Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri bahwa agam sangat erat kaitannya
dengan kehidupan sosial, menyatakan agama tidak ada sangkut
pautnya dengan masyarakat dan kehidupan sosial mungkin sangat jauh
dari persepsi agama itu sendiri, agama sendiri telah memberikan
sebuah sistem sosial, ekonomi dan politik yang menyeluruh dan
terperinci. Di Indonesia sendiri hubungan antara agama dan politik
memiliki tradisi yang mengakar panjang, dalam perjalanan sejarah
inilah yang kemudian sambil mengadakan dialog yang bermakna
dengan realitas sosio kultural dan politik . pada kenyataannya malah
dapat dikatakan bahwa agama sepanjang perkembangannya di
Indonesia telah menjadi bagian integral dari sejarah politik negeri ini,
meskipun tidak serta merta dapat dikatakan bahwa agama merupakan
salah satu unsure yang erat kaitannya dengan dunia perpolitikan di
Indonesia .
Kita dapat melihat dari sejarah perpolitikaan di Indonesiia,
bahwa telah lumayan banyak partai-partai politik yang berasaskan dari
salah satu agama yang diakui di Indonesia yang mengikuti alur dan
jalan yang terus berkembang di Negara ini. Agama merupakan satu
kesatuan yang fungsinya tidak lagi hanya menjurus kepada kehidupan
spiritual atau hubungan antara manusia dengan penciptanya, dalam
konteks yang lebih luas agama telah berkembang menjadi suatu
komoditi suatu kaum untuk mencaapai sebuah tujuan.
Di Indonesia sendiri dengan diakuinya beberapa keyakinan,
serta aturan dalam undang-undang dasaar 1945 yang menyatakan
bahwasanya tiap-tiap warga berhak untuk memeluk dan beribadah
menurut agama dan kepercayaannya masing-masing telah menjadikan
agama menjadi suatu kumpulan masyarakat yang kemudian bersatu
untuk mencapai sebuah tujuan hidup, sebuah tujuan untuk meletakkan

1
dasar pemikiran yang ada didalam agamanya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Jadi dalam kaitannya agama dan politik memiliki kaitan yang
sangat erat, terlebih di Indonesia, agama tidak lagi menjadi suatu
antara interaksi manusia dan penciptanya, tapi agama telah menyentuh
segala aspek kehidupan manusia, sehingga dalam keadaan apapun
agama tidak dapat dipisahkan, agama apapun itu, kepercayaan apapun
itu pasti telah meletakkan dasar-dasar pola berfikir dan tata cara
berkehidupan dan berinteraksi dengan sesamanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian agama dan politik ?
2. Bagaimana Hubungan Agama dengan politik ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian agama dan politik.
2. Menjelaskan hubungan agama dengan politik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
Agama adalah suatu ciri kehidupan sosial manusia yang
universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-
cara berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk
disebut “agama” (religious). Banyak dari apa yang berjudul agama
termasuk dalam suprastruktur: agama terdiri dari tipe-tipe simbol,
citra, kepercayaan, dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk
manusia menginterpretasikan eksistensi mereka.
Sedangkan menurut pandangan sosiolog, Emile Durkheim
mengemukakan makna agama, merupakan sebuah perbedaan yang
sakral dan profan serta terangkatnya beberapa aspek kehidupan
sosial ke level yang sakral yang kemudian menjadi syarat mutlak
bagi keberadaan agama sehingga terciptanya ritual-ritual yang
mengubah kekuatan moral masyarakat menjadi simbol-simbol
religius yang mengikat individu dalam suatu kelompok[]. Syarat-
syarat lain dari agama adalah kepercayaan, ritual agama dan gereja
(tempat ibadah. Dalam pandangan sosiologi Agama dipandang
sebagai suatu institusi yang lain yang mengemban tugas atau
fungsi agar masyarakat berfungsi dengan baik, baik dalam lingkup
local, regional, nasional, maupun mondia maka dalam tinjauannya,
yang dipentingkan ialah daya guna, dan pengaruh agama terhadap
masyarakat, sehingga berkat eksistensi dan fungsi agama cita-cita
masyarakat (akan keadilan dan kedamaian, dan akan kesejahteraan
jasmani dan rohani)
Mendefinisikan agama secara komprehensif yang mampu
merangkum semua aspek nampaknya menjadi suatu permasalahan
yang pelik bahkan mustahil untuk dilakukan mengingat luasnya
aspek yang terkandung dalam agama itu sendiri. , misalnya ada
tidak ada definisi tentang agama yang benar-benar memuaskan

3
karena agama dalam keanekaragamannya yang hampir tidak dapat
dibayangkan itu memerlukan deskripsi (penggambaran) dan bukan
definisi (batasan).
Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah system
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya[3].
Menurut Sutan Takdir Alisyahbana agama adalah suatu system
kelakuan dan perhubungan manusia dengan rahasia kekuasaan dan
kegaiban yang tiada terhingga luasnya, dan dengan demikian
member arti kepada hidupnya dan kepada alam semesta yang
mengililinya.
B. Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis
yang berarti kota atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang
menjadi polites yang berarti warganegara, politeia yang berarti
semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti
pemerintahan negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan.Istilah politik berasal dari kata Polis (bahasa
Yunani) yang artinya Negara Kota.
Dari kata polis dihasilkan kata-kata, seperti Politeia artinya
segala hal ihwal mengenai Negara.Polites artinya warga
Negara.Politikus artinya ahli Negara atau orang yang paham
tentang Negara atau negarawan.Politicia artinya pemerintahan
Negara. Secara umum dapat dikatakan bahwa politik adalah
kegiatan dalam suatu system politik atau Negara yang menyangkut
proses penentuan tujuan dari system tersebut dan bagaimana
melaksanakan tujuannya. Negara adalah suatu organisasi dalam
suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan
ditaati oleh rakyatnya. Kekuasaan yaitu kemampuan sesorang atau

4
suatu kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau
kelompok sesuai dengan keinginan dari pelaku.
Aristoteles (384-322 SM) dapat dianggap sebagai orang
pertama yang memperkenalkan kata politik melalui
pengamatannya tentang manusia yang ia sebut zoon politikon.
Dengan istilah itu ia ingin menjelaskan bahwa hakikat kehidupan
sosial adalah politik dan interaksi antara dua orang atau lebih sudah
pasti akan melibatkan hubungan politik. Aristoteles melihat politik
sebagai kecenderungan alami dan tidak dapat dihindari manusia,
misalnya ketika ia mencoba untuk menentukan posisinya dalam
masyarakat, ketika ia berusaha meraih kesejahteraan pribadi, dan
ketika ia berupaya memengaruhi orang lain agar menerima
pandangannya.Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik
(politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem
politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decision making) mengenai
apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut
seleksi terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas
dari tujuan-tujuan yang telah dipilih. Sedangkan untuk
melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-
kebijakan umum (public policies) yang menyangkut pengaturan
dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari sumber-
sumber (resources) yang adaPengertian politik dari para ilmuwan
Johan Kaspar Bluntschli dalam buku The Teory of the
State: “Ilmu Politik adalah ilmu yang memerhatikan masalah
kenegaraan, dengan memperjuangkan pengertian dan pemahaman
tentang negara dan keadaannya, sifat-sifat dasarnya, dalam
berbagai bentuk atau manifestasi pembangunannya.” (The science
which is concerned with the state, which endeavor to understand
and comprehend the state in its conditions, in its essentials nature,

5
in various forms or manifestations its development). Kosasih
Djahiri dalam buku Ilmu Politik dan Kenegaraan: “Ilmu politik
yang melihat kekuasaan sebagai inti dari politik melahirkan
sejumlah teori mengenai cara memperoleh dan melaksanakan
kekuasaan. Sebenrnya setiap individu tidak dapat lepas dari
kekuasaan, sebab memengaruhi seseorang atau sekelompok orang
dapat menampilkan laku seperti yang diinginkan oleh seorang atau
pihak yang memengaruhi. ”Wirjono Projodikoro menyatakan
bahwa “Sifat terpenting dari bidang politik adalah penggunaan
kekuasaan oleh suatu golongan anggota masyarakat terhadap golon
gan lain. Dalam ilmu politik selalu ada kekuasaan atau kekuatan.”
Idrus Affandi mendefinisikan: “Ilmu politik ialah ilmu yang
mempelajari kumpulan manusia yang hidup teratur dan memiliki
tujuan yang sama dalam ikatan negara.”
C. Hubungan Agama dan Politik
Untuk mengkaji mengenai hubungan antara Agama dan
Politik terlebih di Indonesia maka akan sangat erat kaitannya bila
kita melihat sejarah dan perkembangan dunia agama sendiri dan
pula kehidupan perpolitikan di Indonesia. Salah satu contoh yang
memiliki kaitan yang erat antara Hubungan agama dan politik
adalah ada dalam sila pertama Pancasila. Sila pertama Pancasila
sendiri telah sangat menjelaskan bahwa agama memiliki peranan
yang penting dalam tatanan kehidupan berpolitik di Indonesia. “
Ketuhanan Yang Maha Esa “ merupakan perwujudan kesatuan
agama-agama yang ada di Indonesia, walaupun Islam menjadi
Mayoritas di Indonesia, namun dalam penyusunannya Islam juga
memahami bahwa Indonesia merupakan Negara kesatuan yang
Pluralisme. Sehingga dalam sila pertama Pancasila tidak hanya
mencerminkan Islam sebagai Negara mayoritas, melainkan
mewakili seluruh elemen kehidupan beragama di Indonesia.

6
Pada awalnya Kepemimpinan agama berada di garis depan
pada arus perubahan masyarakat. Dibeberapa Negara pada
pertengahan abad 7 dan Modern ternyata agama tidak
dintregaasikan secara penuh, ada dua faktor utama mengapa agama
gagal menjadi ideologi penuh atau dasar sebuah Negara. Yang
pertama adalah sikap para pemimpin agama untuk menciptakan
system pemerintahan religio- politik. Sikap tokoh para pemuka dan
pemmpin agama kala itu yang cenderung memilih status quo
dengan alas an pilihan ummat sebagamana yang terjadi dalam
sejarah terbentuknya bani umayyah. Dalam era modern seperti
sekarang partisipasi politik pemimpin agama yang menjadi
pemimpin politik semakin kuat. Kita dapat melihat di Indonesia
sendiri dengan bermunculan nya partai-partai yang berasaskan
agama tertentu.
Yang kedua adalah adanya anggapan bahwa agama harus
mandiri dan tidak berfungsi sebagai kekuasaan. Dalam hal ini biasa
nya pemimpin agama menenmpatkan agama pada konteks yang
tidak terlalu luas sehingga dapat dikatakan agama menjadi sebuah
simbol kepercayaan tanpa harus ikut terlibat dalam kehidupan
pemerintahan maupun bernegara.
Dalam konsepsi sebagian besar masyarakat Indonesia,
kehidupan politik juga seharusnya dilandasi oleh nilai-nilai agama.
Konsepsi ini agak berbeda dengan politik di negara Barat yang
memisahkan secara tegas antara politik dan agama. Politik dan
posisi-posisi politik harus dipisahkan secara tegas dengan agama.
Konsepsi ini menghendaki agar pemimpin agama tidak terlibat
dalam politik praktis. Mengkaji masyarakat Islam di Indonesia
tidak bisa dilepaskan dari faktor negara atau politik. Sejarah telah
membuktikan bahwa Islam merupakan faktor berpengaruh
terhadap politik. Ada dua alasan mengapa hal ini
terjadi. Pertama, karena secara kuantitas umat Islam di Indonesia

7
merupakan mayoritas. Kedua, karena adanya pemikiran dalam
umat Islam sendiri bahwa memang Islam dan politik tidak dapat
dipisahkan. Deliar Noer termasuk orang yang berpandangan bahwa
Islam mempunyai konsep negara dan Islam dengan politik tidak
dapat dipisahkan. Menurut Deliar Noer, sebagai sebuah konsep
(bukan nama) negara Islam dilandasi oleh:
1. Al-Quran dan Sunnah Rasul sebagai pegangan hidup bernegara,
2. Hukum harus dijalankan,
3. Prinsip Syura (Musyawarah) dijalankan,
4. Kebebasan diberikan tempat,
5. Toleransi antar agama.
Kebijakan keagamaan di Indonesia telah menempuh jalan
yang panjang. Hingga tahun 1960-an, persoalan keagamaan yang
beraneka ragam di tanah air belum banyak tersentuh. Pemerintah
sejak lama memandang keanekaragaman agama ini sebagai potensi
penghambat pembangunan Indonesia yang satu dan kuat.
Kementerian agama yang di bentuk pada tahun 1946 memiliki
tugas yang eksplisit antara lain mengawasi kegiatan keagamaan dan
aliran-aliran/paham-paham, melakukan bimbingan dan pembinaan
terhadap gerakan mistik agar kembali ke agama induk dan
mengharuskan mereka untuk menegakkan hukum dan peribadatan
agama khususnya Islam. Tugas-tugas ini menunjukan bahwa
negara mulai menerapkan pemikiran sistemik secara lebih tegas.
Selain itu, tugas pokok lain adalah membimbing dan membina
masyarakat penganut agama resmi seperti Islam, Kristen Prostetan,
Katolik, Hindu dan Budha.
Pemerintah sendiri membuat definisi agama resmi yang
diakui pemerintah sebagai sistem keyakinan kepada Tuhan yang
memiliki kitab suci, nabi-nabi dan ajaran-ajaran. Dalam hal
kebijakan keagamaan ini paling tidak pemerintah melakukan tiga
hal. Yaitu:

8
- Pertama, membina umat yang sudah beragama di seluruh
pelosok;
- Kedua,Memberagamakan warga masyarakat yang dianggap
belum beragama;
- Ketiga, Pemerintah memerankan diri sebagai wasit sekaligus
pemain dalam hubungan antarumat beragama. Dari sudut pandang
intrinsik, maka secara sederhana agama adalah keyakinan akan
entitas spiritual.
Jika kita menggunakan definisi yang lebih kompleks. maka
agama adalah suatu sistem simbol yang bekerja memantapkan
suasana jiwa dan motivasi yang kuat, mendalam dan bertahan lama
pada diri manusia dengan memformulasikan konsepsi-konsepsi
keteraturan umum mengenai keberadaan dan menyelimuti
konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura faktualitas sehingga
suasana jiwa dan motivasi tersebut seolah-olah secara unik nyata
ada. Dinamika hubungan antara agama dan negara berlangsung
dalam konteks instrumentalisasi yang kerap kali ditempeli oleh
muatan potensi integratif maupun disintegratif. Dengan
konkretisasi, interpretasi dan formalisasi agama dalam kehidupan
yang nyata, manusia memiliki legitimasi untuk menjadikannya
sebagai instrument kekuasaan.
Ada tiga kemungkinan skenario politik keagamaan.:
- Pertama, agama dan negara terpisah satu sama lain. Doktrin agama
hanya menjadi pedoman hidup manusia sebatas dalam keluarga dan
masyarakat yang berwadahkan keorganisasian dalam masjid,
gereja, kuil, dan lain-lain. Segala sesuatu yang berurusan dengan
agama diselesaikan dalam institusi kegamaan tersebut. Prinsip
utamanya adalah “Agama adalah Agama”. Dalam kenyataan, sukar
menemukan pada abad global ini suatu institusi agama yang tidak
tercemar sama sekali dengan pergumulan duniawi di luar dari
agama.

9
- Kedua, Agama dan Negara terikat satu sama lain (Integralistik)
dalam pengertian agama memberi corak dominan atas negara.
Dalam konteks ini agama bermain penuh sebagai instrumen, yakni
aktualisasi agama di dalam sebagian besar institusi negara seperti
institusi politik, ekonomi, hukum dan lainnya.
- Ketiga, Agama ditempatkan dalam suatu sistem negara yang
mengutamakan harmoni dan keseimbangan. Agama direduksi
menjadi salah satu unsure saja dari sistem yang dipandang saling
tergantung dengan unsur-unsur lain. Kebijakan kebijakan yang
merupakan konkretisasi pendekatan sistemik ini jelas sekali
menekankan kontrol yang tegas terhadap unsur-unsurnya, termasuk
unsur agama agar selalu terwujud keteraturan yang harmonis tanpa
guncangan. Setiap kali ada gejolak sekecil apapun, langsung
diredam oleh negara (pemerintah) sehingga keseimbangan tercapai
kembali.
Pendekatan ini langsung menempatkan negara (pemerintah)
dalam kedudukan sentral yang lambat laun seolah melepaskan diri
dari sistem dan bahkan mengontrol sistem. Keadaan ini membuat
negara (pemerintah) semakin kuat karena sistem posisinya merosot
menjadi subordinat, kehilangan kekuatan untuk mengontrol negara.
Negara cenderung otoriter karena akumulasi kekuasaan berada di
tangannya. Bagi KH Sahal, kepolitikan merupakan realitas historis
atau Sunatullah yang tidak bisa terelakkan, menurutnya bahwa
dalam proses hidupnya manusia tidak lepas dari pengaruh watak
politik.
Telah menjadi sunatullah barangkali setiap kelompok ada
yang dikuasai dan ada yang menguasai, ada yang memerintah dan
yang diperintah serta ada yang dipengaruhi dan mempengaruhi,
itulah konteks politik. Politik merupakan kebutuhan hidup menurut
naluri manusiawi. Artinya bahwa Agama dan Negara tidak dapat
dipisahkan. Kata din wasiyasah sesungguhnya menggambarkan

10
bentuk integrasi agama dan negara. Meskipun negara (politik) dan
agama tidak dapat dipisahkan, namun bukan berarti negara beserta
produk-prosuknya harus berlabel Islam.
Relasi agama bagi K.H Sahal mengacu pada “simbiosis
mutualisme” keduanya saling mempengaruhi dan membutuhkan
untuk kemaslahatan umat. Negara harus di beri keleluasaan untuk
mengatur aspek ideologis, karena bagaimanapun juga bagi bangsa
Indonesia yang memiliki bermacam-macam agama, agama akan
lebih berfungsi positif bila dilepaskan dari permasalahan
ideologis.Di lain pihak, independensi agama dalam hal yang
menyangkut ibadah dan ajaran keimanan haruslah dihormati oleh
negara. Pengaturannya selama ini masih dapat dititipkan pada
sejumlah perangkat formal seperti undang-undang keormasan.
Tetapi pada masa-masa yang akan datang hubungan itu akan lebih
hidup bila dikembangkan melalui dialog budaya yang hidup dan
berlingkup luas. Kekuasaan politik haruslah sejalan dengan tujuan
syariat,yaitumemeliharaagama (din), akal (aql), jiwa(nafs), harta (
mal)danketurunan (nasl). Sementara pemimpin tidak hanya mereka
yang memegang jabatan formal-struktural, mereka yang
memegang kekuasaan kultural juga disebut pemimpin.
Kepemimpinan politik kultural mempunyai fungsi yang strategis
yakni sebagai kekuatan untuk mendinamisir masyarakat,
memberikan pendidikan politik tentang hak dan kewajiban seorang
warga negara di akar rumput (grass root).
Dalam konteks hubungan agama dan negara (ulama dan
penguasa) dapat dijelaskan dengan prinsip “akomodasi kritis”,
yaitu prinsip yang menuntut kemampuan para ulama untuk
menjadikan Islam sebagai kekuatan yang integratif terhadap
agama. Islam harus di pandang sebagai faktor komplementer bagi
komponen-komponen lain, Islam dalam hal ini difungsikan sebagai
faktor integratif yang mendorong timbulnya partisipasi penuh

11
dalam rangka membentuk Indonesia yang kuat, demokratis dan
berkeadilan. Agama secara hakiki berhungan dengan politik.
Kepercayaan agama dapat mempengaruhi hukum, perbuatan yang
oleh rakyat dianggap dosa, seperti sodomi dan incest, sering tidak
legal. Seringakali agamalah yang memberi legitimasi kepada
pemerintahan. Agama sangat melekat dalam kehidupan rakyat
dalam masyarakat industri maupun nonindustri, sehingga
kehadirannya tidak mungkin tidak terasa di bidang politik. Sedikit
atau banyak, sejumlah pemerintahan di seluruh dunia
menggunakan agama untuk memberi legitimasi pada kekuasaan
politik. Hubungan politik dengan agama tidak dapat dipisahkan.
Dapat dikatakan bahwa politik berbuah dari hasil pemikiran agama
agar tercipta kehidupan yang harmonis dan tentram dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini disebabkan, pertama,
oleh sikap dan keyakinan bahwa seluruh aktifitas manusia, tidak
terkecuali politik, harus dijiwai oleh ajaran-ajaran agama; kedua,
disebabkan oleh fakta bahwa kegiatan manusia yang paling banyak
membutuhkan legitimasi adalah bidang politik, dan hanya
agamalah yang dipercayai mampu memberikan legitimasi yang
paling meyakinkan karena sifat dan sumbernya yang transcendent.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang hubungan agama dengan politik
pada mata kuliah sosilogi agama dapat disimpulkan bahwa
hubungan politik dengan agama tidak dapat dipisahkan. Dapat
dikatakan bahwa politik berubah dari hasil pemikiran agama agar
tercipta kehidupan yang harmonis dan tentram dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Hal ini disebebkan:
- pertama oleh sikam dan keyakinan bahwa seluruh aktivitas
manusia , tidak terkecuali politik, harus dijiwai oleh ajara-
ajaran agama,
- kedua, disebabkan oleh fakta bahwa kegiatan manusia yang
paling banyak membutuhkan legitimasi adalah bidang politik,
dan hanya agamalah yang dipercayai mampu memberikan
legitimasi yang paling meyakinkan karena sifat dan sumbernya
yang transcendent.

13
DAFTAR PUSTAKA
- Dadang Kahmad. Sosiologi Agama. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya, 2000
- Maram , Rafael Raga. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: PT
Rineka Cipta,2007
- Puspito Hendro. Sosiologi Agama. Yogyakata: Kanisius, 1990
- http://nasional-sindonews-com.cdn.ammpproject, diakses pada
tanggal 15 Mei 2019 pukul 11.34 WIB.
- Ariantyyoulie.blogspot.com, diakses pada tanggal 15 Mei 2019
pukul 12.05 WIB.

14

Anda mungkin juga menyukai