Budayaadalah hasil cipta, karsa, dan rasa suatu masyarakat atau bangsa yang mereka anggap baik dan diaplikasikan dalam tatanan kehidupan mereka. Ruang Lingkup kebudayaan tak hanya terbatas pada tatanan adat istiadat, namun juga mencakup : 1. Bahasa 2. Pandangan hidup 3. Keyakinan 4. Perkembangan teknologi 5. Peradaban. Islam sebagai agama universal dari segi waktu, tempat, dan kandungan ajarannya yang diturunkan oleh Maha Pencipta sebagai rahmat seluruh semesta, ia datang sebagai pedoman, dan parameter untuk memfiltrasi berbagai norma dan nilai kebudayaan tersebut; yang baik dibiarkan bahkan dilestarikan, sedangkan yang buruk atau yang bisa berakibat buruk dan menyelisihi fitrah kehidupan mereka diperbaiki dan diluruskan. Dalam Al-Quran Allah Ta’ala berfirman: َ ِِ ِِ ع ِن ْال ََا نن َ ض ِ ُخ ِذ ْالعَ ْف َو َوأْ ُم ْر ِب ْالعُ ْر ْ ف َوأ َ ْع ِر “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ‘urf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf: 199). Makna ‘urfdalam ayat ini sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian ahli tafsir adalah perkara kebaikan yang dikenal dan berkembang dalam elemen masyarakat tertentu baik berupa tutur kata ataupun amalan. (Al-‘Urf wa Atsaruhu fi Asy-Syari’ah: 109). Agama bergantung pada budaya dan adat istiadat yang berkembang dalam suatu masyarakat. Misalnya saja, persoalan muamalat, tingkah laku, jual beli, profesi, kadar nafkah, kadar mahar, dan berbagai lini kehidupan diserahkan batasan-batasan dan normanya pada batasan dan norma budaya dan adat istiadat, dengan syarat semua itu tidak bertentangan dengan ajaran dan prinsip keislaman atau fitrah kemanusiaan. Islam juga sangat mengapresiasi budaya, adat istiadat, dan norma yang berkembang, bahkan menjadikannya sebagai salah satu dari kaedah global syariatnya, yaitu kaedah : Al-‘aadah Muhakkamah “Budaya dan adat istiadat dijadikan sebagai penentu, sandaran dan pedoman sebagai suatu hukum” ِ عا ِش ُرو ُِ َّن ِب ْال َم ْع ُر وف َ َو “Dan pergaulilah mereka dengan cara yang makruf.” (QS. An-Nisa’: 19) Batasan dan nilai-nilai “makruf” yang diwajibkan pada suami untuk ia terapkan terhadap istrinya dalam kehidupan berumah tangga adalah ditentukan oleh budaya dan adat istiadat masyarakat mereka sendiri, selama tidak mengandung dosa, atau kezaliman terhadap salah satunya Penyerahan sesajen Ritual-ritual pengultusan patung Pengkultusan Pepohonan Menyembah Jin Berbagai ritual berbau syirik lainnya. Islam memberikan dua syarat bagi praktik budaya dan adat istiadat, yaitu: 1. Budaya atau adat tersebut tidak bertentangan dengan prinsip Islam dan fitrah manusia. Misalnya, budaya riba, judi, kesyirikan, pacaran, dan sebagainya yang kesemuanya bertentangan dengan prinsip dan norma Islam. 2. Keberadaan budaya atau adat tersebut dalam suatu masyarakat adalah pakem, telah mendarah daging, dan tidak berubah-ubah; agar bisa dijadikan sebagai amalan baku, dan tidak simpang siur. Budaya adalah hasil karya manusia yang mesti bernaung di bawah ajaran agama; norma yang buruk hendaknya diperbaiki dan diluruskan, sebaliknya, norma-norma yang baik hendaknya dipelihara dan dijadikan sebagai suatu khazanah, dan kekayaan budaya bangsa