Anda di halaman 1dari 19

Revisi 3 Bab 2 dan 3

25/10/2019

MODAL SOSIAL KEGIATAN AGROINDUSTRI KOPI DI


KOPERASI SERBA USAHA BUAH KETAKASI”
DESA SIDOMULYO KECAMATAN
SILO KABUPATEN JEMBER

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Praktikum


Sosiologi Pertanian pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Sofian Ardiansyah

Disususun Oleh:
Golongan P/ Kelompok 1

LABORATORIUM SOSIOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Kopi


Menurut Marhaenanto (2015), kopi (Coffea canephora) merupakan salah satu
hasil tanaman perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara
tanaman kebun lainnya dan memiliki peran sebagai sumber devisa negara. Kopi
merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai peran
penciptaan lapangan kerja, pendorong agribisnis dan agroindustri. Produksi kopi di
Indonesia sebagian besar merupakan komoditas perkebunan yang dijual ke pasar
dunia. Tanaman kopi tidak hanya berperan penting pada sumber devisa negara saja,
melainkan juga sebagai penghasilan kopi yang tidak kurang dari setengah juta jiwa
petani kopi di Indonesia.
Menurut Martauli (2018), tanaman kopi merupakan salah satu komoditas
unggulan ekspor di Indonesia yang memiliki potensi ekspor yang menjanjikan,
terdapat pula peluang pasar kopi di dalam negeri yang cukup potensial sehingga dapat
mensejahterakan petani kopi. Peluang pasar yang menjanjikan baik dalam maupun
luar negeri membuat tanaman kopi menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan di
Indonesia.
Klasfikasi Tanaman Kopi:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Division: Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Subclass : Asteridae
Ordo : Rubiales
Family : Rubiaceae
Genus : Coffea
Spesies : Coffea sp.
Menurut Rahardjo (2012), tanaman kopi tumbuh rimbun dan memberntuk
pohon perdu kecil. Tanaman kopi memiliki dua tipe pertumbuhan cabang, yaitu
cabang ortotrop tumbuh ke arah vertikal dan cabang plagiorotrop ke arah horizontal.
Daun tanaman kopi memiliki morfologi berwarna hijau mengkilap yang tumbuh
berpasangan dengan berlawanan arah. Bentuk daun tanaman kopi lonjong dengan
tulang daun yang tegas. Tanaman kopi membutuhkan waktu 3 tahun dari saat
perkecambahan hingga menjadi tanaman berbunga dan menghasilkan buah kopi.
Bunga kopi berwarna putih dan memiliki aroma yang sangat wangi. Bunga tersebut
muncul dari ketiak daun. Buah kopi tersusun dari kulit buah, daging buah yang
dikenal dengan pulp, dan kulit tanduk. Buah yang terbentuk akan matang selama 7-12
bulan. Setiap buah kopi memiliki dua biji kopi. Biji kopi dibungkus kulit keras
dinamakan dengan kulit tanduk. Biji kopi mempunyai alur pada bagian datarnya.
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, namun pada umumnya memiliki
perakaran yang dangkal. Tanaman kopi yang berasal dari bibit semaian memiliki akar
tunggang sedangkan tanaman kopi yang berasal dari stek, cangkok, atau okulasi tidak
memiliki akar tunggang. Panjang akar tunggang ± 45-50 cm dimana terdapat akar 4-8
akar samping yang menurun ke bawah. Akar cabang samping dengan panjang 1-2 m
horizontal sedalam ± 30 cm talang (Raharjo, 2017).
Tanaman kopi memerlukan tanah yang gembur, subur dan kaya bahan
organik. Oleh sebab itu, tanah di sekitar tanaman harus sering diberi pupuk organik
agar subur dan gembur sehingga sistem perakaran dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman kopi memerlukan tanah yang masam, yaitu dengan pH 4,5-6,5 untuk kopi
robusta dan 5-6,5 untuk kopi arabika. Bila pH kurang dari angka tersebut tanaman
kopi juga masih dapat bertumbuh, namun kurang dapat menyerap beberapa unsur
hara sehingga terkadang perlu diberikan kapur (Sari, 2018).

2.2 Agroindustri Kopi


Menurut Santoso (2011), agroindustri adalah perusahaan yang memproses
atau mengolah bahan baku pertanian dalam artian luas, seperti sayuran, buah,
perikanan, peternakan, tanaman baik pangan ataupun non-pangan, dan tanaman
semusim maupun tahunan. Santoso (2011) di dalam bukunya yang berjudul
Pengantar Agroindustri juga menjelaskan bahwa agroindustri adalah industri yang
mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara
(intermediate product) maupun produk akhir (finish product). Salah satu yang
termasuk di dalam kegiatan agroindustri adalah proses penanganan pasca panen,
industri pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industry bio-
energy, industri hasil ikutan (by-product) serta industri agrowisata. Pengolahan
komoditas pertanian dapat meningkartkan nilai tambah dengan mengubah bentuk
produk pertanian menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi yang siap
dikonsumsi sehingga meningkatkan nilai jual produk. Menurut Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2014 tentang perindustrian mendefinisikan industri adalah seluruh
bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan
sumberdaya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah
atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk jasa industri (Husniah dkk., 2019).
Agroindustri memiliki dampak bagi ekologi lingkungan, ekonomi, hingga
pada sosial budaya masyarakat. Menurut Santoso (2011), agroindustri adalah model
yang tepat untuk digunakan dan dikembangan karena memiliki keterkaitan
kebelakang backward linkage” dan keterkaitan kedepan “forward linkage” yang
saling terikat. Keterkaitan erat ke belakang ini dapat diartikan bahwa suatu industri
muncul karena mempergunakan hasil produksi budidaya atau industri sebagai bahan
bakunya, sedangkan yang dimaksud dengan keterkaitan ke depan adalah suatu produk
agroindustri digunakan untuk bahan baku industri lainnya, sehingga agroindustri
dapat memberikan peluang kerja bagi unskilled labour sampai skilled labour.
Keterkaitan kebelakang sektor pertanian akan memicu pertumbuhan perekonomian
pedesaan, sehingga dalam kurun waktu tertentu dapat menyelesaikan permasalan-
permasalahan di pedesaan. Agroindustri juga secara tidak langsung akan merangsang
gairah masyarakat pedesaan dalam mengusahakan usaha di sektor pertanian kembali,
dan mengurangi arus urbanisasi.
Ushada dkk. (2016) mendefinisikan hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
proses pengembangan produk, beberapa tahapan penting yang perlu dilakukan
adalah:
1. Identifikasi peluang, tahap ini meliputi proses definisi pasar dan pengembangan
ide.
2. Perancangan, tahap ini meliputi beberapa proses yaitu kebutuhan konsumen,
penempatan produk, segmentasi, peramalam penjualan, dan marketing mix.
3. Pengujian produk, tahap ini meliputi advertising, evaluasi produk, dan evaluasi
pemasaran.
4. Pengenalan produk ke pasar.
Agroindustri dilakukan untuk menciptakan nilai tambah. Nilai tambah yang
dimaksud merupakan nilai tambah produk pertanian. Menurut Kurniawan dkk.
(2019), nilai tambah merupakan pertambahan nilai yang terjadi karena suatu komoditi
mengalami tahap pengolahan, pengangkutan, dan penyimpanan dalam suatu proses
produksi. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan nilai
bahan baku yang telah mendapatkan perlakuan dapat diperkirakan besar nilainya, atas
dasar nilai tambah maka margin produksi dan imbalan bagi faktor produksi dapat
diketahui. Tahapan dalam proses agroindustri suatu produk komoditas memiliki
treatment yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik komoditas pertanian,
integrasi dari seluruh proses dari hulu sampai pada hilir tersebut dapat dinamakan
agroindustri. Aspek-aspek dalam efisiensi agroindustri meliputi efisiensi variabel
input dan variabel output. Variabel input meliputi: biaya bahan baku dan biaya
operasional. Sedangkan variabel output meliputi hasil penjualan produk dan hasil
pemanfaatan limbah (Mubin dkk., 2018).

2.3 Sosiologi Pertanian


Menurut Rachbini (2001), Sosiologi pertanian adalah studi yang mempelajari
tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan pertanian melalu proses bantuan
dan kerjasama antara masyarakat. Pembangunan dan partispasi masyarakat bisa
didapatkan hasil yang baik, jika kebijaksanaan pembangunan pertanian melibatkan
etika dan unsur dalam masyarakat petani. Sosiologi pertanian sering disamakan
dengan sosiologi pedesaan, tetapi ini hanya berlaku jika penduduk desa terutama
hidup dari pertanian saja, semakin sedikit kehidupan penduduk di desa ditandai oleh
kegiatan pertanian, semakin pantas sosiologi pertanian dipisahkan dari sosiologi
pedesaan, sehingga sosiologi pertanian merupakan ilmu yang mempelajari tentang
pertanian sebagai mata pencarian masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat itu sendiri.
Menurut Sufyadi (2011), definisi sosiologi pertanian merupakan wacana
seputar masalah masyarakat pertanian yang demikian kompleks. Masalah yang
berada pada tiga pilar besar yaitu proses sosial, struktur sosial dan perubahan sosial.
Pola-pola kebudayaan yang senantiasa berkembang dinamis turut mewarnai
problematik kemasyarakatan, terutama masyarakat pertanian. Adanya masalah yang
berada pada tiga pilar itu membuat pemikiran tentang sosiologi pertanian tidak
sekedar menyangkut konsep-konsep teoritik yang sempit, tetapi menyangkut pula
tentang refleksi terhadap permasalahan faktual. Tidak salah bila sosiologi pertanian
ikut serta dalam memecahkan permasalahan dari sudut pandang aspek sosial demi
keberhasilan pembangunan pertanian.
Ulrich Planck (1993), seorang ahli sosiologi pertanian dari Jerman,
menyatakan bahwa sosiologi pedesaan baru menemukan bentuknya sebagai suatu
disiplin ilmu pada tahun 1950-an. Pertumbuhan dan perkembangan sosiologi
pertanian ini tidak terlepas dari pengaruh Sosiologi Pedesaan. Ulrich Planck telah
mengakui bahwa pada awal pertengahan abad ini, Sosiologi Pertanian Jerman dengan
bantuan para sosiolog Amerika Serikat menemukan kembali hubungan dengan
metode dan teknik yang tinggi dalam penelitian sosial pedesaan secara empiris yang
telah dicapai di Amerika Serikat. Menurut Ulrich Planck, objek Sosiologi Pertanian
dan Sosiologi Pedesaan perlu dipisahkan, karena objeknya berbeda. Objek Sosiologi
Pedesaan adalah seluruh masyarakat desa yang terus-menerus menetap di desa
dengan berbagai pekerjaan dan aktivitasnya. Sedangkan objek Sosiologi Pertanian
adalah masyarakat yang bergerak dibidang pertanian tanpa membataskan lingkup di
desa ataupun di kota. Namun Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi Pertanian memiliki
relevansi yang sangat dekat karena masyarakat yang tinggal di desa umumnya bekerja
sebagai petani. Secara teoritis Sosiologi Pertanian dan Sosiologi Pedesaan banyak
memakai teori yang sama dari induk ilmu Sosiologi secara umum dalam menganalisis
berbagai realitas sosial masyarakat baik di desa maupun dalam kehidupan masyarakat
pertanian (Kausar dkk., 2012).
Perbedaan pada sosiologi pedesaan dengan sosiologi pertanian ini setidaknya
ada empat. Pertama, Sosiologi Pedesaan lahir dan mengalami perkembangannya yang
mantap sebagai suatu disiplin ilmu di Amerika Serikat, sedangkan Sosiologi
Pertanian lahir dan berkembang di Eropa, khususnya di Jerman. Kedua, Sosiologi
Pedesaan lahir terlebih dulu daripada Sosiologi Pertanian. Sosiologi Pedesaan lebih
unggul daripada Sosiologi Pertanian dalam hal kemantapannya sebagai suatu disiplin
ilmu, namun tertinggal jaman dalam hal aktualitas objek empiris yang diamati Ulrich
Planck . Artinya, Sosiologi Pertanian lebih banyak mengungkap desa pertanian yang
lebih kontemporer dan kekinian dibanding dengan Sosiologi Pedesaan. Ketiga,
Sosiologi Pertanian lahir dan berkembang sebagai respon terhadap perkembangan
yang terjadi di belahan dunia Barat-Utara saat ini, khususnya dengan semakin
menipisnya perbedaan antara desa dan kota. Keempat, secara substansial apabila
Sosiologi Pedesaan merupakan studi masyarakat pedesaan yang mencakup berbagai
aspek kehidupan masyarakat desa, maka Sosiologi Pertanian lebih terfokus pada
pembahasan fenomena sosial dalam bidang pertanian. Ini berarti bahwa untuk desa-
desa yang tidak lagi dominan hidup dari sektor pertanian atau tipe desa non-pertanian
yang mayoritas mata pencahariannya bukian dari sektor pertanian melainkan dari
sektor industry atau yang lainnya tidak bisa termasuk ke dalam sasaran pengamatan
Sosiologi Pertanian. (Rahardjo., 1999)
Menurut Susilawati (2012), sosiologi pertanian pada dasarnya menekankan
pada upaya sosiologi bagi masyarakat desa yang menggeluti pertanian saja. Fokus
pembahasan tersebut dikarenakan pertanian di sebuah desa memiliki porsi yang
cukup besar sebagai mata pencaharian mayoritas masyarakat pedesaan. Pertanian
hingga saat ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat pedesaan saja, akan tetapi
sudah mulai merambah atau meluas ke daerah perkotaan, hal ini dapat dilihat sebagai
peningkatan minat masyarakat kota terhadap pertanian. Perbedaan mendasar antara
pertanian yang dikerjakan oleh masyarakat desa dengan masyarakat kota yaitu
perbedaan penguasaan lahan dimana di desa lahan yang ada cenderung luas dan
dikuasai oleh sebuah keluarga. Sosiologi pertanian mempelajari bagaimana suatu
masyarakat petani memberikan kontribusinya dalam pembangunan pertanian,
pendidikan, dan hubungan antar individu atau kelompok serta kaitannya dengan
lingkungan pertanian sekitar.
Menurut Wahyuni (2002), implementasi Sosiologi Pedesaan dan Sosiologi
Pertanian pada kajian-kajian pembangunan pertanian sangat terlihat pada penelitian di
jurusan atau prodi sosial ekonomi pertenian atau agribisnis. Hal ini terlihat dari kajian
terkait topik berikut:
1. Kelembagaan penguasaan lahan pertanian
2. Pangan dan Ketahan Pangan
3. Sistem Agribisnis
4. Kemiskinan dan peran lembaga keuangan mikro di sektor pertanian
5. Reforma Agria dalam Pembangunan Pertanian
2.4 Sosiologi Ekonomi Commented [FA1]: Literatur tiap subbab teori: minimal 3 jurnal
dan 2 buku
Menurut Chalid (2009), ilmu ekonomi dapat melihat dan mempelajari
individu, kelompok dan masyarakat dari segi aspek produksi, konsumsi, dan
distribusi. Tiga kata kunci tersebut merupakan konsep dasar yang dikembangkan
oleh ilmu ekonomi dalam ranah sosial. Sementara ilmu sosiologi melihat dan
mempelajari individu, kelompok dan masyarakat yang dilihat dari aspek perilaku,
orientasi dan interaksi. Berbagai pola dan sistem interaksi ekonomi merupakan awal
dari hubungan yang sederhana antara individu dan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan terhadap hasil produksi maupun jasa.
Kegiatan ekonomi dan perilaku sosial tidak dapat dibedakan. Keduanya
memiliki nilai sebagai satu kesatuan. Saat ilmu semakin terspesifikasi dan
terspesialisasi, ilmu ekonomi mulai terpisah dari ilmu sosial lainnya. Pemisahan ini
berimplikasi dalam melihat individu sebagai pelaku ekonomi yang diisolasi dari
sosialitasnya serta dianalisis sebagai agen yang teratomisasi (berdaulat dalam dirinya
sendiri). Variabel sosial dapat menjadi alat analisis ekonomi, dimana anggota
masyarakat merupakan obyek material bersama dari bagian tersebut. Sosiologi
berusaha memberikan kategorisasi, diferensiasi, simplifikasi, dan generalisasi
terhadap fakta sosial yang diamati variabel-variabel yang dapat dioperasionalisasikan
ke dalam analisis. Ekonomi, variabel yang dikembangkan dari sosiologi tidaklah
sederhana. Oleh sebab itu, ketika menghubungkan antara variabel dalam sosiologi
memiliki titik rawan yang berlainan tatanannya. Untuk setiap variabel terikat
kemungkinan jumlah dan jenis yang menjadi variabel bebasnya dapat
mempengaruhinya sangatlah besar dan bervariasi (Purba, 2014).
Ekonomi melihat dalam konteks ekonomi masyarakat dari aspek produksi,
distribusi, dan konsumsi, sedangkan sosiologi melihat masyarakat dalam konteks
ekonomi dalam spektrum yang lebih luas. Sebab fokus sosiologi terarah kepada aspek
perilaku sosial yang bergerak dalam pola-pola yang memiliki makna. Kata lain,
sosiologi sering memusatkan perhatiannya kepada orientasi individual terhadap
lingkungannya dan bagaimana cara-cara orientasi tersebut dapat mempengaruhi
perilaku (Susila, 2010 ).

2.5 Modal Sosial


Modal sosial menurut Fukuyama (1999), merupakan sekumpulan nilai
informal atau nilai yang menyebar diantara anggota kelompok yang memungkinkan
kerjasama terjadi diantara mereka. Kerjasama tersebut terjadi apabila antar anggota
kelompok masyarakat tersebut memenuhi apa yang diharapkan antar bahwa lainya
akan bertingkah laku dengan dapat diandalkan dan memiliki kejujuran, kemudian
mereka akan mempecayai satu sama lain. Kepercayaan adalah seperti minyak
pelumas yang membuat jalanya organisasi lebih efisien. Menurut Coleman (1988),
modal sosial memiliki dua ciri yaitu yang merupakan aspek dari struktur sosial serta
memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial tersebut. Pengertian tersebut
menunjukkan bentuk-bentuk modal sosial berupa kewajiban dan harapan, potensi
informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas, serta organisasi sosial
yang bias digunakan secara tepat dan melahirkan kontrak sosial
Menurut Kimbal (2015), modal sosial sebagai suatu jaringan kelompok yang
bekerjasama secara terorganisasi yang bekerja dalam suatu cara yang relatif teratur
menurut seperangkat aturan dan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Modal
sosial memiliki dua ciri yaitu merupakan aspek dari struktur sosial dan memfasilitasi
tindakan dalam struktur sosial. Sedangkan menurut Jayanti (2015), bentuk-bentuk
modal sosial tersebut dapat berupa kewajiban, pengharapan (expectancy), struktur
rasa kepercayaan, saluran informasi, serta norma dan sanksi yang efektif. Modal
sosial juga merupakan sumberdaya yang dapat memberi kontribusi terhadap
kesejahteraan individu dan masyarakat seperti halnya sumberdaya lain seperti alam,
ekonomi, dan sumberdaya manusia. Paparan menegaskan bahwa definisi modal
adalah sebagai kepercayaan, norma, dan jaringan yang memang anggota komunitas
bertindak kolektif dan dapt diartikan pula modal sosial sebagai sumber yang timbul
dari adanya interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Unsur-unsur modal sosial menurut Prasetya (2008) dalam Kimbal (2015),
yaitu:
a. Partisipasi dalam suatu jaringan, merupakan masyarakat yang selalu
berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi
hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan
(voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom), dan keadaban
(civility). Kemampuan anggota-anggota kelompok/masyarakat untuk selalu
menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar
pengaruhnya dalam penentuan kekuatan modal sosial suatu kelompok.
b. Resiprositas, modal sosial senantiasa diwarnai oleh kecenderungan saling
tukar kebaikan antar individu dalam suatu kelompok atau antar kelompok itu
sendiri. Pada masyarakat, dan kelompok-kelompok sosial yang terbentuk,
yang ada di dalamnya memiliki bobot resiprositas yang kuat akan melahirkan
suatu masyarakat yang memiliki tingkat keuntungan lain, masyarakat tersebut
akan lebih mudah membangun diri, kelompok dan lingkungan sosial dan fifik
mereka secara mengagumkan.
c. Kepercayaan, sikap saling mempercayain di masyarakat yang memungkinkan
masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan
kontribusi pada peningkatan modal sosial.
d. Norma sosial, merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan
diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-
norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang
dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan
yang kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif
tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota masyarakat
dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan
sosial.
e. Nilai-nilai, merupakan suatu ide yang telah turun-temurun diangap benar dan
penting oleh anggota kelompok masyarakat.
Modal dalam pertanian juga banyak berperan bagi petani, sesuai dengan
pendapatan Kholifah (2016) yang menyatakan bahwa modal sosial merupakan faktor
penting yang perlu dimiliki petani untuk melakukan inovasi. Penggunaan teknologi
dan pembuatan inovasi dalam seluruh rangkaian kegiatan yang pertanian akan lebih
efektif apabila dilakukan dalam bentuk kelompok dan dilakukan secara kolektif.
Modal sosial adalah suatu norma atau nilai yang telah dipahami bersama oleh
responden yang dapat memperkuat jaringan sosial/kerja yang positif, mendorong
tingkat kepercayaan antar sesama, dan ketaatan terhadap norma dalam rangka
tercapai tujuan bersama. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok dan
pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan
ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan kepada sesama
yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Menurut Harahap (2018), modal sosial tidak dibangun hanya oleh satu
individu melainkan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam suatu kelompok
untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-nilai yang melekat. Modal
sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau
perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial. Modal
sosial yang kuat tergantung pada kapasitas yang ada dalam kelompok masyarakat
untuk membangun sejumlah asosiasi untuk membangun jaringan sosial. Jenis modal
sosial ada dua, yaitu bonding social capital dan bringing sosial capital. Bonding
social capital adalah modal sosial yang bersifat mengikat, suatu bentuk modal sosial
yang memperhatikan kesamaan dan memungkinan jaringan kerjasama antar anggota
dalam kelompok dan antar anggota dalam suatu perkumpulan atau komunitas.
Bringing social capital adalah modal sosial yang bersifat menjembatani, melihat
hubungan anggota suatu kelompok dengan kelompok yang lain dan bukan hubungan
sesama anggota dalam kelompok yang sama.
BAB 3 GAMBARAN UMUM

3.1 Gambaran Umum Desa Sidomulyo


Desa Sidomulyo merupakan desa yang terletak di Kecamatan Silo Kabupaten
Jember Provinsi Jawa Timur. Penduduk di Desa Sidomulyo mayoritas adalah suku
Madura dan sebagian suku Jawa. Sebagian besar penduduk di Desa Sidomulyo
memeluk agama Islam. Terdapat beberapa pondok pesantren, masjid, dan musholla
yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan agama Islam. Desa Sidomulyo adalah
salah satu produsen kopi yang ada di Kabupaten Jember. Sebagian besar penduduk di
Desa Sidomulyo bermata pencaharian sebagai petani, mayoritas petani kopi robusta.
Pendapatan dari komoditas kopi terbilang tinggi yaitu sekitar 75% dari total
pemenuhan kebutuhan hidup petani di Desa Sidomulyo. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk Desa Sidomulyo menggantungkan ekonominya pada potensi geografis dan
sumber daya alam yang dimiliki.
Desa Sidomulyo merupakan desa pecahan dari Desa Garahan Kecamatan Silo
mulai tahun 1990 dan menjadi desa definitif pada tahun 1994. Sepintas kondisi
wilayah Desa Sidomulyo merupakan daerah pegunungan, dan sebagian besar terdiri
dari tanah kering. Wilayah Desa Sidomulyo memiliki luas sekitar 8.093,621 Ha yang
berada pada ketinggian 560 mdpl dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun, suhu
rata-rata 23°C dengan kelembaban 75%-90%. Kondisi tersebut yang menjadikan
Desa Sidomulyo cocok untuk budidaya tanaman kopi hingga menjadi salah satu desa
penghasil kopi terbesar di Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Desa Sidomulyo merupakan daerah paling timur dari wilayah Kabupaten
Jember. Desa Sidomulyo berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyuwangi.
Adapun batas Desa Sidomulyo sebagai berikut :
a. Bagian Utara : Desa Sumberjati
b. Bagian Timur : Desa Curahleduk
c. Bagian Selatan : Desa Pace dan Desa Mulyorejo
d. Bagian Barat : Desa Garahan
Gambar 1. Peta Desa Sidomulyo
Batas administrasi desa Sidomulyo adalah sebagai berikut.
Kabupaten : Jember
Kecamatan : Silo
Desa : Sidomulyo
Jumlah RT : 78
Jumlah RW : 26
Terdapat 7 dusun di Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Ketujuh dusun tersebut ialah Dusun Curah Manis yang terdiri dari 18 RT dan 6 RW,
Dusun Krajan yang terdiri dari 18 RT dan 5 RW, Dusun Curah Damar yang terdiri
dari 12 RT dan 4 RW, Dusun Gunung Gumitir yang terdiri dari 12 RT dan 4 RW,
Dusun Tanah Manis yang terdiri dari 6 RT dan 2 RW, Dusun Garahan Kidul yang
terdiri dari 8 RT dan 3 RW, dan Dusun Sidodadi Terdiri dari 4 RT dan 2 RW.
3.2 Gambaran Umum Koperasi Buah Ketakasi
Koperasi yang ada di Desa Sidomulyo didirikan pada tahun 2007 dengan
nama “Koperasi Buah Ketakasi”. Koperasi ini berdiri bersama beberapa kelompok
tani yang ada di desa Sidomulyo. Koperasi Buah Ketakasi dibina oleh Bapak Djoko
Soejono, S.P., M.P. yang juga merupakan dosen pengajar di Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember dan diketuai oleh Bapak Suwarno.
Adapun struktur organisasi Koperasi Buah Ketakasi adalah sebagai berikut:

RAPAT ANGGOTA

BENDAHARA I PENGAWAS
SEKRETARIS I KETUA
ACHMAD JAILANI SUWARNO ALIFAH 1. DJOKO S.
2. MOCIL
SEKRETARIS II BENDAHARA II IKSAN
SLAMET RIYADI DIDIK H. 3. SAMIJI

Ka. UNIT SP Ka. UNIT SAPRODI Ka. UNIT Ka. UNIT UNIT JASA
PEMASARAN PRODUKSI
FERKE RINI I. MILAYANI SUNARI
SUYADI GATOT S.

SURVEYOR STAF SAPRODI KASIR


PENASEHAT PELINDUNG
MOCH. BUNARIS BIFIT B. SITI FAIDATUL

1. SANTO KEPALA
DEP COLLECTOR KANTIN SO DESA

ABDUS SALAM SITI 2. H.


MAHGFIROH

ANGGOTA

Gambar 2. Struktur organisasi Koperasi Buah Ketakasi

Koperasi Buah Ketakasi bergerak di tiga bidang yaitu, Sarana Produksi yang
meliputi budidaya kopi, Pascapanen meliputi hulu-hilir, dan Peternakan meliputi
kambing, domba, dan ayam broiler. Koperasi Buah Ketakasi memiliki beberapa unit
diantaranya Simpan Pinjam, Sarana Produksi, Industri, Jasa, dan Peternakan.
Koperasi Buah Ketakasi memiliki visi yaitu meningkatkan kesejahteraan taraf hidup
anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya sehingga tercipta masyarakat
yang sejahtera dan produktif melalui gerakan koperasi dalam membangun dan
meningkatkan kesejahteraan taraf hidup anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya sehingga tercipta masyarakat yang sejahtera dan produktif melalui gerakan
koperasi dalam membangun ekonomi kerakyatan. Adapun misi Koperasi Buah
Ketakasi sebagai berikut.
a. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) Koperasi “Buah Ketakasi”
b. Meningkatkan penguasaan teknologi informasi
c. Meningkatkan kepuasan karyawan
d. Meningkatkan pengidentifikasian keinginan pelanggan
e. Meningkatkan prosedur pelayanan
f. Meningkatkan penerimaan hasil penjualan
g. Mewujudkan efisiensi biaya
Adanya Koperasi Buah Ketakasi sangat membantu masyarakat di Desa
Sidomulyo. Terbukti setelah adanya koperasi ini desa Sidomulyo dapat bekerjasama
dengan pihak lain dan juga mendapatkan beberapa penghargaan. Pada tahun 2010
Desa Sidomulyo melakukan kerjasama dengan Universitas Jember dan pada tahun
yang sama berhasil memperoleh penghargaan sebagai Juara 1 Nasional Kopi Robusta.
Kemudian pada tahun 2012 mendapat piala presiden di Jakarta. Setelah itu
mendapatkan penghargaan Juara 1 Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu.
Koperasi Buah Ketakasi juga berperan dalam mengintegrasi berbagai subsistem yang
ada di Desa Sidomulyo.
Desa Sidomulyo memiliki lima subsistem yang masing-masing mempunyai
fungsi yang berbeda satu sama lain. Meskipun mempunyai fungsi yang berbeda-beda
namun kelima subsistem tersebut saling berkaitan dan bergantung satu sama lain.
Berikut adalah lima subsistem yang ada di desa Sidomulyo beserta ketuanya.
1. Agroindustri : Bapak Sunari
2. Kopi Anorganik : Bapak Gatot
3. Kopi Organik : Bapak Dori
4. Koperasi : Bapak Jaylani
5. Peternakan : Bapak Yanto
DAFTAR PUSTAKA
Chalid, Peni. 2009. Sosiologi Ekonomi. Center for Social Economics Studies (CSES).
Jakarta.
Coleman, J. 1988. Social Capital In The Creation Of Human Capital. American
Journal of Sosiology Volume 94:95-120
Fukuyama. 1999. The Great Discruption Human Nature and Reconstitusion of Sosial
Order. New York: The Free Press
Harahap. 2018. Social Capital Relationship With Vegetable Farmers 'Productivity
(Case Study On The Group Of Tani Barokah Village Tanah Enam Ratus
District Medan Marelan). Agrium. Vol 21(2): 157-165.
Husniah dkk. 2019. Analisis nilai tambah agroindustri kerupuk tempe di Kecamatan
Puger Kabupaten Jember. JEPA. Vol. 3(1): 195-203.
Jayanti.2015. Analisis Modal Sosial Kelompok Usaha Agroindustri Keripik Nenas Di
Desa Kualu Nenas Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Jom Faperta.
Vol 2(1).
Jhingan, M.L.. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta Madjan, Elkandar. 1990. Pembangunan pertanian dalam
perspektif masa depan. Fakultas pertanian
Kausar dkk. 2012. TEORI & PERSPEKTIF SOSIOLOGI PERTANIAN: MEMBANGUN
SOSIOLOGI PERTANIAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL (LOCAL WISDOM).
Kholifah. 2016. Pengaruh Modal Sosial Terhadap Produktivitas Petani (Studi Kasus
di Kecamatan Cilacap Utara Kabupaten Cilacap). Jurna Pendidikan Ekonomi.
Vol 5(2): 89-97.
Kimbal. 2015. Modal Sosial Dan Ekonomi Industri Kecil Sebuah Studi Kualitatif.
Deepublish. Yoyakarta.
Kurniawan dkk. 2019. Analisis nilai tambah agroindustri kerupuk amplang udang di
kelurahan Pulau Kijang Kecamatan Reteh. JOM FAPERTA. Vol. 6(1): 1-9.
Marhaenanto, Bambang. 2015. Penentuan Lama Sangrai Kopi Berdasarkan Variasi
Derajat Sangrai Menggunakan Model Warna RGB Pada Pengolahan Citra
Digital. Jurnal Agroteknologi. Vol 9(2) 102-111.
Martauli, E.D. 2018. Analisis Produksi Kopi di Indonesia. Journal Agribusiness
Sciences. Vol 1(2) 112-120.
Mubin dkk. 2018. Data envelopment analysis untuk pengukuran dan peningkatan
eco-effisiency pada agroindustry. SENTRA. Vol. 2(3): 119-124.
Rachbini, D.J. 2001. Pembangunan Ekonomi Sumberdaya Manusia. Penerbit P.T.
Gramedia Mediasarana Indonesia. Jakarta.
Raharjo. 2017. Berkebun Kopi. Penebar Swadya. Jakarta.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan
Robusta. Penebar Swadya. Jakarta.
Santoso. 2011. Pengantar Agroindustri. UB Press. Malang.
Sari, Intan. 2018. Analisis Pendapatan Usaha Kopi Tubruk Gayo di Desa Conto
Kecamatan Timang Gajah Kabupaten Bener Meriah. Jurnal S. Pertanian. Vol.
2(4) : 378-386.
Sufyadi, Dedi. 2011. Petunjuk Praktek Sosiologi Pertanian. Unpublish.
Susila, R.W. 2010. Kebijakan Subsidi Pupuk: Ditinjau Kembali. Jurnal Litbang
Pertanian 29 Februari 2010, Bogor.
Ushada M., Agustinus S, Nafis K. 2016. Kansei Engineering Untuk Agroindustri.
Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Purba, M.H. 2014. Analisis Pendapatan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Produksi Cabang Usahatani. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. FE UI Press. Jakarta.


Wahyuni,I. 2012. Arah Sosiologi Pertanian Masa Depan dan Pembangunan Pertanian
.Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

CATATAN:
 NAMA PENGARANG YANG BERWARNA MERAH DI TINJAUAN
PUSTAKA BERARTI TIDAK ADA DI DAFTAR PUSTAKA
 DAFTAR PUSTAKA YANG BERWARNA MERAH BERARTI NAMA
PENGARANGNYA TIDAK ADA KUTIPANNYA DI TINJAUAN PUSTAKA
 PENULISAN DAFTAR PUSTAKA HARUS KONSISTEN (PENGGUNAAN
TANDA BACANYA (TITIK, KOMA, SPASI, TITIK DUA, PENULISAN
VOLUME, NOMOR, DAN HALAMAN JURNAL, dsb.))-BACA PPKI UNEJ
BAGIAN PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai