Anda di halaman 1dari 4

Singapura

Singapura merupakan salah satu negara di Asia yang berhasil mengatasi banjir sampai
saat ini, serta memiliki pengelolaan sumber daya air yang baik. Institusi pengelolaan sumber
daya air dan tata ruang di Singapura telah terbentuk sejak tahun 1970-an. PUB (Public Utilities
Board) adalah sebuah State Board (BUMN), di bawah Ministry of Environment and Water
Resource (Kementrian Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Air) yang menangani seluruh
manajemen sumber daya air di Singapura. URA (Urban Redevelopment Authority) merupakan
badan yang menangani tata ruang di Singapura. Kedua organisasi ini bekerja sama dalam
menyusun Master Plan di Singapura. Selain itu, pencegahan pencemaran limbah dan manajemen
DAS juga dilakukan oleh PUB dengan NEA (National Enviromental Agency – Otoritas
Lingkungan Hidup) serta HDB (Housing Development Board – Otoritas Perumahan Rakyat).
Hal ini dimaksudkan untuk pencegahan pencemaran di segala bidang pembangunan.

PUB didirikan untuk menjamin supplai air bersih secara efisien, memadai dan
berkelanjutan untuk Singapura. Misi PUB adalah mencapai pelayanan yang terbaik dengan harga
yang terendah. Hal ini yang menyebabkan PUB terus melakukan terobosan. Dan karena itulah
PUB berhasil mendapatkan Stockholm Water Prize pada tahun 2007. Organisasi ini
sesungguhnya bertanggung jawab terhadap hal – hal berikut:

1. Pengumpulan air baku dan impor air


2. Produksi dan distribusi air bersih
3. Koleksi dan pengolahan air kotor
4. Reklamasi air dan desalinasi air laut di Singapura

Terdapat 4 langkah utama yang dijalankan Singapura dalam pengelolaan sumber daya airnya.
Langkah-langkah tersebut adalah:

1. Penyusunan institusi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Tata Ruang yang terkoordinasi.
2. Perencanaan tata ruang yang kemperhensif dengan perencanaan struktur drainase.
3. Implementasi IWRM (Integrated Water Resource Management) yang mencakup
pengadaan air bersih, sistem drainase, pengelolaan limbah terpadu dan infrastruktur
pendukung lainnya.
4. Manajemen kebutuhan air dengan tarif berjenjang.
Untuk implementasi IWRM yang telah berhasil diterapkan di Singapura, PUB mengadopsi
strategi Drainage Planning and Management (Perencanaan dan Manajemen Drainase yang
Berkelanjutan). Hal ini dimulai dengan proses persiapan dan up-date master plan drainase secara
berkal serta pengaturan pembangunan (development control). Master plan drainase ini akan
selalu mengikuti perkembangan Master Plan Singapura yang terbaru. Dalam master plan
drainase, kebutuhan untuk infrastruktur drainase harus diperhitungkan dan direalisasikan.
Caranya ditempuh dengan menjamin bahwa setiap pembangunan akan mengikuti master plan ini.
Sebaliknya, pembangunan tersebut tidak akan diijinkan jika tidak sesuai persyaratan master plan
di atas. Hal ini juga dicek dengan metode simulasi drainase dengan software yang modern.

Hal ini diterapkan dengan menetapkan 4 strategi manajemen DAS.

Daerah DAS yang dilindungi (Protected Catchment Areas) di tengah Singapura merupakan
hutan lindung dan tidak boleh dibangun kecuali untuk lapangan golf dan militer. Ini
dimaksudkan untuk menjamin supplai air bersih dan konservasi lingkungan hidup.

Daerah DAS yang tidak dilindungi (Unprotected Catchment Areas) dapat dibangun untuk
perumahan dan industri nonpolutif. Dengan syarat dilengkapi dengan infrastruktur pengolahan
air kotor dan limbah lainnya. Daerah Koleksi dari Perkotaan seperti Sungei Seletar/ Bedok
Scheme dan Marina Barrage juga dimanfaatkan untuk supplai air bersih. Tetapi dilengkapi
dengan instalasi pengolahan air yang lebih modern.

Dan industri polutif hanya boleh dibangun pada kawasan yang tidak termasuk pada kawasan
DAS yang berpotensi untuk tangkapan air minum. Tetapi tetap kawasan ini juga harus dilayani
oleh sistem koleksi limbah yang modern untuk mencegah polusi industri yang parah.

Dengan Perencanaan Tata Ruang yang terintegrasi dengan IWRM dan LID, Singapura dapat
mengurangi potensi banjir di pulau ini. Hal ini dapat dilakukan dengan partisipasi seluruh
komponen yang berkepentingan (Pemerintah, Swasta dan Masyarakat atau 3P/ Public-Private-
People Approach).
Inggris

Inggris merupakan negara pertama pencetus sistem drainase berkelanjutan. Agar sistem
drainase berkelanjutan ini berhasil di Inggris, para pihak instansi yang terkait membuat suatu
kolaborasi dengan para stakeholders. Berikut adalah lembaga dan tugasnya yang bertanggung
jawab menangani sistem drainase di Inggris.

Tingkatan Lembaga Tugas


Tingkat 1 Central government (Defra , DCLG, Strategi Pembuat Marketing
Ofwat, Regional Government 1. Menetapkan kebijakan strategi di
Assemble ) tingkat nasional
2. Menetapkan dan mengesahkan
regulasi
3. Menetapkan anggaran dana
alokasi
Tingkat 2 Environment Agency Highways Peraturan dan Pedoman
Agency (National SUDS, Working 1. Memonitor standar mengenai
Group, ABI, CIRIA) risiko banjir
2. Memberikan gambaran strategi
resiko banjir
3. Bertanggung jawab terhadap
DAS
4. Pengembangan pedoman kerja
nasional
Tingkat 3 Local Authority (county/local/district Siasat dan level operasional
and or unitary authorities. Waste/ 1. Drainase air perkotaan
Wastewater Companies (Sewered 2. Rencana pengelolaan air
systems, Outfalls). LFLs, FLAGs, dan permukaan
LRFs 3. Susunan perencanaan lokal
4. Membuat dan menyetujui
peraturan
5. Penerapan sistem drainase
berkelanjutan
Tingkat 4 Other Stakeholders (Developers, Pengetahuan lokal dan tingkat partisipan
General Public, NGOs, Consumer 1. Pengembangan partisipasi
councils, British Waterways masyarakat
2. Percontohan proyek lokal

Negara Inggris membagi kedudukan lembaga pengelola drainase menjadi 4 tingkatan.


Tingkat tertinggi merupakan Pemerintah Pusat yaitu Defra (The Department of Environment,
Food and Rural Affairs), DCLD (Department of Communities and Local Government), Ofwat
(The Office of Water Regulation), dan Regional Government Assamble (Pemerintah Daerah).
Lembaga tersebut bertugas menetapkan kebijakan sesuai dengan persyaratan Uni Eropa dan
menetapkan serta mengesahkan undang-undang juga mengalokasikan anggaran. Pada tingkat
kedua, terdapat lembaga pengelolaan lingkungan dan jalan raya yang terdiri dari National
Sustainable Urban Drainage System Working Group, ABI (Association British Inserues), dan
CIRIA (Construction Industry Research and Information Association) yang bertugas memonitor
serta memberikan gambaran tentang strategi banjir, bertanggung jawab terhadap Daerah Aliran
Sungai dan mengembangkan pedoman kerja yang ada. Pada tingkat ketiga, terdapat Pemerintah
daerah yang terdiri dari water/wastewater companies, LFLFs (Local Resilience Forums), FLAGs
(Flood Liaison Action Groups), LRFs (Local Resilience Forums) yang bertanggung jawab untuk
merencanakan pengelolaan air permukaan, membuat perencanaan lokal, membuat dan
menyetujui peraturan, serta melaksanakan sistem drainase berkelanjutan. Terakhir, tingkat
keempat terdapat lembaga lainnya seperti Developers, General Public, Riparian land and
Owners, NGOs (Non Governmental Organisation), British Waterways, Corporate/Retail Groups,
Consumer councils yang berpartisipasi dalam penerapan sistem drainase berkelanjutan di
lingkungan masyarakat serta pembangunan proyek-proyek percontohan.

Anda mungkin juga menyukai