harus mau mengembangkan ilmu
pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan nasyarakat, menjadi tenaga
perawat professional.
Seiring dengan semakin tingginya tingkat pengetahuan dan kesadaran
akan kebutuhan kesehatan maka semakin tinggi pula tuntutan masyarakat pada
pelayanan keperawatan. Keadaan tersebut menuntut perawat pada suatu bentuk
persaingan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan
keperawatan paripurna.
Pelayanan yang berkualitas haruslah didukung oleh sumber-sumber yang
memadai, antara lain sumber daya manusia yang bermutu, standar pelayanan
termasuk pelayanan keperawatan yang berkualitas, disamping fasilitas yang
sesuai dengan harapan masyarakat. Agar pelayanan keperawatan dapat
memenuhi harapan konsumen dan sesuai dengan standar yang berlaku, maka
diperlukan suatu pengawasan terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan.
Melalui pengawasan dan supervisi diharapkan perawat dapat melaksanakan
asuhan yang berkualitas sesuai standar. Supervisi tersebut merupakan salah
satu bentuk kegiatan dari manajemen dan merupakan cara yang tepat untuk
menjaga mutu pelayanan keperawatan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Tujuan supervisi adalah pemenuhan peningkatan pelayanan pada klien
dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, ketrampilan, dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas di Ruang Bougenvil 3
RSUD Dr.Soegiri Lamongan.

1
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menjalankan pelaksanaan yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dengan sumber daya yang tersedia.
b. Mengetahui kekurangan-kekurangan para petugas kesehatan dalam
hal kemampuan, pengetahuan, dan pemahaman serta mengatur
pelatihan yang sesuai.
c. Mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang baik dan
mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan
yang lebih lanjut.
d. Menentukan penyebab kekurangan pada kinerja perawat tersebut.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Institusi
Dapat digunakan sebagai referensi untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan khususnya dalam bidang manajemen keperawatan
1.3.2 Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja perawat dalam memenuhi
kepuasan pasien dan kemajuan rumah sakit kedepannya.
1.3.3 Bagi Pasien
1. Membantu menyelesaikan masalah pasien sehingga mempercepat
masa penyembuhan.
2. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien.
3. Memberikan kepuasan kepada pasien.

2
BAB 2
KONSEP DASAR TEORI

2.1 Pengertian
Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Sujana, 2004).
Arief (2002) merumuskan supervisi sebagai suatu proses kegiatan dalam
upaya meningkatkan kemampuan dan ktrampilan tenaga pelaksaan pogram,
sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil yang
diharapkan. Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor
mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah (Depkes, 2000).

2.2 Unsur Pokok


Dalam melaksakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok . Unsur-unsur
pokok yang dimaksud menurut Azwar (2001) adalah :
a. Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksakan suprvisi adalah
atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi.Kelebihan
yang dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi
(supervisor).fungsi supervisi memang dimiliki oleh atasan.Namun untuk
keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah kelebihan
pengetahuan atau ketrampilan.
Ali Zaidin membagi tingkatan manajer dalam melakukan supervisi,
menjadi:
a. Manajer puncak (Top Manajer)
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil
kegiatan serta proses manajemen organisasi. Tugas utamanya
menetapkan kebijaksanaan (policy), memberi petunjuk atau
pengarahan umum berkaitan dengan tujuan misalnya: Kakanwil
Depkes Propinsi, Kadinkes Daerah, Direktur RS, dan sebagainya
b. Manajer menengah (Middle Manager)
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama.
Tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manager ke dalam program-
program misalnya: Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang,
Kasubdin Propinsi, Kasubbag Dati II.

3
c. Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisor
Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para
pelaksana atau pekarya.Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau
supervisor. Misalnya: Kepala seksi dan Kepala Urusan.
Untuk dapat melakukan supervisi dengan baik diperlukan beberapa
syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervisi
atau supervisor (Azwar,2004) adalah:
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi, atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus
dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan
supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik
supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif, suportif dan
bukan otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-gesa
melainkan harus sabar berupaya meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap bawahan yang disupervisi.
Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang
banyak. Selain lima syarat atau karakteristik diatas juga dibutuhkan
kemampuan melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan bimbingan
dan kepemimpinan.
Dalam pelaksaan supervisi, akan ada dua pihak yang akan melakukan
kegiatan, yaitu pihak supervisi dan yang disupervisi. Supervisor
melakukan kegiatan yang pelayanan profesional untuk membantu atau
membimbing pihak yang dilayani.Pihak yang disupervisi inilah yang
menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar
mereka dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan
kegiatan secar efisien dan efektif (Sudjana, 2004).
Menurut WHO (2001) proses pengawasan pegawai yang baik :
1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standart kerja,
tindakan pengawasan harus dilakukan pada saat yang tepat.

4
2. Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila
tidak akan memerlukan waktu yang lama untuk menerapkan dan
menghasilkan efek yang diinginkan.
3. Minimal, artinya pengawasan harus disediakan sedikit mungkin,
yakni sedikit yang diperlukan untuk menjamin pekaryaan akan
diselesaikan dan standart dipertahankan.
4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi
seperti senjata makan tuan, para pekarya akan mencoba
menghindarinya.
b. Sasaran
Sasaran atau obyek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan yang melakukan pekaryaan. Sasaran yang dilakukan oleh
bawahan disebut sebagai sasaran langsung.
c. Frekuwensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuwensi yang berbeda. Supervisi
yang dilakukan hanya sekali, bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada
pedoman yang pasti mengenai seberapa sering supervisi dilakukan.
Pegangan umum yang digunakan bergantung pada derajat kesulitan
pekerjaan yang dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan.
Menurut Nursalam (2002), dalam melakukan supervisi yang tepat,
supervisior harus bisa menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan
supervisi dan bantuan. Sepanjang kontrol/supervisi penting, bergantung
pada bagaimana staf melihatnya:
a. Overcontrol. Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi
yang diberikan sehingga staf tidak akan dapat memiliki tanggung
jawabnya.
b. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk
terhadap delegasi, dimana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas
limpah dan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang
diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan
anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan
waktu dan anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan
kesempatan waktu yang cukup kepada staf untuk berpikir dan
melaksanakan tugas tersebut.

5
d. Tujuan
Tujuan supervisi adalahmemberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Menurut WHO (2003), tujuan pengawasan adalah:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber
daya yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan
pemahaman serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan
atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan
kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi
petugas telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
e. Tehnik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang
bersifat pokok, yaitu: (1) Menetapkan masalah dan prioritas: (2)
Menetapkan penyebab masalah, prioritas dan jalan keluarnya: (3)
Melaksanakan jalan keluar: dan (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak
lanjut berikutnya.
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik, yaitu:
1. Pengamanan langsung
Pengamanan yang langsung dilaksakan supervisi dan harus
memperhatikan:
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat
menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan seperti ini,
maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat
pokok dan strategis.
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka

6
pengamatan langsung ditujukan pada suatu daftar isian atau
checklist yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan
kesan negatif, misalnya: rasa takut, tidak senang, atau kesan
menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan
dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau
otoriter.
d. Kerja sama
Keberhasilan pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan
penampilan bawahan dalam supervisi, perlu terjalin kerja sama
antara supervisor dengan yang disupervisi. Kerja sama tersebut
akan terwujud bila terjalin komunikasi yang baik, sehingga mereka
yang disupervisi merasakan masalah yang dihadapi adalah juga
masalah mereka sendiri (Azwar,2001).

2.3 Langkah Supervisi


Menurut Ali Zainudin, teknik atau metode dalam melaksanakan pengawasan
adalah bertahap dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Langakah I : Mengadakan Persiapan Pengawasan
(1)Menentukan tujuan.
(2)Menentukan metode pengawasan yang tepat.
(3)Menentukan standar/kriteria pengukuran.
2. Langkah II : Menjalankan Pengawasan
Terdiri atas tiga tahap, yaitu:
(1)Membuat dan menentukan rencana pengawasan, di mana rencana
pengawasan harus memuat sistem pengawasan, standar yang dipakai, dan
cara pelaksaan.
(2)Pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan dengan berbagi sistem, yaitu:
a. Sistem prevensif, dilaksanakan sebelum suatu usaha dilakukan.
b. Sistem reprensif, dilaksakan setelah suatu usaha dilakukan, misalnya
memberikan laporan-laporan kegiatan.
c. Sistem Verifikatif, pemeriksaan secara terperinci dengan memberikan
laporan-laporan perincian dan analisis dari segala hal yang terjadi
dalam pelaksaan rencana.

7
d. Sistem inpektif, yaitu suati sistem pengawasan dengan mengadakan
pemeriksaan setempat secara langsung dengan tujuan mengetahui
sendiri keadaan yang sebenarnya.
e. Sistem investigatif, yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan
penelitian, penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan
membongkar adanya penyelewengan. Sistem ini terdiri atas inpektif
dan vertivikatif.
f. Kombinasi sistem preventif dan represif, yaitu suatu sistem
pengawasan dari suatu usaha yang dilakukan baik sebelum maupun
sesudah usaha tersebut berjalan.
(3)Penilaian dari pelaksanaan pengawasan. Penilaian adalah proses
penerapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau
kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, mendiskripsikan, dan
menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukkan untuk
pengambilan keputusan (Sudjana, 2004). Menurut Sudjana (2004)
evaluasi dilakukan sejak perencanaan program, mengarah pada upaya
menyiapkan bahan masukkan untuk pengambilan keputusan tentang
ketepatan, perbaikan perluasan, atau pengembangan program, terkait
dengan pengambilan keputusan tentang penyususnan rancangan dan isi
program.
3. Langkah III : Memperbaiki Penyimpangan
Tujuan dari hal ini adalah mengadakan perbaikan dari hasil kerja yang
kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar dan efisien.
Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisis serta masalah yang
timbul dicarikan pemecahannya serta mencegah membuat masalah pada
waktu mendatang. Menurut Sudjana (2004), pembinaan yang efektif dapat
menggambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan. Kelima
langkah itu adalah sebagai berikut :
a. Mengumpulkan informasi. Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan
atau peristiwa yang benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan informasi yang dianggap
efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan
menggunakan pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah. Masalah ini diangkat dari informasi yang
telah dikumpulkan dalam langkah pertama. Masalah akan muncul

8
apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atau penyimpangan dari kegiatan
yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan
menyebabkan adanya jarak (perbedaan) antara kegiatan yang
seharusnya terlaksana dengan kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak
atau perbedaan antara kegiatan inilah yang disebut masalah.
c. Menganalisis masalah. Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui
jenis-jenis masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
tersebut. Faktor-faktor itu mungkin datang dari pelaksana kegiatan,
sasaran, kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu dan kondisi
lingkungan. Di samping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-
sumber dan potensi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang timbul. Hasil analisis ini penting untuk memperhatikan dalam
upaya pemecahan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan. Kegiatan pertama yang
perlu dilakukan adalah mengidentifikasi alternmatif upaya yang dapat
dipertimbangakan untuk memecahkan masalah. Alternatif ini disusun
setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung dan kemungkinan
hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah.
Kegiatan selanjutnya adalah menetapkan prioritas uapaya pemecahan
masalah yang dipilih dari alternatif yang tersedia.
e. Melaksakan upaya pemecahan masalah. Pelaksaan upaya ini dapat
dilakukan pembina baik secara langsung dapat maupun secara tidak
langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi dua macam:
pertama, pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang
dilakukan terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina
memberikan dorongan, bantuan, dan bimbingan langsung pda pelaksana
kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang dibina
mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan
bervariasi. Teknik-teknik yang digunakan antara lain adalah dialog,
diskusi, bimbingan, individual, dan peragaan. Kedua, pembinaan
kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan apabila para pelaksana
kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini dapat digunakanapabila para
pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan
atau kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok
dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga. Teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain diskusi, penataran,
rapat kerja, demonstrasi, dan lokakarya. Secara tidak langsung apabila

9
upaya pemecahan masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu
dilakukan melalui pihak yang lain, seperti melalui orang lain atau media
tertulis.
f. Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabatdari
organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi
tugas pembinaan. Sedangakan melalui media tertulis antara lain ialah
pembinaan yang dilakukan dalam bentuk pedoman, petunjuk
pelaksanaan, dan korespondensi. Teknik-teknik pembinaan tidak
langsung mencakup kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan
informasi kepada pihak yang dibina tentang kegiatan yang harus
dikerjakan. Alat atau media yang digunakan mencakup media tertulis
seperti surat menyurat, media cetak seperti lembaran pedoman, brosur,
dan buletin.

2.4 Manfaat Supervisi


Manfaat yang dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat
dibedakan aras dua macam:
a. Meningkatkan efektivitas kerja
Peningkatan efektivitas kerja ini berhubungan erat dengan makin
meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan staf keperawatan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara
struktural keperawatan dengan stafnya.
b. Meningkatkan efisiensi kerja
Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya dengan makin
berkurangnya kesalahn yang dilakukan oleh “bawahan”, dan karena itu
pemakaian sumber daya (tenaga, dana, dan sarana) yang sia-sia akan dapat
dicegah (Azwar, 2001).
Supervisi mempunyai tiga kegunaan. Pertama, supervisi berguna
untuk meningkatkan kemampuan supervisor dalam memberikan layanan
kepada para pelaksana kegiatan (perawat). Kemantapan kemampuan akan
dialami apabila supervisior sering melakukan supervisi. Kedua, supervisi
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan para pelaksana kegiatan.
Ketiga, hasil supervisi berguna untuk menyusun pedoman atau petunjuk
pelaksanaan layanan profesional kepada pelaksana kegiatan. Prose
memberikan layanan, format-format yang digunakan, catatan, dan laporan
supervisi, serta interaksi melalui hubungan kemanusiaan antara supervisor
dan yang disupervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk

10
menyusun patokan-patokan supervisi berdasarkan pengalaman lapngan.
Dengan demikian, supervisi berguna untuk meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan.
Supervisi akan mencapai tingakat kegunaan yang tinggi apabila
kegiatannya dilakukan melalui tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu:
pengakuan dan penghargaan, objektivitas, dan kesejawatan. Hubungan
kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar,
terbuka, dan partisipatif. Pengakuan dan penghargaan berkaitan dengan
sikap supervisor untuk mengakui potensi dan penampilan pihak yang
disupervisi dan menghargai bahwa pihak yang disupervisi dapat dan harus
mengembangkan diri. Objektivitas berkaitan dengan informasi dan
permasalahan yang telah ditemukan yang diperlakukan oleh supervisor
sebagaimana adanya sedangkan upaya pemecahan permasalahan dilakukan
secara rasional. Kesejawatan memberi corak bahwa kegiatan pelayanan
dilangsungkan dalam suasana akrab dan kekerabatan. Hubungan
kemanusiaan mendasari pelayanan profesional. Titik berat hubungan
kemanusiaan ialah sikap dan ekspresi yang menunjukkan pengakuan, pujian,
dan penghargaan; bukan sebaliknya yaitu mencerminkan pengabaian,
penentangan, dan makian terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pihak yang
disupervisi (Sudjana, 2004).

11
BAB 3
PERENCANAAN KEGIATAN

3.1 Pengorganisasian
Supervisor : Umi Sa’adah S.Kep,Ns
Pembimbing : Hidayatul Khoiroh, S.Kep, Ns
Sri Hananto Ponco S.Kep., Ns., M.Kep
Kepala ruangan : Septi Ana Nur C, S.Kep
Perawat primer : Malikul Fitria, S.Kep
Perawat associate : Yunda Akhirulifa, S.Kep

3.2 Pelaksanaan Supervisi


Hari/tanggal : Rabu, 23 Mei 2019
Pukul : 08.30 wib
Topik : Injeksi melalui selang infus
Tempat : Nurse Station Dan Ruang Tindakan

3.3 Metode
1. Observasi
2. Tindakan
3. Evaluasi dan Diskusi

3.4 Media
1. Lembar Supervisi
2. SOP Injeksi melalui intravena

3.5 Mekanisme
No Kegiatan Pelaksana Tempat Waktu
1 Pra Supervisi Pre Memori - 1 menit
Karu membuat Jadwal & instrumen (Moderator)
(SOP) pelaksanaan supervisi tentang
injeksi intravena dan setelah itu
dilakukan sosialisasi ke semua perwat
ruang Bougenvile 3
2 Karu mengucapkan salam dan KARU Nurse 5 menit
menyampaikan pada PP bahwa akan Station
diadakan Supervisi tentang injeksi

12
melaui selang infus
3 PA mempersiapkan diri untuk PP dan PA Nurse 2 menit
melakukan tindakan injeksi melaui Station
selang infus.
4 PP menyiapkan alat-alat yang PP dan PA Nurse 5 menit
dibutuhkan untuk tindakan Supervisi Station
injeksi melaui selang infus.
5 KARU memberikan kesempatan pada KARU Nurse 2 menit
PP dibantu PA untuk melengkapi Station
persiapan injeksi melaui selang infus.
6 KARU memeriksa kelengkapan KARU Nurse 1 menit
peralatan. Station
7 PP dan PA menuju ruang perawatan dan PP dan PA Ruang 1 menit
segera menyiapkan alat yang akan Tindakan
digunakan untuk tindakan injeksi
melaui selang infus.
8 PP dan PA melaksanakan tindakan PP dan PA Ruang 15 menit
injeksi melaui selang infus. Tindakan
9 Karu melakukan evaluasi tindakan yang KARU Nurse 2 menit
sudah dilakukan oleh PP dan PA, Station
dengan 3 tahapan pembinaan yaitu:
a. Penyampaian penilaian (fair)
b. Feed Back
c. Follow Up, pemecahan masalah.

3.6 Prinsip Supervisi


1. Sesuai Supervisi dilakukan denagn struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, ketrampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip manajemen
dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisasi, dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas, dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokratis antara supervisor
dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan, dan rencana yang spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreativitas, dan motivasi.

13
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat, dan
manajer.

3.7 Pelaksanaan Supervisi


1. Kepala Ruang:
a) Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada klien
diruang perawatan
b) Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan dirumah sakit.
c) Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktik keperawatan
di ruang perawatan sesuai dengan tugas yang didelegasikan.
2. Pengawas Keperawatan
Bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan kepada kepala
ruangan yang ada di ruangan yang ada instalasinya.
3. Kepala Seksi Keperawatan

14
3.8 Alur Supervisi

Kepala Bidang Perawatan

PPI

KARU

supervisi

Menciptakan Kegiatan dan Tujuan serta instrumen/alat ukur

PP 1 PP 2

Menilai Kinerja Perawat

PA PA

PEMBINAAN (3 f) Kinerja Perawat dan Kualitas Pelayanan Meningkat


Penyampaian penilaian (fair)
Feed Back
Follow up, pemecahan masalah dan reward

Keterangan : Kegiatan supervisi

3.9 Langkah Supervisi


1. Pra-supervisi
a) Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b) Supervisor menetapkan tujuan
2. Pelaksanaan supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau instrumen
yang telah disiapkan.

15
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan.
c. Supervisor memanggil PP dan PA untuk mengadakan pembinaan dan
klarifikasi permasalahan.
d. Pelaksanaan supervisi dengan inspeksi, wawancara, dan mengvalidasi
data skunder
 Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair).
 Supervisor melakukan tanya jawab dengan perawat
3. Pasca-supervisi – 3f
a. Supervisor memberikan penilaian supervisi (f-fair).
b. Supervisor memberikan feedback dan klarifikasi.
c. Supervisor memberikan reinforcement dan follow up perbaiakan.

3.10 Peran Supervisor Dan Fungsi Supervisi Keperawatan


Peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah mempertahankan
keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber saya yang
tersedia.
1) Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah :
a. Menetapkan dan mempertahankan standar praktik kerperawatan.
b. Menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang diberikan.
c. Mengembangakan peraturan dan prosedur yang mengatur
2) Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan, dan
pengembangan.
Supervisor berperan dalam:
a. Membantu menilai rencana keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan
yang tersedia, mengembangakan tujuan unit yang dapat dicapai sesuai
tujuan RS.
b. Membantu mendapatkan informasi statistik untuk merencanakan
anggaran keperawatan.
c. Memberi justifikasi projeksi anggaran unit yang dikelola.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna dapat terjadi begitu saja,
tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat dijalankan
dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan.

16
3.11 Teknik Supervisi Meliputi
1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas 3 elemen kelompok, yaitu :
a. Mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b. Fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menerapkan pencapaian.
c. Tidak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
2. Area supervisi
a. Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien.
b. Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c. Sikap penghargaan terhadap pekaryaan misalnya kejujuran dan empati
3. Secara aplikasi area supervisi keperawatan meliputi:
a. Kinerja perawat dalam melaksakan asuhan keperawatan kepada klien.
b. Pendokumentasian asuhan keperawatan.
c. Pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang.
d. Pengelolaan logistik dan obat.
e. Penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelesaikan masalah
keperawatan klien.
f. Pelaksanaan timbang terima.
4. Cara supervisi
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu :
1) Langsung
Supervisi dilakukan secara langsung poada kegiatan yang sedang
berlangsung, dimana supervisor dapat terlibat dalam kegiatan, umpan
balik, dan perbaikan. Proses supervisi meliputi :
a) Perawat pelakasana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor.
b) Selama proses, supervisor dapat memberi dukungan, reinforcemen,
dan petunjuk.
c) Setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan diskusi
yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan memperbaiki
yang masih kurang. Reinforcement pada aspek yang positif sangat
penting dilakukan oleh supervisor.
2) Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga

17
mungkin terjadi kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara
tertulis.

3.12 Peran Kepala Ruangan, PP Dan PP Dalam Metode Asuhan Keperawatan


Profesional Primer (MAKP-PRIMER)
1. Peran kepala ruangan (Karu)
a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
b) Mengorientasi dan merencanakan kerjawan baru.
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada PP.
d) Evaluasi kerja.
e) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.
2. Peran perawat primer (PP)
a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
b) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan.
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat.
d) Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin lain maupun perawat.
e) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan.
f) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang.
g) Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait.
h) Mengadakan kunjungan rumah bila perlu.
3. Peran perawat assosiate (PA)
Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana yang telah disusun oleh PP.

3.13 Delegasi/Pendelegasian
Delegasi/pendelegasian adalah menyelesaikan pekaryaan yang dikerjakan
melalui orang lain untuk menyelesaikan tujuan organisasi (Nursalam, 2002).
Unsur-unsur dalam proses delegasi meliputi: R-A-A
a. Tanggung jawab (responsibility), adalah pekaryaan-pekaryaan yang harus
diselesaikan oleh seseorang pada jabatan tertentu.
b. Kekuasaan (authority) adalah hak atau wewenang untuk memutuskan segala
sesuatu yang berhubungan dengan funsinya.
c. Pertanggung jawaban (accountability), adalah memberikan pertanggung
jawaban dengan memberikan laporan bagaimana seseorang melaksakan
tugasnya dan bagaimana memakai wewenang yang diberikan kepadanya.

18
Dari uraian ketiga unsur diatas, jelas bahwa authority (kekuasaan) dan
responbility (tugas) dapat didelegasikan, sedangakan accountability
(pertanggung jawaban) tidak dapat didelegasikan, ini berarti bahwa seseorang
yang memimpin yang mendelegasikan tugas dan kekuasaannya dan
bawahannya tidak berarti mendelegasiakan pertanggungjawabannya, melainkan
ia tetap bertanggung jawab akan pelaksanaan tugas yang didelegasikan kepada
bawahannya.

19
BAB 4
HASIL KEGIATAN

4.1 Resume Pelaksanaan Supervisi


Hari/tanggal : Rabu / 21 Mei 2019
Pukul : 08.00 wib
Pelaksana : Perawat pelaksana
Tempat : Ners station di ruang Bougenvil 3.
Sasaran : Supervisi pada injeksi melalui selang infus..
Materi : Supervisi
Metode : Observasi, Tindakan, Evaluasi dan Diskusi
Media :
1. Lembar SOP injeksi melalui selang infus.
2. Peralatan perlengkapan injeksi melalui selang infus.
3. Lembar penilaian tindakan injeksi melalui selang infus.

4.2 Pengorganisasian
Supervisor : Umi Sa’adah, S..Kep., Ns
Pembimbing : Hidayatul Khoiroh, S.Kep, Ns
Sri Hananto Ponco S.Kep., Ns., M.Kep
Kepala ruangan : Septi ana nur, S.Kep
Perawat primer : Yunda A.F, S.Kep.

4.3 Presensi
1. Supervisor sebanyak 1 orang
2. Pembimbing dari ruangan Bougenvil 3 sebanyak 1 orang
3. Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Lamongan 15 orang.

4.4 Hasil Evaluasi


Persiapan dilakukan 3 hari sebelum acara dimulai. Acara sesuai dengan jadwal
gannt chart yang telah dibuat
No Waktu Kegiatan
09.00 Pelaksanaa supervisi pada cuci tangan.
1
2 09.30 Diskusi dan klarifikasi dari supervisor dan pembimbing (baik
pendidikan maupun rumah sakit):
1. Memberikan Reward kepada perawat pelaksana.
2. Hasilnya di share dan di feed back perlu ditambahkan

20
3. Check list belum diisi oleh evaluator.
4. Kepala ruangan sebaiknya memperagakan kembali saat diskusi
untuk pembenaran sesuai SOP.
5. KARU bisa menjadwalkan ulang supervise, apabila supervise
di angap kurang.
6. Karu harus mengali pengetahuan meliputi aspek psikososial,
psikomotor, kognitif, efektif.
7. Jika cuci tangan sebelum melakukan tindakan maka tidak
boleh memegang barang seperti cincin, jam tangan.
8. Feed back dan rencana tindak lanjut tidak dilakukan di nurse
station.
a. Kegiatan dihadiri oleh 100% atau 3 undangan yang disebarkan.
b. Selama kegiatan, masing masing mahasiswa bekerja sesuai dengan
tugasnya.
c. Acara dimulai sesuai jadwal yang ditentukan
d. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai dengan
baik.
e. Kurang optimalnya pelaksanaan roleplay supervise, karena masih ada
beberapa komponen yang kurang lengkap seperti 3F (Fair, Feedback,
Forward).

4.5 Hambatan
a. Pelaksanaan supervisi tentang tindakan identifikasi pasien kurang optimal
karena penelitian kepala ruangan kurang optimal, dan harus menguasai yang
dilakukan Perawat Primer.
b. Pada akhir supervisi mahasiswa belum melakukan desiminasi akhir yaitu
fair, follow up dan feed back.

4.6 Dukungan
a. Pengorganisasian supervisi yang terstruktur.
b. Proses bimbingan pelaksana supervisi oleh pembimbing akademik, ruangan
dan rumah sakit.
c. Adanya alur yang terstruktur dengan baik
d. Hubungan saling percaya yang terjalin antara pihak perawat ruangan dengan
mahasiswa praktek.
e. Tersedianya fasilitas pendukung untuk kelancaran proses supervisi yang
baik di Ruang Bougenvil 3 RSUD Dr. Soegiri Lamongan.

21
f. Kurang optimalnya pelaksanaan roleplay supervise, karena masih ada
beberapa komponen yang kurang lengkap seperti 3F (Fair, Feedback,
Forward).

BAB 5
PENUTUP

22
5.1 Kesimpulan
1. Supervisi merupakan upaya membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif
2. Tujuan supervisi adalahmemberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
3. Kelompok sudah melakukan supervisi cuci tangan pada sesame mahasiswa
yang telah dilakukan kepala ruangan kepada PP maupun PA.

5.2 Saran.
1. Memberikan Reward kepada perawat atau pelaksana
2. PP menyiapkan semua peralatan terlebih dahulu.
3. Komunikasi PP dengan karu kurang tentang hasil evaluasi cuci tangan..
4. Kepala ruangan harus menguasai tentang tindakan yang akan dilakukan
pada saat supervisi yaitu cuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

23
Nursalam.(2007). Manajemen keperawatan edisi II.Aplikasi Dalam Praktek
Keperawatan Professional. Jakarta: Salemba Medika.
Swenbrek Alih Bahasa Suhariyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan Dan
Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC.

Lampiran 1

24
STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR (SOP)

INJEKSI MELALUI SELANG INFUS

Bobot Nilai
PENGERTIAN Pemberian obat intravena merupakan pemberian 1
obat dengan cara memasukkan obat kedalam
pembuluh darah vena menggunakan spuit.
TUJUAN 1. Mendapat reaksi yg lebih cepat, 1
sehingga sering digunakan pada pasien yg 1
sedaang gawat darurat . 1
2. Memasukkan obat dalam volume yg lebih
besar
3. Menghindari kerusakan jaringan .

PERSIAPAN 1. Buku catatan pemberian obat 1


PERALATAN 2. Kapas alkohol/alkohol swap 3
3. Obat yg tepat 3
4. Spuit
1
5. Bak Instrumen
6. Baki obat 1
7. Bengkok 1

Prosedur kerja 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah 4


tindakan
2. Perkenalan kepada pasien 1
3. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan 1
4. 7 benar obat 4
5. Ambil obat dalam tempatnya dengan 3
spuit sesuai dengan dosis yg akan diberikan.
Seandainya obat berada dalam bentuk sediaan
bubuk, sehingga larutkan dengan pelarut
(aquades steril).
6. Setelah Itu tempatkan obat yg telah 2
diambil pada bak injeksi.
7. Matikan cairan infus 1
8. Desinfeksi dengan kapas alkohol. 4
9. Ambil spuit yg berisi obat. 1
10. Lakukan penusukkan dengan lubang 2
menghadap ke atas dgn memasukkan ke karet
infusserta melihat reaksi pasien dan obat
dimasukkan secara perlahan-lahan
11. Sesudah selesai ambil spuit dengan 1
menarik & spuit yg sudah dipakai letakkan ke
dalam bengkok.
12. Alirkan infus sesuai kebutuhan pasien 2

Tahap Terminasi

1. Menyampaiakan kepada keluarga jika ada 1


reaksi alergi ditubuh pasien, segera lapor

25
petugas. 1
2. Melakukan evaluasi dari hasil tindakan 1
3. Mengucapkan terima kasihkepada klien
dan keluarga klien 1
4. Membereskan alat-alat yang telah
digunakan/dipake 3
5. Mencuci tangan 2
6. Mencatat/mendokumentasikan  kegiatan
dalam lembar catatan

Jumlah 50

Penilaian : Nilai x 2 = %

Interpretasi penilaian terhadap hasil supervisi:


 Jika penilaian 76-100%, interpretasi nilai Baik
 Jika penilaian 56-75%, interpretasi nilai Cukup
 Jika penilaian ≤56%, interpretasi nilai Kurang

26
PENDOKUMENTASIAN

Tema Supervisi : Injeksi Intravena

Identitas Perawat Identitas Supervisor

Nama : Nama :

Ruangan : Ruangan:

Jabatan :

Jadwal Pelaksanaan
Hari :

Tanggal :

Jam :

Hasil Supervisi
o
o
o
Rencana Tindak Lanjut

Tanda tangan Perawat Tanda tangan Supervisi

( ) ( )

27

Anda mungkin juga menyukai