Anda di halaman 1dari 2

Felicia Melinda 21080118140052

Farid I.I 21080118140066

Tasha Rifanti. 21080118100068


Bituminous Coal Combustion in a Full –Scale Start Up Ignition Burner:Influence of Excess Air
Ratio

Pendahuluan
Peningkatan efisiensi dan pengendalian emisi polutan merupakan proyek boiler utillitas paling
signifikan di seluruh dunia. Penggunaan bahan bakar minyak pada ketel yang di gunakan untuk
memanaskan ruang bakar tungku yang dapat mencapai sekitar 100 ton bahan bakar minyak di
konsumsi pada ketel uap utillitas 300 Mwe,yang menyebabkan kekhawatiran akan
meningkatnya biaya ekonomi. Hal ini mendorong minat untuk mengembangkan pembakar
penguapan bebas minyak dan start up. Berbagai peneliti telah melakukan penelitian tentang
pembakar penguapan bebas minyak,seperti pembakaran batu bara menggunakan burner
berbantuan plasma,atau berbantuan gelombang mikro dan sebagainnya.. Pengapian aliran batu
bara ini merupakan sumber energi yang andal dan nyaman. Dalam pembakar pengapian start up
yang terpusat pada bahan bakar ini . Fitur burner dua senjata minyak diatur dalam pipa minyak
dan cara kerjanya. Minyak yang diabomisasi dari suatu senapan minyak,yang disebut senapan
minyak utama,menyala dan terbakar di ruang yang berinsulasi panas. Selanjutnya nyala minyak
menyukut minyak yang diatomisasi dari senapan minyak lainnya,yamh disebut senjata minyak
bantu.Pemisah kerucut dipasang di saluran campuran airecoal primer untuk memusatkan
batubara yang di hancurkan ke dalam zona pusat burner. Slanjutnya batu bara akan dinyalakan.
Dan setelah boiler dinyalakan burner beralih operasi menjadi burner kaya bahan bakar terpusat
yang ditandai denganefisiensi pembakaran.serangkaian pengapian batu bara bitumen dalam skala
penuh pembakaran pengapian start up dilakuann dalam penelitian ini.

Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan serangkain alat pembakaran yang dirangkai sistematis
dengan menggunakan bahan bakar batu bara. Batubara yang telah dihancurkan dibawa ke
pembakar. Bahan bakar minyak diambil dari tangki minyak sebagai tambahan. Udara primer
yang digunakan dalam pembakaran minyak dipasok dari blower lain. Batu bara itu dinyalakan
dalam saluran udara primer. Sampel diambil oleh pompa melalui perangkat filtrating menjadi
penganalisis gas Testo 350M untuk dianalisis selanjutnya. Ketepatatan penganalisis untuk setiap
pengukuran spesies adalah 1% untuk O2 dan 5% untuk CO. Setiap sensor dikalibrasi sebelum
pengukuran. Maksimal Konsentrasi CO adalah 10.000 ppm dalam percobaan ini. Perbedaan
tekanan sebelum dan sesudah penyalaan disebutsebagai resistensi burner

Hasil dan pembahasan:


1. Distribusi suhu
Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan mengenai distribusi suhu yang
dilakukan di sepanjang jalur utama pembakaran. Pengamatan ini dilakukan pada dua
penyemprot minyak ( utama dan pembantu) dan pada pipa utama. Tembakan minyak
yang ada akan terbakar pada pipa utama dan menyebabkan terbentuknya gas yang
bersuhu tinggi.
Pada percobaan, diamati perbedaan distribusi suhu antara berbagai dosis udara
ekses dengan ada maupun tidak adanya coal feed. Hasilnya menunjukan bahwa semakin
banyak ekses udara yang digunakan, maka penurunan suhu akan semakin cepat saat coal
feed tidak digunakan. Hal ini dapat terjadi karena adanya pertukaran udara antara udara
ekses dengan suhu yang panas. Contohnya pada percobaan menggunakan rasio udara
ekses 0,56, temperature turun derastis dari 1045 o C menjadi 646 o C. pada penggunaan
coal feed, hasil yang ada menjadi berbeda. Temperature yang ada dapat meningkta
seiring mengalirnya gas panas yang ada. Semakin banyak udara yang digunakan maka
temperaturnya akan semakin tinggi.
Pada dua ruang pembakaran, didapati bahwa suhu keduany berbeda. Suhu gas
pada sekitar semprotan minyak utama lebih rendah dari suhu gas di sekitar semprotan
minyak cabang. Minyak dari kedua semprotan tersebut dibakar pada pipa utama. Saat gas
pembakaran mengalir, temperaturnya dapat menurun seiring percampurannya dengan
udara dingin sehingga temperaturnya dapat berkurang drastis.
Pada saat pembakaran telah dilakukan, terbukti bahwa nyala pembakaran dapat
terjaga dengan keberadaan batu bara. Hal ini dapat dilihat pada percobaan menggunakan
udara ekses sebesar 0,56.
2. Rilis Karbon dan Hidrogen pada pembakaran
Rilis karbon dan hydrogen sangat bergantung pada jumlah rasio udara ekses dan jarak
dari titik utama pembakaran. Ekses udara yang ada dapat menyebabkan momentum aksial
bertambah dan waktu tinggal berkurang. Sedangkan jarak batu bara dari titik utama
pembakaran akan menurunkan kecepatan pembakaran. Semakin jauh jarak maka
kecepatan pembakaran akan berkurang.
3. Komposisi gas dan resistansi pembakaran
Gas yang terdapat pada ruang pembakaran adalah gas O2 dan CO2. Dengan kasiaran adar
oksigen sekitar 0,1-3,7%. Dari table yang ada dapat diketahui bahwa semakin tinggi
tinngi rasio udara ekses maka keberadaan olsigen dan tekanan resistansi pembakarannnya
akan semakin tinggi pula.
Kesimpulan:

Dapat disimpulkan bahwa udara ekses yang ada dapat mengurangi suhu yang ada pada proses
pembakaran dikarenakan udara ekses mampu menyerap panas yang dihasilkan oleh gas hasil
pembakaran. Maka dari itu, udara ekses lebih cocok digunakan untuk menjaga bara tetap dalam
kondisi terbakar. Manfaat dari udara ekses yang tinggi adalah mampu menurunkan rilis karbon
dan hydrogen yang ada.

Anda mungkin juga menyukai